BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

cinta

tatapan itu, kenapa terasa menusuk hati ku. siapa dia? kenapa dia menatap ku seperti itu?
"hai, kamu arka? masih ingatkah dengan ku?" tanyanya dengan seulas senyum yg mmbuat ku hanya diam membeku. senyum itu bukankah hanya dia yg memilikinya, teman màsa kecil ku.
"dirga" lirih ku. dia lagi" tersenyum.
tahukah dia kalau aku tak pernah bisa melihat senyum nya. sungguh aku mencandu pada senyum itu.
" kau tampak baik-baik saja" tentu semua tak pernah baik sejak kepergiannya. aku begitu merindukannya, lautan rindu itu bersarang di tatapan ku. ingin rasanya ku peluk dia, tapi itu akan sangat memalukan untuk ku.
"kamu tak ingin bicara dengan ku, kamu masih marah padaku?" ucapañnya membuat aku berdehem, hanya untuk sekedar mengusir rasa gugup ku.
"tentu aku baik" suaraku terdengar tak normal, aku benci seperti ini. "masuklah, rumahku masih mau menerimamu" dia hanya tersenyum menanggapi lelucon ku. tapi dengan cepat dia melangkah masuk da duduk di ruang tamu.
"tak usah repot-repot kalau ingin membuatkan minuman untukku"
"aku juga tak berniat untuk melakukan itu" tawanya mengisi seluruh ruangan. "arka yang dulu tak pernah seketus ini, menurutku." ucapnya menatap kearah ku.
"semua bisa berubah"
"bagaimana dengan perasaan mu?" pertanyaanya membuat dada ku berdebar hebat...
***
hhe sorry cerita ga mutu, iseng" aja nyoba nulis........ ampun dah jlek
«13456717

Comments

  • gpp kali.. meramaikan..
    ts nya cw yaa? :D
  • Ampek Tamat ya :\">
  • Weess Yeni bikin cerita juga nih, ^^)/

    Itu itu, perparagraf n perdialog kasih spasi/enter donk, jangan rapet gitu biar enak bacanya :)

    Btw, penulisan nama huruf depannya harus dikapital ya^^

    Lanjuuut^^/
    Jangan lupa mention...
  • hehe mksii buat comment dan sarannya.. sumpah seneng tau ga ada yg mau comment.. mksi mksi...
  • Lho kok seneng malah gak ada yang komen ? :-/
  • hehe salah ketik... mf"
  • ayo lanjut ...
  • ayo lanjutkan
  • Tatapannya terus mengarah padaku, dia menuntut jawabanku. aku sendiri tak tahu harus merespon seperti apa? jika boleh jujur, sangat ingin kukatakan kalau cinta itu masih ada walau ia tak pernah kembali tapi lidahku terasa kelu.
    “kau ingin minum apa?” nyatanya aku hanya seorang pengecut.
    Kulihat dia hanya tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dariku, jujur aku gugup sekarang. tak bertemu dengannya selama lima tahun, tentu saja membuat banyak perubahan. rambutnya yang dulu panjang kini ia potong pendek tapi itu tak mengurangi ketampanannya.
    “dimana tante Nadia?”
    “terlalu sore untuk menanyakan keberadaanya, haruskah ku ulang pertanyaanku?” masih dengan nada ketus ku.
    “aku hanya ingin bertemu dengan mu, aku sedang tidak haus.” jawabnya, dia berdiri dan melangkah kearah pintu. aku hanya bisa menatap punggungnya. ada rasa hampa di hatiku saat ini.
    “bagaimana keadaanmu, Arka?” pertanyaan itu lagi, ingin sekali ku teriakkan padanya kalau aku tak baik-baik saja setelah kepergiannya. tapi apa yang ku harapkan dengan mengatakan itu?
    “kau bisa lihat sendiri Ga, tak usah kau Tanya lagi. bagaimana dengan keadaan mu sendiri? bagaimana kabar kekasihmu itu?” sakit rasanya mengingat masalalu itu, sungguh dadaku perih saat ini.
    Dirga menatapku lagi, aku tak pernah bisa melawan tatapannya. aku hanya menunduk.
    “kau sungguh bukan pembohong yang pintar, semua tak baik-baik saja kan Arka? kau merindukan ku?” aku hanya menggeleng dan bangkit dari duduk ku, aku berjalan kearah jendela, membelakanginya.
    “lima tahun sudah cukup membuat ku sadar, kamu bukanlah milikku. aku tak ingin merusak mu dengan masuk kedunia ku.sadarkah kau Ga, aku sahabat yang payah.” kenapa rasanya sesakit ini? aku memegangi dada ku, mencoba menahan segala inginku.
    “kau bukanlah sahabat yang payah.”
    “juga bukan orang yang pantas kau cintai.” kurasakan bibirku bergetar.
    “stop Arka. jangan buat aku semakin merasa bersalah.” dia terdengar tersiksa, sungguh aku tak pernah berniat untuk menyakitinya
    “jadi kau kembali hanya karena merasa bersalah?” tuduh ku.
    “bukan itu maksud ku, aku..”
    “pergilah, jangan buang waktumu disini”
    “Arka,,” suaranya tercekat.
    “tutup pintunya setelah kau keluar” aku meninggalkannya tanpa mau menoleh lagi kearahnya.
    ***
    Ternyata nulis cerita thu nguras tenaga.. kritik dan sarannya yahh.. sorry penulis abal-abal…

  • apa dulu Dirga selingkuh sampai Arka semarah itu ...
  • Masih belum mengerti jalan ceritanya. :-?


    Lanjut aja deh.
  • Ketika sepasang sahabat karib terbelah oleh rasa cinta yg dateng dari sebelah pihak...

    Hmmmm lagihhh...

    Tapi tetep, masih rapet, :(
  • Ketika sepasang sahabat karib terbelah oleh rasa cinta yg dateng dari sebelah pihak...

    Hmmmm lagihhh...

    Tapi tetep, masih rapet, :(

    maaf ka lupa rengganginnya,, jangan bosan kasih kritikan ya ka...
  • "Dia kembali." Aku sungguh berharab hanya
    dengan ucapan itu, gadis didepan ku ini akan
    sangat mengerti apa yang ku maksud. tanpa aku
    harus menjelaskan lebih jauh lagi.
    "siapa yang kembali?" ternyata dugaan ku salah,
    Alin bukanlah gadis yanh mudah tanggap atau
    karena dia tak terlalu memperhatikan. aku hanya
    mendesah, sekedar untuk mengusir sesak di
    dadaku yang tiba-tiba terasa menghimpitku.
    "Seseorang" baru kali ini aku merasa begitu susah
    menyebut nama seseorang.
    "Kakak sepupu mu yang kemaren meninggal." Aku
    tahu dia bercanda, hanya sàja aku sedang tak
    berniat menanggapi lelucon sahabat baik ku ini.
    Alin masih sibuk berkutat dengan bakso
    didepannya tanpa merasa perlu menoleh kearah ku.
    "Arka, jangan bilang dugaan ku ben.."
    "DIRGANTARA AFRIANSYAH" Potong ku, ucapanku
    sukses membuat dia diam seketika. aku hanya
    menatap datar kearahnya. dia menatap ku dengan
    tatapan yang sulit kuartikan, tatapan kasihan kah
    itu. jika benar, aku sungguh tak perlu di kasihani.
    "Kapan kau bertemu dengannya"
    "kemarin, Dia datang kerumah ku."
    "Apa yang dia katakan? bukan, bukan itu yang
    lebih dulu ingin kutanyakan tapi bagaimana
    sikapmu kemarin padanya? bagaimana perasaan
    mu?" Aku hanya meringis mendengar pertanyaan
    Alin. Haruskah ku bohongi Alin juga? Tapi
    bukankah seperti yang Dirga bilang, kalau aku
    bukanlah pembohong yang pintar.
    "Jangan bilang kau masih mencintai dia Arka?
    Setelah semua yang dia lakukan padamu? Ingatkah
    kau bagaimana dia menyakiti mu dulu?" Ada
    penekanan disetiap kata yang diucapkan Alin.
    "Aku tidak mungkin melupaknnya Lin, hanya saja.."
    "Jangan bertingkah bodoh Arka, dia tidak pernah
    mencintaimu. Dia tak pantas untuk mendapatkan
    cintamu bahkan hanya untuk bisa bersahabat lagi
    denganmu, dia sungguh tak pantas. jadi
    enyahkanlah perasaan cintamu itu." Alin benar. tapi
    bisakah Alin sedikit saja bisa mengerti perasaan ku
    sekarang. Tahukah Alin kalau terkadang cinta itu
    egois.
    Aku tidak mungkin bisa melupakan Dirga, walau ia
    menyakiti ku hampir lima tahun ini. semakin tak
    mungkin saat Dirga sudah berada begitu dekat
    denganku. biarkan aku meraih luka itu lagi.
    " Aku menginginkannya Lin, sungguh walau sesakit
    apapun itu. Aku memang bodoh." perasaan ku
    menang, Aku menantang mata Alin. aku harap ia
    bisa sedikit mengerti perasaan ku.
    "Arka haruskah kuingatkan padamu kalau dia TAK
    AKAN PERNAH mencintaimu. kau hanya sekedar
    sahabat buatnya. Dia tak sama dengan mu, dia
    bukan HOMO seperti mu. dia normal." ucapan Alin
    terasa menusuk ku sekarang. ya aku melupakan
    kenyataan itu. aku memang bodoh membuat diriku
    mengharapkan hal yang sia-sia. "Berhenti
    mengharapkan pria pengecut sepertinya Arka,
    harapnmu hanya akan menyakiti dirimu sendiri. Dia
    hanya masalalu untuk mu. oke?" suara Alin tegas.
    "Bagaimana kalau dia mencintaiku sekarang?" ingin
    saja ku tertawakan diriku karena berucap hal yang
    sangat mustahil. kulihat Alin membuang
    pandangannya dariku. aku tahu ia kecewa padaku.
    "Maafkan aku, seperti yang kamu katakan aku
    memang bodoh. tapi seandainya kau ada
    diposisiku sekarang, aku yakin kau akan melakukan
    hal yang sama." bela ku.
    "Aku tak sebodoh dirimu, aku tak akan pernah
    menunggu pria yang meninggalkan ku saat ku akui
    perasaan ku padanya. aku tak akan menunggu pria
    yang dengan sengaja berpacaran dengan wanita
    lain saat dia tahu perasaan ku. aku tak akan
    menunggu pria yang meninggalkan ku tanpa
    kepastian yg jelas dan aku tak akan bodoh
    menunggu pria yang tidak mencintaiku" ucapan
    Alin menohok hatiku, Aku hanya bisa tersenyum
    miris.

    "Kau memang tak sebodoh diriku, tapi.."
    "Berhenti menyakiti dirimu dengan harapan itu Arka,
    pakailah logika mu. jangan turuti hatimu sekarang."
    Alin menatap intens kearah ku.
    " tidak biskah aku mencobanya sekali lagi? walau
    sesakit apapun itu, aku akan trima." Suaraku
    memelas, aku sungguh meminta satu kesempatan
    itu ada.
    "Jangan buat aku marah padamu Arka, ingatkah
    kau sekarang kau tak lagi sendiri? ingatkah kau
    dua hari yang lalu kau baru saja menerima orang
    lain sebagai pengganti Dirgamu itu. jangan sakiti
    dia Arka. Aron pria yang baik, Aku bahagia jika
    melihat kau bersama Aron daripada Dirga yg hanya
    bisa menyakitimu." kini tamatlah sudah, Aku
    sungguh melupakan kejadian dua hari itu.
    Apa yang bisa kulakukan sekarang? seegois
    apapun aku, tapi untuk menyakiti orang lain
    sungguh itu hal terahir yang akan kulakukan. Aku
    tak mungkin berpaling begitu saja dari Aron saat
    dulu dengan gigihnya ia memper juangkan cintanya
    padaku.
    Dirga, haruskah ku kubur dalam-dalam keinginan
    ku. Dilema sungguh melandaku.
  • "Dia kembali." Aku sungguh berharab hanya
    dengan ucapan itu, gadis didepan ku ini akan
    sangat mengerti apa yang ku maksud. tanpa aku
    harus menjelaskan lebih jauh lagi.
    "siapa yang kembali?" ternyata dugaan ku salah,
    Alin bukanlah gadis yanh mudah tanggap atau
    karena dia tak terlalu memperhatikan. aku hanya
    mendesah, sekedar untuk mengusir sesak di
    dadaku yang tiba-tiba terasa menghimpitku.
    "Seseorang" baru kali ini aku merasa begitu susah
    menyebut nama seseorang.
    "Kakak sepupu mu yang kemaren meninggal." Aku
    tahu dia bercanda, hanya sàja aku sedang tak
    berniat menanggapi lelucon sahabat baik ku ini.
    Alin masih sibuk berkutat dengan bakso
    didepannya tanpa merasa perlu menoleh kearah ku.
    "Arka, jangan bilang dugaan ku ben.."
    "DIRGANTARA AFRIANSYAH" Potong ku, ucapanku
    sukses membuat dia diam seketika. aku hanya
    menatap datar kearahnya. dia menatap ku dengan
    tatapan yang sulit kuartikan, tatapan kasihan kah
    itu. jika benar, aku sungguh tak perlu di kasihani.
    "Kapan kau bertemu dengannya"
    "kemarin, Dia datang kerumah ku."
    "Apa yang dia katakan? bukan, bukan itu yang
    lebih dulu ingin kutanyakan tapi bagaimana
    sikapmu kemarin padanya? bagaimana perasaan
    mu?" Aku hanya meringis mendengar pertanyaan
    Alin. Haruskah ku bohongi Alin juga? Tapi
    bukankah seperti yang Dirga bilang, kalau aku
    bukanlah pembohong yang pintar.
    "Jangan bilang kau masih mencintai dia Arka?
    Setelah semua yang dia lakukan padamu? Ingatkah
    kau bagaimana dia menyakiti mu dulu?" Ada
    penekanan disetiap kata yang diucapkan Alin.
    "Aku tidak mungkin melupaknnya Lin, hanya saja.."
    "Jangan bertingkah bodoh Arka, dia tidak pernah
    mencintaimu. Dia tak pantas untuk mendapatkan
    cintamu bahkan hanya untuk bisa bersahabat lagi
    denganmu, dia sungguh tak pantas. jadi
    enyahkanlah perasaan cintamu itu." Alin benar. tapi
    bisakah Alin sedikit saja bisa mengerti perasaan ku
    sekarang. Tahukah Alin kalau terkadang cinta itu
    egois.
    Aku tidak mungkin bisa melupakan Dirga, walau ia
    menyakiti ku hampir lima tahun ini. semakin tak
    mungkin saat Dirga sudah berada begitu dekat
    denganku. biarkan aku meraih luka itu lagi.
    " Aku menginginkannya Lin, sungguh walau sesakit
    apapun itu. Aku memang bodoh." perasaan ku
    menang, Aku menantang mata Alin. aku harap ia
    bisa sedikit mengerti perasaan ku.
    "Arka haruskah kuingatkan padamu kalau dia TAK
    AKAN PERNAH mencintaimu. kau hanya sekedar
    sahabat buatnya. Dia tak sama dengan mu, dia
    bukan HOMO seperti mu. dia normal." ucapan Alin
    terasa menusuk ku sekarang. ya aku melupakan
    kenyataan itu. aku memang bodoh membuat diriku
    mengharapkan hal yang sia-sia. "Berhenti
    mengharapkan pria pengecut sepertinya Arka,
    harapnmu hanya akan menyakiti dirimu sendiri. Dia
    hanya masalalu untuk mu. oke?" suara Alin tegas.
    "Bagaimana kalau dia mencintaiku sekarang?" ingin
    saja ku tertawakan diriku karena berucap hal yang
    sangat mustahil. kulihat Alin membuang
    pandangannya dariku. aku tahu ia kecewa padaku.
    "Maafkan aku, seperti yang kamu katakan aku
    memang bodoh. tapi seandainya kau ada
    diposisiku sekarang, aku yakin kau akan melakukan
    hal yang sama." bela ku.
    "Aku tak sebodoh dirimu, aku tak akan pernah
    menunggu pria yang meninggalkan ku saat ku akui
    perasaan ku padanya. aku tak akan menunggu pria
    yang dengan sengaja berpacaran dengan wanita
    lain saat dia tahu perasaan ku. aku tak akan
    menunggu pria yang meninggalkan ku tanpa
    kepastian yg jelas dan aku tak akan bodoh
    menunggu pria yang tidak mencintaiku" ucapan
    Alin menohok hatiku, Aku hanya bisa tersenyum
    miris.

    "Kau memang tak sebodoh diriku, tapi.."
    "Berhenti menyakiti dirimu dengan harapan itu Arka,
    pakailah logika mu. jangan turuti hatimu sekarang."
    Alin menatap intens kearah ku.
    " tidak biskah aku mencobanya sekali lagi? walau
    sesakit apapun itu, aku akan trima." Suaraku
    memelas, aku sungguh meminta satu kesempatan
    itu ada.
    "Jangan buat aku marah padamu Arka, ingatkah
    kau sekarang kau tak lagi sendiri? ingatkah kau
    dua hari yang lalu kau baru saja menerima orang
    lain sebagai pengganti Dirgamu itu. jangan sakiti
    dia Arka. Aron pria yang baik, Aku bahagia jika
    melihat kau bersama Aron daripada Dirga yg hanya
    bisa menyakitimu." kini tamatlah sudah, Aku
    sungguh melupakan kejadian dua hari itu.
    Apa yang bisa kulakukan sekarang? seegois
    apapun aku, tapi untuk menyakiti orang lain
    sungguh itu hal terahir yang akan kulakukan. Aku
    tak mungkin berpaling begitu saja dari Aron saat
    dulu dengan gigihnya ia memper juangkan cintanya
    padaku.
    Dirga, haruskah ku kubur dalam-dalam keinginan
    ku. Dilema sungguh melandaku.
Sign In or Register to comment.