BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

3600 DETIK [ TAMAT ]

1262729313244

Comments

  • @freeefujoushi nggk kok bang, aku brusaha nggk akan nangis. :)
  • Oke adek kalau adek nangis...peluk abang blh hehehehe
    @Aurora_69
  • iya bang biar dedek peluk. ntar ad yg marah lgi. :p @freeefujoushi
  • iya bang biar dedek peluk. ntar ad yg marah lgi. :p @freeefujoushi
  • blom saya mah,, ga mau nyari takut:)
  • hahaha kayaknya sih wkwkwkwk...its okay hug
    @Aurora_69

    knp takut, Bro?
    @abong

    Kasihan Randy
    @akina_kenji
  • boleh nih,peluk aja adek bang
  • boleh nih,peluk aja adek bang
  • Tdk aq nangis ni... Jgn rndy tdk blh mati
  • whahahaha sini abang peluk
    @jimmy_tosca

    jangan nangis bro :(
    @syafiq
  • hahaaaa bingung ajaaa,, terlalu beresiko, takut,ngeri bayangin. y kalo ketahuan ortu... cukup dngn nikmatin cerita n video",y ajaaaa.. heheeee
  • edited July 2015
    PART 18

    Lima hari kemudian Randy membereskan barangnya dari lemari rumah sakit. Leon mengetuk pintu ruangannya dengan gembira.

    Para dokter mengatakan kesehatan Randy pulih dengan cepat.

    Mereka menyebutnya sebagai keajaiban. Ketika Leon mengatakan omongan para dokter itu, Randy hanya tersenyum.

    “Mungkin belum waktunya!” kata Randy dalam hati.

    Leon menatap Randy yang sedang membereskan bajunya.

    “Sini, biar aku bantu, sayang!” kata Leon.

    “Terima kasih!” ucap Randy sambil tersenyum. “Mungkin sebentar lagi Pak Budi menjemput!” kata Randy.

    “Aku mau menunggunya di depan pintu rumah sakit. Jadi Pak Budi tidak usah parkir lagi. Aku sudah tidak sabar ingin keluar dari sini!”

    “Kalau begitu, ayo kita pergi!”

    Leon menutup risleting tas Randy .

    “Biar aku yang bawa!” kata Randy mau mengambil tasnya.

    “Kamu kan baru sembuh!” Leon menepis tangan Randy . “Aku saja yang bawa!”

    Kemudian Leon bergegas keluar dari kamar Randy. Randy mengangkat bahu dan mengikutinya.

    Setelah lima menit menunggu di depan rumah sakit dan tidak ada tanda-tanda mobil Randy muncul.

    “Sayang sebaiknya kita masuk saja dahulu!” kata Leon.
    Randy menggeleng.

    “Aku tidak mau masuk lagi ke dalam sana setelah aku bisa keluar sekarang!”

    Leon menatap hujan yang turun dengan deras.

    “Tapi cuacanya dingin sekali!”

    ”Tenang saja, sebentar lagi juga Pak Budi datang kok!” kata Randy.

    Leon meletakkan tas Randy di lantai dan membuka jaketnya.

    “Ini!” serunya. “Pakailah!”

    Randy membelak menatap jaket yang ditawarkan kekasihnya. Dia memerhatikan jaket merah Leon dengan tatapan tidak percaya.

    Warnanya merah mencolok dan di depannya terdapat gambar kartun seorang anak kecil yang sedang tersenyum menampakkan gigi ompongnya. Jaket itu bertuliskan “Are you ready for school.”

    Randy menggeleng ngeri. “Aku tidak akan memakainya!”

    “Kenapa kamu tidak memakai jaket hitam kayak biasanya?”

    “Jaketku bau dan kalau jaket jeans sayang dipakai, lebih baik pakai jaket ini “ Kata Leon sambil cengir

    “Kamu harus pakai! Nanti kalau kamu kedinginan dan sakit lagi, bagaimana?”

    “Aku rasa aku lebih kedinginan saja!” kata Randy.

    “Aku tidak akan membiarkanmu sakit lagi!” sanggah Leon.

    Dia menangkap tangan mungil Randy dan mengenakan jaket merahnya ke badan cowok mungil itu. Tahu-tahu Leon sudah menutup tisleting jaket di badannya.

    “Nah! Selesai!” kata Leon.

    Randy memandang nya dengan tatapan tidak suka.Seorang pengunjung rumah sakit menatap Randy sambil menahan tawa. Randy semakin cemberut dan menggembungkan pipinya.

    “Ayolah!” kata Leon menghibur. “Tidak seburuk itu kok!”

    Tapi lima detik kemudian Leon tertawa terbahak-bahak. Mendengar tawa Leon, Randy semakin kesal.

    Leon pun menghentikan tawanya dan mencubit pipi Randy

    “Jangan ngambek dong, sayang”

    “Tahu ah “

    Leon pun merangkul bahu Randy. Muka Randy tersenyum tersipu malu. Leon menatap Randy dan ikut tersenyum.

    Lima menit kemudian mobil Randy tiba. Randy cepat-cepat masuk ke pintu penumpang. Leon mengikutinya sambil terkikik geli.

    Di dalam mobil Pak Budi juga memerhatikan jaket yang dikenakan Randy.

    Randy menyuruh Pak Budi mengantar Leon ke rumahnya.

    “Istirahat yang banyak!” kata Leon ketika sudah tiba di depan rumahnya.

    Randy mengangguk. “Masuklah!”

    Randy memandang jaket yang dikenakannya sambil mendesah. Hari-hari bersama Kekasihnya memang tidak pernah membosankan.

    Sesampainya di rumah, Randy disambut oleh Ibunya di depan pintu.

    “Randy!” Ibu memeluknya.

    Lalu wanita itu memandang jaket yang dikenakan putranya sambil menahan tawa.

    “Ayo masuk!” ajak Ibu lagi.Mama rupanya telah menyiapkan makanan dan minuman untuk Randy.

    “Makan dahulu!” katanya.

    Randy mulai memakan masakan Ibunya.

    “Kamu mau ganti baju sekarang?” tanya Ibu Randy.

    Randy menyentuh jaket yang dikenakannya. Entah mengapa dia merasa sayang melepaskan jaket itu setelah Leon tidak ada.

    “Nanti saja, Bu. Aku mau makan dulu.”

    Randy berbohong. Ibunya tersenyum mengerti.

    ***

    Leon melangkah ke kamar Ayahnya. Dia mengetuk pintu kamar Ayahnya lalu masuk. Alex sedang bersiap-siap menghadiri pertemuan dengan para rekannya.

    “Ada apa, Leon?” tanya Alex.

    “Aku mau memberi sesuatu.” Kata Leon.

    Leon memberikan bingkai foto yang dipegang nya pada Ayahnya.Alex menatap foto di dalamnya. Itu foto dirinya dan Leon saat putranya mencoba kemeja dan jas Hitam di toko.

    Seorang pelayan toko ingin memfoto Leon mengenakan kemeja tersebut dan memajang di tooknya.

    Lalu dia juga meminta mereka berdua untuk berfoto.

    “Aku tidak tahu bagaimana berterima kasih atas bantuan Ayah waktu itu!” kata Leon.

    “Aku hanya punya foto ini untuk Ayah!”

    “Oh, Leon!” Alex terharu. Dielusnya kepala putranya dengan penuh sayang.

    “Ini indah sekali!”

    ”Ayah bisa memajangnya di meja kantor Ayah!” kata Leon.

    “Terima kasih, Leon!” kata Alex senang.

    ***

    Hari ini adalah hari pembagian rapor. Leon duduk di kelasnya dengan khawatir. Dalam hati kecilnya dia tidak ingin membuat Randy dan Ayahnya kecewa.

    Pak Donny masuk ke kelas sambil membawa rapor dan banyak kartu pos.

    “Hari ini kalian akan mendapatkan hasil belajar kalian selama satu semester ini!” kata Pak Donny. “Tapi sebelumnya ada sesuatu yang ingin Bapak sampaikan! Sebagaimana yang telah kalian ketahui, di seberang sekolah kita telah dibuka kantor pos baru. Mereka ingin memberikan kartu pos pada kalian sebagai kenang-kenangan.”

    Lalu Pak Donny meletekkan setumpuk kartu pos pada meja terdepan masing-masing.

    “Bapak yakin kalian akan menikmati liburan kalian setelah pembagian rapor ini. Jadi kartu pos ini dapat kalian gunakan untuk mengirim kabar pada teman kalian saat kalian pergi ke luar kota atau luar negeri!”

    Leon melihat sekilas kartu pos nya yang berwarna biru, lalu memasukkannya ke tas.

    “Nah.” Kata Pak Donny. “Sekarang Bapak akan membagikan rapor berdasarkan urutan nama kalian. Bagi yang namanya dipanggil silakan maju kedepan.”

    Pak Donny menatap murid yang duduk dihadapannya. Dia membuka rapor di tangannya.

    “Bapak tidak harus mengatakan apa!” kata Pak Donny.

    Leon merasa putus asa.

    “Nilai-nilaimu memang masih kurang!” kata Pak Donny. “Tapi Bapak tahu kamu sudah berusaha. Kamu masih punya kesempatan untuk memperbaiki nilaimu semester depan. Walau begitu Bapak tetap merasa senang karena tidak ada satu pun nilai merah di rapormu.”

    “Tidak ada yang merah?” tanya Leon terkejut.

    “Ya!” kata Pak Donny sambil tersenyum. “Kelihatannya kamu sudah berusaha memperbaiki nilaimu dibandingkan tahun lalu. Bapak tahu kamu bukan anak yang bodoh dan sampai saat ini Bapak tidak menyesal karena telah memberikan kesempatan padamu untuk membuktikan hal itu pada dirimu sendiri. Jadi semester depan, cobalah berusaha lebih baik lagi!”

    Pak Donny menunjukkan rapor Leon padanya.

    “Ini! Kamu bisa melihat sendiri!”

    Leon melihat nilai-nilai di rapornya. Memang banyak nilai enamnya, tapi tidak ada nilai merah. Nilai yang bagus hanyalah nilai olahraga, ia mendapat nilai delapan.

    “Berjuanglah semester depan, Leon!”

    Pak Donny memberi semangat.

    “Terima kasih, Pak!” Leon tersenyum.

    Leon keluar dari kelas sambil tersenyum. Randy sudah mengingatkannya dari pagi bahwa dia ingin melihat rapor Leon.

    Leon tidak melihat Randy di kelasnya.

    “Kamu tahu di mana Randy?” tanya Leon pada salah seorang teman sekelasnya.

    “Oh! Dia dipanggil ke ruang guru!” katanya.

    Leon langsung pucat. Apakah gara-gara nilai rapor Randy yang menurun? Tanyanya panik.

    Leon berlari ke ruang guru. Dia menunggu sampai akhirnya Randy keluar.

    “Randy!” sapanya. “Kenapa kamu dipanggil? Memang ada masalah dengan nilai rapormu?”

    Randy mengangguk tanpa semangat. Tangannya memegang rapornya dengan lemas.

    “Tidak apa-apa, Randy. Kan masih ada semester depan. Kamu pasti bisa berusaha lebih baik lagi di semester depan.

    Pasti nilai nya tidak akan lebih parah dari nilai raporku, kan?” hibur Leon.

    Randy menatap Leon dengan serius.

    “Bagaimana rapormu?”

    Leon memberikan rapornya pada Randy.

    “Tidak jelek! Setidaknya tidak ada nilai merah sama sekali! Semester depan kita berusaha sama-sama, oke!”

    Randy melihat nilai rapor Leon.

    “Aku senang tidak mendapatkan nilai merah!”
    “Boleh aku melihat rapormu?” balas Leon.

    Randy menggeleng. Leon penasaran dan direbutnya rapor Randy dari tangannya.

    “Leon!”

    Leon terkejut melihat rapor Randy.“Nilaimu tidak ada yang jelek!” kata Leon. “Semuanya dapat nilai Sembilan!”

    “Memang!” kata Randy santai.

    “Kalau begitu kenapa kamu dipanggil ke kantor guru?” tanya Leon bingung.

    Randy akhirnya tertawa. “Aku tadi hanya ingin menggodamu. Aku dipanggil ke sini karena para guru mau kasih hadiah atas prestasiku sebagai juara umum.”

    “Hah??? Juara umum???” tanya Leon. “Jadi… kamu bohongi aku ya tadi???”

    Randy mengangguk. “Aku tidak menyangka bisa menipumu!”

    Leon cemberut kesal. “Menyebalkan!!”

    “Aku hanya ingin bercanda!”

    “Tunggu dulu, ada yang tidak aku mengerti!” kata Leon. “Waktu itu kan kamu tidak ikut ujian fisika!”

    “Hei Mas, ada yang namanya ujian susulan!” jawab Randy.

    “Bagimana dengan nilai olahragamu?” tanya Leon bingung. “Kok bisa dapat nilai Sembilan? Bukannya kamu tidak bisa mengikuti kegiatan olahraga!”

    “Pak Guru memberikan tugas lain untukku!” kata Randy. “Kliping tentang olahraga!”

    Leon akhirnya mengerti. Dalam kondisi sakit pun Randy bisa menjadi juara umum.

    BERSAMBUNG

    BERIKAN LIKE DAN KOMENTAR YANG BANYAK YA :)
  • Iya juga sih bro, tapi km cobalah pacaran hehehehe
    @abong
Sign In or Register to comment.