A story about life, love, friendship, and mystery.
Sepenggal Cerita di Balik Gulungan Kertas
Hi, Saya MarioBros, salam kenal. Ini cerbung utama saya dari mini-mini cerbung sebelumnya. Bagi yang belum membaca mini-cerbung itu, harap mencobanya terlebih dulu karena plot cerita cukup dipengaruhi oleh mini-mini cerbung tersebut. Berikut tautannya.
Mini-Cerbung 1: The Man Who Was Killed That Night (
http://boyzforum.com/discussion/16747726/mini-cerbung-1-the-man-who-was-killed-that-night-tamat/p1)
Mini-Cerbung 2: The Man With The Stolen Kiss (
http://boyzforum.com/discussion/16747730/mini-cerbung-2-the-man-with-the-stolen-kiss-tamat/p1)
Mini-Cerbung 3: The Boy Who Went Wild and Regretted (
http://boyzforum.com/discussion/16747737/mini-cerbung-3-the-boy-who-went-wild-and-regretted-tamat/p1)
Mini-Cerbung 4: The Boy with The Possessive Desire (
http://boyzforum.com/discussion/16747757/mini-cerbung-4-the-boy-with-the-possessive-desire-tamat/p1)
NB: Saya masih newbie dan amatir. Masih sangat butuh bimbingan (aseek). Saya berharap pembaca berkenan memberikan masukan konstruktif untuk perbaikan dan peningkatan kualitas tulisan saya. Terima kasih dan selamat membaca.
STORY INDEX :
Chapter 0 - My Name is Panji = Page 1
Chapter 1 - The Mystery of the Matryoskha Dolls = Page 9
Chapter 2 - The Birthday Celebration = Page 13
Chapter 3 - The Stalker and The Corruption Issues = Page 18
Chapter 4 - The Stalker and The Secret Admirer = Page 21
Chapter 5 - The Gorgeous Doctor = Page 25
Chapter 6 - The Sweet Distraction = Page 33
Chapter 7 - The Love Signal = Page 38
Chapter 8 - Thing That's Harder to Say = Page 43
Chapter 9 - The March Rain = Page 49
Chapter 10 - If A Bird Doesn't Sing = Page 54
Chapter 11 - The Difficult Circumstances = Page 61
Chapter 12 - Here Come, My Foxy Sister = Page 66
Chapter 13 - Time For Friends = Page 72
Chapter 14 - The Hidden Truth = Page 81
Chapter 15 - The Expected and The Unexpected = Page 90
Chapter 16 - The Trapdoor = Page 103
Chapter 17.1 - Birthday Boy = Page 109
Chapter 17.2 - Saturdate = Page 116
Chapter 17.3 - Before Mid Night = Page 122
Chapter 18 - Lucky I'm in Love = Page 133
Chapter 19 - Because I Like The Way You Smile = Page 150
Special Chapter - Mario's Side Story: What Happened At That Night = Page 157
Chapter 20 - Things Change = Page 146
Chapter 21 - Ashita Hareru Kana = Page 179
Chapter 22 - Rebound = Page 187
Bonus Chapter 1 - #20factsaboutme = Page 187
Chapter 23 - Full Moon = Page 201
Special Chapter - Mario’s Side Story 2 : Untitled = Page 205
Chapter 24 - Cuffing Season = Page 209
Chapter 25 - Turning Point = Page 219
Chapter 26 - When Time Grabs You By The Wrist = Page 230
Chapter 27.1 - The Destined Encounter = Page 243
Chapter 27.2 - Special Bond = Page 246
Chapter 27.3 - Doubt and Determination [TAMAT] = Page 249
Bonus Chapter 2 - Somebody Love Story Part 1 = Page 261
Bonus Chapter 2 - Somebody Love Story Part 2 = Page 265
Bonus Chapter 3 - Happy Ending? = Page 271
Get the full PDF with extra bonus at bit.ly/MarioBros2015
Comments
Surat kabar lokal tidak menunggu lama untuk memuat berita tentang seorang mahasiswi yang tiba-tiba lenyap di tengah pesta ulang tahunnya. Mahasiswi itu menghilang tanpa kabar hingga genap sepekan dan membuat orang-orang terdekatnya gelisah. Karena repoter surat kabar ingin membuat berita yang menarik untuk dibaca, dia menyiratkan kalau peristiwa itu mungkin saja penculikan. Karena menurut para saksi, yang adalah teman-teman mahasiswi tersebut, tidak ada gelagat aneh yang menunjukkan kalau dia akan kabur akibat punya masalah.
Mahasiswi tersebut adalah gadis yang baik. Parasnya cantik. Akademiknya cemerlang. Dan disukai banyak temannya. Tidak ada hal yang mencurigakan seperti terlibat kasus obat terlarang, seks bebas, atau dikejar-kejar rentenir. Dia juga tidak memiliki masalah yang bisa membuatnya stres seperti skripsi yang ditolak, diputusin pacar, atau hamil di luar nikah.
Berbagai spekulasi pun muncul. Dari penculikan oleh preman kampus sampai perekrutan gelap oleh kader-kader aliran sesat yang sering memakai modus dengan cara mencuci otak mahasiswa untuk menjadi pengikutnya. Ketidakpastian inilah yang membuat surat kabar lokal tertarik untuk meliputnya. Beberapa teman si mahasiswi pun dalam sekejap menjadi artis koran yang diwawancarai kesaksiannya.
“Kami belum tahu pasti apakah korban hilang tersebut benar-benar diculik atau tidak. Kami sedang melakukan investigasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang ada,” tegas Kanit Reskrim Polsek Beji, Johanes Putra, di salah satu kolom surat kabar lokal itu. Investigasi itu memang melibatkan mobil polisi yang mondar-mandir di area kampus, dan bahkan di Jalanan Margonda. Mungkin kehadiran media massa memberi alasan lebih bagi Kepala Unit Reskrim untuk memimpin sendiri investigasi dan untuk muncul di depan kamera dalam prosesnya. Yang pasti, suasana kampus menjadi cukup heboh dengan itu.
Berbagai perbincangan di sosial media pun ikut ramai membahas kasus hilangnya mahasiswi tersebut. Namun bedanya, isu di sosmed mulai mengerucut pada gosip bahwa si korban hilang telah dibunuh oleh pacarnya. Namun, sang pacar tidak tahu menahu soal hal tersebut. Dia justru semakin sedih tidak hanya karena kehilangan, tetapi juga karena telah difitnah. Tapi, kehebohan semakin menjadi ketika seseorang membeberkan curhatan-curhatan si mahasiswi di media sosialnya, yang sebagian besar isinya bercerita tentang si pacar. Reporter media lokal pun mulai tertarik untuk mengikuti gosip tersebut.
Aku, yang awalnya hanya mengamati dari jauh, diam-diam tertarik untuk ikut menyelidiki kasus tersebut. Menurutku banyak yang aneh dari hilangnya mahasiswi itu. Pertama, aku sempat beberapa kali melihat si mahasiswi tersebut online di facebook. Ada bulatan hijau di nama akunnya yang menunjukkan dia sedang membuka facebooknya; mungkin dia melakukannya dari warnet di suatu tempat. Untuk apa? Untuk memantau perkembangan kasusnya, atau mengawasi aktivitas seseorang dari jauh. Untung aku berteman dengannya di facebook, jadi aku bisa menemukan fakta aneh seperti itu.
Kedua, teman-teman terdekatnya tidak terlihat seperti orang yang baru kehilangan. Mereka memang sering menampakkan wajah sedih atau cemas ketika di depan umum, tapi semua tampak tidak alami. Aku pernah iseng mengikuti mereka, dan yang aku temukan adalah mereka masih bersenda gurau dan ceria. Tapi itu cuma mereka, karena si pacar terlihat benar-benar sedih, bahkan setelah aku membuntutinya diam-diam. Dibanding teman-teman si mahasiswi, seolah hanya si pacar yang benar-benar terpukul dengan kejadian tersebut.
Ketiga, sebentar lagi si pacar berulang tahun. Jangan-jangan ada hubungannya. Jangan-jangan mahasiswi tersebut tidak diculik, tapi justru menyembunyikan dirinya sebagai bagian dari kejutan untuk ulang tahun si pacar. Dia melakukannya dengan dibantu teman-temannya. Fakta yang aku temukan memang tidak kuat, tapi kemungkinan itu ada.
Dan benar saja. Di hari ulang tahun si pacar, mahasiswi tersebut tiba-tiba muncul dengan membawa kue ulang tahun dan berteriak, “Surprise!!” Semua kaget, kecuali teman-temannya yang telah bersekongkol dengannya. Pacarnya sempat bingung mau bereaksi apa. Begitu pula dengan pemilik-pemilik akun di medsos yang sebelumnya sibuk menggosip berita fitnah. Semua bingung mau bereaksi seperti apa.
Tetapi berbeda dengan polisi dan reporter berita. Merasa dipermainkan, pihak media massa dan kepolisian menuntut mahasiswi tersebut dan teman-temannya. Sempat terjadi kehebohan baru saat itu. Sampai-sampai otoritas kampus pun turun tangan dengan meminta maaf langsung atas kejadian yang memalukan itu.
Setelah itu, si mahasiswi dan si pacar yang sempat menjadi artis dadakan dalam sepekan, sekejap menghilang beritanya. Tidak ada yang membicarakan mereka lagi. Semua merasa kapok karena telah ditipu. Si mahasiswi dan pacarnya bahkan sampai menutup akun medsosnya karena mendapat celaan dari banyak orang. Dan sejak saat itu, tidak ada lagi berita tentang mereka. Mereka berdua benar-benar menghilang dan tidak ada yang peduli.
***
“Bagaimana, Ril? Tebakan gw bener kan?” ujarku sembari merebahkan punggungku ke kasur. Iril, teman kosanku yang menjadi lawan bicaraku saat itu, hanya terdiam melongo dengan mata berbinar-binar.
“Gilaaa!!! Lo keren banget, Nji!!!” teriak Iril tiba-tiba.
“Berisik, Ril! Jangan teriak-teriak,” sahutku risih.
“Nggak bisa. Nggak bisa. Seluruh dunia harus tahu kalo lo keren, Nji. Coba lo kasih tau duluan ke polisi, pasti lo langsung terkenal karena bisa mecahin misteri itu. Lo bahkan bisa jadi detektif dan di-hire sama orang. Gila, gila, gila. Lo keren banget, Brayyy,” cerocos Iril tanpa henti.
“Udah, Ril. Jangan lebay!” kataku setengah memaksa sembari memasang ekspresi marah.
“Hahaha. Lo mau sok-sok marah, tapi malah makin imut,” ucap Iril sembari berbaring ke sampingku dan tiba-tiba berguling memelukku. Aku kaget dan berusaha memberontak.
“Lepasin, Ril!” teriakku seraya mendorong dekapan Iril.
“Nggak mau. Gw seneng banget punya sohib yang pinter dan imut kayak lo,” balas Iril, masih dengan pelukan eratnya. Ampun, badanku mulai terasa pegal.
“Sohib?” tanyaku ke Iril.
“Iya, mulai sekarang lo sohib gw, gw sohib lo. Oke?” jawab Iril setengah memaksa.
“Lah? Kalo gw nggak mau?” timpaku.
“Gw maksa. Pokoknya lo harus mau jadi sohib gw. TITIK!” ucap Iril tegas. Aku hanya tertawa ringan.
“Widih! Sampe pake CAPSLOCK gitu, Ril? Oke deh, kita sohib-an. Tapi lepasin dulu ah. Gw gak bisa napas nih!” pintaku sembari cengengesan.
Iril akhirnya melepas pelukannya dan duduk tersenyum. Dia tiba-tiba berdiri, keluar kamar, dan berteriak,”Yes! Yes! Gw sohib-an sama Panji!! Sohib gw kece badai!!!”
Sontak, kosan pun menjadai ramai. Beberapa penghuni kamar sampai keluar dan berteriak ke arah Iril. Mereka menyuruh Iril untuk tidak berisik. Mampus, kataku. Makanya jangan suka ganggu orang.
Tapi bukanya Iril minta maaf, dia malah meminta mereka untuk menyelamatinya. Dan bego-nya, anak-anak kosan justru memberi selamat ke Iril. Ampun, aku sampai malu. Aku diam-diam tersenyum. Hingga aku akhirnya mengabaikannya. Menutup pintu dan menyalakan mp3-ku. Aku kembali berbaring. Menatap langit-langit kamar kosan, lalu memejamkan mata. Menikmati suasana riang saat itu.
Itulah aku lima tahun yang lalu. Saat aku masih suka bermain dan minikmati status mahasiswaku. Oh ya, perkenalkan. Namaku Panji. Adrian Panji Adiwijaya. Aku dulu seorang mahasiswa Jurusan Kriminologi UI. Mungkin karena itu orang sering menyangkaku suka memecahkan kasus-kasus kriminal. Tapi sebenarnya, tanpa berada di jurusan itu sekalipun, aku memang suka memecahkan kasus misteri.
Dan asal kalian tahu, kuliah di Kriminologi bukan berarti kita belajar bagaimana menjadi detektif, memecahkan kasus kriminal, lalu menangkap penjahat. Itu pikiran naifku dulu. Dan mungkin banyak orang yang masih mengira demikian. Padahal kenyataannya, sebagian besar yang aku pelajari di jurusan tersebut adalah sosiologi, tidak jauh-jauh dari menganalisis fenomena sosial mengapa suatu tindak kriminal dapat terjadi. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan menjadi detektif. Meski begitu, aku tetap ingin menjadi detektif. Atau setidaknya bermain detektif-detektifan. Aku suka mengasah hipotesis dan analisisku, lalu memecahkan misteri-misteri di sekelilingku.
Seperti Iril, banyak orang sering memuji kemampuanku dalam memecahkan misteri. Bukannya sombong, aku akui kepalaku memang encer untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Tapi, ada suatu waktu dalam hidupku, dimana aku gagal memecahkan sebuah misteri. Tidak sepenuhnya gagal. Aku hanya terlambat menyadarinya. Butuh waktu yang lama sampai aku benar-benar tahu semua benang merahnya. Butuh banyak hal yang harus aku lewati sampai aku mendapatkan jawabannya. Jatuh bangun dan seterusnya. Hingga aku menjadi seperti sekarang ini.
Hidupku yang sekarang sudah banyak yang berubah. Namun, tidak perasaanku untuk orang itu. Orang yang menjadi misteri paling besar dalam hidupku. Orang menjadi titik labuh dari jiwaku yang merindu.
Aku mengambil sebuah gulungan kertas lalu membukanya. Gulungan kertas yang menyimpan berbagai cerita semasa itu. Kertas itu sedikit lusuh dan berdebu. Namun tidak menghilangkan tulisan yang tergores di atasnya. Aku tersenyum memandangi goresan-goresan tersebut. Dan dalam sekejap, aku terperangkap dalam ulasan kisah masa lalu. Ada senang. Ada sedih. Ada pertemuan. Ada perpisahan. Dan inilah kisahku. Inilah ceritaku. Sepenggal cerita di balik gulungan kertas.
***
@Unprince @octavfelix @harya_kei @Adamx @balaka @nick_kevin @bianagustine @Tsunami @Tsu_no_YanYan @cute_inuyasha @d_cetya @Wita @lulu_75 @arifinselalusial @fian_gundah @animan @kiki_h_n @rulliarto @bianagustine @jamesx @ffirly69 @littlemark04 @Rika1006 @Akhira @earthymooned @myl @exomale @AgataDimas @pujakusuma_rudi @yo_sap89 @Cocco @DoniPerdana @kaka_el @fauzhan @muffle @notas @diodo @DM_0607 @greensun2 @Adhika_vevo @3ll0 @LeoAprinata @uci
Jika ada yg tidak ingin keseret, bilang ya. Maaf mengganggu.
semangat muach muach ya.
Tp makin ke sini makin ngebosenin, karna matkul yg mirip2 detektif udah mulai menghilang, semua jd serba teori, huhu. Tp tetep unik kok. *asiik
@lulu_75 cepet banget nih komennya. pertamax. huhu. ini ceritanya udah dipost dan udah dimensyen. semoga yg ini gk kalah bagus dan kerennya dibanding yg sebelumnya.
Pinter bgt sih bikin ceritanya, rajin-rajin update lah hehe
*getok @MarioBros
Berarti aq naif ya,,, soalnya aq pikir kuliah jurusan kriminologi itu ya kayak detectif gitu,buat memecahkan kasus, atau yg kuliah polisi2 bagian kriminal wkwkwk
Huuuuu irriiillll,,,,, biar lebay tapi imuuttt
*piting kepala iril
Kalo baca bagian iril tuh bikin senyum2 sendiri,tapi kalo ngebayangin punya teman se kosan kayak iril omg,,, gak tau deh,,,
pliss,pliss,pliss,pliissss..hehe