It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Lovelyozan hmm, betul gak ya? Cek di update selanjutnya aja say :v
@melkikusuma1 Alfa: kalo inget kamu boleh gak? :v
@Inyud makasi udah sempet membaca. Ditunggu aja kelanjutannya
@kikyo wkwk, maaf ya kalo komo updatenya jarang. Udah jarang irit lagi :v dibilang sibuk, ya, sibuk. Maklum anak sekolahan mas
@lulu_75 hehe, pantengin terus update selanjutnya :v
@tianswift26 cie, yang naksir jimmy :v kebiasaan si jimmy suka begaul sama kakek kakek kompleks makanya jadi dewasa :v
@Kim_Hae_Woo679 si alfa udah dicium tuh . Cie yang kepengen ciuman sini komo cium :v *plak
@josiii sayang kalo si arsha dibuang ke laut gimana ya reaksi si alfa? Cek di update selanjutnya aja :v
@Aurora_69 kamu jauh lebih wow honey :v
BAGIAN #3
Aku terpana...
Awalnya cuma tantangan biasa. Aku menantang Jimmy hanya untuk menjahilinya. Aku sama sekali nggak berpikir untuk membuat Jimmy melakukannya. Aku bahkan dengan sukarela membiarkan tantangan itu berlalu begitu saja.
Karna bagiku, semuanya terasa berbeda.
Tindakan Jimmy tidaklah bisa disebut ciuman. Mungkin tepatnya kami hanya saling menempelkan bibir. Aku menyebutnya 'kami' karna Jimmy menciumku dan bodohnya aku sama sekali tak menolak. Aku tak berani menatap matanya. Rasanya mata coklat keruh itu bakal menenggelamkanku. Aku tahu jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya.
Aku masih tak percaya kami-dalam kasusku-saling menempelkan bibir. Rasanya begitu kaku. Dan aku nggak bisa merasakan apapun selain semburan adrenalin yang gila - gilaan. Aku menarik nafas panjang. Jimmy masih duduk disampingku. Wajahnya masih menatapku. Ekspresinya tak terbaca seolah wajah ovalnya menyimpan rahasia yang tak terkuak. Mataku tak bisa berhenti menatap bibirnya yang kelihatan memerah.
Aku mendengar Jimmy menceloskan nafas.
"Aku harap kamu nggak salah paham"dia berkata lemah. Aku mengangguk spontan. Dia duduk menghadapku. Wajahnya hanya terpaut sepuluh senti dariku. Nafasnya begitu berat menerpaku. Dadaku bergemuruh. Bukan ini gambaranku mengenai tantangan.
"Alfa"dia menyebut namaku lemah.
Aku berbalik menghadapnya, menatap matanya yang kelihatan sayu. Aku ingin berkata sesuatu tapi tenggorokanku terasa kering dan nafasku tercekat.
"Boleh aku cium kamu lagi?"pelan dan ragu - ragu dia mengatakannya.
Melihatku yang hanya terdiam, dia lalu menepuk pundakku. Mencengkramnya erat dan hangat. Aku ingin memalingkan wajahku saat Jimmy naik ke pangkuanku, melesakkan dirinya disana. Tangannya ditengkukku menahan kepalaku dan tanpa diminta dia mendekatkan wajahnya.
Mulanya memang hanya menempelkan bibir. Namun lama - lama Jimmy mulai menjilati bibirku. Nafasku berderu. Jemari panjang Jimmy mengusap tengkukku dan datang dari mana keberanianku itu. Aku membuka mulutku. Membiarkan Jimmy bermain disana. Mengikuti naluriku aku membalas ciumannya. Aku juga bermain - main di dalam sana. Dada telanjang Jimmy menghimpit dadaku. Aku bisa merasakan debaran jantungnya yang tak kalah keras dari jantungku. Tangan kiriku meraih tengkuknya dan tangan kananku mengusap punggungnya.
Jimmy memiringkan kepalanya, menjelajahi setiap inchi bibirku. Kami memperdalam ciuman kami. Diantara nafas yang memburu aku ingin berhenti. Akal sehatku berteriak kalau aku sudah bertingkah terlalu jauh. Tapi insting badaniku berkata lain. Seluruh tubuhku bergairah. Tak terkecuali ereksi yang sedang mati - matian ku kendalikan. Jimmy mengusap pipiku dan aku tak bisa berhenti menyangkal kalau aku menyukai sensasinya.
Aku benar - benar menikmatinya.
Lalu handphone dalam sakuku berdering nyaring. Jimmy spontan melepas tautan bibirnya. Aku mematung di tempatku sendiri. Jimmy bergeser dari pangkuanku. Aku meraih handphoneku dan menekan tombol answer tanpa melihat siapa penelponnya.
"Halo"suaraku parau. Jimmy memandangku pasrah. Aku menjilati bibirku sendiri. Perasaan apa sih yang sedang menggelayutiku ini?
"Halo, Fa. Kamu lagi dimana, nih?"suara nyaring Arsha terdengar tenang di belakang sana.
"Aku dirumah Jimmy"jawabku singkat. Otakku sedang tidak konsen untuk menanggapi Arsha saat ini.
"Kamu nggak kesini, Fa? Anak - anak yang lain udah kumpul nih di lapangan futsal"Arsha berseru semangat. Seperti ditampar bolak - balik aku baru ingat soal janjiku yang satu itu.
"E-eh aku kesitu, kok. Bentar lagi aku sampai disana"
"Kamu bilang di rumah Jimmy, kan? Ajak aja Jimmy sekalian biar pas kelompoknya"saran Arsha yang membuat jantungku tercubit dengan hanya mendengar nama Jimmy.
"I-i-iya.. aku bakal kesana sama Jimmy. Oke, aku kesana sekarang. Bye, Sha.."telpon dimatikan dan Jimmy menatapku sangsi.
"Siapa yang nelpon?"tanya Jimmy penasaran.
"Arsha. Aku udah janji ikut futsal sama dia. Dan, karna kelompoknya kurang, dia minta aku ajak kamu juga"sahutku tak bisa berpikir dengan jernih antara menatap mata atau bibir Jimmy.
Ada apa sih denganku?
"Ya, udah ayo. Gue ikut"serunya. Dia mengganti pakaiannya. Seperti tak terjadi apa - apa dia bicara padaku seperti biasanya. Dia meminjamkanku pakaiannya dan sepatunya. Setelahnya aku keluar dari kamar. Melihat sikap Jimmy yang santai aku malah termangu.
Sepanjang perjalanan Jimmy banyak berceloteh tentang apapun. Tapi aku yang masih syok dengan adegan ciuman itu nggak pernah bisa fokus untuk mendengarkan Jimmy. Bahkan dia tak repot - repot memintaku menanggapinya. Kata - kata Jimmy yang nggak bisa aku lupakan adalah saat dia bilang padaku untuk melupakan semua itu.
"Ciuman itu cuma tantangan. Jadi janganlah terlalu tegang gitu"dia mencibirku begitu kami sampai. Aku menatap langkah panjangnya dan berkata dalam hati.
Ya, ini kan cuma ciuman biasa? Hal yang sepele! Bukan apa - apa buatku!
Aku merasa meyakinkan diriku terlalu keras.
Kali ini aku tetap satu kelompok dengan Arsha. Jimmy menggantikan Randy yang nggak bisa datang, yang otomatis menjadi lawanku. Sepanjang permainan aku nggak bisa berkonsentrasi. Bukan karna deg-degan ada Arsha, mungkin sedikit. Tapi setiap Jimmy merebut bolaku aku pasti seperti orang tolol yang membiarkan dia merebutnya begitu saja. Itulah yang membuat Jimmy kelihatan puas dan terkekeh setiap melewatiku.
Permainan berakhir dan kelompokku kalah. Tentu saja. Sedikit tidaknya aku sudah memuluskan langkah lawanku untuk menang.
"Kamu kenapa?"Arsha duduk disampingku. Ditangannya dia membawa sebotol minuman isotonik dingin. Dia menyodorkannya padaku.
"Minum dulu. Siapa tahu bisa bikin kamu lebih fokus"katanya dengan wajah lucunya yang mendamaikan. Aku menatap matanya yang berbinar.
"Hahaha.. mungkin aku kurang fokus"aku meminum minuman yang Arsha tawarkan. Tenggorokanku rasanya lebih segar.
"Rencana bakar - bakaran di rumah Tommy, gimana? Jadi nggak?"aku membuka topik pembicaraan.
"Jadi, kok. Mulainya jam delapan malam. Bawa minum sama snack sendiri, ya?"ujarnya bercanda.
"Tenang aja. Aku pasti bawa, kok"ujarku serius. Aku dan Arsha akhirnya ngobrol ngalor - ngidul. Terkadang aku tertawa, terkekeh dan senyum - senyum sendiri. Cerita berlanjut dan aku jadi lebih tenang. Kulihat Jimmy tengah mengobrol dengan Donny dan Rega. Dia cepat juga berbaurnya.
"Gue pulang dulu, ya?"Dimas menginterupsi kami semua.
"Iya, gue juga. Udah sore juga"timpal Donny.
"Ya, udah. Yuk, cabut"ajak Arsha. Aku mengikuti langkah mereka keluar lapangan. Di dalam kepalaku aku masih sempat - sempatnya berpikir untuk mandi bersama mereka lagi.
Terutama bareng Arsha.
Aish, pikiranku kok jadi mesum gini!
"Ketemu di rumah Tommy, ya, Fa!"seru Arsha di parkiran.
"Oke, beres"aku mengacungkan jempolku. Aku naik ke boncengan Jimmy.
"Nanti kamu ke rumah Tommy?"tanya Jimmy.
"Iya, aku kesana, kok. Kamu juga dateng kesana, kan?"
"Aku ikut kamu. Kalo kamu ikut, aku juga ikut. Males kalo dateng sendiri"
"Ya, udah kalo gitu. Kita pulangnya kemana, nih?"
"Kerumahku aja. Kalo kerumahmu lan jauh muternya, Fa"
"Ya, udah"
"Lagian aku mau ngelanjutin ciuman yang tertunda tadi"Jimmy terkekeh. Jangan salahkan tanganku meninju bahunya keras.
"Kalo ngomong nggak pernah dipikir"ketusku kesal sekaligus malu.
Diantara 3 pilihan...
Btw,, jimmy bener" suka alfa kek'nya,, dan aku mulai suka sama Tsnya :v #Plak