BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Bayang-Bayang Sepanjang Badan

123457

Comments

  • lulu_75 wrote: »
    emang Toni mirip Dika ...

    Kata Daya gilu bro Lulu tapi mataku agak sipit hahahah

  • d_cetya wrote: »
    datar

    Tuh Jangan nangis yo mbak-e, lihatlah perjuangan Daya dalam mendapatkan kembali Jala, ada HERO untuk mbak-e d_cetya

  • arieat wrote: »
    Ets dah, ternyata si tonie da rasa ke si wirya ya? X_X
    Menohok ye kata2 wirya, walo maksudnye canda. :)

    Makasih bang Arieat yang selalu menyuport langkahku, I can be your hero baby
  • cansetya_s wrote: »
    hemmmm.... baru baca lagi...

    Sampe ketemu di Suroboyo yo mas, kembali air mata akan berurai di Suroboyo


  • Duh madam @Tarry sama madame @kimochi mana ya ? sepi tanpa dirimu. Bro @Gabriel dan bro @3II0 juga
  • uci wrote: »
    masih belum jelas peran toni

    Dah mulai terkuak ya bro @uci

  • nambah seru cerita nyah..... :)
  • Enaknye punya pelampiasan, lepas bebas.
  • gak sabar pengen baca penangkapan ayah nya daya...
  • Ya begitulah... Tresno jalaran saka kulino.
  • edited September 2014



    Kawan baik semua
    Saatnya aku ucapkan Selamat Pagi dan Selamat Datang di p.o.v Daya.
    Jangan khawatir, hanya sesaat aku hadir disini. Aku akan menuntaskan cerita seputar keluargaku yang menimbulkan kesan dendam di hati mamanya Jala dan orang tua Dika. Karena ini adalah ulah papaku, jadi bang Toni menyerahkan sepenuhnya padaku untuk bercerita.
    Ya, bang Toni ga enakan jika dia yang harus menceritakannya !
    Dari lubuk hati yang dalam, aku minta maaf pada kawan-kawan pembaca yang pro Jala-Dika ikut tersakiti perasaannya akibat luka disekujur tubuh Jala dan berpulangnya Dika keharibaan Yang Maha Kuasa.
    Semoga kawan-kawan menerima maafku, karena ini adalah lembaran baru, dan kita telah berpindah dari kisah: Itu Bagianku.

    Seperti yang diceritakan bang Toni, kali ini aku ga akan minta pembelaan apapun terhadap ulah papa. Sikapku sama dengan sikap yang diambil bi Astuti. Mengatasi akibat dari perbuatan papa, lebih tepat rasanya dibandingkan sibuk dengan mencari alasan untuk pembelaan diri. Bi Astuti telah menunjukkan itikat baiknya untuk membantu penyembuhan luka di tubuh Jala, Alhamdulillah hingga akhir bulan Juli 2014 ini, tubuh Jala sudah semakin membaik.

    Tidak pernah ada keberanian untuk menemui Jala, hingga malam kemaren bang Toni datang membuka mataku dan mengingatkan bahwa Jala masih ada. Lantas aku berfikir, ga ada salahnya mohon pamit baik-baik sama Jala. Terlepas dari sikap Jala yang sudah tidak mau tau lagi pada diriku, aku serahkan pada Yang Maha Kuasa. Tidak pernah aku berharap, dengan mohon pamit ini membuat Jala akan kembali pada diriku.
    Tidaklah semudah itu tentunya ! , mengingat kesusahan yang diciptakan si Tamam kurang ajar dan papaku tubi bertubi pada Jala dan mamanya.

    Semisal tidak bisa bertemu Jala, juga tidak apa ! yang pasti aku akan ke makam Dika. Aku mohon pamit dan mohon do'a pada Dika dan akan kuletakkan sepucuk surat untuk Jala. Sehingga Jala yang secara teratur membersihkan makam Dika, aka menemukan sepucuk surat itu.

    Pagi sekali, hari Jum'at diakhir Juli 2014, aku diantar ke Soeta oleh bi Surti dan bi Astuti serta teman-teman mesjid yang selalu meramaikan hari-hari liburan ini. Mengingat tingkat keseriusan hidup Jerman sangat tinggi tetapi mereka masih menghargai Urlaub = Liburan, apakah berbeda dengan kehidupan di Jepang ? aku ga tahu karena belum pernah ke Jepang, maka aku yakin akan masih bisa liburan lagi ke Indo. Aku akan bertemu lagi dengan bibiku dan teman-teman ini.
    Sehingga tidak perlu ada isak dan tangis.

    Kriiing .....Kriiing nada dering eksotik jadul keluar dari HPku, aku angkat

    "Halo" kataku

    "Halo juga Daya, lagi dimana ?" kata seseorang yaitu Felix

    "Lagi di Soeta" kataku

    "Oh dah mau balik ?" tanya Felix

    "Iya Fel, tapi jangan khawatir, kita masih akan tetap jadi sahabat" kataku

    "Iya sahabat ...." nada teka-teki dari Felix

    "moga kamu sukses ya Fel" doaku untuk Felix

    "iya, misal sahabat perginya kok seperti ini ?" sindir Felix

    "katamu lagi sibuk dengan Pratiwi, lagian aku malu Fel sama teman-teman yang mencapku sebagai anak pembunuh, ga ada lagi yang mau menegurku" kataku apa adanya

    "lah kan emang iya ! siapa lagi yang mau teman mereka sebaik Dika berpulang tanpa ada penjelasan yang masuk akal" kata Felix

    "iya Fel, aku terima ! makanya aku datang dan pergi, ga akan ada yang peduli" kataku


    Toeeennngggg ....... HP dimatikan


    dimatikan ???


    kenapa ?


    Ya tuhan, seperti inilah Felix padaku sejak SMP dulu. Ingin perhatian padaku, menghilang, marah, tiba-tiba maksaku nginap di rumahnya, dan lain-lain. Satu yang ingin ku dengar dari mulut Felix, apa dia care dan sayang padaku ? tapi Felix tidak pernah mengucapkannya. Alhamdulilah, ga apa juga.
    Ada dua orang yang pernah mengucapkan bahwa dia sayang sama aku yaitu Jala dan Natasya. Karena aku ga pernah mencintai Natasya, hanya seorang Jala yang ada dalam sanubariku, maka pagi ini aku ga salah rasanya sekedar berpamitan pada Jala di Surabaya.


    Senyum ikhlas menghiasi bibirku dalam penerbangan menuju Juanda Surabaya. Akhirnya, aku bisa berbuat kebaikan untuk masa depanku. Supor dan do'a dari Jala tentunya aku butuhkan untuk spirit belajar di negara orang, inilah maksudku dengan kebaikan untuk masa depanku. Mana mungkin aku bisa belajar tenang dan termotivasi, jika aku selalu kalut memikirkan Jala. Ini yang terjadi sejak Desember 2013 hingga Juni 2014 kemaren. Karena ini adalah niat baik, maka Tuhan akan mengijabahnya, minimal Tuhan mempertemukan aku dengan Jala 5 menit saja, cukuplah rasanya.


    Hanya ada satu tas yang ku bawa ke Surabaya, semua koper dan barang lain sudah ku transfer ke penerbangan SQ. Aku kali ini menggunakan maskapai kebanggaan Singapore. Dari Jakarta jam 18.25, jadi masih bayak waktu untuk bertemu dengan Jala di Surabaya.
    Sesampainya di Juanda, aku ditunggu oleh Taxi yang sudah kupesan untuk langsung menuju makam Dika yang letaknya masih disekitar daerah Waru yang tidak jauh dari Juanda.

    Dari kejauhan aku melihat seorang cowok super duper ganteng. Pakai baju kaos warna biru muda dan celana jeans warna hitam. Rambutnya selalu rapi dan kulitnya makin bersih karena sudah ga berpanas-panas disinari matahari. Ada tetesan keringat di dahinya. Cowok itu sedang membersihkan daun yang berserakan di makam Dika.
    Oh Tuhan, jika diizinkan, aku ingin melap tetasan keringat itu.
    Aku berjalan dengan tenang dan penuh perhitungan untuk menghampirinya seraya berkata sangat pelan, agar dia tidak kaget


    "Jala" kataku


    dia berhenti, dan membalikkan badannya, rasanya dia sangat hafal dengan suara yang didengarnya


    "oh ada Daya" katanya datar dan sedikit kaget, hmm dah sepelan ini masih membuat kaget

    "santai ya Jala, mohon tidak mengindariku" aku kali ini benar-benar memohon pada Allah dan berharap pada Jala agar tetap memiliki sikap yang sabar, pengertian, dan tidak mau mengecewakan perasaan orang lain, aku tahu itu

    "iya" Jala mengambil nafas dan berusaha tenang, inilah Jala sebenarnya, dia selalu memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengutarakan maksdnya.

    "Aku malam ini akan kembali. Liburanku sudah habis. Aku mau pamit sama kamu dan Dika" kataku

    "Oh... penerbangannya dari Juanda ?" tanya Jala

    "Tidak Jala, tetap dari Jakarta, aku sengaja kesini" kataku

    "Semoga lancar penerbangannya dan lancar juga kuliah kamu" kata Jala yang itu adalah do'a terindah yang pernah ku dengar, amiiiinnnn ya Allah .....

    "makasih Jala" kataku dengan penuh hati-hati ga terkesan aku yang gimana-gimana gitu, agak khawatir jika dalam hati Jala sekarang dia merasakan jengkel atau apa

    "sekarang kamu boleh pamitan sama Dika" saran Jala


    Aku langsung menghampiri makam Dika dengan mata yang basah menahan rasa haru, terima kasih dan kangen teramat sangat pada Jala, aku terduduk setelah itu.


    "kok nangis ? baca do'a dulu kalo ziarah kubur" saran Jala


    "ga bisa do'a nya !" kataku dengan jujur


    "yo, aku pimpin do'a nya, kamu amin kan" Jala mengambil alih komando


    Jala membacakan do'a untuk Dika, tidak bisa aku lukiskan perasaan ketika mendengar suara Jala berdo'a, ini adalah suara yang ku rindukan.

    Setelah itu, kami terdiam. Giliranku berbicara lirih dalam hati sambil mengusap batu nisan Dika, aku malam ini akan kembali ke negri orang untuk kuliah. Do'a in aku selamat ya Dika, demi orang yang kamu sayangi. Aku janji akan selalu memperhatikan dan menjaganya serta membuat semuanya jadi lebih baik jika aku sudah selesai kuliah nantinya.


    Makasih ya Allah, ternyata ini sudah lebih lima menit aku bersama Jala, Allah maha adil


    Setelah itu ...

    "Jam berapa balik ke Jakarta ?" tanya Jala

    "Jam 17 lah Jala, nurutku itu pas waktunya, biar ga lama nunggu di Soeta nya" kataku

    "Iya bagus itu. Aku tiap hari Jum'at membersihkan makam Dika, siang baru ke pasar. Berhubung kamu datang, aku mau ajak kamu ke kios pasar tempat aku kerja" kata Jala

    "mau, mau, mau sekali Jala" aku lepas kendali wahahaha..... saking senangnya

    "wadhuh, tidak pernah berubah" kata Jala


    Aku tersenyum kesenangan :)


    "wah, tukar dong sayang mobil butut gini" kataku spontan melihat mobil yang dibawa Jala

    "Daya, jangan bicara sayang-sayang gitu, kedengar orang tambah lagi masalah kita. Mobil ini untuk sayur, ga berfaedahkan kalo mobilnya bagus-bagus" kata Jala

    "aku mau kamu tukar !, ga aman Jala, kalo ketumbur, bahaya kamunya" kataku

    "naik saja kamu !, memang mudah meyakinin papa Dika ?" kata Jala

    "oh ini mobil bisnis papa Dika ? baru aku ngerti wkwkwk" kataku


    Diperjalanan...

    "mhhh dah lancar kamu ya bawa mobil, siapa ya gurunya ?" pancingku

    Jala diam, tambah cool saja nih anak

    "maaf ya Daya aku alihkan pembicaraan. Penyelidikan ke arah papamu masih berlanjut" kata Jala


    aku terdiam... serba salah ! setuju malah dianggap anak apa ini ? ga setuju ga adil untuk ortu Dika

    "Daya ini bukan ideku, tidak ada hubungan dengan aku dan mama ! ini masalah nyawa anak orang" kata Jala

    "iya Jala, apa yang bisa kubantu ?" tanyaku


    Jala berfikir

    "mmmm baiklah.... yang penting kamu tetap semangat kuliah saja, dan jika nanti kami butuh sesuatu kamu harus berjanji untuk memberi informasi ya ? ini ntuk kedamaian orang tua Dika, kamu ngerti tidak ?" kata Jala


    "Ngerti Jala" jawabku dengan putus asa

    "makasih ya Daya" kata Jala


    "Iya, apa kabarmu dan mama ?" tanyaku

    "kamu peduli ? hmmm mencurigakan" balas Jala

    "Pedulilah Jala, masa dah jauh-jauh dari Jakarta begini" kataku

    "kabarku sudah baikkan, mama ada kesibukan baru di toko kue" informasi dari Jala

    "oh toko kue ? asoy.... geboy" gumanku

    "apa itu asoy geboy ? aneh" komen Jala

    "wahaha, cuekin saja ! itu hanya ungkapan perasaanku saja" kataku

    "terus bagaimana nih dengan Felix ?, apa dia ga nangis ?" tanya Jala

    "Jala, semua teman menghindariku ! hanya Felix yang ada untukku. Kamu bisa merasakan ga ? bukan aku yang krininal, ngapa aku yang diseret-seret ?" kataku dengan sabar menirukan sikap orang yang kusayang ini

    Jala berfikir........ dia terdiam dalam otaknya yang cerdas

    "ini ada tulisan yang indah diberikan oleh bang Toni tadi malam" aku kasihkan satu lembar kertas dari bang Toni tersebut

    Seperti yang sudah diceritakan bang Toni pada bagian sebelum ini, sebagai teman dekat koko dan Felix, dia tau informasi dengan sangat detil bahwa Koko melihat Dika benar-benar menyayangi Jala.

    "hmmmmm" kata Jala

    "kenapa hmmmmm ?" tanyaku

    "aku juga tahu dari Dika, ada rasa-rasa masa SMP" kata Jala

    "kamu tanya aku lah, serah dia mau apa ! yang penting akunya ga" kataku membela diri

    "kamu ? apa iya ? apa yang bisa kupercaya ? siapa orang yang mau percaya ?" kata Jala

    "bodo" kataku mulai panas untuk pengertian dari orang yang paling kusayang, inilah diriku Jala, apa adanya, karena banyak kekurangan dalam diriku

    "nah tuh kan ! terus sajalah begini ! kapan kamu mau berubah Daya ?" komen Jala

    "aku boleh jugakan bertanya, mengapa ya Dika begitu banget ? ada sesuatu yang istimewa dong ? jangan marah !" sindirku

    "Daya..... Daya.... Pagi-pagi sebelum kejadian itu, Dika melhatku tergeletak dengan luka di punggung yang terus berdarah. Apa yang akan kamu lakukan jika melihat itu perbuatan Tamam ? fikir ! coba fikir ! apa itu masih ada kaitan dengan cinta-cinta an ? itu murni rasa kemanusian Daya" kalimat yang lancar dan penuh dengan nasehat dari Jala.

    Aku ga dapat membendung air mataku, hanya usapan tanganku ke bahu Jala agar Jala selalu begini, pemaaf dan tidak pendendam

    "emang Tamam itu ngapain sih Jala ? kamu melawan ?" tanyaku dengan bertubi-tubi

    "sebenarnya dia sudah membawa rasa yang tidak baik padaku, ada perintah agar aku mau menghadap papamu di rumah om Santoso, tetapi aku benar-benar harus menyelesaikan pekerjaan mengosongkan gudang, ada barang lain yang akan masuk, Tamam memaksakan kehendak dan melampiaskan apa yang dipendamnya, dia berhasil" penjelasan dari Jala. Mataku terbuka, ini informasi yang tidak ku ketahui

    "papaku memang tidak berperasaan" meluncur kalimat dari mulutku

    "jangan begitu Daya, coba kita yang jadi orang tua, tidak mudah mendidik anak" saran Jala

    Tidak perlu kuceritakan lagi tentang pribadi orang yang sangat kusayangi ini. Bukan karena merasa kehebatan dan kegantengan dirinya, lebih kepada kesederhanaannya dan penghargaannya kepada sesama manusia. Kapan aku bisa belajar semua ini dari Jala ? yang ada aku dan keluargaku hanyalah sumber masalah bagi kehidupan Jala.

    "hmmm melamun lagi" Jala memecah kesunyian

    "aku akan kangen sama kamu" kataku

    "iya terima kasih, kita dah hampir sampe nih" kata Jala


    Dari dalam mobil reot ini, aku melihat sebuah kios yang bersih, ga mirip kios sih, tapi kantor yang sederhana. Namun mana tuh sayuran seger-seger seperti yang kubayangkan ? kok kantor ?
    Di bangku-bangku di depan kios itu sudah berjejer bapak-bapak
    Di dalam kios ada seseorang yang memakai baju seragam trantip pasar


    Jala memarkir mobil butut di halaman, dan kami turun dari mobil

    "Assalamu'alaikum" sapa Jala

    mereka menjawab salam itu dan ada juga yang berkata

    "tumben agak pagian ke kios" kata salah satunya

    "ada saudara yang ingin melihat pekerjaan harianku, perkenalkan namanya Daya" jawab Jala

    "duh... artis mandarin dari Hongkong" komen yang lain

    "hahah bukan pak, aku artis ga laku dari Jakarta, alir profesi jadi tukang sayur" kataku

    Jala tertawa ..... lega rasanya jika melihat orang kita sayangi bisa tertawa


    Kemudian Jala menyodorkan laptop nya untukku

    "cieee yang sudah punya laptop !" pujiku

    "ngapain kamu ? itu aset bisnis ! bukan milikku ! input saja data yang kusebut" permintaan Jala

    "Ok Jala" kesanggupanku

    bapak-bapak itu dengan tertib menghadap satu persatu sesuai nomor antrian yang sudah disiapkan petugas pasar yang membantu Jala itu

    "bawang merahnya 30 kilo ya mas" kata si bapak

    "untuk besok atau untuk seminggu pak ?" tanya Jala

    "untuk besok saja" jawan beliau

    "stok kita terbatas ya pak, masing-masing hanya bisa dapat 20 kilo biar adil" kata Jala yang jangan dilawan dalam konteks keadilan

    "kenapa mas ?" balas bapak itu

    "sudah ku bilang, stok terbatas pak, habis lebaran biasanya kita menunggu hingga panen tiba. Ya apa kol, buncis, kentang, cabe merah kriting, serta tomat saya masukkan order per minggu ?' tanya Jala lagi

    "Iya " kata si bapak

    Jala langsung menelpon, aku sudah selesai mengetikkan apa yang disebut jala tadi. Ada form pengisian, agak gampang
    Lumayan bagus adm bisnis Jala, tertata dan terdokumentasi dengan baik

    "mas, untuk pak Gani, order perminggu kecuali bawang merah ya, stok kita bagi rata" kata Jala

    pembicaraan terhenti, kira-kira lawan bicaranya sedang mencatat apa yang Jala sebutkan

    dan kembali Jala bicara

    "Pembayaran minggu lalu cash" kata Jala


    Demikianlah hingga antrian langganan Jala hampir selesai
    Oooooo begitu, ini hanya kantor pengurusan, ada petugas yang lain yang mengelola dan memasok aneka sayuran tersebut kepada para pedagang langganan Jala.

    Mendekati sholat Jum'at datang lagi para langganan yang lain

    "mas Jala, kami butuh bawang merah nih untuk besok" kata mereka

    Jala mengkerutkan keningnya

    "waahhh" Jala berfikir lagi, sepertinya ini begitu mendadak

    lalu Daya menelpon lagi untuk pemastian

    "tadi sudah berapa yang masuk pesanan?" tanya Jala

    "14 orang, ada tambahan 8 orang lagi nih, di hadapanku" kata Jala

    "teruslah ! total 25 saja ! tolong masukan ! setelah sholat jum'at aku coba telpon mas Syuib" kata Jala

    aku mencermati apa kegiatan Jala ini, sibuk dan menyenangkan berhadapan dengan pedagang

    "ngambilnya habis sholat jum'at ya bapak-bapak, aku kasih 20 kilo semua, biar adil" kata Jala

    "makasih mas Jala" kata mereka

    Dengan cekatan Jala sekarang yang menhandle input pesanan dan pembayaran minggu yang lalu dari pedagang-pedagang yang baru datang ini.

    Selesai

    nanti akan ada sesi ke dua setelah jum'atan

    Aku dan Jala mengambil wuduk dalam kamar mandi di kios tersebut, cepat... ntar keburu azan

    Jala segera meronggoh burungnya untuk pipis biar lega sholatnya ga menahan pipis

    "boleh lihat ga ?" godaku

    "hooh Daya, masih ga berubah" protes Jala

    "Boleh lihat ga ? pelit amat" sergahku

    "walah, itu kamu sudah melihat, pake ngomong lagi" Jala jadi spaning

    "hahah makasih" godaku

    Jala selesai pipis dan mencuci burungnya, memasukkan kembali burungnya ke dalam CD dan menutup resetingnya, lalu segera berwuduk

    "ayo sekarang giliran kamu yang pipis" perintah Jala

    aku diam

    "ayo, aku juga mau lihat, masa kamu saja yang melihat aku" goda Jala, wohh bisa juga dia menggoda

    "sana kamu, aku malu" protesku

    "hmmm dasar" kata Jala kemudian dia segera menyelesaikan wuduknya dan berlalu keluar sambil menutupkan pintu.
    Dia paham sekali kalau aku ga mau dilihat kalo sedang pipis wahahaha, bisa-bisa ga ada air yang bisa keluar dari burungku.


    Selesai sholat Jum'at, aku dipaksa Jala untuk makan siang di sebuah RM menyediakan masakan ala Surabaya

    "apa ga sebaiknya kita ke kios dulu ?" saranku

    "panjang antrian pedagangnya, keburu kelaparan kamu" kata Jala

    "OK kita makan sekarang" persetujuanku

    Sedang makan itu, Jala menelpon seseorang

    "tolong datang jam 3 ya, aku mau keluar sama saudaraku" kata Jala

    waduuhhh kalo sudah begini, iya pesanan dan pembayaran perminggu numpuk di hari Jum'at

    "Jala, kok ditumpuk di hari jum'at" kataku

    "bank nya juga buka hingga Jum'at" kata Jala

    "Ooo gitu" kataku

    "tapi ini suasana di Surabaya Daya, gajian apapun trend nya sekarang di hari Jum'at" kata Jala

    "ah di Jakarta juga, bank serasa rush di hari Jum'at" kata Daya

    "sok tahu, pernah apa kamu ke bank ? anak manja" kata Jala

    "sotoy kamu, ya pernah lah yang bayarin kartu kredit bi asuti kan aku waktu di depok sana" kataku

    "dan semestinya, karena kamu yang membobol kartu bi astuti" kata Jala

    "wahaha, iya itu. dua bibi kirim salam sama kamu" kataku

    "balik salam ya untuk mereka" kata Jala

    "ntar aku sampein salam kamu, pas di Singapore sebelum bertolak ke Frankfurt, aku telponnya" kataku


    Menapaki kios Jala, seperti yang ku perkirakan, antrian langganan Jala sudah menunggu


    "Beginilah Daya, hari jumat aku pulang ke rumah jam 6 sore biasayang baru habis yang antri" info dari jala

    "asal kamu enjoy, semua akan baik-baik saja" kataku

    "inshaAllah" jawab Jala

    Ternyata memang menyenangkan, Jala tidak banyak ngoceh, bicaranya yang penting-penting saja. Sehingga para pedagang itu merasa nyaman. Yang terutama Jala selalu ramah dalam menanggapi permintaan mereka

    Jam tiga sore, kami ke luar dari kios itu. Jala memesan taxi

    "haha karena aku bilang mobil kamu butut ?" tanyaku

    "bukan, karena kita mau lihat dari kejauhan toko kue mama, mereka terlalu hafal sama mobil butut ini" kata Jala

    kembali ooooo..... Jala hari ini menyanggupi keinginan yang ada dalam dasar hati kecilku, ingin melihat wajah Jala, dan mama, dan yang tadi sudah, yaitu pamitan di makam Dika

    Ketika tiba saatnya, taxi diperintahkan melambat dan cendrung berhenti oleh Jala tepat di depan toko kue mama di sore jelang weekend itu
    Keren.. rapi... dan hangat
    itulah kesan toko kue mama yang kulihat
    Ada pembeli, ada mama yang menunggu meja cashir, dan ada papa serta mama Dika yang memeluk adek Jala yaitu Ratna, uuuhhhhgssss darahku agak bergejolak


    "kamu mau turun ? apa kamu sanggup kalau mereka mengacuhkan kamu ? ingat perjalanan kamu jauh jadi jangan bawa perasaan sedih" nasehat paling tulus dari jala


    Lama aku berfikir

    aku ingin menghambur dalam pelukan mama Jala

    aku ingin mengusap rambut dek Ratna

    namun aku ga sekuat Jala ataupun Dika

    air mataku meleleh......

    "aku sudah puas melihat mereka dari kejauhan saja" kataku

    "Iya Daya, lebih baik begitu ! mungkin tidak saat ini, liburan kamu yang akan datang, aku janji semua akan berubah" kata Jala

    "amiiinnn Jala" kataku

    "sekarang kita mau jalan-jalan kemana ?" ajak Jala

    "aku mau ke tunjungan, mau cari oleh-oleh untuk guru bahasaku disana" kata Daya

    "guru bahasa ? ga langsung kuliah ?" sergah Jala

    "Di Jerman agak lain Jala, kita harus lulus DSH dulu baru kuliah, minimal 2 semester waktu terpakai untuk persiapan kuliah" kataku

    "mudah-mudahan semester depan kamu dah masuk Universitas ?" tanya Jala

    "Iya kira-kira begitu" jawabku


    Kemudian, satu jam kami habis memutari beberapa sudut di Tunjungan untuk mencari oleh-oleh yang unik untuk relasiku.
    Kami bergerak kembali ke Juanda untuk mengejar keberangkatanku jam 17 an.

    Saat menunggu keberangkatan ke Soeta, aku dan jala duduk di kursi pengantar sebelum aku masuk.

    "makasih ya Jala atas waktunya, kamu selalu baik sama aku" kataku

    "jangan sering-sering" saran Jala

    "setahun sekali lah" jawabku

    "hmmm misal ga perlu amat, ga usah pulang, belajar yang benar biar cepat selesai" kata Jala

    "kita lihat saja nanti" saranku

    "ya kita lihat saja" persetujuan Jala


    Tiba juga saatnya, aku harus masuk ke ruang keberangkatan

    "aku pamit ya Jala" kataku

    "sekali lagi selamat Jalan, selamat belajar ya Daya" kata Jala sambil membuka ke dua tangannya

    Ya Allah, terima kasih ya Allah, aku segera menghambur ke dalam pelukan Jala. Sudah serasa berpuluh-puluh tahun aku ga dipeluk sama Jala
    Wangi tubuh Jala selalu mampu mendamaikan jiwaku. Terasa jiwaku kembali berlabuh pada orang yang disayangnya. Ku akui aku kehilangan kedamaian, ketika Jala menjauhi diriku seperti beberapa bulan belakangan ini.
    Jala mengusap rambut di kepalaku.


    Aku kemudian ke luar dari dekapan Jala sambil melirik ke resleting celana Jala

    "lihat-lihat apa ? tadi isinya sudah kamu lihat" kata Jala mengagetkanku

    "Iya, tolong dijaga selalu" kataku dengan lirih

    "InshAllah akan ku jaga selalu, segala sesuatunya akan indah Daya jika sudah waktunya" kata Jala.

    Aku saat ini ga paham arti ucapan Jala. Mungkin dengan berjalannya waktu, aku akan mengerti. namun saat itu aku melihat sikap jala kembali seperti semula, tetapi aku ga yakin kebaikannya itu apa masih berupa rasa sayangnya atau tidak ? besar pertanyaan dalam sanubariku. Tetapi ku kembalikan pada niatku dari Jakarta ketika hendak berangkat ke Surabaya. Semua ini adalah jauh lebih dari cukup. masih ada hari esok, untuk aku. Agar selalu berusaha membuat semua jadi lebih baik.

    Bersambung .....






  • Hmmm :) eps kali ini nuansanya adem bro :D
  • ya Daya dan Jala emang tak terpisahkan ...
  • 2 thumbs up for jala, I love it
Sign In or Register to comment.