It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Dengan “Believe” di tahun 2012,Justin Bieber memasuki masa transisi, meninggalkan sisi remaja dan memasuki kedewasaan. Kini, tiga tahun berselang, ia sudah melewati transisi tersebut dan memasuki masa dewasanya, meski masih berada di tahap awal. “Purpose“, sebuah album yang sudah lama dinantikan oleh penggemarnya, namun juga oleh Bieber sendiri. Sebuah album yang memberi penegasan jika ia “sudah besar”.
Perjalanan “Purpose” untuk bisa hadir di antara kita cukup panjang. Bongkar pasang materi album penyebabnya. Bieber tampaknya ingin album ini sesempurna mungkin dalam menyampaikan visinya dalam masa dewasa. Dan saat ‘Where Are U Now’ yang merupakan kolaborasinya bersama Diplo dan Skrillex berhasil memperkenalkan ulang dirinya, jelas konsep “Purpose” pun harus diasah lagi sejalan dengan lagu berbau EDM tersebut.
Maka hadirlah hits terbesar Bieber masa kini, ‘What Do You Mean?’, sebuah anthem pop dansa, yang meleburkan elemen kekinian, deep house (meski agak mengingatkan Kygo), dengan sentuhan RnB miliknya. Hasilnya eksplosif. Sebuah lagu yang catchy/easy listening/radio friendly, you name it, namun juga dengan pemilihan lirik yang cermat, bermain dengan semiotika, jelas jika Bieber tidak ingin menghadirkan lagu-lagu yang sekedar bersenang-senang ala ABG saja.
Lantas ada ‘Sorry’, track dansa berbau house lain yang sama cerdasnya dalam memilintir kata. Beat ala tropical house melantun dengan lembut, meski tetap ritmis dalam menggoda untuk berdansa. Sementara Bieber bernyanyi meminta permintaan maaf atas segala kesalahannya selama ini. Atau benarkan dia tulus meminta maaf? Kolaborasinya bersama Skrillex dan Blood Diamonds terasa padu dalam mengisi raga ‘Sorry’ menjadi lagu yang kuat.
Hadirnya Skrillex dalam “Purpose” tidak melulu menghadirkan nomor dansa. Walau ada ‘Children’, sebuah track intens, yang senangnya meminggirkan dubstep ala Skrillex dan malah memilih house yang menggebu, ia juga bisa diandalkan dalam track-track electronica yang atmosferik, seperti ‘I’ll Show You’ yang terdengar sangat personal dan humanis. Menampilkan sisi rapuh Bieber dengan pas, meski musik latar yang berbau mesin. Sedang dalam ‘The Feeling’, romansa yang diusung malah terdengar gelap. Hadinya Halsey sebagai rekan duet mempertebal kesan tersebut.
Tapi “Purpose” tidak melulu menawarkan track-track EDM atau electronica saja. Masih ada khazanah pop RnB. ‘No Pressure’ dan ‘No Sense’ dihadirkan secara berurutan (yang kemungkinan disengaja). Masing-masing menghadirkan bintang tamu dari ranah Hip-hop, Big Sean di track pertama dan Travis Scott di kedua. ‘No Pressure’ adalah balada pop RnB yang terdengar agak gelap, sedang ‘No Sense’ terdengar lebih fierce. Agak sulit untuk meminggirkan kesan jika dalam lagu-lagu ia agak terpengaruh oleh The Weeknd, baik dalam cara bernyanyi (lengkap dengan falsetto) maupun musikalitas, meski untuk track kedua pas pula jika bergabung dalam album milik Beyonce.
Materi RnB semakin berlimpah jika menilik lagu-lagu tambahan dalam versi deluxe. Pengecualian ‘Been You’ dan ‘Get Used It’ adalah track-track dance yang terpengaruh era 80-an, maka ‘We Are’, ‘Trust’, dan ‘”All in It’ memaparkan RnB yang lebih organis. Tidak ada embel-embel ambient, atau electronica. Murni RnB yang seolah-olah berasal dari dekade 90-an. Pemilihan yang cukup tepat juga jika barisan track ini hanya sebagai sisipan alih-alih menu utama. Karena memang kurang “bersinar” dibandingkan track-trak di atasnya.
Contohlah ‘Love Yourself’, sebuah balada minimalis yang diisi oleh permainan gitar yang witty, sementara Bieber benanyi ala Ed Sheeran, yang sebenarnya tak heran mengingat Sheeran merupakan rekan penulis lagu yang diproduseri oleh Benny Blanco ini. Menilik judul, ia seolah merupakan lagu tentangself-empowerment. Hanya saja jika dicermati liriknya, ‘Love Yourself’ justru malah ingin menekankan jika kita tidak seharusnya memiliki rasa percaya diri berlebihan.
Track penuh sindiran seperti ‘Love Yourself’ mendapat penawarnya dalam sebuah balada minimanlis lain, ‘Life Is Worth Living’. Melantun dengan syahdu, Bieber sukses membuat kita, pendengar lagunya, memikirkan ulang makna dan tujuan kita menjalani hidup ini.
Jadi ya, dengan “Purpose”, Justin Bieber sudah sukses menunjukkan sisi dewasanya. Nyaris tak terjejak lagi cita rasa remaja labil di dalamnya. Ini merupakan catatan yang impresif, mengingat ia sebenarnya baru berusia 21 tahun, namun sudah terdengar matang dan mapan. Mengingat ia sudah kurang lebih 7 tahun hadir secara profesional di industri musik, maka sebenarnya ini bukan hal aneh. Adalah aneh jika ia mengulang pola atau formula yang sama, dan kemudian terjebak menjadi artis industri belaka yang tujuan akhirnya adalah menyenangkan label dengan penjualan yang besar.
Tentunya penjualan yang masif adalah buah manis yang harus direguk. Tapi Bieber juga membuktikan bahwa untuk mendapatkannya tidak melulu harus tampil jenerik. Bagaimanapun musikalitas yang kuat dan kaya dimensi tetap andalan utama. Dan dengan “Purpose” ia membuktikan hal itu.
Selamat datang kembali, Justin Bieber!
TRACKLIST
1. “Mark My Words” 2:14
2. “I’ll Show You” 3:19
3. “What Do You Mean?” 3:25
4. “Sorry” 3:20
5. “Love Yourself” 3:53
6. “Company” 3:28
7. “No Pressure” (featuring Big Sean) 4:46
8. “No Sense” (featuring Travis Scott) 4:35
9. “The Feeling” (featuring Halsey) 4:04
10. “Life Is Worth Living” 3:54
11. “Where Are Ü Now” (with Skrillex and Diplo) 4:02
12. “Children” 3:43
13. “Purpose” 3:30
Bonus Track:
14. “Been You” 3:19
15. “Get Used to It” 3:58
16. “We Are” (featuring Nas) 3:22
17. “Trust” 3:23
18. “All in It” 3:51
Total 18 lagu dalam edisi deluxe-nya, album ini mengubah kembali image musik Bieber dari nge-urban di album terdahulu, “Journals”, ke arah yang lebih dancy dan anthemic. Album ini menikahkannya dalam kerjasama kreatif dengan Skrillex, Benny Blanco, Ed Sheeran, Diplo, The Mogul, MdL, dan masih banyak lagi. Termasuk dirinya yang mulai terjun ke urusan produksi. Setidaknya sudah tiga lagu dari album ini yang dinobatkan sebagai hit; ‘What Do U Mean?’, ‘Sorry’, dan juga ‘Where Are U Now’. Selanjutnya, lagu-lagu sealbum pun sudah disadur dalam bentuk video dance masing-masing, yang dibungkus dalam koleksi The Movement. Asli memanjakan para penggemar yang haus akan karya dari sang megastar.
Dari situ aja kita udah tau keunggulan album ini kan dibandingkan album-album terdahulu. Yeah, pada akhirnya semua album memang istimewa, tapi keistimewaan album ini yang paling mendekati absolut daripada album yang lain. Pun, album demi album yang Bieber ciptakan berhasil membuat variasi dalam warna musik yang membalutnya. “Purpose” dikenal akan citra dance, “Journals” mengedepankan tema urban, “Believe” mengamankan R&B dan hip-hop sebagai influens untuk pop, “Under the Mistletoe” sebagai album Natal bertemakan cinta, plus “My Worlds” dengan pop-nya yang catchy.
Kekuatan seni itu merupakan hasil tempaan sepanjang umurnya. Bieber kecil yang mengajari diri sendiri bermain banyak jenis alat musik, mulai dari gitar, terompet, piano, dan juga drum kini menuai hasil manis dari ketekunannya tersebut. Ia juga memberi inspirasi bagi anak-anak broken home, kalau mereka bisa mewujudkan cita-cita meskipun hanya ada satu orang tua yang mengasuh dan membesarkan. Satu orang tua yang mengasuh dan membesarkan Bieber adalah Patricia Mallette, yang mendukung penuh pilihan karir anaknya di musik. Ia rela mengunggah video rekaman penampilan Bieber, pun membawanya ke talent show lokal untuk Bieber berkompetisi. Hasilnya, ia dilirik oleh Scooter Braun yang kemudian mempertemukannya dengan Usher yang berakhir pada kontrak rekaman dengan L.A. Reid. Kisah manis ini terekam dalam hit demi hit yang Bieber cetak; ‘One Time’, ‘Baby (menampilkan Ludacris)’, ‘Mistletoe’, ‘Boyfriend’, ‘What Do You Mean?’, dan masih banyak lagi.
Kebanyakan lagu Bieber bertemakan cinta, tapi dari situ pula ia menuai cinta dari para penggemar yang kian lama kian membludak, penghargaan musik yang kian lama kian bertumpuk, dan angka penjualan yang kian lama kian membengkak. Bieber juga mulai menyanyikan lagu-lagu inspirational yang akan menggugah pendengar. Seperti ‘Believe’ dan juga ‘Purpose’, barisan kata dalam lirik lagu-lagu tersebut menggugah. Maka dari itu, CreativeDisc dan Universal Music Indonesia sepakat untuk menggugah para pecinta musik di Indonesia, pecinta Bieber pada khususnya, untuk membuat movement dari “Purpose” menjadi sejarah di penghujung tahun ini.
Bigbang - If you,blue,bad boy,loser,sober
We the kings - sad song
This wild life - ripped away,sleepwalking
A Rocket to the moon - like we used to,ever enough,lost and found,
Urbaners, lo pastinya nggak mau ketinggalan info tentang album-album baru paling ngehits dari penyanyi idola lo. Apalagi penyanyinya ini beraliran musik nge beat yang memang sedang naik daun ditahun ini. Urbaners, siapa sih penyanyi itu? Untuk info selengkapnya, lo bisa baca dibawah ini!
Album ini harusnya jadi album paling sempurna Avicii
.
Urbaners, DJ berasal dari Swedia bernama Avicii ini bakal ngeluncurin album barunya yang bertajuk Avicii Stories . Sudah kelihatan dari nama albumnya kalau album Avicii kali ini diambil dari kisah kehidupannya Urbaners. Albumnya kali ini merupakan album penyempurnaan dari album yang sebelumnya yang sempat banyak kekurangan. Album sebelumnya bertajuk True ini disinyalir nggak nunjukin ciri khas Avicii, jadi musiknya di album itu masih random dan nggak jelas.
Dalam album terbarunya ini, Avicii bakalan nunjukin ciri khasnya yang sebenar-benarnya. Ciri khas kalau musik Avicii itu penuh emosi dan tetap diiringi dengan musik beraliran elektronik. Album ini bakalan meledak di pasaran karena semakin banyak yang mengenal Avicii sebagai DJ dengan musik yang enak banget dibuat berjoget.
Dalam albumnya ini, Avicii menandatangani kontrak dengan label PRMD sedangkan untuk produsernya melibatkan banyak pihak, seperti Salem Al Fakir , Martin Garrix , Vincent Pontare , Albin Nedler dan Kristoffer Fogelmark..
Singlenya sudah banyak dikenal
!
Salah satu lagu yang diambil dari albumnya ini pasti lo sudah sering dengar Urbaners, judul lagunya adalah Waiting for Love sudah dirilis sejak tanggal 22 Mei 2015 lalu. Dalam lagunya itu, Avicii sudah bisa meraih urutan nomer 1 di tangga lagu iTunes di 84 negara di seluruh dunia. Dari keluaran satu singlenya itu, lalu muncullah lagu lain yang juga sama diambil dari album ini. Lagu itu berjudul Pure Grinding dan juga for a better day yang sama-sama sudah dirilis sejak tanggal 28 Agustus 2015 lalu.
Urbaners, Avicii Stories ini punya 15 single yang wajib lo dengerin kalau sudah rilis. Ini dia single-singlenya:
1.Waiting For Love
2. Talk To Myself
3. Touch Me
4. Ten More Days
5. For A Better Day
6. Broken Arrows
7. True Believer
8. City Lights
9. Pure Grinding
10. Sunset Jesus
11. Can't Catch Me
12. Somewhere In Stockholm
13. Trouble
14. Gonna Love Ya
15. The Nights
Urbaners, Avicii Stories ini nggak lama lagi bakalan dirilis, yaitu tanggal 2 Oktober 2015. Jangan lupa lo pantengin iTunes lo kalau albumnya DJ keren ini sudah rilis ya!
PENGGANTINYA ICONA POP BGT NIH!! xD
Jack Ü – Skrillex and Diplo Present Jack Ü
Sebelumnya Jack Ü menghadirkan sebuah single perkenalan berjudul ‘Take Ü There’ yang secara vokal diisi oleh Kiesza. Alih-alih deep house sebagaimana yang biasa disajikan penyanyi asal Kanada tersebut, Jack Ü justru mengajak Kiesza untuk menjadi pemimpin laju sebuah track trap yang menggelegar. Ketukan drum yang berderap, khas trap, menjadi teman vokal Kiesza yang kali ini tertantang untuk bernyanyi dengan lebih intens dan powerful. Sebuah kolaborasi yang sangat menjanjikan, karena lagunya terdengar khas dan cukup berbeda dengan kebanyakan EDM generik yang banyak beredar saat ini. Belum lagi saat Missy Elliot hadir di versi remix, yang membuat lagunya terdengar lebih menggelegar lagi.
Dengan sukses ‘Take Ü There’, tentunya harapan pun menjadi besar akan album yang akan dirilis oleh Jack Ü. Dan saat secara mendadak album berjudul “Skrillex and Diplo Present Jack Ü” dirilis, bisa dikatakan harapan tersebut cukup terbayarkan.
Sebagai sebuah album EDM, tentunya album ini juga memiliki koleksi artis yang menjadi pengisi vokal. Menarik bagaimana pilihan penyanyi yang terlibat di album ini juga cukup beragam, mulai dari rapper seperti 2 Chainz hingga mantan teen-popstar, Justin Bieber. Uniknya lagu-lagu yang menghadirkan mereka, selain ‘Take Ü There’, merupakan track-track terbaik di album ini.
Trap masih menjadi menu utama dalam ‘Febreze’, track dimana 2 Chainz menjadi pemegang komando. Yang membuat track ini stand out, karena ia tidak melulu mengejar suasana pesta dengan dentum yang catchy, tapi juga menghadirkan estetika edgy yang tebal, lengkap dengan imbuhan deru dubstep segala, yang merupakan hasil produksi yang cukup tertata rapi.
Yang menarik memang bagaimana Jack Ü menjadikan kedewasaan Justin Bieber menjadi senjata utama dalam track ‘Where Are Ü Now’. Vokal Bieber terdengar begitu halus, melantun dengan lembut, memberi penekanan emosional dengan takaran yang pas, tanpa harus terdengar meledak-ledak, meski musik latar terdengar begitu intens. Jika ini menjadi penanda akan lagu-lagu Bieber di masa dewasanya, maka jelas merupakan penanda yang sangat baik.
Jangan sampai terlewat pula kolaborasi antara Jack Ü dengan duo electro-indie-pop asal Inggris, AlunaGeorge. Nuansa ambient ala AlunaGeorge memang cenderung mendominasi, walau tentu saja Jack Ü senantiasa rajin memberi imbuhan trap dan dubstep ke dalamnya. Menarik bagaimana di awal lagu terdengar seperti sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Ellie Goulding.
Sisa lagu lain cenderung bermain aman, dalam arti adalah lagu-lagu EDM meriah, teman pesta dengan beat yang catchy dan hook yang menjual. Bukan berarti jelek, karena track seperti ‘Mind’ (featuring Kai) atau house bertemu dancehall dan dubstep dalam ‘Jungle Bae’ (featuring Bunji Garlin) masih memberikan hiburan dalam kelasnya tersendiri, hanya saja cenderung mudah terlupakan, kalau tidak mau disebut jenerik.
Jadi, terlepas jika tidak semua track di album terdengar stand-out, tapi kolaborasi antara Skrillex dan Diplo ini terasa cukup padu. Enerji dari masing-masing musisi tersalurkan dengan cukup baik, begitu juga dengan latar belakang musik mereka. Hanya saja sepertinya masih senang bermain di zona aman mereka alih-alih mencoba hal yang baru dari proyek kolaborasi ini. Tapi, jika mengharapkan yang terbaik dari gabungan Skrillex dan Diplo, maka Jack Ü jelas bisa menjadi acuan.
TRACKLIST
1. “Don’t Do Drugs Just Take Some Jack Ü” 2:05
2. “Beats Knockin” (featuring Fly Boi Keno) 2:53
3. “Take Ü There” (featuring Kiesza) 3:30
4. “Febreze” (featuring 2 Chainz) 3:34
5. “To Ü” (featuring AlunaGeorge) 3:57
6. “Jungle Bae” (featuring Bunji Garlin) 3:28
7. “Mind” (featuring Kai) 4:02
8. “Holla Out” (featuring SNAILS and Taranchyla) 4:16
9. “Where Are Ü Now” (featuring Justin Bieber) 4:10
10. “Take Ü There” (featuring Kiesza) (Missy Elliott Remix) 3:30
Ketika Robbie Williams memutuskan untuk keluar dari formasi Take That dan mengambil jalurnya sendiri, ia memborbardir chart musik di UK. Dan saat Geri Halliwell hengkang dari grup Spice Girls, ia pun berhasil mendominasi chart dengan karya solonya. Kini giliran ZAYN yang telah lepas landas dari grupnya, One Direction, ia memperluas jangkauan dominasi para mantan personel grup vokal yang bersolo dari, dari UK hingga ke US. Terima kasih kepada ‘Pillowtalk’, yang membuat impiannya untuk tetap berada di puncak menjadi sebuah kenyataan.
Selanjutnya, album “Mind of Mine” telah didahului oleh ekspektasi berkat kesuksesan global ‘Pillowtalk’ tadi. Pertanyaan besarnya, apakah album ini mampu mememuhi ekspektasi yang dibebani terhadapnya? Nama-nama antri mainstream yang menggarap album ini, Malay, Levi Lennox, MYKL, XYZ, dan Alan Sampson sepertinya sudah menjawab salah satu ekspektasi terhadap musik ZAYN yang berbeda dari 1D. Jadi, so far so good lah.
Zain Javadd Malik adalah pemuda Inggris kelahiran tahun 1993, peranakan Inggris, Pakistan, dan Irlandia. Ia merupakan anak kedua, satu-satunya anak cowok, dari empat bersaudara. Musik yang ia dengarkan di saat remaja sangat beragam, mulai dari urban, R&B, hip hop, hingga reggae dan musik Bollywood. Ini menjadikan kekayaan minat sebagai pondasi dasar dari dirinya bermusik. ZAYN berjalan ke jalur musik saat mengikuti audisi untuk talent show The X Factor, yang kemudian mempertemukannya dengan empat pemuda Britania Raya lainnya; Harry, Niall, Liam, dan Louis dan mulai berkarir di atas nama One Direction sejak tahun 2010. Kehebatan mereka sebagai boyband membuat nama tersebut tercatat dalam sejarah musik dunia sebagai salah satu artis rekaman terbaik dengan angka penjualan yang fantastis.
Tapi itu semua belum cukup bagi ZAYN. Karena sepertinya sudah cukup baginya untuk berbagi spotlight, dan memutuskan untuk keluar dari grup di bulan Maret 2015. Sejak saat itu, ia menyibukkan diri di studio. Mulai mengerjakan musik dengan Naughty Boy, hingga sederetan drama ZAYN vs 1D yang mengikutinya. Those days are over, saat 1D merilis album kelima mereka di penghujung tahun 2015 lalu, dan ZAYN merilis proyek solonya di kwartal pertama tahun 2016 ini. Hiruk pikuk di seputaran ZAYN sepertinya tak akan punah dalam waktu dekat, karena musik yang ia kreasikan untuk album solonya sungguhlah unik. Jika sudah takjub dengan ‘Pillowtalk’, selanjutnya akan dibuat lebih amazed dengan ‘Like I Would’.
Dengan sejumlah tema yang disentuh oleh lirik dalam lagu-lagu di album ini; cinta, nafsu, kesedihan, frustasi, hingga harapan dan kebahagiaan, album ini sepertinya akan mudah untuk memenuhi setangkup ekspektasi yang dibebankan kepadanya tadi. It’s a paradise!
Lima tahun bersama, tampaknya sudah cukup bagi Zayn untuk meninggalkan One Direction yang bersama mereka telah menghasilkan beberapa album sukses. Oleh karenanya, ia pun memutuskan untuk keluar dan mencari karirnya sendiri. Tidak menemukan ruangan untuk mengkreasikan kreatifitasnya sendiri adalah salah satu alasan bagi Zayn untuk keluar. Dan pada tanggal 25 Maret 2016, setahun tepat setelah ia berjalan solo, lahirlah album debutnya, “Mind of Mine“.
Zayn memang terdengar berusaha keras untuk terdengar jauh berbeda dengan One Direction yang bergerak dalam koridor pop-rock yang sangat pop. ‘Pillowtalk’ adalah persembahan perdananya. Dengan memadukan antara pop dan RnB serta sedikit elemen trap, ZAYN menghadirkan sosok dirinya yang lebih dewasa. Terdengar seperti One Direction yang menyebrang ke ranah The Weeknd? Bisa jadi.
Tapi ada Malay yang turut ambil bagian sebagai rekan penulis dan produser untuk sebagian besar albumnya. Pasti ingat jika Malay adalah sosok penting yang berada di belakang album “Channel Orange” milik Frank Ocean, sehingga sepertinya arah ini yang ingin dikejar Zayn.
Tentunya “Mind of Mine” tidak sekompleks “Channel Orange”. Zayn masih menghadirkan lagu-lagu yang jauh lebih mudah dicerna ketimbang milik Ocean. Meski begitu, jangan harapkan track-track cerah ceria, karena Zayn memilih untuk mewarnai albumnya dalam tone yang gelap dan bahkan sering kali murung.
Dengan perawakan yang penuh tato dan wajah brewok, secara fisik Zayn memang memenuhi syarat sebagai seorang bad boy. Bagaimana dengan albumnya? Mendengar “Mind of Mine”, tampaknya Zayn justru mengejar album pop RnB yang intim dan sensual. Memangg terkadang kasar. Bolehlah pas dengan imej bad boy, jika memang itu yang ingin diusungnya. Namun kekuatan album justru pada pemilihan Zayn untuk bereksperimen dengan RnB yang lebih edgy, ketimbang catchy belaka.
Bukan berarti “Mind of Mine” tidak memiliki lagu seperti itu. Misalnya ada pop-dance ‘Like I Would’ dimana Zayn mengajak kita berdansa dengan atraktif mengikuti iramanya. Memang, secara tone agak berbeda dengan track-track lainnya, sehingga Zayn meletakkannya sebagai di bagian bonus untuk edisi deluxe.
Menjadi catatan, ‘Like I Would’ adalah satu dari sedikit lagu up-tempo dalam album ini, karena “Mind of Mine” mayoritas diisi oleh track-track slow dan mid-tempo, yang bergerak perlahan dan mengizinkan Zayn untuk memfokuskan pada vokal yang meliuk, serta penekanan pada sisi emosional yang kuat.
Contoh sempurna mungkin bisa ditemui dalam track berjudul ‘It’s You’. Sebuah balada moody yang terkesan gelap dan dinyanyikan Zayn dengan lirih, sehingga terdengar begitu… sedih. Tapi bisa dikatakan lagu ini sukses memamerkan kekuatan Zayn sebagai penyanyi dengan asupan emosi yang kuat.
Secara tema, “Mind of Mine” tidak melulu berbicara romansa. Ia juga menyuarakan tentang bagaimana rasanya menjadi artis yang terkungkung misalnya, sebagaimana yang tertuang dalam ‘Befour’. “Time for me to move up / So many hours have gone / Heart beats the pump of my blood / No strings for you to pull on,” katanya.
Kolaborasi Malay dan Zayn memang tampaknya cukup padu, sehingga mereka bisa menghasilkan track-track yang menghadirkan Zayn sebagai penyanyi RnB yang dewasa, lepas dari penyanyi boyband remaja yang selama ini melekat pada dirinya.
Cuma kehadiran-kehadiran produser pendatang baru seperti MYKL dan XYZ juga memberi kontribusi tersendiri untuk “Mind of Mine”. Berkat tangan dingin MYKL, dalam ‘She’ Zayn malih rupa menjadi seorang penyanyi RnB yang siap berdansa dengan seksi. Pendekatan yang sama bisa ditemukan dalam ‘Tio’.
Sementara XYZ membantu membidani track seperti balada soulful ‘Fool For You’ atau ‘Wrong’ yang kuat dengan emosi dimana Zayn mengajak penyanyi pendatang baru bernama Kehlani.
“Mind of Mine” adalah ajang pembuktian bagi seorang Zayn Malik jika ia bukan sekedar penyanyi setiran produser atau label saja. Ia memiliki visi dan estetika musikalitas sendiri. Jika ternyata hasilnya cukup “berat” dalam ukuran mainstream, maka tentunya kita tidak bisa menyalahkan dia. Yang kita lakukan adalah mengembangkan tangan dan menerima dengan tangan terbuka.
Toh, “Mind of Mine” adalah album yang baik. Memiliki desain produksi berkualitas baik, dengan pilihan lagu tidak pasaran. Zayn Malik memberi awal menjanjikan untuk karirnya. Meski rasanya ia mungkin bisa mengeskplorasi lebih dari ini. Mendengarkan lagu “Intermission: Flower’, yang sangat layak untuk lebih panjang, dimana Zayn sukses mengajak pendengarnya memasuki sensasi transendental/ethereal yang menggugah, meski ia menyanyikannya dalam bahasa Urdu, bukan Inggris.
TRACKLIST
1. “MiNd Of MiNdd (Intro)” 0:57
2. “PILLOWTALK” 3:23
3. “iT’s YoU” 3:46
4. “BeFoUr” 3:29
5. “sHe” 3:09
6. “dRuNk” 3:25
7. “INTERMISSION: fLoWer” 1:44
8. “rEaR vIeW” 3:21
9. “wRoNg” (featuring Kehlani) 3:32
10. “fOoL fOr YoU” 3:22
11. “BoRdErZ” 3:59
12. “tRuTh” 4:05
13. “lUcOzAdE” 4:12
14. “TiO” 2:58
Deluxe Edition
15. “BLUE” 3:44
16. “BRIGHT” 2:56
17. “Like I Would” 3:12
18. “SHE DON’T LOVE ME” 4:15