BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

3600 DETIK [ TAMAT ]

18911131444

Comments

  • semakin seru kak @freeefujoushi dan gak kerasa kalau baca tau tau bersambung aja, leon kpn bisa luluh sama randy ya , lanjut
  • Iya jnji di lnjutin trus ya. Pnsaran ni mau lht leon gilakn rndy
  • Leon benar benar dah...
  • tdk ap2 sob :)
    @Akang_Cunihin

    sama dulu q kyk leon bolosan tp kls 1 sma hehe, sama aku jg kasihan ama papanya :(
    @soratanz

    okeyy sob
    @haikallekall

    okeee sob
    @yansah678
  • hahaha kapan ya ;)
    @JimaeVian_Fujo

    Okeee Bro :)
    @syafiq

    Benar-benar apa nih?
    @akina_kenji
  • leon,, kalo ng'like ggl mulu knapa,y
  • PART 8

    Keesokan harinya Randy mengunjungi kelas Leon. Pandangan Randy menyapu seluruh ruangan, tetapi dia tidak menemukan orang yang dicarinya.

    “Kau tahu Leon di mana?” tanya Randy pada seorang murid di kelas itu.

    “Aku tidak tahu! Hari ini dia tidak masuk sekolah lagi!” jawab murid itu.

    Perasaan kecewa menghinggapi diri Randy. Kenapa dia bolos lagi?

    “Terima kasih!” kata Randy sambil berjalan keluar dari kelas.

    Siang itu Randy hanya bisa mengikuti pelajaran setengah hari karena harus melakukan pemeriksaan lagi di rumah sakit.
    Randy berharap bisa bertemu Leon hari itu.

    Sewaktu Randy keluar dari sekolah Pak Budi, sopir keluarganya sudah menunggunya di depan gerbang.

    “Siang, Pak!” sapa Randy .

    “Siang nak Randy!” kata Pak Budi.

    Sesudah membukakan pintu untuk Randy , Pak Budi beralih ke kursi pemudi dan menjalankan mobil.

    Di tengah perjalanan, Randy melihat Leon memasuki tempat biliar.

    “Pak! Berhenti dulu!” kata Randy pada Pak Budi.

    Pak Budi menghentikan mobilnya.

    “Ada apa nak Randy?” tanya Pak Budi panik.

    “Tolong Pak Budi tunggu di sini sebentar!” kata Randy sambil keluar dari mobil.

    Randy berjalan menuju tempat biliar dan masuk ke dalamnya.
    Ketika merasa seseorang melangkah mendekatinya

    Leon langsung menoleh.

    “Apa yang kau lakukan di sini?” bentak Leon. “Keluar! Aku tidak mau melihatmu!”

    “Mengapa kau bolos hari ini?” tanya Randy

    “Aku sudah bilang jangan pernah campuri urusanku!” kata Leon dingin.

    Randy memandangnya tajam tanpa berkata apa-apa.

    “Kau bisa main biliar?” tantang Leon.

    “Tidak.” Jawab Randy.

    “Kalau begitu apa yang kau lakukan di sini?” teriak Leon.

    “Menemuimu.” Kata Randy.

    “Kau memang penguntit.” Gerutu Leon.

    Randy tidak menjawab.

    “Baik!” kata Leon ketus. “Kalau kau tidak mau keluar, terserah.”

    Lalu tatapan Leon beralih pada orang di sebelahnya. “Ayo, kita lanjutkan!”

    “Kita mau bertaruh apa?” tanya orang di sebelahnya.

    Leon melirik jam tangan emas Ayahnya yang diambilnya kemarin lalu melemparkan kepada orang itu.

    “Kalau kau menang kau boleh memiliki jam tangan emas ini!”

    “Kalau aku kalah?” tanya orang itu.

    “Kau boleh memiliki jam tangan emas ini juga! Bukankah itu tawaran yang menarik?” jelas Leon.

    “Menang atau kalah aku tetap dapat jam tangan emas ini!” kata orang itu sambil mengangguk.

    “Setuju!” katanya.

    “Apakah kau tidak lelah menyakiti dirimu sendiri?” kata Randy.

    “Cukup! Aku sudah tidak tahan lagi denganmu! Apa kau berpikir bertemu satu-dua kali kau sudah mengenalku? Jangan kau kira karena kau penyakitan maka aku tidak bisa memukulmu! Aku tidak peduli!” kata Leon.

    “Apa mungkin itu yang harus kulakukan? Memukulmu supaya kau dikeluarkan dari sekolah?” kata Leon sambil memegang pipi putih Randy

    Randy hanya terdiam mengamati Randy . Muka Leon menegang karena terbius tatapan mata Randy.

    “Ada apa denganku, kenapa aku merasa gelisah ketika menatap wajah cowok ini “ kata Leon dalam hati

    Leon pun melepaskan pegangan pada pipi Randy.

    Tiba-tiba Leon mengeluarkan sebatang rokok

    “Kau mau coba?” tanya Leon sinis. “Toh jantungmu sudah sakit, jadi apa salahnya mengisap satu saja?”

    “Tampaknya hari ini suasana hatimu sedang buruk!” kata Randy.

    “Bukankah kau ingin menjadi temanku?” tanya Leon.

    “Kalau begitu temani aku main biliar hari ini!”

    Randy tergoda untuk menyanggupinya tetapi dia teringat Pak Budi.

    “Maaf, hari ini aku tidak bisa! Aku ada janji lain!”

    Leon pun tertawa terbahak-bahak.

    “Aku sudah menyangkanya. Pasti kau mau kabur ke Pak Donny dan memberitahu dia kalau aku ada di sini sedang main biliar.”

    Randy menatap Leon dengan sedih.

    “Kau salah. Aku tidak akan mengadu pada siapa pun!”

    “Ha ha ha!” tawa Leon singkat. “Aku tidak percaya padamu! Jadi pergi saja dari hadapanku!”

    “Aku harap bertemu denganmu di sekolah besok!”jawab Randy

    Randy pun berjalan ke arah pintu.

    Leon tersenyum pendek. “Jangan terlalu berharap banyak, anak teladan. Kalau aku pergi ke sekolah besok, pasti aku akan berbuat onar. Nanti kau akan kecewa dan jantungmu tidak kuat menahannya!”

    Randy menoleh menatap Leon.

    “Lalu kenapa kau tidak datang ke sekolah besok dan melihatnya sendiri?”kata Randy

    Setelah itu Randy pergi dari hadapan Leon.

    Randy masuk ke mobil.“Ayo, jalan, Pak!” kata Randy lemah.

    Pak Budi belum pernah melihat Randy seaneh itu.

    “Nak, kamu tidak apa-apa?” tanya Pak Budi khawatir.

    “Tidak apa-apa.” Jawab Randy.

    “Mari kita ke rumah sakit! Papa pasti sudah menunggu!”

    Pak Budi segera menjalankan mobilnya.

    Melihat kepergian Randy, Leon tidak punya keinginan untuk meneruskan permainannya.

    “Aku tidak mau main lagi!” kata Leon.

    Sekeluarnya dari tempat biliar, Leon mendesah. Dia tahu dia telah bersikap keterlaluan terhadap Randy.

    Baiklah, anak teladan. Besok aku akan membuat onar lagi dan kita lihat sejauh mana kau menjadi temanku! Tekad Leon dalam hati.


    PART 9

    Sudah malam saat Leon memasuki rumahnya. Ayah, seperti biasa sudah duduk di kursi tamu.

    “Dari mana saja?” tanya Alex.

    “Tadi siang Ayah mendapat telepon dari sekolahmu, katanya kau membolos lagi!”

    “Jadi kenapa? Toh itu bukan hal baru lagi!” kata Leon santai.

    “Apakah kau masih mau seperti ini, Leon?”

    “Ya!” kata Leon . “Aku memang tidak mau berubah!”

    Alex ingin mengatakan sesuatu lagi tetapi dering telepon menghentikan perkataannya.

    “Jangan pergi dulu! Ayah belum selesai berbicara denganmu!”

    Ia mengangkat telepon dari sampingnya.

    “Halo!”

    Untuk sesaat ia mendengarkan suara si penelepon.

    “Ya, benar!” katanya kemudian.

    “Kemarin sore saya memang melaporkan bahwa saya telah kehilangan kartu kredit!”

    Ia mengerutkan dahinya dengan bingung.

    “Apa maksud anda? Kartu kredit saya baru saja digunakan kemarin!? Tapi saya sama sekali tidak menggunakannya kemarin. Saya yakin kartu kredit saya sudah dicuri.”

    Leon menghampiri Ayahnya dan memutuskan pembicaraan telepon itu.

    “Apa yang kau lakukan?” protes Alex.

    Leon melemparkan kartu kredit Ayahnya ke meja telepon.

    “Aku yang mencuri kartu kredit Ayah. Dan aku yang menggunakannya kemarin di klub!”

    Alex terpana tidak percaya. “Kenapa kau tega melakukan hal seperti ini, Leon? Sekarang kau berani mencuri dari Ayah?”

    “Mungkin suatu hari aku akan berakhir di penjara!” kata Leon.

    PLAK

    Tamparan Alex mengenai pipi Leon. Dia menyesali perbuatannya.

    Alex menatap putranya dengan sedih.

    “Ayah tidak bermaksud demikian, Leon . Hanya saja perkataanmu tadi sudah keterlaluan. Ayah kira dengan pindah ke kota baru dan rumah baru kau akan mendapatkan lingkungan baru dan memulai dari awal lagi!”

    Leon tertawa sinis. “Memulai baru? Satu-satunya alasan kenapa Ayah mau pindah ke kota ini adalah untuk membuka cabang hotel baru Ayah.”

    “Itu tidak benar!”

    “Seakan-akan lima hotel masih kurang!” kata Leon.

    “Tampaknya apa pun yang Ayah katakan, kau tidak akan mendengarnya!”

    Alex menatap Leon sedih. “Ayah hanya mau kau percaya bahwa kau satu-satunya yang terpenting bagi Ayah!”

    “Aku capek!” kata Leon. “Aku tidak mau mendengar omongan Ayah lagi!”

    “Leon…”

    Leon sudah menaiki tangga menuju kamarnya.

    “Oh ya, satu hal lagi!” kata Leon menoleh ke arah Ayahnya.

    “Aku juga mengambil jam tangan emas yang ada di laci meja kerja Ayah.”

    “LEOOOOON!!!” teriak Alex kesal.

    Leon memasuki kamarnya.

    Di lantai bawah, Alex pun menangis.

    ***

    Keesokan paginya Leon sudah mempersiapkan apa saja yang akan dilakukan di sekolah supaya dia di keluarkan hari itu juga.

    Ketika bel tanda pelajaran berbunyi, Pak Donny mendekati Leon.

    “Istirahat nanti temui Bapak di ruang guru!” kata Pak Donny tegas.

    “Kau sudah membolos seharian kemarin untuk pergi ke tempat biliar!”

    Pak Donny pergi meninggalkannya. Leon pun kaget mendengar perkataan Pak Donny.

    "Kenapa Pak Donny bisa tahu, jangan-jangan?" tanya Leon dalam hati.

    RANDY

    Percaya pada Randy??? Betapa bodohnya aku sempat berpikir untuk memercayai anak penyakitan itu. Teriak Leon dalam hati.

    Semua orang sama saja, tidak bisa dipercaya. Teman apanya? Dia hanya ingin jadi anak kesayangan guru.

    Saat istirahat, sebelum menemui Pak Donny, Leon melabrak Randy di kelasnya.

    “Bagaimana kau bisa munafik seperti ini? Dengan memakai alasan teman segala!” kata Leon keras.

    Randy tidak mengerti perkataan Leon.

    “Maksudnya?”tanya Randy

    Leon tertawa sinis. “Masihn pura-pura tidak mengerti, lagi! Aktingmu hebat sekali! Kau memberitahu Pak Donny kalau aku ke tempat biliar kemarin!”

    Randy menatap Leon dengan serius. “Aku tidak memberitahu siapa pun!”

    “Bohong!” teriak Leon. “Wali kelasku baru saja memanggilku pagi ini, memintaku menemuinya karena aku berada di tempat biliar kemarin. Kalau bukan kau siapa lagi yang mengatakannya, hah?!”

    “Aku benar-benar tidak mengadukanmu!” tegas Randy.

    “Yah! Aku tidak percaya padamu!” Leon berjalan keluar dari kelas Randy.

    “Aku hanya ingin melihat tampangmu saat aku memberitahu hal tadi. Dan percayalah ini adalah terakhir kalinya kau melihatku karena sudah pasti hari ini aku akan dikeluarkan dari sekolah!”Kata Leon dengan tatapan sinis.

    “Leon!” teriak Randy.

    Leon menghentikan langkahnya.

    “Aku tidak peduli kau percaya atau tidak, tetapi aku benar-benar tidak memberitahu Pak Guru soal kemarin. Kau temanku dan aku tidak mau melihatmu pergi dari sekolah!”

    Leon melihat tatapan sedih memancar dari mata Randy yang besar berwarna cokelat.

    “Yah, kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, bukan?”jawab Leon sambil menatap Randy kemudian Leon pun pergi dari hadapan Randy

    Leon menemui Pak Donny di ruangannya.

    “Duduk, Leon!”

    Leon duduk menghadap wali kelasnya.

    “Apakah kau mau mengakui kalau kemarin kau bolos dan main ke tempat biliar?” tanya Pak Donny.

    “Ya, benar!” sahut Leon.

    “Apakah sekarang Bapak akan mengeluarkan saya?”

    Pak Donny tersenyum. “Kau benar-benar berpikir Bapak akan mengeluarkanmu? Mengeluarkanmu adalah langkah terakhir. Bapak masih ingin memberimu kesempatan. Jadi mulai hari ini hukuman membersihkan WCmu akan diperpanjang jadi enam minggu!”

    “Saya lebih suka dikeluarkan!” kata Leon.

    “Bapak tau!” kata Pak Donny sambil tertawa.

    “Tapi Bapak lebih suka hukuman yang ini! Kalau kau tidak mau melakukan nya, Bapak akan tambah lagi dua minggu sampai kau melakukannya!”

    Leon mendesah.

    “Kalau tidak ada pertanyaan lagi, kau boleh keluar!” kata Pak Donny.

    Leon melangkah keluar.

    “Oh ya, satu hal lagi.” Lanjut Pak Donny. “Kalau kau mau main biliar, jangan lakukan lagi di dekat rumah Bapak kalau tidak mau ketahuan!”

    Leon berbalik menghadap Pak Donny.

    “Maksud Bapak, kemarin Bapak melihat saya di tempat biliar?”

    “Iya!” kata Pak Donny.

    Leon akhirnya tahu kalau ternyata bukan Randy yang memberitahu Pak Donny.

    Sepulang sekolah, Leon melihat Randy yang sedang duduk sambil melamun sedih.

    Leon mendekati Randy .

    “Bukan kau yang memberitahu Pak Guru!” kata Leon .

    Randy pun menatap Leon. “Kan sudah kubilang”.

    “Aku minta maaf.” Lanjut Leon.

    Randy bangkit dari kursi nya.

    “Jadi aku tidak akan melihatmu lagi karena kau akan dikeluarkan dari sekolah!” tanya Randy dengan tatapan sedih

    Leon tersenyum. “Sebetulnya aku tidak dikeluarkan dari sekolah. Hanya disuruh membersihkan WC enam minggu!”

    Randy tertawa balik. “Enam minggu? Lama sekali. Kau akan melakukannya?”

    Leon nyengir. “Tidak!”

    Randy mendesah.

    “Sayang sekali!”

    “Kenapa?” tanya Leon heran.

    “Karena tadinya aku mau menemanimu! Kata Randy sambil tersenyum manis.

    DEG

    Muka Leon bersemu merah ketika Randy berkata seperti itu.

    BERSAMBUNG

    Aku kaget part 6-7 likenya sedikit aku sedih :( tapi aku tdk sedih banget karena komentarnya banyak hehehe :).....

    oh ya ini aku post 2 chapter langsung karena nanti malam tdk bs post cerita karena jemput abang aku yang nyebelin banget.

    BERIKAN LIKE DAN KOMENTAR BANYAK YA :)
  • mungkin mas pakai opera mini tdk bs ngelike, tidak apa2 kok kalau tdk bs like asalkan kasih komentar :)
    @abong
  • 100 komentar pun gw kasih bro :D
  • Ksihan tuh si Randy jdi sedih
  • Ksihan tuh si Randy jdi sedih
  • Seruuuu haha
  • hahaha cukup 1 komentar bro wkwkwk
    @Akang_Cunihin

    Iya kasihan Randy
    @Aurora_69

    haha iya seru
    @rezka15
  • Oh my Gay oh my gay!!
    #garuk2pepekAnjing
    #Bitch!!

    Mana bibir mana bibir,,,, gue mau pingsan!! Kasih napas buatan....
    #eh??

    Kok gue jadi lebay ya??
    #ilangIngatan.
Sign In or Register to comment.