It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Saat tepat hari dimana aku harus benar-benar pergi. Fadly mengantarku sampai bandara. Kita sengaja berangkat tiga jam sebelum jadwal keberangkatanku karena aku sendiri yang meminta. Aku ingin menghabiskan waktu terakhirku di Seoul dengannya. Mungkin kerinduanku pada Seoul tak akan sebesar kerinduanku padanya.
"So, this is it?"
"Umm.. I dont wanna go!" jawabku sedih.
"I promise you, we can always keep in touch, pls regularly check ur email or we can chat via skype anytime u want to,"
Aku mengangguk lemah dan memandang matanya. Ada pancaran ketulusan disana. Aku tak menyangka bisa bertemu dengan seseorang yang bisa membuatku jadi seperti ini. Fadly memberikanku sebuah arloji. Awalnya sempat kutolak karena kurasa barang ini terlalu mahal untukku, namun kulihat sinar ketulusan yang dipancarkan dari matanya, aku luluh juga. Ia juga mengucapkan satu kalimat yang membuatku kaget sekaligus senang.
"semoga kau tetap setia menjaga jam ini terus berdetak, kerana aku nak ambil balik dari kau, bukan dalam bentuk aslinya, tapi dalam bentuk lain, mau kah kau berjanji denganku?"
Aku tersenyum mendengar permintaannya dan kembali mengangguk pelan sebelum kembali memeluknya. Dia kemudian mencium kedua pipiku dan tak lama lagi aku benar-benar harus berangkat. Tapi aku berjanji untuk menjaga agar perasaanku padanya akan terus berdetak seperti jam pemberiannya sampai nantinya ia menemuiku nanti. Aku segera masuk dan sosoknya segera menghilang dari pandanganku.
Setelah sekitar tujuh jam perjalanan akhirnya aku sampai di Jakarta. Kedua orangtuaku menjemputku bersama Melitha dan tentunya Nino. Tak dapat kusembunyikan rasa rinduku kepada mereka semua. Aku memeluk erat mereka semua sampai akhirnya kita meninggalkan bandara untuk pulang ke rumah
Pulang kantor kita sepakat menuju Union di Plaza Senayan dan langsung tenggelam dalam obrolan seru. Aku menceritakan semua hal yang kulalui di Korea hingga pertemuanku dengan Fadly. Melitha sedikit penasaran dengan pria yang dekat denganku dan setelah kutunjukkan fotonya, inilah komentar pertama yang keluar dari mulutnya,
"Ih kok selera lo berubah deh ping, kan biasanya deket dan sukanya sama koko2, kok sekarang kesengsem ama local hunky gini, tp diliat-liat emang charming sih ping!"
"Ih lo apaan deh, gw gak liat dari situnya, tapi dia baik banget mel, sopan lagi, tiap sama gw gak pernah aneh2, menurut lo gmn orgnya?"
"yah gw blm ktmu orgnya lsg sih ping, jd blm tau gimananya, tp diliat dr fotonya kyknya orgnya tulus dan baik, matanya bagus ping, dan yg jelas kyknya orgnya bisa ngelindungin lo!"
Aku hanya bisa tersenyum dan kembali membahas beberapa hal. Soal makanan, cuaca, kebiasaan dan apapun yang kurasa berbeda dari yang biasa kulakukan di Jakarta. Tapi membahas hal apapun pasti berujung dengan pembahasan mengenai Fadly.
"Duh, daritadi gw dengerin tiap lo cerita, ujung2nya ada nama Fadly nyempil, kykny tmn gw yg satu ini emg beneran naksir berat deh ama dia!" aku hanya bisa tersenyum dan Melitha kembali melanjutkan. "menurut gw sih, buat skrg lo hrs selektif bgt ping, bnr2 cari tau gmn orgnya, gw takut lo kena masalah kyk dlu, mudah2an nggak ya krn gw liat, Fadly kyknya tipe yg baik2 aja!"
Aku kemudian menceritakan soal Fadly yang biseks dan seperti biasanya Melitha sekedar memberikan saran buatku. Selesai dari Union kita menuju Body Shop karena aku ingin membeli beberapa keperluan groomingku. Dari luar kaca tanpa sengaja kulihat seseorang yang mirip dengan Ronald sedang berjalan menuju kesini dan aku langsung berbisik kearah Melitha dan sedikit bersembunyi agar tak kelihatan.
kan dicerita dijelasin pas ronald minta ktmuan pas bilang putus, dia jatuh cinta sama org lain..
"udah balik kok gak ngabarin sih ping!"
"eh iya, belum ada seminggu sbnrnya, mau beli apa Al?"
"ini beli titipan mama, eh kamu ditanyain mama tuh, kpn mau mampir lg kerumah, katanya mama mau coba resep masakan baru dan masak bareng km lg!"
"oh ya, iya deh kpn2, titip salam buat mama ya, maaf klo udh lama bgt gak mampir!"
"sip, km ada waktu gak? Mau ngopi2 dlu?"
"duh gimana ya.." belum sempat aku menjawab, Melitha sudah menarik tanganku.
"Ping, udah yuk, cari tempat yg lain aja, dsni kurang lengkap!"
"eh tapi.."
"yaudah gak usah tapi2an, yuk ah.."
Akupun keluar dari toko itu dan baru berjalan beberapa meter, Ronald mengejarku.
"Aku boleh minta nomor kamu gak? Nomor kamu yg lama udh gak aktif ya?"
Melitha kembali menyelak dan mengatakan bahwa kita sudah ditunggu seseorang.
"duh nal, kita buru2 nih, minta no hapenya bisa kpn2 kali ya, gw ditungguin Nino nih, yuk ping buruan.." Melitha sangat terlihat ingin menjauhkanku dari jangkauan Ronald dan aku tak bisa berbuat banyak. Akupun berjalan kembali menjauh dari Ronald yang jelas sekali terlihat kecewa.
"duh lo knp sih, masih aja mau ngobrol ama jerk macem dia, duh gak kebayang gw klo td gak bareng, bisa2 lo udh semobil ama dia skrg!"
"ya nggak gt jg kali mel, tp apa salah ya dia minta no hape gw?"
"salah, itu salah bgt, dan klo sampe lo kasih ke dia nomor lo, itu kesalahan fatal buat gw krn gak bisa jagain lo!"
"yah kan walaupun kita udh putus gak hrs jg kita gak komunikasi lg kan?"
"masalahnya lo putus sama cowo macem apa, duh sekali ini lo nurut omongan gw deh, pokoknya sekali nggak tetep nggak!"
Aku tak bisa berbuat apa-apa karena sekalinya tegas, Melitha akan sangat sulit dibantah. Posisiku sekarang persis anak kecil yang tak boleh diberikan es krim oleh ibunya dan aku hanya bisa pasrah karena Melitha pasti tau ini yang terbaik buatku.
"duh klo gini trus gw tempelin keset kaki ke muka lo biar org lain bisa injek2.. Lo inget kan dia dumped lo dan skrg lo mau welcome dia setelah lo abis diinjek2 abis ama dia?"
"gak segitunya jg kali mel, iyadeh gw nurut!" aku memang pada akhirnya selalu kalah debat jika Melitha sudah strict pada ketegasannya.
"trus kita mau kemana? Kan si Nino jg gak ada dsni!" tanyaku.
"Balik aja kali ya, besok kita jalan lg yuk, nnton kek atau kmna gt!"
"duh mentang2 Nino lg tugas overseas, skrg jlnnya sama gw, giliran ada Nino, gw dicuekkin!"
"eh siapa bilang gw cuekin, lo inget pas lo nangis2 ke gw krn abis diputusin si brengsek itu, gw ya yg nemenin lo kmna aja lo mau pergi, awas aja ya klo sampe lupain itu, gw ketok pala lo!" aku hanya bisa nyengir.
"udah ah, gak usah dibahas lg, yaudah besok jln lg ya, see u tomorrow beib!" aku akhirnya berpisah dengan Melitha yang rumahnya berlawanan arah denganku.
Sepanjang perjalanan aku masih teringat pertemuanku dengan Ronald setelah hampir satu setengah tahun kita tak bertemu. Ia terlihat berbeda, sedikit terlihat kurang segar dan aku tak tau apa alasannya. Untuk sekarang sebaiknya memang aku tidak boleh mengingat kembali apapun tentangnya. Terlebih aku sedang akan memiliki hubungan serius dengan Fadly dan aku hanya menganggap Ronald sebagai masa laluku saja. Tapi apa mungkin aku bisa selalu menghindar. Suatu saat pasti aku akan bertemu secara tak sengaja dengannya seperti yang terjadi barusan, entahlah.
Saat baru sampai rumah, aku mendapat Line dari Fadly. Ia ingin Skype denganku dan aku sangat antusias. Segera kuaktifkan komputerku dan langsung masuk Skype hingga kita berdua asyik berbincang tentang banyak hal. Fadly masih selalu perhatian denganku bahkan untuk hal kecil sekalipun. Sosok yang bisa membuatku merasa nyaman meskipun kita berbeda jarak ribuan mil jauhnya. Tak henti ia menebarkan senyum dan tawa renyahnya dihadapanku yang semakin membuatku rindu padanya. Tak terasa sudah hampir satu jam kita berbincang dan malam sudah sangat larut. Akhirnya kita mengakhiri obrolan kita dan aku segera beranjak ke tempat tidur. Agaknya malam ini aku akan tidur nyenyak setelah seolah mendengar suara Fadly membisikkan selamat tidur buatku.
Aku belum membalas pesan itu dan aku belum tau apakah harus menerima atau menolak ajakan pertemanan di Line. Setelah menjemput Melitha dan kini kita berdua semobil, dengan agak was-was aku memberitahunya tentang hal ini.
"Mel, masa Ronald nge-Line gw!"
"don't u dare, lo udh kasih tau ID Line lo ke dia!"
"nggak, nggak, dengerin dlu makanya, gw jg gak tau gmn caranya dia dapetin ID gw, tp sumpah gw gak tau, lagian lo tau sndiri Ronald tuh sifatnya gmn, ambisius, klo blm dpt apa yg diinginin psti dia gak bakal nyerah, gw rasa dia ada hack sosmed gw nggak ya?"
"trus gmn? Udh lo block?"
"duh kejam amat lsg di block, gw yakin sekalipun gw block dia, psti dia bakalan ttp add gw sampe akhirnya gw nyerah, tau sndiri sifat dia gmn!"
"ya trus mau gmn lg? Masa mau lo diemin!"
"ya biarin deh, kali dia bakalan capek sndiri!"
"yaudah klo gt, tp inget ya, lo udh ada Fadly, dan klo sampe lo ada balikan lg ama Ronald, gw gak mau terima apapun alasannya dan gw gak akan prnh mau ngomong seumur hidup ama lo!"
"iya nyai blorong, gw bakalan inget kata2 lo, gw gak bakalan balik lg ama yg namanya Ronald, titik."
"nah gt dong, anyway kita mau kmna nih ping?" tanya Melitha.
"Sency aja yuk nnton, trus gw mau belanja bahan makanan, lo ada mau beli barang atau mau kmna gt, mumpung gw lg baik gw anterin deh!"
"nggak deh, gw ngikut lo aja ping, anyway Fadly apa kabar?"
"duh gw sampe lupa mau ngasih tau lo, kmrn kita berdua Skype bareng, ngobrol panjang lebar sejaman lebih keknya, gw seneng bgt bisa ngobrol ama dia, makin kangen gw!"
"haha gw tau kok, dari muka lo yg sumringah itu, udh ketebaklah, lo emg udh jatuh cinta beneran kekny ama dia, yaudahlah, lo ama dia kan udh jelas sama2 suka, knp gak lsg jadiin aja?"
"duh, susah mel, LDRan, ntr deh klo kita udh tinggal deketan, baru gw putusin gmn kedepannya,"
"emg dia ada mau ke Indo?"
"katanya sih klo dia udh balik lg ke Malay, dia bakalan ngunjungin gw dsni, yah gak tau lah!"
"ya gw doain lancar lah hubungan lo berdua!"
Aku hanya tersenyum dan tak lama mobilku sudah masuk area Senayan dan kita langsung masuk ke Sency dan menghabiskan akhir pekan disana.