BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

3600 DETIK [ TAMAT ]

1111214161744

Comments

  • Pundhi niki ceritane mas... Dhalem sampun dimention... He he
  • edited July 2015
    PART 10

    Sepulang sekolah Leon membersihkan toilet ditemani Randy tanpa sepengetahuan mereka, Pak Donny melihatnya dari jauh dan tersenyum. Randy memerhatikan Leon yang sedang membersihkan WC.

    Tiba-tiba Leon tertawa.

    “Apa yang kau tertawakan?” tanya Randy.

    “Aku hanya memikirkan perkataan yang dulu!” kata Leon.

    “Yang mana?”

    “Kau bilang hidupmu hanya berkisar di rumah sakit, sekarang aku merasa hidupku hanya akan berkisar di toilet!”

    Randy terbahak mendengarnya.“Kau tidak akan membersihkan WC kalau kau tidak melakukan kesalahan lagi!”

    “Yah, benar!” kata Leon. “Tapi aku punya perasaan aku akan melakukannya lagi!”

    “Berhentilah menyakiti dirimu sendiri!” kata Randy serius.

    “Rasanya tidak enak. Aku pernah mengalaminya waktu berumur dua belas tahun. Ayah melarangku pergi ke taman bermain bersama teman-teman karena aku tidak cukup sehat. Aku mengamuk seharian. Ketika melihat Ayah dan Ibu menangis akhirnya aku berhenti mengamuk dan sadar bahwa mereka juga sedih!” kata Randy dengan muka yang sedih

    Leon terdiam mendengar cerita Randy.

    “Setahun yang lalu orangtuaku bercerai. Aku tidak pernah dekat dengan Ayah, dan Ibu malah meninggalkan aku dengan nya! Aku membenci mereka berdua!”

    “Begitu rupanya”kata Randy dalam hati.

    “Aku marah sekali dan berusaha sekeras mungkin untuk menyakiti Ayah dan orang-orang yang kutemui!” lanjut Leon.

    “Tetapi kau malah menyakiti dirimu sendiri lebih dalam lagi!” kata Randy.

    “Ya!” Leon mengangguk.

    “Dua hari yang lalu aku menemukan undangan pertunangan Ibuku! Ibu akan bertunangan di luar negeri! Itulah sebabnya aku marah sekali dan membolos untuk pergi ke tempat biliar. Tapi betapa pun aku membencinya, aku tetap merindukannya!”

    “Kalau kau begitu merindukannya, kenapa kau tidak pergi menghadiri pertunangannya?” tanya Randy lembut.

    Leon menggeleng. “Aku belum siap menghadapi Ibu!”

    “Tidak usah buru-buru!” kata Randy. “Kau akan tahu saat yang tepat untuk menemuinya!”

    “Waktu itu aku pasti sudah siap!” kata Leon yakin.

    Randy tersenyum. “Sudah selesai?”

    “Ya!” kata Leon mantap.

    “Baiklah!” kata Randy. “Aku pulang dulu! Pak Budi, supirku pasti sudah menunggu dari tadi! Kau mau kuantar pulang?”

    “Tidak usah! Aku bisa pulang sendiri!” kata Leon.

    “Sampai jumpa besok!” ujar Randy dan melangkah menuju gerbang sekolah.

    “Randy!!” teriak Leon.

    Randy berbalik menghadap Leon.

    “Apa?”

    “Aku mau jadi temanmu!” kata Leon keras.

    Randy tersenyum dan berjalan mendekati Leon.

    “Terima kasih!” kata Randy sambil tersenyum.

    Melihat senyuman Randy membuat jantung Leon berdebar-debar.

    “Hanya satu yang membuatku penasaran.” Kata Leon dengan muka memerah.

    “Apa itu?”

    “Kenapa kau mau berteman denganku?”

    Randy menjawab dengan yakin. “Alasan yang sama kau ingin berteman denganku! Karena tidak ada yang mau berteman dengan orang penyakitan!”

    “Dan tidak ada yang mau berteman dengan anak berandalan!” tandas Leon.

    Mereka berdua tersenyum.

    “Bye!” ujar Randy akhir nya.

    Untuk pertama kali dalam setahum ini Leon merasa gembira.


    PART 11

    Seminggu kemudian Randy melihat Leon sedang menulis sesuatu di taman sekolah. Randy menyentuh pundak Leon.

    “Kamu lagi menulis apa?” Tanyanya.

    Randy melihat buku fisika di depan Leon dan coretan tangan cowok itu di kertas kecil.

    “Hei, kau bikin contekan ya!”

    “Ya!” ujar Leon sambil tersenyum.

    Randy mendesah kecewa. “Buat apa sih kamu lakukan itu?”

    “Aku kelupaan belajar semalam!” kata Leon sambil cengengesan.

    “Tapi itu bukan alasan supaya kau boleh menyontek” kata Randy sambil cemberut.

    “Ayolah!” kata Leon bercanda. “Memangnya seumur hidup kau belum pernah menyontek?”

    “Tidak pernah!” jawab Randy serius.

    “Kau harus mencobanya kapan-kapan. Aku bisa mengajarimu supaya tidak tertangkap!” ujar Leon.

    “Dengar sampai kapan pun aku tidak akan pernah menyontek. Aku lebih menghargai orang yang jujur walaupun nilainya jelek.”

    “Bukankah lebih baik kalau kau dapat nilai bagus tanpa ketahuan bahwa kau menyontek!” kata Leon masih bercanda.

    “Aku tidak bisa meyakinkanmu untuk tidak menyontek, kan?” tanya Randy.

    “Ya!” kata Leon.

    “Begini, Randy aku tahu kau kecewa padaku tapi ulangan ini penting bagiku. Ini adalah ulanganku yang pertama semenjak aku masuk sekolah ini. Kalau aku dapat nilai jelek, Pak Donny pasti akan akan memberitahu Ayahku dan aku tidak mau mendengar petuah-petuah Ayah lagi, oke?!” kata Leon.

    “Karena aku tidak bisa meyakinkanmu untuk tidak menyontek…” lanjut Randy sambil mencari akal.

    “Bagaimana kalau kita taruhan saja!”

    “Taruhan apa?”tanya Leon.

    Randy mengarahkan jarinya pada bunga melati yang ada di sebelah Leon.

    “Aku akan memetik salah satu bunganya. Kalau kelopak bunganya genap kamu boleh menyontek dan aku tidak akan menghalangimu. Tapi kalau jumlahnya ganjil, kamu tidak boleh menyontek lagi. Tidak sekarang, tidak juga nanti!”kata Randy

    Leon tertawa mendengar usul itu. “Wah, berat sekali!”

    “Berani tidak?” tantang Randy.

    “Hei! Memangnya aku pengecut? Baik, aku terima tantanganmu tapi aku juga punya permintaan. Kalau genap artinya aku yang menang kan, aku ingin kau menyebutku ‘Kakak’ setiap kali kita bertemu sambil menundukkan kepala, sampai lulus SMA!”

    “Hah?!!” Muka Randy bercampur kaget dan bingung.

    “Kakak?! Untuk apa aku melakukan hal konyol seperti itu!?”

    “Kenapa, Randy? Kau mau mengundurkan diri dari taruhan ini?” kata Leon dengan menyeringai

    “Tidak!” tegas Randy. “Hanya saja permintaanmu tidak masuk akal!”

    “Hei! Aku memang lebih tua setahun darimu! Sudah sepantasnya kau menyebutku ‘kakak’!” protes Leon.

    “Tidak percaya??” lanjut Leon

    Leon mengeluarkan dompetnya. “Ini KTPku!”

    Randy memerhatikan tanggal lahir Leon. Benar. Leon lebih tua setahun darinya.

    “Aku tidak lulus ujian Ebtanas tahun lalu jadi aku harus mengulang tahun ini!” kata Leon.

    “Oh, begitu rupanya!” kata Randy sambil mengangguk-angguk.

    “Taruhannya jadi tidak?!” tanya Leon.

    “Tentu saja jadi! Ingat, kau tidak boleh ingkar!”

    “Begitu juga denganmu!” kata Leon.

    Satu per satu kelopak melati itu dicabuti Randy, hingga sampai kelopak terakhir.Randy tersenyum senang. Leon cemberut kesal.

    “Jumlahnya ganjil, Aku yang menang!!” seru Randy senang. “Jadi, kamu tidak boleh menyontek.

    Randy pun mengulurkan tangannya meminta kertas berisi rumus-rumus yang sudah susah payah ditulis Leon dari pagi. Leon menyerahkan kertas tersebut sambil cemberut dan mengomel.

    “Janji tetap janji!” kata Randy.

    “Yah!” kata Leon. “Bukan berarti aku harus menerimanya dengan senang hati, kan?”

    Bel tanda masuk berbunyi.

    Randy tersenyum. “Aku akan menemuimu istirahat nanti!” kata Randy.

    “Semoga ulanganmu sukses!”

    Randy meninggalkan Leon.

    Beberapa saat kemudian ketika Leon melihat soal ulangan di papan tulis dia betul-betul kesal. Ia tahu kali ini pasti akan mendapat nilai jelek.

    “Jadi.” Kata Randy pas istirahat siang. “Bagaimana ulangannya tadi?”

    Leon mendelik kesal. “Aku harus berterima kasih padamu karena aku yakin sekali ulangan tadi dapat nilai jelek!”
    Randy tertawa terbahak-bahak. “Itu kan salahmu sendiri tidak belajar!”

    Leon semakin cemberut.

    Keesokan harinya ulangan tersebut dibagikan. Leon menatap kertas di hadapannya dengan kesal. Angka tiga berwarna merah.Siangnya Leon sudah berada di ruang guru lagi.

    Sepertinya ruangan ini akan sering aku masuki, katanya dalam hati.

    “Jadi,Leon…” kata Pak Donny. “Apakah kau mau menjelaskan kenapa ulanganmu jelek? Kau satu-satunya yang dapat nilai jelek di kelas!”

    “Saya tidak belajar!” kata Leon.

    “Apakah soal-soal tadi terlalu sulit untukmu?”

    “Saya tidak tahu!” kata Leon terus terang.

    “Saya tidak memerhatikan! Apakah Bapak akan memberitahu Ayah saya?”

    “Bapak akan memberimu satu kesempatan untuk ulangan lagi besok. Kalau nilaimu masih jelek juga, Bapak akan memberitahu Ayahmu!”

    Leon tidak menyangka Pak Donny akan berkata demikian.

    “Kenapa Bapak ingin memberi saya kesempatan untuk mengulang?”

    Pak Donny tersenyum. “Bapak menghargai kejujuranmu untuk tidak menyontek. Kamu bisa melakukannya saat ulangan kemarin. Tapi hal itu tidak kau lakukan. Berdasarkan keterangan dari sekolahmu yang lama kamu akan menyontek setiap ada kesempatan. Bapak rasa kamu berhak mendapat kesempatan kedua. Pastikan kali ini kau belajar dengan serius. Kau boleh keluar sekarang.”

    Leon melangkah ke pintu.

    “Leon!” kata Pak Dony.

    “Hanya sekadar ingin tahu, kenapa kamu tidak menyontek?”
    Leon memandang Pak Donny. “Karena saya kalah taruhan.”

    Leon meninggalkan Pak Donny yang terdiam bingung.


    PART 12

    Dapat nilai berapa?” tanya Randy sepulang sekolah. Leon menujukkan kertas ulangannya.

    “Wow!” Randy menggeleng. “Ini nilai terjelek yang pernah kulihat!”

    Leon mendesah kesal.

    “Apa kata wali kelasmu?” tanya Randy penasaran.

    “Dia akan memberiku satu kesempatan lagi untuk ulangan susulan besok!” kata Leon.

    Randy tertawa. “Itu kabar bagus!”

    “Aku tidak percaya harus ulangan lagi!” kata Leon kesal.

    “Hei! Kalau kamu mau aku bisa membantumu!”

    “Kau mau membantuku? Memangnya berapa nilaimu?” tanya Leon penasaran.

    Randy tertawa misterius. “Katakan saja aku dapat nilai lebih tinggi darimu!”

    Leon memandang Randy dengan curiga. Lalu disambarnya tas Randy dan membuka isinya. Leon menemukan kertas ulangan fisika di dalamnya.

    “Hei! Mau ngapain sih?” tanya Randy bingung.

    “Mencari tahu nilai ulanganmu!” jelas Leon.

    “Ah… aku tahu sekarang. Nilai sempurna! Aku hanya tidak mengerti mengapa kau bersusah payah ingin menjadi murid teladan?”

    “Aku ingin menjadi dokter, seperti Ayahku! Dan supaya bisa jadi dokter, aku rasa harus dapat nilai yang bagus!” kata Randy sambil tersenyum lebar

    Leon tidak menyangka orang seperti Randy masih punya keinginan untuk menjadi dokter.

    “Kau ingin jadi dokter?”

    “Ya!” jawab Randy tegas. “Bukankah semua orang punya cita-cita?”

    “Aku tidak punya cita-cita! Aku tidak tahu ingin menjadi apa di masa depan.”

    Randy menatap Leon dengan lembut. “Jangan khawatir, kamu akan mengetahuinya suatu hari nanti.”

    Leon tersenyum lebar. “Kelihatannya kau yakin sekali!”

    “Aku selalu yakin!” kata Randy.

    Leon tersenyum dalam hati.

    “Bagaimana kalau sekarang kita ke perpus dan belajar?” tanya Randy.

    “Bukankah kau mau pulang ke rumah?” tanya Leon heran.

    Randy menggeleng. “Aku mau mengajarimu sampai bisa!”
    Leon tertawa terbahak-bahak. “Aku rasa itu membutuhkan waktu yang lama!”

    “Tidak apa-apa!” kata Randy sambil ke perpustakaan. “Hari ini aku tidak ada kegiatan. Daripada pulang ke rumah dan berdiam diri di kamar sepanjang hari, lebih baik aku berada di sini.” Lanjut Randy

    “Aku senang kau mau menemaniku dan mengajariku belajar!” kata Leon tulus sambil tersenyum.

    Randy pun melihat senyuman Leon yang menurutnya sangat tampan, muka Randy sambil bersemu merah,

    “Kamu sangat tampan jika kamu sering tersenyum Leon” kata Randy dengan nada pelan.

    Tanpa disadari Randy, Leon mendengar perkataan Randy dengan muka Randy yang memerah.

    Leon pun hanya tersenyum simpul mendengar perkataan Randy

    ***

    Di perpustakaan mereka mengambil tempat duduk di bagian yang tidak terlalu ramai. Randy tersenyum lebar sambil membuka buku fisika.

    “Sebenarnya aku hanya ingin melihat penderitaanmu sewaktu belajar. Oh ya, aku perlu mengingatkanmu kalau aku adalah guru yang perfeksionis. Kamu tidak akan keluar dari perpustakaan ini sebelum menyelesaikan soal latihan ini.” Kata Randy sambil tersenyum.

    Leon melihat soal latihan di depannya.

    “Hah?! Tiga lembar?!!” kata Leon sambil menatap horror soal fisika di hadapannya.

    Randy tersenyum manis. “Ya! Aku sudah bilang kan kamu tidak akan keluar dari sini sebelum semua latihannya selesai?”
    Leon memandang Randy dengan tatapan menderita dan Randy tertawa dalam hati ketika melihat tatapan Leon.

    “TIDAAAAAK “ teriak Leon dalam hati


    BERSAMBUNG


    Maaf ya guyz baru update skarang, soalnya dr hari kamis-minggu aku jalan2 untuk menemani kakakku yang menyebalkan.

    Sebagai bonus aku kasih 3 part guyz

    BERIKAN LIKE DAN KOMENTAR YANG BANYAK YA UNTUK 3 PART INI :)

  • sudah aku mention untuk updatenya yg terbaru bro
    @Mami100C

    ini udh lanjut :)
    @akina_kenji

    ini udh update Bro...maaf lama soalnya q edit dulu
    @cansetya_s
  • Mentionn yaaa
  • Lanjut lah, Gw penasaran bnget nih buat lanjutan nya kyk gmana.
  • udah deket aja nih mereka berdua, lanjut kak
  • menyenangkan sh jalan ceritanya walaupun penulisannya agak berantakan. tp gpp, tetep semangat menulis ya kak.
  • Jadian jga...'Teman'
  • Yeaaayyyyy happy :D
  • Sepertinya ada salah tulis ya...(Leon tertawa mendengar usul itu. “Wah, berat sekali!”

    “Berani tidak?” tantang Leon.)
    @freeefujoushi
  • minal aizin walfa idzin mohon maaf lahir batin,, selamat lebaran
  • Thanks ya uda mntion aq. Gk sbr ni mau lht leon jtuh cnta ama rndy
  • Lnjut lgi kak
  • Oke Bro
    @Rabbit_1397

    udh lanjut bro tuh udh 3 part sampai 9 halaman...nanti ya kalau ad waktu hehehe
    @Akang_Cunihin

    iyaaa udh deket....oke adek kalau ad waktu
    @JimaeVian_Fujo

    makasih ya sarannya hehehe.....oke makasih bro :)
    @BOMBO

    iyaaa udh berteman mereka
    @Agova

    horeeee tumpengan
    @tianswift26

    Makasih banyak ya udh koreksi...udh q edit sekali lg makasih byk
    @akina_kenji

    minal aidzin walfa idzin ya :)
    @abong

    oke mas bro...sama aku jg nih
    @syafiq

    iya kalau ad waktu
    @delvaro80
  • Kkak cuti lebaran ya kk
Sign In or Register to comment.