It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Mungkin pengucapannya yg terdengar di akhiri K.
kupingku mendengar ada huruf k-nya dibelakang #atau kupingku rada2 error?
@3ll0
@Tsunami
@Lulu_75
@Tsu_no_YanYan
@Indrawan506
@Alfa_centaury
@Wita
@DafaZartin
SELAMAT MEMBACA
################################################
SEJATINYA
By : Black_Skies
#Trisna POV
***
Yep, Trisna Kurniawan, itu nama panjangku atau Trisna saja untuk memanggilku, walau ada satu makhluk yang memanggilku Jambul, itu Ajiz temanku. Aku lahir di jawa barat, aku anak bungsu dari dua bersaudara bersaudara. Semua anak ibu dan almarhum bapakku laki-laki. Ya bapakku sudah meninggal sekitar dua tahun yang lalu, ketika aku lulus SD. Dirumah, di Jawa barat sana hanya didiami oleh kakakku dan ibuku.
Dan sekarang aku tinggal di Jogja, tinggal dirumah tanteku yang super baik. Dahulu Adik ibuku itu, tante Ida memintaku untuk tinggal bersamanya dengan alasan untuk menemani anaknya, sepupuku, Dika yang masih duduk di kelas 4 SD. Ibuku tidak keberatan, beliau berpikiran bahwa itu akan membuatku mandiri. Sedangkan kakakku setuju-setuju saja, bagaimana tidak, setiap hari berkelahi saling mengejek dan uring-uringan. Akhirnya akupun menurut saja, toh ini dapat meringankan ibuku.
Tinggal dirumah tante ida, aku diberi fasilitas layaknya anaknya, kamar dengan meja belajar dan komputer, bahkan aku dibelikan pakaian, alat-alat sekolah, sepatu, jaket sampai handphone. Maklum tante ida termasuk orang yang berada. Om aris seorang pekerja kantoran, tante ida seorang guru agama di MTs dan punya toko baju di kota. Aku sendiri dianggap seperti anaknya. Bagiku , tante ida seperti ibuku, om aris seperti ayahku dan dika seperti adikku. Aku juga sering kena marah kalau aku bandel, sering main pulang malem dan males-malesan. Pokoknya aku diperlakukan seperti anak sendiri.
Waktu aku liburan kenaikan kelas 9 aku pulang ke kampung halamanku di Jawa Barat, disana kak Yana memintaku untuk kembali ke rumah untuk menemani ibu. Karena kakakku satu-satunya yang baru lulus SMA memutuskan untuk merantau ke Jakarta, mencari pekerjaan dan pengalaman. Kalau ibuku tidak keberatan kalau aku tetap pengen di jogja, karena sekolahku nanggung tinggal satu tahun pelajaran, kelas 9. Tetapi akan jahatnya diriku bila membiarkan ibuku berjuang hidup sendiri. Memang ibuku sering menasehatiku untuk selalu mandiri dan mandiri, semenjak ayahku tiada. Bukan berarti beliau tidak sayang kepada anaknya, tetapi karena ingin anaknya tidak kesusahan ketika ibu tiada . Aku sangat berharap, Ya Allah jangan Engkau panggil ibuku sebelum aku membahagiakannya, sebelum ibuku melihat anaknya sukses sebelum aku dapat membalas apa yang telah beliau berikan padaku, meski takkan pernah aku dapat membalasnya, tapi izinkanlah aku membahagiakanya. Aku mohon, sangat-sangat mohon Ya Allah.
***
Ku kenakan seragam hari senin dan sepatu hitamku, kuambil tas dan segera aku menuju ruang makan, kulihat Tante dan Dika sudah menungguku untuk sarapan, ya sarapan terakhir di rumah ini. Aku sarapan dengan kurang nafsu, mungkin karena aku harus meninggakan jogja, meningalkan ibuku dan bapaku yang kedua, meninggalkan adikku, meninggalkan teman-temanku terutama Wawan dan tentunya Ajiz.
Dimataku Aditiyawan alias Wawan orangnya baik, pengertian, berteman tanpa memandang kedudukan, berteman terima apa adanya dan tidak bermulut ember tentunya, pokonya cocok dijadikan sahabat qorib. Wawan, dia punya adik, tepatnya kembaran, namanya Aditiyanto alias adit. Mereka kembar tetapi kepribadianya jauh berbeda. Wawan lebih banyak omong otomatis pergaulanya lebih luas daripada adit. Adit rajin dan cenderung seriusan otomatis otaknya lebih berisi daripada wawan. But, wawan lebih akrab dengan ku. Tak hanya itu, aku mempercayakan dia sebagai tangan kananku. Tak jarang aku sering curhat dengannya, entah persoalan keluarga sampai percintaan.
Bahkan dengan bantuan wawan aku bisa jadian dengan perempuan yang ku taksir. Ya, Ketika pertama kali masuk sekolah di SMP ini, aku langsung naksir seorang perempuan yang cantik, Adila namanya. Dia adalah sosok perempuan yang anggun, tegas, tidak manja, madiri dan satu lagi yang bikin aku tersepona eh terpesona, yakni dia menjadi pelindung temannya ketika diganggu oleh para cowok usil. Dia tak segan memukul dan menonjok orang yang menggangu temennya. Ingat, walau demikian dia bukan anak tomboi, pakaian yang dikenakanya selalu rapat, berkerudung terus. Yah, walau hanya 1 tahun aku bersamanya dikarenakan orangtuanya melarang untuk berpacaran dulu. Kami terpaksa harus putus, tetapi tetap berkomunikasi dengan baik. Hingga saat memasuki kelas 8 wali kelasku mengatur tempat duduk, aku sebangku dengan Aziz ( aku suka memanggilnya Ajiz, entahlah. Tapi inget pembaca dilarang memanggilnya Ajiz, nama itu hanya aku yang boleh menyebutkan, kalau kamu nekat kukeluarkan jurus mautnya Ajiz. Jurus membetot bibir... Atau mau Jurus membetot Ti*it, oops) sedangkan wawan duduk dengan deni, adit duduk dengan eko.
Ajiz, menurutku awal bertemu sosoknya, dia orangnya pendiem, cuek, dingin tetapi otaknya tergolong cerdas. Soal fisik tak jauh beda dengan ku, walau lebih kecilan dia dikit. wajahnya kuning langsat dan bersih pokonya ganteng menurutku dengan bibir atas yang agak tebal, jadi unyu-unyu gimana gitu. Karena sifatnya yang berbeda 180% denganku maka aku agak canggung untuk mendekatinya. Padahal aku pengen berteman denganya, tetapi dia langsung buru-buru pergi keperpus atau ke toilet jika aku mendekatinya sekedar mengajak dia ngobrol, gak cuma aku ding, pokoknya jarang berosial lah. Pantas saja dia hanya memiliki temen 1, siapalagi kalau bukan edi si pendiam banget itu. Dan sekarang edi gak tau pindah sekolah mana.
Awal sebangku dengannya, aku deg-degan entah perasaan apa ini, takutkah? Soalnya dia dingin dan tatapan matanya itu sangat fokus dan tajam membuatku tak berani menatapnya. Jadi kami saling diam. Aku takut dicuekin lagi saat menyapanya. Rasanya tuh enggak enak banget dihati.
Hingga pada suatu saat, ketika ada PR matematika yang mana ku belum mengerjakan soalnya aku kurang paham sama gurunya yang menjelaskan (atau akunya yang oon?). Keesokan harinya aku berangkat pagi-pagi untuk mendapat contekan dari temen-temen, terutama wawan. Tidak ada keberanian secuilpun untuk minta bantuan Ajiz. Sampai di sekolahan belum ada siswa lainya yang datang. Jadi kusempatkan buka PR nya sekedar baca-baca soalnya saja. Tiba-tiba kudengar langkah kaki mendekati kelasku, tak lama munculah seseorang yang membuatku berdebar-debar (perasaan takut lagi kah?), dia Ajiz.
“Assalamua’laikum” ucap ajiz datar ketika hendak masuk.
“wa..waalaikusalam” jawabku gugup. Ajiz kemudian menghampiriku dan duduk disampingku dan kamipun bersalaman.
“udah selesai PR nya?” Tanya Ajis tanpa menoleh wajahnya ke aku, melainkan melihat buku ku. “Tumben bicara nih orang padaku” pikirku.
“Aku belum, Jiz.” jawabku singkat. Kemudian ia menatapku, Oh my god, tatapanya fokus dan tajam kearah mataku. Langsung kualihkan pandanganku kebukuku.
“Terus?” kata ajiz masih menatapku.
“boleh nyontek punya kamu tidak jiz?” tanyaku dengan takut-takut. Dianya langsung mengambil bukunya dan memperlihatkan jawabanya.
“mendingan aku tuntun kamu buat ngerjainya. Kalo nyontek entar kamu gak paham ditanya sama guru.” kata ajiz .Ternyata dia baik banget, gak boleh nyontek aku, tetapi dituntunya,,, waw.
“kamu baik banget sih jiz. Jadi seneng aku punya temen kayak kamu. Kayaknya aku bakal betah deh aku duduk disini” kataku sambil tersenyum, dia menatapku datar, tanpa ekspresi. Ups, kayaknya salah ucap deh.
Tak sadar, tanganku menggelitiki pinggangnya dia ternyata tidak tahan dan tertawa. Watak asliku langsung mucul, suka jahil. Semenjak kejadian itu dia memanggilku jambul dan aku semakin akrab denganya. Kekantin, kekantor guru, keperpus (eh aku ketularan maen ke perpus), belajar, bermain selalu bersama. Ketika dia sedang bad mood akan kujahili dia, dan dia akan membalas dengan menjewer bibirku sampe dower. Sampai sekarang sifatnya berubah dia menjadi lebih terbuka dengan siswa lain temannya banyak walau tidak seakrab aku, wawan, adit eko dan deni. selalu ceria dan tetap cerdas tentunya, bahkan sifat-sifatku turun padanya seperti konyol, bercanda dan jahil walau tidak separah diriku. Oh ya, dia suka sekali menjewer bibirku ketika dia sedang jengkel, bad mood, atau sekedar gemas dengan tingkahku. Entahlah, apa dia suka bibirku yang soeksueinyua hahahahaha. Tetapi aku tetap suka diperlakukanya seperti itu.
Hingga lama-kelamaan entah dari mana, perasaan suka kepada ajiz mucul di hatiku, awalnya kutepis perasaan ini. Tetapi perasaan ini selalu mucul ketika aku melihat ajiz, ingin selalu berada didekatnya. Merasakan ketenangan yang tercipta, oleh sebab itu aku jadi manja terhadapnya, biar selalu dekat. Karena aku menganggap perasaan ini adalah hal aneh, hal yang tidak normal, akhirnya aku curhat ke wawan akan hal yang menimpaku disaat ajiz dan deni bermain ps.. Awalnya dia kaget tentunya, tetapi kemudian dia tidak mempermasalahkan keadaanku ini, bahkan dia menasehatiku agar tetap sabar dan mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Wawan masih setia denganku, tak ada rasa jijik denganku, tetapi dia menyuruhku untuk tidak berterus terang dengan ajiz, ditakutkan ajiz malah menjauh dan merusak persahabatan yang selama ini tercipta. Temanku wawan tahu semua rahasiaku.
Bersambung....
***
Segitu dulu ya, kapan-kapan lanjut lagi. kalau ada kesalahan lapor kepada pihak yang berwajib.
“Jangan Lupa Jempol dan Komentarnya”
tp kok belum apa2 udah ikutan sedih.
Moga gak jadi Jambul pindah [-O<