It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
rizal kaan? td pas baca gw ubek2 reza siapa gak nemu soalnya.
sama2 buub.
ditunggu lanjutannya. yg koi final partnya jugaaa
Tapi ane jga dukung yoga,gmna geh ?haha
sumpah keren!! keren!!!
Polos banget;))
@haha_hihi12 udah lama nih ga nongol, sibuk ya?
@littlemark04 kalau gue, lucu ga? *pasangtampangpolos*
@3ll0 kok kaga nongol nongol si ._.
kangen ya :P
duh Abub bisa juga buat yang sedikit nakal )
itu singkatan nama bandnya ..
itu singkatan nama bandnya ..
Tanganku terasa aneh berada diatas gundukan itu. Menyentuhnya seperti ini saja sudah membuatku merasa deg-degan. Jantungku memacu lebih cepat dari yang biasanya. Nafasku mendadak terasa berat.
Apa yang kupikirkan?
"Remas bu.. remas!.. hhmmmpph " Desah kak Hazel disela sela ciumannya. Aku tak mengerti. Remas? Apa ngga sakit nanti? Maksudku.. gundukannya. Dulu aku waktu makan jajanan sekolah di SD, ga sengaja malah ngehancurin makanan ku sendiri gara gara meremasnya di sepanjang jalan pulang kerumah.
Hah! Apa kak Hazel mau aku menghancurkan punyanya?
Aku lalu mendorong wajah Kak Hazel dengan kedua tanganku. "Kak! Ngga boleh! Ntar hancur!" Pekikku. Yaiyalah, aku dulu sudah menghancurkan makananku dan aku tak mau menghancurkan masa depan orang lain. Apalagi masa depan Kak Hazel.
"Hancur?" Bingungnya. "Apanya yang hancur?" Mukanya memerah. Tapi masih terlihat tampan. Aku juga tak sadar bahwa rambutnya yang tadi rapih sekarang acak acakan.
"Ehmmpph..." Aku bingung harus ngomong apa. Masa sih aku harus bilang 'Nanti kalau aku remas, ntar penis kakak bisa hancur'? Apa Kak Hazel ngga ngerti yah?
Dan saat aku sedang asyik asyiknya berfikir, Kak Hazel kembali menciumi mulutku. Kali ini tangannya menyusup kedalam bajuku. Menyusup kedalam baju dalamku. Kulitnya dan kulitku beradu dan kembali membuatku merasa seperti tersengat listrik.
Ada yang bilang, kalau ciuman itu rasanya seperti kedondong. Asam, asin dan enak disaat yang bersamaan. Tapi yang kurasakan saat ini jauh dari itu : pedas. Kenapa yah? Apa ini artinya bukan ciuman?
Dan tiba tiba saja selanjutnya seluruh pakaian bagian bawahku sudah polos. Aku tak sadar kapan Kak Hazel melakukannya. Aku terlalu sibuk bermain main dengan pikiranku sendiri, apalagi kak Hazel begitu ganas menciumku.
Aku membuka kelopak mataku dan sesaat kemudian menemukan Kak Hazel dalam kondisi tanpa baju. Jantungku mendadak berdetak lebih cepat. Aku.. tak pernah melihatnya telanjang dada sebelumnya. Dia.. entahlah. Aku mendadak merasa aneh dengan diriku sendiri. Tadi aku merasa pedas, sekadang aku jadi merasa dag dig dug tak karuan hanya karena melihat Kak Hazel topless.
Dia tersenyum padaku sambil kembali mendekat dan meletakkan tangannya di pinggangku. Aku masih merapat kedinding dan merasakan hangatnya nafas Kak Hazel."Gue nggak tau kalau kulit kamu sebegitu mulus"
Wajahku terasa memanas. Ini pertama kalinya ada yang bilang seperti itu padaku. "Ka.. kak.. ehmm.. kakak kenapa buka baju?"
Dia tersenyum. "Ya supaya adil" Badannya semakin merapat ke badanku. Dan sebelah kakiku diangkatnya. "Kamu seksi sekali..." dan dia kembali mengecup bibirku singkat.
Otakku blank seketika ketika satu tangannya menggerayangi kedua bokongku. Membuatku spontan menyembunyikan wajahku di dada bidang Kak Hazel. "Kaak.. jangan.. kotor!"
Kedua tangannya kemudian terhenti dan aku lalu mendongak. Kak Hazel tersenyum padaku. Senyumnya.. tampak berbeda. "Kotor?" Aku mengangguk. "Gue juga kotor Bu. Aku kotor karenamu. Dan aku nggak akan ngebiarin satupun deterjen yang akan membiarkan kekotoranku akanmu itu hilang"
"Maksud kakak?"
Kak Hazel lagi lagi mengecup bibirku. "Maksus gue, gue ga akan ngebiarin kamu digantikan oleh orang lain. Ngga akan. Satu haripun"
Hatiku terasa hangat. Tangan kak Hazel yang masih berada di bokongku pun terasa.. entahlah. Dia mengatakan itu, seperti ia mengatakan sebuah janji. Dia berjanji ngga akan ngebiarin aku digantikan oleh orang lain. Aku merasa bahagia. Aku tak bisa menjelaskannya. Mungkin ini karena aku memiliki kak Hazel sebagai pacarku.
"Terimakasih.. kak" Kataku akhirnya.
Dia terkekeh. "Kamu lucu ya kalau kayak gitu" dan lalu mencium bibirku sekali lagi. "Tangan kamu kayaknya betah banget yah main main ama naga gue.."
"Naga?" Tanyaku. Aku kemudian melengok kebawah. Astaga! Memalukan sekali! Tanganku masih berada diatas selangkangannya. Aku dengan cepat menyingkirkannya. "Maaf kak. Maaf!"
Aku tak tahu kenapa kemudian kak Hazel memutar badanku dan membuatku menghadap tembok. "Kamu tau Bu?" Bisiknya sambil mencium telingaku. "Gue ngga tau kalau kamu sebegini polos. Gue udah lama naksir kamu. Waktu kamu MOS. Ingat waktu itu kamu ngga jadi dibentak ama Ridwan? Gue udah naksir kamu semenjak saat itu. Dan gue ngga nyangka kalau sekarang impian gue akhirnya tercapai". Tangan Kak Hazel kemudian melingkar tepat dipinggangku dari belakang, sedang tangan satunya meraba raba dadaku didalam baju. "Kamu mau kan jadi satu ama gue?". Belum sempat aku merespon, kemudian dia mengecup leherku. Dalam. Kuat. Dia menghisapnga hingga kemudian berbunyi saat ia melepaskannya.
Entahlah. Mendadak yang ada dipikiranku hanya satu waktu itu. Kak Hazel. Kak Hazel dan Kak Hazel. Aku tak mengerti apa maksud dari bersatu, tapi sesaat kemudian aku mulai merasakan sesuatu menyentuh kulit bokongku. Kemudian entah kenapa aku langsung meicingkan mata.
Benda itu kecil.
Dan panas.
"Kalau sakit.. kamu bilang ya?"
Aku hanya mengangguk.
'Brakk!' . Aku kemudian mendengar suara pintu dibuka dengan kasar. Mataku terbuka dan menoleh kebelakang. Dua orang yang kukenal terkejut dengan kondisi orang yang satu juga sudah polos dibagian bawah. "GYAAAAA!!!!!!"
Astaga.
Handika? Rizal?
***
"Jadi.. lo pada udah pacaran berapa lama tadi?" Kata Kak Hazel sambil duduk di bangku. Saat ini kami sedang berada di restoran yang agak jauh. Restoran kecil sih.
Aku duduk disamping Kak Hazel yang sedari tadi ngga berhenti berhentinya mengenggam tanganku diatas meja.
Handika menoleh pada Rizal yang sedari tadi ngga berhenti berhentinya menyipitkan matanya padaku. Aku ngga tahu apa maksud dari tatapannya itu.
"Hmm.. 7 bulan.." Gumam Dika.
"Aku pikir kamu beneran masih jomblo, Dik" sahutku. "Soalnya kamu keliatan sering galau di sekolah. Abis gitu pakai acara liatin aku foto foto cewek lagi". Aku kemudian menyesap jus anggur yang dipesan Kak Hazel tadi.
Handika tersenyum kecut sambil menoleh pada Rizal yang kini malah sibuk sama ponselnya. "Sebenarnya gue emang normal.. tapi.. waktu itu gue entah kenapa jadi kepincut ama Ica. Hehe"
"Ica?" Sebelah alis kak Hazel terangkat. "Ica siapa?"
"Ica itu Rizal, Kak" jawabku. Kami kemudian menoleh pada Rizal yang kini mendadak balik menatap kami garang.
"Oh jadi ini yang Ica itu?" Aku mengangguk. "Kalian udah main berapa kali?" Main?
Dika malah jadi tersedak sendiri mendengar itu. Begitu juga Rizal. Mereka kemudian saling menoleh dan lalu pura pura sibuk pada minumannya sendiri.
"Heh! Gue nanya tuh jawab!" Suara Kak Hazel kemudian meninggi. Dia lagi marah. "Kalian udah main berapa kali!?"
"Emmmph.. udah.. 17 kali"
Kak Hazel tampak kaget. Aku ngga ngerti. Main apa? Terus apa maksudnya 17 kali? Dika ngga suka game sebelumnya. Dulu dia pernah ngajak aku main game Clash Of Clans, tapi itu cuman sekali dan abis itu ngga pernah main lagi. Aku jadi penasaran, permainan apa yang membuat Dika ketagihan sampai bisa memainkannya 17 kali?
"Gue ngga tau kalau lo belok, Bu" tambah Dika.
"Jangan bawa bawa Rabu!" Dika mendadak jadi ciut lagi dan kembali fokus sama jusnya. Tangan Kak Hazel semakin menggenggam tanganku erat. "Bu, kamu udah selesai minumnya?"
"Udah kak"
Kak Hazel kemudian berdiri sambil melemparkan sebuah kunci ke Dika. "Nih kunci gudang olahraga. Lo bisa pakai matras yang ada disana buat lanjutin permainan lo. Ingat, jangan sedikitpun lo ganggu kami lagi. Oke?" Aku ngga mengerti. Nganggu apa?
Aku tiba tiba jadi kepikiran sesuatu. Kalau semisalnya selama ini Ica pacaran sama Dika. Terus Fabfab itu apanya Ica? Maksudku, mereka selalu berduaan setiap pagi. Fabfab menyanyikan lagu untuknya, memeluknya, menyuapinya makan atau kadang malah sebaliknya. Aku pikir mereka benar benar pacaran.
Saat aku udah sampai di parkiran restoran, Kak Hazel menyuruhku untuk menunggu sementara dia mengambil motornya.
"Yuk naik!" Katanya. Aku langsung menaiki motornya. "Kamu mau kemana? Langsung pulang atau masih mau ngurus acara?"
Jujur, aku sebenarnya masih mau ke sekolah. Aku masih ingin ngeliat keadaan sekolah, kelas, panggung, persiapan apapun itu. Tapi kondisi kak Hazel saat ini sepertinya kurang cocok untuk hadir di sekolah : baju kusut dan basah oleh keringat. Sebenarnya itu bajuku, ingat saat tangannya menggerayangi badanku? Nah dia menyuruhku untuk memakai bajunya yang masih rapi di lantai. Katanya dia ngga mau orang orang jadi aneh waktu ngeliat aku nanti.
"Yaudah kak. Pulang aja deh"
Dan lalu, aku memeluk pinggang Kak Hazel kemudian motor pun melaju. Tapi kemudian ponselku bergetar. Sebuah SMS dari Yoga.
'Gue mau pamit. Minggu depan pindahan ke Amrik. Maaf ya udah bikin pacar lo cemburu. Hehehe, abis lu cakep banget sih'
---
@Rika1006 @balaka @cute_inuyasha @3ll0 @Aurora69 @operamini @JengDianFerdian @lulu_75 @yeniariani @Asu123456 @Otho_WNata92 @SteveAnggara @earthymooned @harya_kei @NanNan