It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Daser
@freeefujoushi
@Sho_Lee
@mustajab3
@Joon Hee
@lulu_75
@JimaeVian_Fujo
@PCYXO15
@Tsunami
@ricky_zega
@Agova
@jimmy_tosca
@rama_andikaa
@LostFaro
@new92
@Otsutsuki97S
@billyalatas18
@delvaro80
@ramadhani_rizky
@Valle_Nia
@diccyyyy
@abong
@boygiga
@yuliantoku
@ardi_yusman
@fian_gundah
@Lovelyozan
@Rabbit_1397
@Tsunami
@Adiie
@sn_nickname
Buat yang nggak mau diseret lagi, bilang ya.
Terima kasih udah membaca n mohon komentar membangunnya.
Selamat Membaca ...
Andai gue boleh memutar kembali waktu, gue nggak akan menghentikan pertengkaran Aldi dan Askar sehingga nggak pingsan dan perasaan gue yang gue anggap aneh tersebut tidak terbongkar dihadapan Aldi dan Askar. Tapi apalah, nasi udah menjadi lontong. Nggak akan bisa kembali lagi jadi nasi. Yang hanya bisa lo lakuin cuman bikin gulai dan memakannya bersama lontong. Dan si Dwi secara ajaib laksana malaikat penolong memberikan gue dua opsi kuah lontong yang sulit gue pilih. Gulai lontong nangka yang super pedas ato gulai lontong sayur pakis yang nggak pedas tapi bikin gue nggak selera makan.
Entahlah, yang jelas suka nggak suka itu lontong harus gue makan karena gue udah lapar.
Gue hanya bisa bengong kayak patung sampai jam pelajaran terakhir. Dan Aldi yang biasanya ngajak gue pulang bareng, berlalu tanpa berbicara sepatah katapun sama gue. Gimana mau ngomong, 'huh' aja dari pagi kagak ada. Dan gue takjub dengan muka dinginnya yang hanya dia kasih ke gue.
Guepun mengambil ransel gue. Tak lupa gue memandang meja Aldi sambil mengelusnya. Gue emang aneh, semakin gue elus semakin hancur hati gue. Beberapa teman gue yang lagi piket juga memandang gue dengan pandangan heran. Mungkin di dalam hati mereka masing-masing mereka bilang gue udah gila kali.
Mengetahui kalo salah satu teman gue yang piket saling kode ke teman gue yang lain yang juga sama-sama piket, bikin gue nggak nyaman, gue udah kayak orang gila aja ngelus-ngelus meja. Tanpa banyak komentar, guepun beranjak dari kelas gue tanpa melihat muka mereka satu-satu. Eneg gue.
Sesampai di halte depan sekolah gue mendapati Askar di atas motor Kawasaki Ninjanya sambil memain-mainkan ponselnya. Seperti biasa dia tanpak menawan dimata gue. Kondisi halte sangat kosong, mungkin dikarenakan karena gue ke perpustakaan dulu untuk menenangkan diri gue yang lagi kalut.
"Lama banget sih lo?" ujarnya sambil turun dari motornya dan berkacak pinggang meneliti gue dari ujung kepala hingga ujung kaki gue.
Gue duduk di bangku halte sambil pasang muka datar sedatar piring porselen.
Diapun mulai kesal karena gue acuhkan.
"Ayo pulang!" teriaknya seraya menarik tangan gue. Karena tenaganya yang besar, gue sukses tertarik oleh tangannya yang lebih besar dari tangan gue.
"Lepasin gue!" Gue menyentakan tangan gue kayak cewek-cewek di sinetron-sinetron dan langsung balik kanan grak sambil berjalan menjauhi Askar.
Gue mempercepat langkah gue. Tidak, ini malah setengah berlari namanya.
Gue mempercepat langkah, eh nggak, lari gue. Yang gue inginkan hanya satu, yaitu menjauhi Askar. Tapi entah kenapa Askar malah mengejar gue. Karena kakinya yang panjang mungkin ya hingga menguntungkannya dan sukses bikin dia udah ada di belakang gue.
Guepun berhenti dan gue langsung berbalik menghadap Askar.
"PERGI LO! JANGAN PERNAH GANGGU HIDUP GUE LAGI!" teriak gue didepannya dan entah kenapa butiran-butiran air mata gue berjatuhan. Pandangan gue kabur dan yang terdengar hanya isakan gue.
Askar merengkuh pinggang gue dan langsung memeluk gue. Dia meletakan dagunyaa diatas kepala gue sambil mempererat pelukannya. Gue bisa mencium aroma tubuhnya yang jantan. Sedangkan muka gue yang tepat didepan lehernya masih berlinangan air mata dengan isakan yang makin kencang.
"Lo boleh membenci gue karena kecerobohan gue. Tapi gue harap untuk kali ini saja, lo jangan jauhi gue. Jangan tinggalin gue, dan izinkan gue ngantar lo pulang untuk yang terakhir kalinya."
Dan kata-katanya sukses bikin gue banjir air mata.
Dan persetan dengan orang-orang yang berlalu lalang di jalan raya.
Askar melepaskan pelukannya, dan ada rasa nggak rela dari gue. Dia langsung membimbing gue ke motor birunya yang keren. Dan menyerahkan helem yang sama yang dia pakai ke gue. Couple? Ntahlah.
Dan Askarpun mengantarkan gue pulang ke rumah.
---
"Bunda, Aldinya ada?" sosor gue ke Bunda saat pintu rumah Aldi terbuka.
"Eh Adrian, tumben malam-malam kesini?" tanya Bunda.
"Aldinya ada Bunda?"
"Ada diatas." Bunda nampak murung.
Gue nggak pernah melihat bunda seperti ini sebelumnya.
"Bunda sakit?" tanya gue. Gue khawatir dengan keadaan beliau yang udah gue anggap nyokap kedua gue.
Bunda menggelengkan kepala. "Nggak, Bunda nggak apa-apa. Aldi." ujar Bunda yang nampak berkaca-kaca.
"Aldi kenapa Bunda?"
Bukannya menjawab, bunda malah memegang kedua lengan gue sambil menatap mata gue lekat-lekat.
"Sebagai sahabatnya Aldi, kamu pasti tau apa masalah Aldi kan?" tanya Bunda. "Jujur sama Bunda, apa yang terjadi sampai Aldi seperti ini?" Dan air mata Bunda jatuh bercucuran.
Jatung gue berdegub kencang.
"Aldi kenapa Bunda? Apa yang terjadi sama Aldi?" tanya gue.
"Jadi Rian nggak tau apa yang terjadi sama Aldi.
Gue menggeleng. Entah kenapa perasaan gue bilang kalau ini semua terjadi karena gue.
"Sebaiknya Rian keatas gih, lihat Aldi. Dan tolong bujuk dia supaya mau makan ya." ujar Bunda sambil menyeka air matanya yang sukses bikin gue membeku seketika. Sebegitu parahnya kondisi Aldi sekarang. "Bunda cuman bisa minta tolong sama kamu Rian." tandas Bunda.
"Akan Rian usahain ya Bunda." jawab gue seraya berlalu menuju kamar Aldi.
Gue menghembuskan nafas gue yang tidak beraturan sesampainya gue di depan pintu kamar Aldi.
Entah kenapa memori gue 12 tahun lalu kembali terngiang di fikiran gue takala pertama kalinya gue menginjakan kaki dirumah ini.
Gue mengetuk pintu kamar Aldi. Tidak ada jawaban. Gue mengetuk pintunya sekali lagi sambil memanggil namanya. Tapu masih nggak ada jawaban. Guepun memberanikan diri membuka kamar Aldi yang nampak gelap. Gue masuk kedalamnya dan menghidupkan lampu kamar Aldi hingga nampaklah pemandangan yang sukses bikin gue menganga.
Kamar Aldi bagaikan Titanic mau karam, berantakan. Dan inilah pertama kalinya gue melihat kamar Aldi sekotor ini. Kasur Aldi nampak acak-acakan, setali tiga uang dengan seseorang yang tidur diatasnya.
Dia nampak berantakan.
"Al bangun Al!" teriak gue seraya menggoyang-goyangkan badannya.
Aldi mengucek-ucek matanya khas bangun tidur. Tidak lupa menggapai-gapai kacamatannya yang ada di nakas samping ranjangnya.
Nampaknya nyawa Aldi belum terkumpul semua, sampai-sampai dia belum mengenali gue.
Dan seketika wajahnya menegang takala melihat wajah gue. Dia memalingkan wajahnya.
"Keluar!" katanya sambil menunjuki gue menyuruh gue pergi.
"Keluar kata gue!" teriaknya. "Gue nggak nerima faggot disini.!"
Seketika hati gue hancur bagaikan dilindes kereta, kemudian dikasih perasan air jeruk nipis. Sakit sekaligus perih. Gue mundur selangkah kebelakang karena syok. Gue nggak nyangka dia tega mengatai gue seperti itu. Entah kenapa air mata gue mulai berjatuhan.
"Kalo lo nggak keluar, maka gue yang keluar." katanya ketus tanpa memandang gue. Tapi gue bisa melihat linangan air mata dimatanya itu.
"Baik, gue akan pergi. Tapi dengarkan penjelasan gue."
Dia masih tidak bergeming.
"Gue akan jauhi Askar." ujar gue mantap. Aldi langsung menoleh ke gue. "Gue akan menjauhi Askar dan akan membuang perasaan itu jauh-jauh." Ada rasa penolakan dari nurani gue disaat kata tersebut terlontar dari mulut gue.
Gue bisa melihat sorot matanya yang berbinar-binar.
Gue tertunduk. "Maafkan gue Aldi. Gue egois, gue salah. Gue tau kalo semua ini salah. Gue emang nggak boleh punya perasaan sama Askar. Peraaan itu salah. Itu nggak normal." ujar gue. Entah kenapa perasaan gue menolak semua itu dengan bukti air mata gue yang berjatuhan.
"Serius Rian?"
Gue mengangguk. "Gue serius Al."
"Gue akan nolong lo Rian, gue akan buat lo normal lagi. Gue nggak ingin sodara gue sakit Rian." ujar Aldi seraya memeluk gue. Dia tersenyum bahagia. Wajahnya sumringah.
"Apapun yang terjadi, walaupun dari Yakuza Junior sekalipun akan gue hadapi. Gue akan lindungi lo dari ketuanya yang sakit itu."
"Makanya lo nggak usah nangis. Ada gue." ujar Aldi seraya mengusap pipi gue dari air mata.
"Gue juga akan bilang sama Ibu Silvi bahwa tugas buat makalahnya, lo gabung rekanan sama gue dan Dwi. Lo tenang aja Rian."
"Makasih Al."
Gue tersenyum lebar.
Tapi laksana api dalam sekam, muka gue yang gembira, tapi jauh dilubuk hati gue yang paling dalam, semuanya telah hancur berkeping-keping.
"Lo udah mandi?" tanya gue.
Aldi cengengesan seraya menjulurkan lidahnya. "Belum nih."
"Ii pantesan bau, mandi sana!" teriak gue sok-sok menutup hidung.
"Siip bos." Aldi memberi hormat ke gue.
Gue bisa merasakan kebahagiaan dari Aldi.
"Gue mau kebawah dulu, siap mandi lo lebawah ya, kita makan."
Aldi tersenyum dan guepun menutup pintu kamarnya.
Setelah gue benar-benar menutup rapat pintu kamarnya, tiba-tiba gue limbung, gue tertunduk didepan kamar Aldi dan gue menangis dalam diam.
Gue melakukan ini semua demi Bunda dan Aldi.
--- tbc
R~
Halo all!! Kembali lagi bersama Aurora disini. Maaf bru bza update hari ini disebabkan waktu gue yg padet. Cie elah..., sok sibuk lo Aurora. Haha tpi syukur hari ini jadwal gue yg nggk bgtu padat, ditambah dg kabut asap yg tambah pekat menyelimuti kota gue yg sukses bikin gue pngen d rumah aj. Tapi gue harap smga turun hujan diseluruh pnjuru Indonesia dan nih kabut bisa enyah dari kota gue.
Gmna mnrt 'antum' semua dg part 14 ini? Setuju nggak kalo Adrian menyerah dan berusaha untuk menghilangkan perasaannya k Askar?
Nah jngn brkcil hati dulu, masih tbc kok, ad lanjutannya.
Udah dulu mukadimah dari gue. So, gue mohon vote n komentar dari teman2 reader semua.
Selamat membaca n sunt
Sincerely
R~
wah.. binun nih ma aldi dan adrian, mgkn demi senyum banyak orang terdekat, sometimes kita hrs suffering diri kita sdri ya, even sampai berkeping2 (cie ileee) .. nice story gan, ga salah ane nyimak
Hmm,, sepertinya Aldi cinta mati sama Ryan..
lagi...