Hai, This is me again!!
Akhirnya, aku memberanikan diri untuk memposting tulisan ini. Yang sebenarnya aku juga belum tahu ujungnya, tapi semoga aja seiring cerita ini dipost aku bisa dapet ilham. Mohon juga feedback dari teman-teman sekalian, karena sebagai penulis pemula, all I do is follow my heart. Dan mohon maaf juga kalau someday, tulisannya tersendat, yah kendala pekerjaan dll. Semoga aja lancar.
Well, Heart Pitch, sesuai judul cerita nya, cerita ini aku tulis berdasarkan suara hati. Terkadang kita suka sama satu lagu, dan tanpa sadar suasana hati berubah cuma dengan dengerin lagu aja, karena kebalikannya juga, sebuah lagu dimulai dari hati yang bersenandung.
Cerita ini sedikit banyak menceritakan sedikit kisah hidupku, dan aku sendiri juga. and This Story is Fiction. Cerita ini sebenernya pertama aku tulis 2 tahun yang lalu, tapi tersendat karena aku yang keterima kerja, dan sekarang baru ada soul lagi buat nerusin.
Cheers!
Wish y'all gonna like it ^^
Comments
@doodledeedum @lulu_75 @Asu12345 @balaka @DoniPerdana @pokemon @MarioBros @cute_inuyasha @AgataDimas @3ll0 @Rika1006 @ularuskasurius @4ndh0
HEART PITCH
Part I – The New Life
*Allan POV*
Jakarta… Akhirnya! Selama ini Cuma liat di TV, akhirnya sekarang bakal tinggal di Jakarta, kuliah disini, mungkin dapet pacar disini #Ngarep.
Hey, Hello! Namaku Allan Shahab, aku sih sebenernya tinggal di Palembang, aku keturunan Arab, Hmmmm… nggak sepenuhnya sih, Ayahku yang Arab, Ibuku orang Palembang asli. Aku memutuskan untuk mencoba menempuh pendidikan tinggi di ibu kota, oleh karena itulah aku sekarang berada disini. Awalnya orang tuaku, terutama ibuku tidak mau aku kuliah jauh-jauh kalau bukan karena beasiswa. Tapi aku beralasan ingin mencari pengalaman hidup dan kebetulan pamanku tinggal di Jakarta juga. Tapi aku tidak mau merepotkan beliau, jadi aku memohon restu orang tuaku untuk ngekos saja, menikmati rasanya merantau dan menjadi anak kuliahan seutuhnya. Ayahku yang tahu aku anak yang tidak mau dikekang hanya bisa memberi nasihat dan wejangan agar tidak lupa sholat, dan jangan melenceng dari ajaran agama. Andai Ayahku tahu, aku pun sebenarnya sudah melenceng dari kehidupan yang lurus, dimana laki-laki ditakdirkan untuk bersama wanita, tapi yah aku tidak bisa menolak hatiku yang menginginkan makhluk berbatang melebihi kaum berbatok kelapa. LOL.
Pamanku yang tahu aku kuliah di Jakarta mati-matian memaksaku untuk tinggal di rumah beliau di Jakarta Timur, pamanku belum mempunyai anak, padahal sudah 5 tahun menikah dan belum juga dikarunai anak. Mungkin karena alasan itu dia pengennya aku tinggal di rumah dia, tapi aku terang-terangan mengatakan tujuanku melanjutkan pendidikan disini adalah untuk menjadi mandiri, dan beliau akhirnya mengerti. Meskipun tetap dia memaksaku untuk memilih kosanku dan membayar uang kosanku untuk satu tahun. Kalau itu aku tidak bisa menolak, hihi. Dan begitulah, akhirnya aku sekarang ngekos di Jakarta Selatan, di kawasan Manggarai.
Orang tuaku datang di hari aku pindahan di kosan baruku. Mereka ikut membantu menata kamarku, Ayahku yang sengaja membawa foto keluarga dan kakekku, mengatakan supaya aku nggak lupa keluarga dan silsilah keluarga, kalau kalau ada yang nanti bertanya. Maklum, orang arab kalau ditanya silsilah nggak tau berarti KW, haha. Kalau mau sok kenal sih, disini juga banyak kali orang-orang ber-‘marga’ Shahab. Artis-artis juga banyak kok yg nama belakang nya Shahab, yah asal sok akrab aja nge-klain kita masih satu garis keturunan. Tapi aku emang dari sananya kurang terbuka sama lingkungan baru, yah jadi meskipun udah tau sama sama bernama belakang ‘Shahab’, kadang juga masih sungkan kenalan.
Orang tuaku menitip banyak sekali pesan buat Ibu kos, minta dijagain lah, diaduin kalo nakal, dilarang main cewek, dan lain-lain. Aku sampe udah gak tahu lagi apa yang beliau pesen. Mereka harus pergi sorenya, karena harus mengejar pesawat, kebetulan besok pagi mereka harus datang di pernikahan anak teman dekat mereka.
Aku lupa mengatakan satu hal lagi, aku anak bungsu dari dua bersaudara. Kakakku yang pertama, seorang cowok, bekerja di perusahaan pupuk ternama di Palembang. Dia masih lajangan sepertiku, tapi dia sudah punya calon yang cantik. Mereka serasi sekali, kadang aku iri, pengen rasanya punya pacar, tapi bedanya aku pengennya punya pacar yg ada jakunnya, hahaha.
Sejujurnya aku sekarang masuk di tempat kuliah yang bukan tujuan utamaku. Aku gagal masuk Universitas favorit se-Indonesia di Depok sana. Karena aku tidak tahu harus kemana lagi, akhirnya kakakku yang seorang Engineer menyarankan aku mengambil kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Vokasi Negeri di Jakarta. Aku yang memang sedang galau, akhirnya nurut-nurut aja tuh, dan yah jadinya sekarang aku akan masuk kuliah disana.
Kosanku nggak jauh banget sih dari kampusku. Di kosanku ini, ada banyak banget anak yang kuliah di kampus yang sama denganku, tapi karena aku nggak begitu mudah akrab dengan orang baru, jadi Cuma beberapa yang aku kenal dan dekat.
Lutfi, mahasiswa teknik mesin semester 3, orangnya pemales maksimal, dari wajahnya bisa ditebak juga sih kalo si doi keturunan Arab juga, nama belakangnya Asegaf, dan mungkin gara-gara itu aku lumayan deket sama dia. Tapi bedanya si Luthfi ini anaknya mesum total, bisa kebayang nggak bokep di kosan dia ada berapa, maklum lah keturunan Arab emang udah mengalir di darahnya libido yang di atas orang Asia kebanyakan. Pernah aku sempet ke kosan dia buat minjem modul yang kebetulan mata kuliah dasar teknik kita sama, ternyata dibawah tumpukan modul dia, ada tumpukan barang laknat membawa maksiat alias tumpukan kaset bokep. Seandainya bokep tersebut bokep Gay, pasti udah lama aku sikat, Haha.
Sebenernya aku demen juga sih sama bokep straight, tapi aku lebih suka ngeliatin cowoknya. Dasar, teteup yah, hahaha. Dulunya sih aku sempet punya first love seorang cewek pas masih SMP. Eh ternyata first love aku diembat sama temen deket aku sendiri. Setelah setahun mereka jadian, entah gimana caranya, yang awalnya aku benci banget sama temen aku itu, eh malah ujungnya aku sukanya sama dia. Another moment yang bikin aku tambah sadar, ada adik kelas pas SMA di ekskul drama yang suka banget main homo-homoan, dan salah satu sasarannya adalah aku. Entah kenapa ujung-ujungnya aku malah ngarep sama si dia. Sempet sih pas SMA kemarin punya pacar cewek, adik kelas yang ngefans banget sama aku pasca MOS. Kebetulan aku yang jadi ketua grup dia waktu itu. Tapi emang orientasi berkata beda, udah dipaksa yahhh tetep aja nggak berasa sesuatu, dan ujung-ujungnya bosen. Pada akhirnya cuma bisa bertahan 2 bulan. Semenjak itulah kehidupan Gay-ku menjadi-jadi… suka kopi darat sama temen Facebook yang notabene nggak dikenal, jadian sama temen Facebook yang baru dikenal, beruntungnya aku masih virgin, belum sempet diapa-apain. Hm, bicara tentang virginity, aku seorang bottom. Tapi dalam kasusku, aku nggak 100% bottom. Karena aku juga terkadang suka sama cowok bottom, Hahahaaha. Entahlah, mungkin karena aku belum pernah nyoba jadi Top aja kali yah.
Back to my life in Jakarta, nah di kosanku, ada juga satu anak PLU (People Like Us) yang jadi temen deket aku. Namanya Fandy. Dia orangnya tinggi, badan tegap, muka sayu-sayu angel, yang awalnya aku kira dia itu Top. Tapi salah besar, karena dia bottom, dan agak manja. Haha. Fandy itu mahasiswa kedokteran semester 3, satu tahunnya di Jakarta ternyata membuahkan banyak pengalaman. Sering banget gonta-ganti pacar, dari yang kerjaan model sampai pengusaha. Hell to the yeah! ternyata ganas banget.
Awalnya kita sama sekali gak tahu satu sama lain tentang orientasi kita, sampe dia dengan lancangnya masuk kamar pas aku browsing foto artis favoritku, Tyler Posey. Dan pas ke gep sama dia, aku sempet ngelak-ngelak berdalih cuma pengen tahu update film Teen Wolf, TV Series America yang dia bintangi. Tapi akhirnya Fandy ngaku bahwa dia juga gay, dan akhirnya dari sanalah kita terbuka satu sama lain. Aku pikir dia straight banget lah, gaya nya dan tampang dia yang cowok banget bikin orang yang baru kenal pasti gak notice.
Aku ceritain nanti tentang si Fandy ini. Tapi disisi lain, he’s a good listener. Eh, ngomong-ngomong Listener, si Fandy ini rada mirip sama si Toby Logan, di film series Amerika ‘The Listener’. Si doi sering banget ngajakin pacarnya main ke kosan, dan selalu dikenalin sama aku. Nggak usah ditanya ngapain mereka di kosan si Fandy, yang pasti keesokan harinya si Fandy udah susah bangun dari tempat tidur, Huahahaaha. Kebayang gak sih -__-“
Kehidupan di Jakarta bisa dibilang semuanya ada, mau pergi tinggal naik busway atau kendaraan umum lain, mau ke mall tinggal pilih, mau cowok cakep tinggal pilih (Yang satu ini Cuma di khayalan). Sejujurnya aku banyak teman Facebook orang Jakarta yang sama-sama Gay. Tapi aku gak mau ngambil resiko beli kucing dalam karung, jaman gini hari udah banyak kejahatan via Media Social, jadi harus lebih berhati-hati.
Beberapa hari aku di Jakarta berjalan lancar, aku suka bangun pagi hari, sholat subuh, mempersiapkan seluruh barang-barang yang akan aku perlukan untuk masa ospek nanti dan juga menghapal jalan menuju kampus, kalau-kalau nanti suatu hari aku mau naik motor ke Kampus, pinjem punya temen mungkin soalnya masih belom diijinin punya kendaran disini sama orang tua, mereka bilang nanti aku jadi liar.
Hidup disini sebenernya gak jauh beda sama di Palembang, ada macetnya juga, kalo pagi-pagi udah banyak aktifitas, Cuma bedanya disini lebih padat sama manusia, dan merata di hampir seluruh titik kota.
***
Masa ospek ku udah selesai, yah ternyata biasa aja tuh hidup di Jakarta, gak kayak kata orang-orang ibu kota lebih kejam daripada ibu tiri. Tapi semua itu sirna saat negara api menyerang. Maksudku, kehidupanku sekejap menjadi suram saat aku kecopetan, uang bulananku yang baru aku tarik dari ATM sirna seketika, beserta ATM, KTP, dan surat-surat serta isi dompet lainnya. Karena nggak mau ngerepotin orang tua, soalnya baru juga dikirim uang bulanan terus udah ilang gak ada sisa. Aku bertekad mencari kerja sampingan sepulang kuliah. Awalnya bingung banget, mau kerja apaan. Berhubung si Fandy suka banget nongkrong di satu café di Kuningan, akhirnya aku memutuskan buat jadi penyanyi di café langganannya dia. Bicara tentang suara, aku sih nggak bisa nilai sendiri gimana suara aku, tapi kebanyakan orang bilang suara aku tuh mirip Petra Sihombing, serek-serek basah, high-pitch gitu deh, pede banget yah haha, tapi tentu gak sebagus si Petra kok.
Setelah audisi dan diterima, akhirnya aku bernegosiasi dengan pemilik café tentang jam tampil, awalnya aku diminta untuk tampil dari sore, lalu lanjut malam hari. Tapi aku minta buat tampil dari jam 8 sampai jam 10 malam setiap hari senin, rabu, jumat, dan weekend, dan beruntungnya si pemilik café setuju, dengan syarat pada malam minggu aku harus lembur sampai jam 12. Beruntungnya, karena penyanyi café yang sekarang, cewek, sudah berhenti karena mau menikah. Gosip-gosipnya si dia Married by Accident gitu sama salah satu pengunjung café. Amit-amit! Jangan sampe deh, aku masih perawan, jangan sampe keperawananku terenggut, Haha.
By the way, aku jadi inget soal dompetku yang terenggut. Aku masih ingat kalau di dompet itu pernah dimasukkan semacam tulisan arab sama Ayah. Oh iya, kita setiap malam pergantian tahun islam, sering ngadain kumpul di rumah Ayah, dan melakukan wirid bersama. Di malam harinya, kita menulis ‘Bismillah’ sebanyak mungkin di kertas. Dan kertas itulah yang sekarang disimpan dalam dompetku itu. Bukan bermaksud untuk syirik, tapi itu merupakan tradisi dalam menyambut tahun baru islam dalam keluarga kami. Jujur saja aku tidak menganggap itu sebagai jimat.
Seminggu setelah kehilangan dompetku itu, waktu aku dateng ke kampus admin jurusan langsung manggil.
“Kamu yang namanya Allan Shahab bukan?”
“Iya Bu, ada apa yah?”
“Ini tadi security dateng nyerahin dompet kamu. Katanya ada orang yang nyerahin ini sama satpam kampus”
“Kok bisa tahu sampe ke jurusan Bu?”
“Katanya ngeliat Kartu Mahasiswa kamu, jadi langsung dianterin ke jurusan sama satpamnya”
“Alhamdulillah, makasih banyak ya Bu”
Beruntung aku meletakkan kartu mahasiswa ku di dalam dompet. Tapi ini beneran nyata, sumpah aku nggak tahu kalau masih ada orang baik di luar sana yang peduli sama dompet yang hilang, dan rela nganterin balik.
Sebenernya banyak tanda tanya dipikiranku, dan sempet berprasangka jangan-jangan itu pencopetnya lagi, dan gara-gara ngeliat ada tulisan arab di dalem dompet itu tiba-tiba jadi inshaf.
Tapi aku gak mau berburuk sangka deh. Semoga Allah ngebales kebaikan orang itu. Yah, meskipun uang didompetku cuma disisain ribuan T_T, meskipun entah si pencopet baik apa goblok, syukkurnya dia gak ngambil ATM nya, yang berarti aku masih bisa ngambil duit sisa yang ada di dalem ATM. Mungkin si pencopet masih ada hati nurani kali yah, Hahaha.
(Guys, sumpah ini beneran kenyataan, Gue bener-bener pernah ngalamin ini dikehidupan nyata)
***
Hari ini hari pertama aku bekerja sebagai penyanyi Cafe. Aku gak berani ngasih tau orang tuaku masalah kecopetan kemarin. Dan itulah kenapa aku juga ngerahasiain aku kerja jadi penyanyi cafe.
Hari itu senin malem, pulang dari kampus aku langsung siap-siap sama playlist yang sudah dari minggu kemarin aku print dan hapal-hapalin, karena tuntutan dari pemilik cafe aku harus bisa versatile, kalau ada yang mau request lagu harus diturutin. Jadi aku banyak nyari referensi lagu, mulai dari yang update sampe yang downdate, hahaha.
Aku pake pakaian casual, kemeja putih, celana jeans gelap, dan pake vest. Lumayan casual lah. Aku orangnya easy going sih, gak terlalu peduli sama penampilan, gak terlalu detail sama hal-hal kecil. Jadi Cuma begini aja deh dandanan aku malem ini. Gak lupa, aku jepret selfie dulu depan kaca. Dan aku ngepost di Instagram dengan caption “My First Day”. Aku lanjut pergi ke tempat kerjaku setelah solat isya. Aku nebeng si Lutfi yang kebetulan pergi searah dengan cafe tempat kerjaku.
Nyampe disana, cafe masih belum rame, Cuma lumayan banyak orang-orang yang udah nangkring cantik di teras dan dalem cafe. Dan disana, di meja dekat panggung kecil ada si Fandy sama cowok cakep, yah udah biasa lah. Fandy langsung melambai dan kenalin cowok cakep disebelahnya.
“Allan kenalin ini Senji”
“Hai, Gue Senji”
Cowok cakep dengan muka fierce ini punya badan ideal, nggak terlalu berotot, cuma enak diliat, bajunya juga fit pas banget sama badannya. Dia keliatan so yummy, oops! Haha, anyway jabatan tangannya agak kelamaan, mata nya yang tajem juga bikin aku melting parah.
“Hai, Aku Allan. Temen Fandy?”
“Iya, aku temen satu jurusan Fandy, Cuma beda semester. Aku semester akhir”
“Ehmm, itu tangannya udah cukup guys, lama banget jabat tangannya”
Dengan muka merah, aku melepaskan jabat tangannya si fierce Senji. OMG, matanya itu loh. Bikin melting.
“Allan, ke belakang bentar yuk” Fandy ngajakin aku ke belakang. Feeling aku dia mau marah deh gara-gara pacarnya flirting sama aku.
“Kenapa Fan? Sorry, tadi gak maksud buat flirting sama pacar kamu”
“....” Fandy Cuma diem, dan muka nya berubah jadi hmmmm, bingung.
“mmmm, Lan, sebenernya dia bukan pacar gue kok. Dia justru mau gue kenalin sama elo. Doi ‘belok’ juga, udah lama ngejoms tuh doi”
“Hah? Aku kirain dia pacar kamu Fan. Serius dia jomblo? Masa sih, seganteng itu masih jomblo?”
“Iya say, pacar doi meninggal karena sakit. Padahal mereka udah deket banget sama keluarga masing-masing. Jadi gitu deh, si Senji itu susah move on. Maklum dia kan discreet, jadi gak sembarang orang dia mau open. Nah sama gue dia open, kebetulan gue pernah ngedeketin dia pas awal masuk kuliah, gue yakin radar gue gak salah, dia itu belok dan bener, gue pernah ngeliat ada bokep gay di flashdisk dia, terus pas gue tembak dia bilang udah ada pacar. Tapi ya itu, semenjak pacarnya meninggal, dia jadi menjauh dari kehidupan gay. Setahunan terpuruk banget lah dia. Gue yang awalnya suka, jadi simpati, yah kebetulan gue udah ada pacar sih jadi udah gak gitu ada feeling lama sama dia. Nah sekarang niatnya gue mau kenalin dia sama elo, Lan. Kan elu anaknya baik. Gue yakin elu cocok buat dia.”
“Kamu ngasih tau aku Gay ke dia lan?”
“Iya dong, say. Lo kan joms, dia joms, yah gue pikir ga ada salahnya dicoba. Makanya gue ajakin dia kesini malem ini, dianya juga gak keberatan kok.”
“Dia cakep sih, Fan. Tapi gue gak mau terlalu cepet. Mungkin juga dia masih belom nerima orang baru dalem hidup dia”
“Tapi lo liat kan? Baru kali ini gue ngeliat dia berbinar lagi ngeliat cowok, Lan. You have a chance, darling!”
“Hmmm, let us see nanti yah Fan, aku mau prepare buat manggung dulu. Dah”
“See you, say!”
Alhasil malem itu aku gak konsen manggung, tahu lah gimana rasanya nervous pertama kali manggung di tempat baru, dan lagi ada orang yang menarik perhatian kamu yang malah bikin kamu tambah nervous. Aku sih awalnya gak mau ngeliat ke arah Senji, tapi pas aku kebetulan nyanyi lagunya Adera – Lebih Indah, secara gak sengaja aku noleh ke arah Senji. Tatapan dia intens banget, mata nya berbicara sesuatu, hmmmm gimana yah, mata nya berubah jadi sayu dan senyumnya mengembang tipis gitu, dan....aduh susah dijelasin deh, dan itu sukses buat aku salah fokus.
Sebenernya orang-orang gak fokus sama aku sih, ada juga yang ngeliatin, ada yg tepuk tangan, tapi yah karena kan mereka juga pada asik ngobrol sendiri juga, cuma perhatian intens nya Senji malem itu sukses buat aku merasa the “Star of the Night”.
Akhirnya malam udah menunjukkan pukul 10. Yang berarti aku sudah harus menyelesaikan aksi panggungku, dan aku memilih untuk menutup penampilanku dengan lagu TeRe – Tersenyumlah.
(Kalo mau berasa suasana disana, aku saranin download, dan dengerin lagunya)
“Mengapa kau bersedih, saat cinta pergi
Biarlah saja, biar semua, harus terjadi
Hidup bukan sampai disini, waktu terus berjalan
Yakinlah ada bahagia yang akan kau rasa dalam hidupmu...
Dan tersenyumlah, sayang... lepas semua pedih di hati
Karena cinta masih ada, dan selalu ada, percayalah,
Kadang cinta tak berhati, sering menyakiti
Tapi cinta yang sejati, meski tlah pergi kan datang lagi,
Dan tersenyumlah, sayang... lepas semua pedih di hati
Karena cinta masih ada, dan selalu ada, percayalah,
Jangan kau tutup hatimu, raihlah bahagia di hidupmu,
Karena cinta masih ada, dan selau ada, Oh percayalah...”
Lagu itu emang sengaja aku pikirin tadi buat ending, spesial buat Senji. Hihi.
Pas aku ngeliat ke arah Senji, aku ngeliat dia senyum setulus-tulusnya. Sial, tiba-tiba mata tajem nya berubah jadi lembut dan ekspresinya bener-bener seakan-akan melambangkan keikhlasan. Entah darimana pikiran itu dateng, tapi rasanya dia ngucapin rasa terima kasih dari tatapannya itu.
Inilah yang aku suka dari nyanyi di atas panggung, kamu bisa merubah mood dan suasana sekitar, seolah-olah kamu berbicara dari hati dan menghipnotis orang-orang disekelilingmu, dari yang lempem jadi seru, dari yang ribut jadi kalem, dari yang sedih jadi gembira. Aku sendiri juga kalo lagi stress, sedih, marah, aku biasa lampiasin sama lagu, bisa teriak-teriak puas nyanyi dan bahkan pernah sampe saking kena banget tuh lagu sama current mood, aku nyanyinya sampe nangis dong. Hiks. Maklum lah kalau orang melankolis suka gini.
Selesai turun dari panggung aku langsung ngampirin meja Fandy dan Senji.
“Gila lo, Lan. Baru kali ini gue denger lo nyanyi, dahsyat deh. Suara lo itu lembut banget ngepas banget lah, apalagi lagu terakhir tadi, sumpah gue tadi merinding pas elo nyanyi itu. Iya kan Sen?”
“Eh, em, iya Lan, keren banget tadi. Hehe”
“Kok elo salah tingkah gitu Sen? Haha. Tersentuh ya sama suara Allan?”
“Hehe, iya nih. Kamu keren banget Lan nyanyinya.”
“Bisa aja kalian, aku biasa aja kok tadi, nyanyinya juga masih nervous gitu”
“Allan....lo nervous aja bisa bikin gue merinding coba. Eh udah mau close ni Cafe, gue juga udah telpon pacar gue suruh jemput, ini bentar lagi paling sampe”
“Aku nebeng yah, Fan!”
“Aduh, sorry nih say, pacar gue bawa motor. Sengaja, hehe. Gue tiap dijemput dia gue suruh pake motor. Biar bisa peluk-peluk mesrah”
“Lo sama gue aja, Lan. Gue bawa mobil kok”
“Tuh, diajakin sama Senji, jangan ditolak. Lo kan nebengers sejati, kalo ga sama Senji mau sama siapa lagi lo nebeng”
“Ih, aku kan gara-gara ga diijinin punya kendaraan dulu di Jakarta sama orang tau aku, Fan. Kalo ada sih aku juga gak mau ngerepotin orang. Bener nih Sen ga apa? Rumah kamu dimana emang? Nanti ngerepotin lagi.”
“Elahh, elo sok sok ga mau ditebengin deh”
“Hehe, ga ngerepotin kok Lan, rumah gue di condet. Tapi gak apa kok, kosan lo di Manggarai kan? Gue anterin ga apa, kesian lo nya sendirian”
“Hmm, makasih ya Sen. Aku mau pamit sama Mas Theo dulu, kamu tunggu di depan aja, ga apa.”
Akhirnya kita pulang, setelah nungguin pacar Fandy ngejemput. Ternyata pacar Fandy yang ini masih berondong. Badannya sih oke, tapi baby face banget mukanya. Beda sama Fandy yang mukanya khas cowok cowok dewasa.
Selama perjalanan, agak awkward di dalem mobil. Dead air. Aku juga bingung harus mulai pembicaraan darimana. Tapi tiba-tiba kita berdua ngomong bareng.
“Lan..”
“Sen..”
“lo duluan deh Lan.”
“Ehmm, Sen, tadi sebenernya aku nyanyi lagu terakhir itu buat kamu. Soalnya aku diceritain sama Fandy tentang mantan kamu”
“Oh.... thanks ya Lan. Nevermind, itu cerita masa lalu kok”
“Kamu bener okay? Atau masih... em... masih suka keinget?”
“Aku udah ikhlasin kok Lan, tenang. Makasih banget tadi lagunya, nanti mau gue dengerin terus deh biar semangat, dan inget kamu. Hehe”
“Hehehe.”
Dan dead air lagi... suasana sepi lagi. Aduh jadi canggung gini nih. Senji emang kayaknya gak banyak ngomong deh, rada pendiem dan tipe cowok kalem.
“Lan, lo tau gak, lagu Adera yang lo nyanyiin itu lagunya kita dulu pas baru jadian.”
“Hah? Serius? Pantes tadi kamu senyum-senyum pas aku nyanyi.”
“Hehe, iya. Entah kenapa gue berasa dia nitip pesen lewat lo, Lan.”
“Eh, kok gitu? Pesan gimana?.”
“Nyuruh gue buat move on, Lan. Gue udah sering banget dijodoh-jodohin gitu sama si Fandy, dan gue selalu beralesan setiap diajakin ketemu sama orang yang mau dia jodohin. Pernah beberapa kali gue ketemu, tapi yang ada malah jadinya canggung karena gue sama sekali ga ada reaksi. Gue entah somehow sulit untuk ngelupain Azka. Dia udah jadi setengah bagian gue. Dan pas dia... pas dia udah gak ada, gue berasa kosong, gue ngerasa gue gak siap untuk punya pacar lagi. Bahkan gue takut jatuh cinta lagi. Gue takut ngekhianatin Azka. Gue masih kayak gitu Lan, sampe terakhir gue mimpi Azka. Di mimpi itu, Azka cuma senyum dan megang tangan gue, pas gue liat tangan gue ternyata pake cincin, beberapa hari gue mikirin tentang mimpi itu. Mungkin gue selama ini terlalu ngekang diri dan ga bisa mikir logis. Gue tau Azka gak mungkin hidup lagi, dan mimpi itu mungkin cerminan kalo dia mau gue ngelanjutin hidup gue. Makanya kemarin pas Fandy ngajakin gue buat jalan, gue mau aja, dan dia shock ga percaya gue mau. Gue tahu dia mau nemuin gue sama orang. Dan yah, gue let go aja, Lan. Pas elo nyanyi lagu Adera tadi, gue langsung flashback mimpi gue itu, dan tiba-tiba gue merasa Azka nitip pesennya lewat elo, Lan”
“.........”
“Thanks ya, Lan.”
Aku cuma ngebales perkataan Senji sama senyum doang. Sumpah, aku speechless banget. Antara merinding, percaya atau gak percaya, dan merasa berbunga-bunga. Sekarang aku tahu sedikit banyak tentang Senji dan kenapa dia sampe sekarang masih jomblo, mungkin memang Azka, sang mantan, udah berbagi terlalu banyak kenangan dan cerita sama dia. Aku juga mungkin kalo di posisi Senji, gak bisa yang langsung move on dan mutusin buat nyari pacar lagi.
Selama sisa perjalanan, gak ada lagi obrolan antara kita.
Sampe di depan kosan, pintu kosan masih kebuka, jam udah hampir menunjukkan angka 11, untungnya aku besok kuliah rada siangan dikit karena mata kuliahnya praktikum di Lab.
“Senji, makasih banyak yah udah nganterin”
“Sama-sama, Lan”
“Hati-hati ya di jalan”
“Ok, aku balik ya”
Dan akhirnya Senji balik. Pas lewat depan pintu kosan Fandy, kamarnya udah gelep dan sepatunya udah di depan, yang berarti dia udah pulang dan tidur. Tumben dia ga ngajak itu brondongnya. Oh iya, mungkin karena besok pacarnya harus sekolah kali yah. Duh dari mana deh si Fandy bisa dapet kenalan brondong, hebat euy koneksinya.
Akhirnya, hari pertama kerja terlewati juga. Tapi kok berasa ada yang kurang yah. Aku mikir-mikir lagi, dan seketika aku nepok jidat.
“Haduuuuuh, begok! Kenapa bisa lupa minta nomor hape nya Senji sih”
***
End of Part 1
BERASA BANGET SUASANANYA!!"
BERASA BANGET SUASANANYA!!"
Keep mention ya.
noted @rama_andika
tunggu next chap nya ya
*nangis di pinggiran Ampera* *diusir, jadinya melipir masuk museum*
Setahun berikutnya, gw nyoba nyusul Allan di jkt, gw mau kejar high school's crush gw, tp gw keterima di UI Depok, sehingga kesibukan kampus menyita perhatian gw, dan gw pun melupakan Allan.
FIN.
Terus mention, say. Ceritanya keren, meski gue jd bayangin seorang Roger dengan muka Arab dan suara seksi Rihanna. Hmmmm..
BTW, main-mainlah ke Depok. Ntar gue ajakin jalan. Wakaka.
SERIUS?? Kakak gue barusan keterima lanjut kuliah di UI depok. kalo direstuin sama calon suaminya, dia jadi stay di depok. Gue tagih janji lo, say!! haha
@lemon_tea siap pak boss, muhun saran dan kritik nya
Titip mention ya bro kalo update