BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

3600 DETIK [ TAMAT ]

1679111244

Comments

  • setuju sama @Rifal_RMR biasanya gtu pasti sadend.. apalagi dari awal sudah d sebutkn randy pnya penyakit...

    tapi apapun itu, ko update d atas cuma seuprit.. more...more...
    but ceritanya seru like like... lanjuuuttt @freeefujoushi
  • setuju sama @Rifal_RMR biasanya gtu pasti sadend.. apalagi dari awal sudah d sebutkn randy pnya penyakit...

    tapi apapun itu, ko update d atas cuma seuprit.. more...more...
    but ceritanya seru like like... lanjuuuttt @freeefujoushi
  • ini mau update lagi Bro :)
    @Agova

    Oke Bro :)
    @syafiq

    yah tidak kayak gitu hehehe.....endingnya blm q putuskan sad/happy, tapi q tdk suka sad ending ;)....iya q pernah baca cerita kak Rendi ada satu cerita sad ending
    @Rifal_RMR

    Pasti seru :)
    @boybrownis
  • Kan ada beberapa cerita yg punya penyakit happy ending, tapi aku blm putuskan sad/happy hehehe
    @bagastarz

    Ini mau update Bro
    @syafiq
  • Mention yaaaaa om . Haha
  • Astaga kok aku dibilang om, usiaku 18 sob....oke sob ;)
    @rezka15
  • cieee cerita baru ya lek :p
    btw ga usah mensen haha5 lg.. ini idku yg baru :D
  • kalau sad ending harus punya bahan... huaaaaaa...
    ga siap sama sad ending :(
    suka karaktrr leon :*
  • PART 6

    Leon memainkan makanan di piringnya. Dia memandang Ayahnya dengan kesal.

    “Jadi kau membuat masalah lagi di sekolah!” kata Ayah.

    Leon tertawa Sinis. “Wow! Aku kira Ayah datang mau makan malam bersamaku, ternyata Ayah hanya mau menegurku lagi! Jadi apa yang terjadi? Wali kelasku menelepon Ayah?”

    “Leon !” teriak Ayah Leon

    “Merokok dan bolos pelajaran?” tanya Ayahnya marah. “Apakah kau tidak kapok juga? Apa ini caramu menarik perhatian Ayah?”

    “Aku rasa Ayah salah!” kata Leon. “Aku tidak bermaksud menarik perhatian Ayah!” kata Leon. “Aku hanya bermaksud membuat Ayah marah! Dan tampaknya itu berhasil!”

    Ayah Leon langsung menggebrak meja. “Ayah tidak mau melihat kelakuanmu seperti ini lagi, Leon! Hentikan sifat kekanak-kanakan ini! Mau sampai kapan kau begini?”

    Leon tertawa lebar.

    “Kenapa kau tertawa?”

    “Aku merasa lucu sekali!” kata Leon . “Ayah toh tidak akan sempat melihat kenakalanku karena Ayah tidak akan berada di sini saat aku melakukannya! Bukankah Ayah mau pergi ke luar kota lagi?”

    “Leon!!!” teriak Ayahnya.

    Leon bangkit dari tempat duduknya dan dengan sengaja menjatuhkan Guci Besar kesayangan Ayahnya.

    Setelah itu Leon bergegas ke kamarnya.Tak berapa lama kemudian telepon berdering. Ayah Leon mengangkat nya.

    “Halo!”

    “Ini aku!” kata suara di telepon. “Bagaimana keadaanmu, Alex?”

    Ayah Leon yang bernama Alex mendesah. Dia tidak siap untuk menerima telepon mantan istrinya saat ini.

    “Seperti biasa!” keluh Alex. “Putra kita masih tidak bisa menerima perceraian kita!”

    Suara di ujung telepon mendesah. “Aku akan mencoba bicara padanya, Alex!”

    “Sebaik nya begitu. Dia tidak mau bicara denganku sama sekali!”

    “Aku akan coba, Alex. Oh iya, aku sudah mengirimkan undangan pertunanganku seminggu yang lalu!” kata mantan istrinya.

    “Aku belum sempat mengucapkan selamat padamu!” kata Ayah Leon. “Aku harap kau berbahagia dengan calon suami barumu!”

    “Terima kasih!” balas Ibu Leon. “Semoga kau juga cepat menemukan kebahagiaamu!”

    “Lebih baik kau tidak membicarakan pertunangan ini pada Leon!” kata mantan suaminya. “Dia sedang benar-benar marah saat ini. Aku rasa sebaik nya kita menunggu sampai dia tenang dahulu baru memberitahu nya.”

    “Setuju!” kata Ibu Leon. “Aku akan menelepon nya sekarang. Selamat malam, Alex!”

    “Selamat malam!” balas Ayah Leon.

    Di benak Ayah Leon tergambar kembali perpisahan mereka satu tahun yang lalu.

    “Aku ingin Leon ikut denganku, Alex!” kata istrinya waktu itu.

    “Aku tahu!” kata Alex. “Tapi aku ingin memohon satu hal padamu.”

    “Apa itu?” tanya Ibu Leon.

    “Biarkan Leon tinggal di sini bersamaku!” kata Alex.

    “Tapi…”

    “Aku ingin kau memberiku kesempatan supaya aku bisa dekat dengan Leon. Aku tahu selama ini aku selalu sibuk, sehingga kaulah yang lebih dekat dengannya.”

    “Aku ingin permintaanku ini dirahasiakan dari Leon. Aku ingin Leon memberi kesempatan untuk membuka hatinya padaku. Aku ingin Leon tinggal denganku. Sampai dia lulus SMA.”

    “Baiklah!” kata Ibu Leon.

    Leon sangat terpukul saat ibunya lebih memilih bekerja di luar negeri daripada tinggal bersamanya.

    Dia menutup diri dan berkurung di kamarnya selama dua minggu. Satu hari sebelum keberangkatan ibu Leon ke luar negeri, ia menunggu Leon di luar kamarnya. Leon malah tidak keluar sama sekali.

    Keesokan paginya, istrinya berkata dari balik pintu. Air mata tergenang di matanya. “Leon.. Ibu harus pergi sekarang. Jaga dirimu baik! Ibu pasti akan meneleponmu setiap hari!”

    Di kamarnya, Leon juga menangis. Satu-satu nya orang yang dia percayai telah membuatnya kecewa dan terluka.

    Sejak saat itu, mantan istrinya selalu menelepon putranya setiap hari. Tetapi Leon tidak mau mengangkat teleponnya.

    Untuk melupakan masalah orangtuanya, Leon mulai membolos.

    Alex merasa cemas. Ia langsung menelepon mantan istrinya. Keesokan harinya Ibu Leon langsung datang. Leon tidak mau berbicara sepatah kata pun.

    Ia semakin jauh dari kedua orangtuanya. Sudah satu tahun berlalu, Leon masih tidak mau berbicara pada Ibunya.

    Alex membuka matanya dan menatap sedih ke kamar anaknya. Dia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia hanya berharap semoga Leon mau berbicara dengan ibunya di telepon kali ini.

    Terdengar HP Leon berbunyi di kamarnya. Leon mengangkat HP nya dari meja dan melihat siapa yang meneleponnya. Ibu Leon meneleponnya.

    Leon membiarkannya berdering.

    Leon memutuskan untuk mematikan HPnya. Leon berusaha memejamkan matanya dan tak berapa lama kemudian dia tertidur.


    PART 7

    Keesokan harinya Leon menemukan Randy di ruang musik.

    “Hai!” sapa Randy.

    “Kau selalu main setiap hari?” tanya Leon.

    “Tidak juga!” kata Randy.

    “Kau bisa main piano?”tanya Randy

    “Dulu waktu kecil!” kata Leon jujur. “Sekarang aku sudah lupa semuanya!”

    ”Tidak apa-apa!” kata Randy tersenyum manis. “Aku bisa mengingatkanmu lagi!”

    “Aku tidak mau main piano!” kata Leon. “Aku sudah bilang, jangan pernah ikut campur urusanku!”

    Randy memainkan lagu yang baru.

    “Aku hanya mau menjadi temanmu!” kata Randy dengan tulus.

    “Aku tidak mau!” kata Leon keras.

    Randy tersenyum. “Aku kan sudah bilang tidak apa-apa!”

    Mereka terdiam sesaat sambil beradu pandang.

    “Ada satu hal yang menarik perhatianku kemarin!” lanjut Randy.

    Leon tersenyum sinis. “Kau tidak pernah melihat orang mencuri sebelumnya?”

    Randy menggeleng. “Kau bisa mencuri CD lagu apa saja, tetapi kenapa memilih The Sound of Music?”

    Tatapan mata Randy membuat Leon berdiri dengan gelisah.

    “Karena aku menyukai salah satu lagu di dalamnya!”jawab Leon

    “Lagu yang mana?” tanya Randy sambil menatap Leon lagi dengan lembut.

    “Do Re Mi!” jawab Leon.

    Randy memainkan lagu tersebut. Mendengar lagu tersebut membuat Leon mengenang masa lalu. Leon melangkah mendekat dan duduk di samping Randy .

    “Ibu sering memainkannya untukku sewaktu kecil.” Ujar Leon lemah.

    Dan hal itu selalu membuatku nyaman, renung Leon dalam hati.

    Ketika dentingan piano berakhir Leon memandang Randy dengan lembut.

    “Bisakah kau memainkannya lagi?” pintanya.

    Randy memainkannya lagi. Kenangan lama bermunculan di benak Leon.

    Perasaan itu muncul kembali. Sakit hati. Kecewa. Marah. Sedih. Merasa tidak tahan lagi, Leon menghentikan permainan piano Randy dengan menekan tuts piano di depannya dengan keras.

    “Ada apa?” tanya Randy.

    Leon menatapnya dengan tajam. “Apakah menurutmu seseorang bisa mencintai dan membenci orang yang sama pada saat yang bersamaan?”

    Randy tidak menjawab. Leon berlari keluar dari ruangan. Randy terdiam tidak bergerak.

    Leon satu-satu nya orang yang tidak memperlakukan nya seperti seseorang yang lemah, walaupun dia sudah mengatakan penyakit yang dideritanya.

    Leon berlari menuju kelas nya. Sebenci apa pun dia pada ibunya dia tetap merindukannya.

    Selama pelajaran berlangsung Leon tidak dengarkan satu pun perkataan para guru yang mengajar di depannya.

    Guru tersebut langsung mengusir Leon keluar dari kelas.
    Leon malah tersenyum kurang ajar. “Kenapa tidak bilang dari tadi?” lalu dengan santai dia keluar dari kelas.

    Jam istirahat tiba, si ketua kelas berkata pada nya.“Bisakah kau menghapus papan tulis? Kami sudah memutuskan kalau hari ini giliranmu piket!”

    Leon menatap tajam. Si ketua kelas mengurungkan niat nya. Akhirnya dia berjalan menjauhi Leon. Leon merebahkan diri di mejanya dan menutup matanya.

    Hari ini berjalan lambat sekali, keluhnya dalam hati.

    Hei, tebak, siapa yang mendapat nilai paling tinggi saat ujian coba EBTANAS minggu lalu?” salah seorang murid di depan Leon berkata.

    “Siapa?” tanya murid di sebelahnya.

    “Randy! Anak 3 IPA 1.” Katanya.
    “Hebat sekali dia!”Jadi sekarang selain tukang ikut campur, disukai guru, jago main piano, ternyata dia pandai juga? Keluh Leon dalam hati.

    Saat bel pulang tanda pulang sekolah berbunyi, Leon bangkit dari tempat duduknya dan berlari menuju gerbang sekolah.

    Sepulang sekolah Pak Donny mendatangi WC sekolah dan tidak melihat seorang pun di dalamnya.

    Dalam hati dia merasa kecewa. Tak lama setelah Pak Donny meninggalkan WC, Randy melangkah ke tempat itu. Dia juga tidak melihat Leon di sana.

    Perkataan Leon terngiang-ngiang di benak nya.“Kau akan tahu satu atau dua minggu lagi saat kau mengucapkan selamat tinggal padaku!”Kini Randy tahu apa maksudnya.

    ***

    Leon menatap rumahnya dengan hampa. Setelah meletakkan tasnya di kamar nya, Leon bersiap-siap untuk pergi ke sebuah klub malam.

    Ketika melihat uang di dompetnya habis, dia menuju ruang kerja ayahnya.

    Dia melangkah ke meja kerja ayahnya. Leon menarik lacinya. Ada kartu kredit dan jam tangan emas ayahnya.

    Leon tersenyum. Diambilnya kartu kredit tersebut dan mengenakan jam tangan emas itu di tangannya.

    Pandangan nya jatuh pada selembar undangan yang ada di sana.

    Leon membuka isinya. Rasa terkejut menerjangnya.

    Dia membongkar seluruh barang yang ada di meja kerja ayahnya.

    Tiba-tiba HP nya berbunyi. Ibunya menelepon lagi.
    Dia langsung memutuskan hubungan telepon itu.Ia berjalan ke ruang tamu dan duduk di sana sampai ayahnya pulang.

    Ketika Alex pulang dari kantor sore hari nya, ia terkejut karena Leon menungguinya.

    “Ada apa?” Alex berjalan ke arah putranya.

    Leon melemparkan undangan itu ke meja.

    Wajah Alex langsung memucat.

    “Apa ini?” tanya Leon dingin.

    “Leon…” katanya dengan lemah.

    “Kapan Ayah mau memberitahu aku?” teriak Leon.

    “Ayah akan memberitahumu besok!” ujarnya.

    “Undangan itu dikirim seminggu lalu. Kenapa Ayah tidak memberitahuku saat itu? Aku benci Ayah !!!!!!” teriak Leon.

    Leon berlari ke luar ruangan. Alex duduk dengan lelah di ruang tamu.

    Tak berapa lama kemudian, Leon tiba di sebuah klub.

    Leon duduk di restoran klub itu. Kemudian seorang pelayan menawarkan menu padanya.

    “Saya minta semua yang ada di menu!” kata Leon.

    “Semua?” tanya pelayan itu bingung.

    “Iya! Semuanya! Sekarang juga!” kata Leon kesal.

    Si pelayan pergi tanpa berkata-kata lagi.

    Leon mengeluarkan bungkus rokok dari saku celana jinsnya dan mulai merokok.

    Leon memejamkan mata, mencoba melupakan segalanya. Ketika dia membuka matanya kembali, meja di depannya sudah penuh dengan berbagai macam makanan dan minuman.

    Leon bangkit berdiri dan menghampiri kasir. Dia mengeluarkan karti kredit Ayahnya.

    Saat penjaga kasir menyodorkan bonnya, Leon dengan mudah meniru tanda tangan ayahnya. Leon tidak merasa menyesal ketika dia keluar dari klub itu tanpa menyentuh makanan yang dipesan nya sama sekali.

    BERSAMBUNG

    BERIKAN LIKE DAN KOMENTAR BANYAK YA UNTUK 2 PART INI :)
  • Iya mas cerita baru oke...nanti q mention id barunya
    @kaha

    blm tahu mas sad/happy, aku jg tdk suka sad ending ;)...lihat aja ya ceritanya
    @new92
  • Bgus.... Hmmmm kyak crta hrus diprpnjangkn lgi deh. Hihihihi biar puas bca.... Aq baca skjp
  • Bagus kakak ceritanya ditu ggu ya kk .
  • Leon jgn trlalu ksr dong sama rndy.... Kok leon blm ada rsa trtarik ya sama randy. Itu hrus ada.
Sign In or Register to comment.