It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Waktu seolah berputar dengan sangat lambat, Aku sudah sangat tidak sabar mengetahui keadaannya sekarang. Aku harap ia baik-baik saja.
Sentuhan ditangan ku membuat aku menoleh tadi tunduk ku. Alin tersenyum padaku, aku ingin membalas senyum itu tapi mulutku terasa terkunci. Kehadiran Alin dan Fajar cukup membuat aku merasa tak sendiri disini.
“Aku yakin dia baik-baik saja.” Ucap Alin menenangkan ku. Aku hanya bisa mengelus lembut tangannya tanpa bisa bersuara menanggapi ucapannya.
Setelah menunggu beberapa jam akhirnya dokter keluar juga dari ruangan. Aku langsung berdiri mendekati dokter itu.
“Bagaimana keadaanya dok?” Tanya ku tergesa.
“Dia hanya mengalami stress ringan, tapi itu mengganggu kanker yang dideritanya. Dia terlalu rapuh sekaran jadi kalian harus bisa menjaganya dengan baik. Jangan buat ia terlalu capek untuk berpikir.” Saran dokter padaku yang membuat aku langsung bernapas lega.
Tante Indri dan Elsa datang setelah aku mengabari mereka, jelas terlihat raut khawatir di wajah mereka berdua, sedikit tidaknya aku kembali dideru rasa bersalah melihat mereka panik. Tapi tante tak menyalahkan ku karena itu sudah biasa terjadi pada Dirga. kulihat Elsa langsung masuk untuk menemui Dirga, aku juga melangkah ingin ikut masuk tapi tangan Alin menahan bahuku membuat aku menoleh padanya.
“Temui Aron, dia sedang salah paham sekarang. Jangan sampai dia melakukan hal yang tidak-tidak. kamu tahu kan dia sangat mencintaimu. Tentu dia sangat terpukul melihat kamu bersama Dirga tadi. Pergi dan jelaskan padanya.”
Ucapan Alin memang benar. Aku yang salah, tidak pernah mengatakan apapun pada Aron hingga dia jadi salah paham begini.
“Baiklah, aku akan menemuinya tapi titip salam pada Elsa dan tante. bilang sama mereka aku pamit sebentar.” Kulihat Alin hanya mengangguk dan aku meninggalkannya bersama Fajar.
***
Aku sampai dirumah Aron cukup malam karena macet. Ku ketuk pintu rumahnya tapi tak terdengar ada suara. Aku yakin Aron dirumah karena mobilnya ada di bagasi. Apa semua penghuni rumah ini sudah tidur? Aku kembali mengetuk kali ini cukup keras dan berhasil, aku mendengar suara pintu dibuka, Pembantunya ternyata yang membuka pintu.
“maaf bi, Aronnya ada?” Tanya ku sambil menatap ke dalam .
“Tidak ada den.” balasnya singkat.
“Kalau tidak ada kenapa mobilnya ada di bagasi. yang kutahu Aron tidak mungkin pergi jauh tanpa mobilnya. Bibi bohong padaku?”
“itu den, itu..” Suara terbata dari bibi Min membuat aku menerobosnya. Aku berjalan cepat tak peduli dengan panggilan bibi.
Ku buka pintu itu dengan sedikit keras, membuat Aron tersentak dari duduknya. Dia duduk di jendela kamarnya dengan sebuah bingkai foto. Aku hanya diam menatapnya yang juga sedang menatap ku dengan tatapan sendunya.
“maaf den, saya sudah cowok ngalangin den Arka tapi dia tahu bibi bohong.” Suara bibi Min penuh penyesalan.
“Tidak apa-apa bi, bibi bisa pergi.” Akhirnya bibi meninggalkan ku yang masih terpaku di pintu Aron. Kulihat Aron hanya diam menatapku tanpa mau mengusir atau menyuruh ku masuk.
Aku berjalan kearah Aron dan dengan cepat memeluk tubuhnya. Aku merasakan getaran ditubuhnya dan tak lama setelah itu ada suara isakan. Dia menangis, mungkinkah? Aku mencoba melepaskan pelukanku untuk bisa melihat wajahnya tapi Aron mencegah dengan memelukku semakin erat.
“Jangan lihat, ini sangat memalukan. Aku cengeng.” Aku tersenyum mendengar ucapannya. Tapi kuturuti dia untuk tetap memeluknya.
“Aku tidak ada apa-apa dengan Dirga, percayalah.” Ku kecup puncak kepalanya. “Aku harus menemani Dirga untuk sisa waktu hidupnya, itu janjiku pada mamanya.”
“Sisa waktu? maksudnya?”
“Dirga sakit, kanker otak stadium akhir. Dan tadi dia pingsan di tempat aku meninggalkannya untuk mengejarmu. Untung ada Alin sama Fajar.” Aron mendongak kan kepalanya membuat aku bisa melihat sisa bulir airmatanya, ku usap pipinya lembut.
“Jadi aku yang salah? tidak mendengar penjelasanmu.”
“ tidak ada yang salah, kamu mencintaiku jelas saja kamu sakit hati melihat itu semua. Jika aku juga di posisi mu tentu aku akan melakukan hal yang sama.” Aku tersenyum penuh pengertian kearah Aron.
Aron mencium ku, mencium ku dengan lembut. membuat aku terbuai dan membalas ciuman itu.
Like_Comment, Kritik, Saran... (y)
Waktu seolah berputar dengan sangat lambat, Aku sudah sangat tidak sabar mengetahui keadaannya sekarang. Aku harap ia baik-baik saja.
Sentuhan ditangan ku membuat aku menoleh tadi tunduk ku. Alin tersenyum padaku, aku ingin membalas senyum itu tapi mulutku terasa terkunci. Kehadiran Alin dan Fajar cukup membuat aku merasa tak sendiri disini.
“Aku yakin dia baik-baik saja.” Ucap Alin menenangkan ku. Aku hanya bisa mengelus lembut tangannya tanpa bisa bersuara menanggapi ucapannya.
Setelah menunggu beberapa jam akhirnya dokter keluar juga dari ruangan. Aku langsung berdiri mendekati dokter itu.
“Bagaimana keadaanya dok?” Tanya ku tergesa.
“Dia hanya mengalami stress ringan, tapi itu mengganggu kanker yang dideritanya. Dia terlalu rapuh sekaran jadi kalian harus bisa menjaganya dengan baik. Jangan buat ia terlalu capek untuk berpikir.” Saran dokter padaku yang membuat aku langsung bernapas lega.
Tante Indri dan Elsa datang setelah aku mengabari mereka, jelas terlihat raut khawatir di wajah mereka berdua, sedikit tidaknya aku kembali dideru rasa bersalah melihat mereka panik. Tapi tante tak menyalahkan ku karena itu sudah biasa terjadi pada Dirga. kulihat Elsa langsung masuk untuk menemui Dirga, aku juga melangkah ingin ikut masuk tapi tangan Alin menahan bahuku membuat aku menoleh padanya.
“Temui Aron, dia sedang salah paham sekarang. Jangan sampai dia melakukan hal yang tidak-tidak. kamu tahu kan dia sangat mencintaimu. Tentu dia sangat terpukul melihat kamu bersama Dirga tadi. Pergi dan jelaskan padanya.”
Ucapan Alin memang benar. Aku yang salah, tidak pernah mengatakan apapun pada Aron hingga dia jadi salah paham begini.
“Baiklah, aku akan menemuinya tapi titip salam pada Elsa dan tante. bilang sama mereka aku pamit sebentar.” Kulihat Alin hanya mengangguk dan aku meninggalkannya bersama Fajar.
***
Aku sampai dirumah Aron cukup malam karena macet. Ku ketuk pintu rumahnya tapi tak terdengar ada suara. Aku yakin Aron dirumah karena mobilnya ada di bagasi. Apa semua penghuni rumah ini sudah tidur? Aku kembali mengetuk kali ini cukup keras dan berhasil, aku mendengar suara pintu dibuka, Pembantunya ternyata yang membuka pintu.
“maaf bi, Aronnya ada?” Tanya ku sambil menatap ke dalam .
“Tidak ada den.” balasnya singkat.
“Kalau tidak ada kenapa mobilnya ada di bagasi. yang kutahu Aron tidak mungkin pergi jauh tanpa mobilnya. Bibi bohong padaku?”
“itu den, itu..” Suara terbata dari bibi Min membuat aku menerobosnya. Aku berjalan cepat tak peduli dengan panggilan bibi.
Ku buka pintu itu dengan sedikit keras, membuat Aron tersentak dari duduknya. Dia duduk di jendela kamarnya dengan sebuah bingkai foto. Aku hanya diam menatapnya yang juga sedang menatap ku dengan tatapan sendunya.
“maaf den, saya sudah cowok ngalangin den Arka tapi dia tahu bibi bohong.” Suara bibi Min penuh penyesalan.
“Tidak apa-apa bi, bibi bisa pergi.” Akhirnya bibi meninggalkan ku yang masih terpaku di pintu Aron. Kulihat Aron hanya diam menatapku tanpa mau mengusir atau menyuruh ku masuk.
Aku berjalan kearah Aron dan dengan cepat memeluk tubuhnya. Aku merasakan getaran ditubuhnya dan tak lama setelah itu ada suara isakan. Dia menangis, mungkinkah? Aku mencoba melepaskan pelukanku untuk bisa melihat wajahnya tapi Aron mencegah dengan memelukku semakin erat.
“Jangan lihat, ini sangat memalukan. Aku cengeng.” Aku tersenyum mendengar ucapannya. Tapi kuturuti dia untuk tetap memeluknya.
“Aku tidak ada apa-apa dengan Dirga, percayalah.” Ku kecup puncak kepalanya. “Aku harus menemani Dirga untuk sisa waktu hidupnya, itu janjiku pada mamanya.”
“Sisa waktu? maksudnya?”
“Dirga sakit, kanker otak stadium akhir. Dan tadi dia pingsan di tempat aku meninggalkannya untuk mengejarmu. Untung ada Alin sama Fajar.” Aron mendongak kan kepalanya membuat aku bisa melihat sisa bulir airmatanya, ku usap pipinya lembut.
“Jadi aku yang salah? tidak mendengar penjelasanmu.”
“ tidak ada yang salah, kamu mencintaiku jelas saja kamu sakit hati melihat itu semua. Jika aku juga di posisi mu tentu aku akan melakukan hal yang sama.” Aku tersenyum penuh pengertian kearah Aron.
Aron mencium ku, mencium ku dengan lembut. membuat aku terbuai dan membalas ciuman itu.
Like_Comment, Kritik, Saran... (y)
@Adi_Suseno10 @Adiie @obay
@Adi_Suseno10 @Adiie @obay
cowok ngalangin den
Arka tapi dia tahu bibi
bohong.”
Kelebihan kata cowok ya?