It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
*wajah datar*
@Wita
@lulu_75
@Tsunami
@3ll0
@Tsu_no_YanYan
@dafaZartin
SELAMAT MEMBACA
SEJATINYA
By : Black_Skies (Twitter @Blackskies1)
#Aziz POV
***
Ku buka mataku dari tidur siangku, kulihat jam dinding menunjuk pukul setengah empat. Lalu ku amati sekeliling kamar ternyata ada 3 bangke sedang terkapar. Jambul seranjang dengan ku, sedangkan deni dan wawan dilantai dengan beralaskan kasur lipat. Sengaja tak kubangunkan mereka, aku langsung sholat ashar duluan. Selesai ku pun membangunkan mereka bertiga untuk sholat ashar. Habis sholat kami kembali bermain PS lagi, namun bukan PES, tetapi naruto. Aku mendapat giliran pertama melawan deni. Aku dan deni berteriak-triak gak jelas, bahkan nama-nama hewan juga keluar dari mulut deni. Sementara wawan dan jambul hanya nonton kadang juga ganggu.
“Wanwan, ikut aku nyok?” ajak jambul pada wawan.
“kemana tris?” jawab wawan
“udah ikut aja.” kata jambul sambil menarik tanganya wawan. Kemudian mereka menuju belakang rumah, disana ada taman kecil dengan dua pohon pinus besar dan pohon rambutan. Aku dan deni tetap melanjutkan pertandinganya. Tak terasa haus menyelimuti kerongkonganku. Aku pun mem-pause gamenya hendak mengambil minuman dari dapur. Ketika aku mengambil minuman di dapur, iseng-iseng aku melirik kearah taman dari jendela dapur. Kusibakan gorden dan kulihat mereka duduk di bawah pohon pinus sedang bicara serius, entah apa yang mereka obrolkan. Dirasa kurang penting aku pun kembali ke ruang keluarga melanjutkan pertandinganku dengan deni. Akhirnya aku menang, karena aku menggunakan tokoh Temari sedangkan dia menggunakan tokoh Sakura. Cara mainya aku mengeluarkan jurus kipas terbangnya terus, jadi ketika sakura terjatuh tetap aku bantai dengan kipas terbangnya. Curang? Whatever, sak karepku, hahahaha. Tak lama kulihat wawan sudah kembali dari bisnisnya tanpa ada jambul.
“ziz , kamu dipanggil trisna noh!” seru wawan padaku ketika aku sedang minum.
“ngapaiin, wan?” tanyaku balik.
“udah sana aja. Dah ditungguin tuh.” perintah wawan. Akupun mengangguk dan pergi ke arah taman belakang. Kulihat Jambul sedang duduk dengan kepala menunduk. Kuberjalan menghampiri dia.
“Mbul, kamu tadi manggil aku kan?” tanyaku ketika aku sampai dan duduk di samping trisna.
“Iya, Jiz.” Balas Jambul lesu.
“Ada apa, Mbul?” Tanyaku
“pinjem hp kamu bentar dong” kata jambul.
“buat apaan?” tanyaku sambil memberikan hpku. Tanpa menjawab dia langsung mengoperasikan hpku dan hpnya. Entah apa yang dia lakukan aku hanya cuek. Sementara jambul sibuk dengan ponsel aku hanya terdiam membisu. Tak lama kemudian jambul mengembalikan hpku.
“Jiz.” akhirnya jambul bersuara lagi, walau lesu. Dia menatap ku sendu.
“ada apa to, mbul? Tanyaku penasaran, soalnya keliatanya serius.
“Jiz.” Suaranya memilukan, lembek banget. Dia Cuma bilang seperti itu, singkat, padat dan tidak jelas lagi.
“kok suaramu lembek gitu sih, Mbul. Gak seperti biasanya. Kamu belum makan ya, Mbul? Makanya jangan kelupaan makan, jadi lemes gitu deh. Makanan itu penting tauk, apalagi untuk seusia kita yang sedang masa pertumbuhan” kataku menjelaskan.
“Jiz.” Balas Jambul dengan pendeknya menghiraukan perkataanku tadi, wah bener-bener dah, bikin dua buah tanduk merah tumbuh dikepalaku.
“Mbul, lihat aku” kataku. Ketika jambul menoleh, langsung kusambar dan ku jewer bibirnya saking gemesnya.
“Aduh , jiz! Sakitttt!” teriak jambul menahan kesakitan, tanganya memegang tanganku menyuruh melepaskan jeweranku. Tetapi dia masih lemes.
“sebenernya pingin gue betot bibir kamu, soalnya ngeselin kamunya.” jawab gue jutek.
“jangan dong, entar aku gak punya bibir lagi. Entar kamu gak bisa jewer lagi loh.” jawabnya dengan menelungkupkan tanganya ke mulutnya. Iya-ya entar aku nggak bisa menjewer bibirnya lagi,pikirku. Jujur aku suka melakukanya terhadap jambul, kenyal-kenyal gimana gitu (hihihihi), bibirnya tipis dan agak merah.
“aya naon teh, kok lesu pisan? Siak ada masalah? Cerita aja ma Aa.” jawabku dengan logat sunda walaupun aku tidak bisa berbahasa sunda, palingan ya cuma sedikit.
“halah, sok inggris kamu.” jawabnya sambil menggelitiki pinggangku. Ternyata nyawanya sudah kembali 100%. Aku hanya tertawa menahan geli yang luar biasa mematikan itu. Jujur aku tidak tahan geli, terutama pada pinggangku, tahu sendirikan tubuhku tergolong kurus, sekurus triplexs (LOL). Setelah tertawa puas dianya, aksi balas dendamku beraksi. Mungkin PEMBACA sudah hafal dengan tindakanku ketika jambul menjahiliku, yakni dengan menjewer bibirnya sampe dower. Kemudian dia akan berakting memajukan bibir bawahnya seolah-olah dower beneran.
“la terus kamu mau ngomong apa? Gak usah berbelit-belit napa” kataku mendesaknya. Dia kemudian menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
“gini Jiz, 2 hari lagi kakakku yang pertama, kak Yana, dia mau kerja diluar kota, ke jakarta. Sehingga ibuku sendirian dirumah. Tahu sendirikan rumahku kan jauh dari perkotaan ?” kata Jambul menjelaskan.
“He’em, terus?“ aku menyuruh jambul meneruskan.
“tahu artinya apa?” tanya jambul padaku, aku hanya menggeleng, jujur aku kurang ngerti maksud pembicaraanya, emang dasar akunya yang bloon bin dongo ya gitu.
“ampun deh jiz, masa kagak ngerti, soal pelajaran oke lah, but soal ginian nol besar.” kata jambul aku hanya meringis.
“la terus apa dong.” kataku penasaran.
“aku harus balik ke kampung. Aku harus pindah sekolah. Aku harus pisah sama... Kamu. huhuhuhuhuh.” terang jambul sambil berpura-pura nangis. Menanggapi perkataan barusan aku hanya meng ‘O’ kan kemudian aku terpaku dan diam sejenak mencerna perkataan jambul. Kok secepat itu, padahal aku baru satu tahun akrab dengannya dan bercanda-tawa denganya, tiba-tiba hatiku merasa sesak, mungkin karena dia telah banyak memberi kenangan padaku, hari-hariku pasti akan membosankan tidak ada candaanya. Kulihat wajah jambul lekat-lekat, dia menunduk.
“kamu pasti sedihkan. kamu pasti kangen ama gue kan.” katanya narsis.
“iya aku sedih dan bakal kangen karena gak bakalan lagi aku menjewer bibir kamu sampe dower.” balasku, jambul langsung memegangi bibirnya kemudian cemberut.
“udahlah gak usah sedih, mbul. Kalo itu yang terbaik kenapa tidak. Terlebih disana kamu harus merawat ibu kamu, kan kasihan kalo sendirian. Lagian disana nanti malah kamu dapet temen yang lebih baik daripada aku. Ya walaupun gak sejelek aku.”kataku merendahkan hatiku serendah-rendahnya sambil mentoel dagunya.
“gak lah, kamu tuh temen terbaik yang pernah aku temuin. Dan soal muka kamu yang jelek, emang kamu paling jelek buat aku. Tapi aku berat ninggalin kamu, jiz.” respon jambul yang eneg. Udah kumerendahkan hati eh malah ditangepin seriusan, padahal kan aku gak jelek-jelek amat.
“halah lebay kamu mah, orang aku biasa-biasa saja tuh kamu tinggal, weekkk. Udah gitu doang?” tanyaku ketus padanya.
“entar palingan juga kamu paling merasa kehilangan, gak usah ngambek gitu dong. Aku cuma becanda kali jiz, kalo kamu itu jelek. Hahahahaha.” kata jambul, aku hanya diam menatap dirinya datar seolah bilang “lucu ya”. Akupun beranjak hendak pergi ke ruang keluarga.
“tunggu dulu jiz.” jambul menahan tanganku.
“ada apa lagi, sih?” Tanyaku sebal.
“bantuin berdiri dong.” jawabnya manja.
“eh kamu dah berkemas untuk pulang besok?” tanyaku seraya menjabat tanganya untuk berdiri.
“belum, bantuin yak.” rengek jambul. Aku hanya meng ‘hemm’ kan (apaan tuh...). Oh jadi intinya tadi jambul pamit mau pulang ke tempat asalnya, ya mau gimana lagi, setiap perpisahan pasti ada pertemuan, eh kebalik, setiap pertemuan ada perpisahan walau terasa berat. Waktu sudah menunjukan pukul 17.00, kumasukan buku-buku pelajaran kedalam kardus, sementara jambul memasukan pakaian dan barang-barang lainya kedalam koper dan kardus kecil. Wawan dan deni udah pulang duluan. Setelah selesai beres-beres, aku dan jambul mandi (enggak barengan loh), aku masih mengenakan pakaian ku tadi. Setelah itu sholat magrib dikamar jambul.
“Mbul, besok kamu masih masuk sekolah kan?” tanyaku setelah merapikan sajadah.
“iya, besok sekalian mau pamit sama temen-temen.” kata jambul.
“oh ya besok kamu berangkat jam berapa dari terminal?” tanyaku lagi.
“sehabis ashar mungkin jam 15.30. Oh ya, besok anterin aku ke terminal ya,” pinta jambul.
“tapi aku belum punya SIM Mbul,” kataku
“orang ikut nganterin bareng om aris pake mobil kok.” kata jambul.
“ya udah, besok aku kesini sehabis pulang sekolah.” kataku mengiyakan. Aku duduk di ranjang jambul sambil memperhatikanya yang masih berkemas. Ketika berbalik kulihat raut mukanya tampak sedih. Akupun mengajak jambul untuk nyanyi bersama-sama, tentunya lagunya linkin park judulnya yang Numb, New Devide, What i’ve done dan In the end., aku dan jamul memang sama-sama suka lagunya, walau artinya “a’u ah” yang penting nada-nadanya bikin semangat soalnya ada ngrocknya itu loh. Setelah bernyanyi ria, kulihat jam dinding menunjuk pukul 18.50. Aku bersiap sholat isya. Selesai sholat aku pamit hendak pulang karena takut kemaleman.
“Mbul, aku pamit pulang ya.” pamitku pada jambul.
“oh ya, yuk aku anter sampe depan rumah.” kata jambul. Aku mengangguk
“Bi Nur, saya pamit pulang ya, Bi? Udah malem.” pamitku pada Bi Nur ketika aku melihatnya di ruang tamu sedang membersihkan meja dengan kemoceng.
“iya, makasih lo mas aziz dah nemani mas trisna seharian.” kata Bi Nur, kubalas senyum. Kucium tanganya dan keluar rumah. Kuambil speda motorku yang sejak tadi di bawah pohon.
“pulang dulu yak” kataku sambil melambaikan tangan kiriku.
“Hati-hati, gak usah ngebut” ucap jambul.
“Hati-hati” kata Bi Nur.
Bersambung....
***
segitu dulu ya... kalau ada typo atau kesalahan segera lapor pihak yang berwajib
“Jangan lupa jempolnya atau komentarnya”
NB: Jangan dibayangin kalau fotoku jadi pemeran dalam SEJATINYA ok. Entar merusak mood pembaca
*membungkukan badan*
Eh tu bibir Jambul eman lho dijepit pake jari terus...pake bibir napa sekali² #kedip² genit :P
Bhs Sundanya gak salah ta? bukannya Sia : Kamu (kasar)
tadinya jepitnya pingin pake Tang, tp ntar gak ada mainan lagi kalo sampe kecabut.
yng sering kudengar dia pake siak