BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

ITU BAGIANKU

1282931333453

Comments

  • taste nya aga' beda dengan yg cerita waktu setting cerita di jakaarta. Kurang dapet feel nya.

    Apa memang Jala udah ga' ada rasa ama Daya? soalnya berasa datar banget!



  • p.o.v JALA .... (lanjutan)


    Diceritakan pada kejadian sebelumnya bahwa Daya tak menduga, bahwa aku hadir di bangku live music sebagai penyanyi caffee tepat di hadapannya.
    Seusai mengalunkan wellcome song untuk teman bisnis om santoso yang tak lain adalah papa Daya, maka om santoso tau juga akhirnya bahwa aku lebih pas menyanyikan lagu dengan range vocal Chrisye.
    Belum tau saja si om ini, bahwa aku sudah dilatih oleh kak Felix bagaimana mengiris perasaan audien yang mendengar lagu itu.



    "ampun beribu ampun, jangan lagi alunkan lagu itu Jala" lirih dari si om sambil melepaskan pelukkannya



    "lagu itu untuk pak imam dan Daya om, maaf kalo om ga suka" kataku



    "om terlalu suka malah, tapi malu juga harus mewek begini" jawab si om



    "ga apa om, artinya om jujur sama perasaan, itulah seni om" argumenku



    Om santoso terdiam mengartikan kataku. Belum lagi dia selesai berfikir, sudah datang beberapa pekerjanya melaporkan sesuatu.
    Pada kesempatan itulah aku turun dan menuju posisi papa dan Daya dengan melewati barisan pengunjung caffee.
    Mereka segera berdiri, dan salah satu tangan mereka memegang mangkok kecil berisi kue mama beserta saosnya



    "Jala, ini malam minggu kamu buat sendu kelabu" kata salah satu dari mereka



    "oh maaf bu, itu lagu untuk orang yang saya hormati" jawabku




    "tapi bagus kok Jala, ada nuansa lain terasa di malam ini" balasnya



    "makasih ibu, moga berkenan" senyumku mengakhiri percakapan itu. Rasanya mereka harus menghabiskan isi mangkok kecil di tangan mereka itu sehingga perasaan sendu kelabu berubah jadi kepedesan oleh saos racikan mama :)



    "keren amat anak papa di kursi singer ! penyanyi caffee lain lewat deh" kata papa



    "kita beruntung pa !" kata Daya




    "kenapa ?" tanya papa Daya




    "empat tahun lagi kalau papa masih mau ndengar suara Jala, papa dah harus beli tiket" hahaha bisa aja si Daya




    "masa nonton anak sendiri harus bayar ?" balas si papa




    "kan profesional pa" alasan Daya



    "hahaha Daya, lagian siapa pula yang mau jadi penyanyi, aku kan dari dulu mau ahli mesin" kataku pada Daya dan papanya




    "bisa aja kan ahli mesin tapi jago nyanyi, belum ada tuh di negara kita" alasan papa




    "amiiinnn" kata Daya




    "hahahaha, kok diaminin ? bisa aka kamu Daya" kataku




    "suara kamu tambah bagus Jala, ada head voice dan bisa jadi serak di nada bawah" komen Daya



    "benar itu, papa juga dengar" kata papa mengiyakan



    "kan sering latihan, jadi alhamdulillah jenis produksi suara jadi bervariasi" kata jala



    "sesuatu yang ditekuni serius, akan berbuah manis" nasehat papa



    "udah ah pa, dah dibilang kami mau jadi ahli mesin" kata Daya



    "kami ??? bukannya kamu tertarik sama seni Drama" goda papa



    "itu bakat pa, bukan cita-cita" alasan Daya



    "penulis naskah drama juga menarik loh Daya" aku ikut menimpali



    "iya tapi aku kehilangan sumber bahan tulisannya pinda ke surabaya" kata Daya



    "masih banyak sumber bahan tulisan lainnya, misalnya suka duka berbisnis elektronik" guyonku



    "weleh, enak saja ! ga rela papa keahlian papa dijadikan drama, hahaha" ketawa setan si papa



    Pada kesempatan berikutnya, Daya baru keingat menu yang dirunggu-tunggunya, semoga masih tersisa untuk Jala
    Sepertinya Jala belum makan malam



    "nak Jala dah makan malam ?" tanya papa



    "sudah pa sebeum betangkat kesini" jawabku



    "Daya itu dari tadi minta pulang ke rumah kamu terus, ga mau makan dia" kata papa



    "Daya masih kurang sehat kulihat pa" penilaianku



    "Iya Jala, dia maksa ke surabya ini padahal masih sakit" kata papa



    "kenapa pa ?" tanyaku



    "takutnya dia keburu meninggal sebelum ketemu kamu" kata papa




    duuuuggggggg, candaan si papa ga lucu kali ini nurutku




    "papa jangan gitu ! perkataan orang tua itu adalah do'a ! hati-hati" kataku tegas ada yang bergejolak dalam tubuhku membayangkan Daya meninggal



    "kenapa Jala ? manusia pasti meninggal" kata papa



    "ya orang tua dulu yang meninggal, baru anak setelahnya" saranku



    "hahaha ya maaf, papa keceplosan dengan kata-kata meninggal dunia" kata papa



    "iya pa, ga apa kok" aku tersenyum biar papa Daya ga beranggapan aku terusik oleh kata-katanya tadi



    Sesaat kemudian Daya dengan happy menenteng mangkok penuh dengan makanan yang ingin dimakannya malam ini.
    Lahap sekali dia makan, ada jus jeruk di pangkuannya.
    Sekarang giliran papa yang menyampari om santoso, sambil mencari makanan yang lain.




    "tadi aku mau ngajak papa pulang, mau makan malam sama kamu" kata Daya



    "hahah inikan rencana om santoso ! aku ada di belakang kamu tadi" kataku



    "ohhh Jala, syukuuur, sekarang arjunaku dah bisa sedikit becanda dalam hidup" kata Daya



    "hahah bukan begitu ah Daya, hidup ini dah sulit ! mengapa harus dianggap candaan ? toh dihadapin serius saja belon tentu kita bisa memecahkan masalah itu" kata Jala yang entah sampai kapan habis filosofi kehidupan dari bibirnya.



    "heemmm" aku hanya terdiam merasa ga enak karena aku ga punya filosofi hidup



    "kok diam Daya, maaf ya" pancingan Jala



    "ga apa kok Jala, kamu benar" jawab Daya


    "iya, lihat penampilanku selanjutnya ya" kataku sambil menggenggam tangan Daya seperti dulu kala
    Kalau sudah begitu, Daya akan mengelus lutut dan pahaku, teramat geli penuh perasaan.



    Aku melangkah menuju ruang persiapan



    Dari kejauhan kulihat ada empat orang yang datang menghampiri papa Daya dan om santoso, ada anak muda yang keren, dariposturnya dia adalah Dika yang sudah berjanji akan datang sesuai call nya tadi siang.



    Benar, itu Dika. Sekarang dia berjalan menuju Daya yang sedang menghabiskan makanannya.
    Selanjutnya, aku terlibat dalam kesibukan pada sesi persiapan lagu yang direquest pengunjung.
    Ohhh lagu yang direquest mama dan papa Dika. Aku belum pernah ketemu langsung dengan mereka. Tapi sering dengar dari fanni bahwa ortu Dika sangat akrab dengan teman-teman Dika.
    Pemain keyboard itu mencocokan nada dasar yang kupilih. Lalu dia mencoba secara utuh memainkan lagu itu.
    Aku konsentrasi menyiasati dimana akau masuk, dimana harus berhenti, dan bagian mana yang baik untuk bernafas.
    Lagu yang direquest " Breaking My Heart"
    lagi-lagi sebuah lagu galau, dari tadi semakin menjadi. Hingga kelabu hitam malam minggu ini. Waktu sd aku pernah dengar lagu ini, aku ketawa dalam hati.
    Aku suka, tiruan dentuman perkusi lagu ini pada alat musik instan yang dimainkan pemusik di caffee om santoso ini.



    Hingga tibalah waktunya, sekarang om santoso yang tampil



    "para pengunjung yang berbahagia. Kembali lagu mendayu yang direquest teman ku dari Jakarta dengan anaknya yang gagah. Inilah Breaking my Heart, moga kalian berkenan dengan dentuman musik yang menyatukan alunan suara sang pendendang JALA" pengantar dari om santoso


    "Jala Jala" pancing mama dan papa Dika, aku senyum dari kursi singer itu untuk mereka


    tuk, tururu tuk tuk .... dentuman perkusi
    lalu suara string ..... dan tentunya suaraku
    alunannya berdentum-dentum, tapi makna lagunya merobek-robek asa
    yang tadinya kaki pengunjung berdetak-detak ke lantai,
    sekarang mata mereka terpejam oleh lirihan suaraku membawa kepiluan oleh penghinatan rasa yang diberikan oleh seorang teman baik.
    Aku tidak menatap mata Jala,
    ataupun mata Dika.
    Khawatir sekali, mereka menganggap aku masih sedih oleh cerita yang tidak bahagia di Jakarta dulu.
    Sehingga mata ortu Dika yang ku tatap, karena mereka menikmati sekali lagu favoritnya


    Alunan yang ini masih diikuti dentuman perkusi :
    I'm on the floor
    counting one minute more
    Noone to break the silence

    Staring into the night
    all alone but that's alright
    It's the feeling deep inside I don't like



    bagian ini lah yang membuat mata pengunjung terpejam, ada string tajam dari gitar, serta makna pilu seseorang yang tidak pernah dianggap, tiada maaf bagi si pengkhianat rasa :
    There is no excuse my friend
    for breaking my heart
    breaking my heart again
    This is where our journey ends
    Your breaking my heart again



    Tidak ada teknik khusus yang ku keluarkan, pas di interlude hanya suara yang kukasih head voice dan sedikit bergetar, sehingga rasa pilunya makin membuat mata pengunjung terejam. Intinya aku mengerti makna lagu ini dan inilah yang kuceritakan pada mereka sebenarnya.



    Ada desahan yang tertahan dari pengunjung,
    Ada yang masih ingin menggerak-gerakkan kaki,
    Tapi lagu itu telah usai,
    Musik telah berhenti.



    Sekarang giliran aku yang disalami ortu Dika, karena baru pertama salng face to face, maka kami saling jaga sikap.
    Tidak mau terlihat sok over rated.



    "Jala, makin ganteng saja deh !!!!!" teriak Dika yang ditatap oleh para pengunjung Caffe




    Lalu, mamanya mengambil kendali pembicaraan



    "itu lagu favorit papa Dika" keterangan si mama


    "oh aku hanya direquest jadi hanya itulah yang bisa kualunkan om" kataku



    "bagus kok Jala, lebih bagus dari Dika" kata si papa



    "jauh lebih bagus ! itu yang tepat" kata si mama



    "lah iyalah, karena Dika bukan Jala" Dika ikut nimbrung dengan akrab



    "hahah Dika ikut juga ke surabaya ? selamat datang semua" kataku


    "iya... makasih atas welcome song nya" kata Dika


    "sama-sama Dika ! eh udah ketemu sama papa Daya ?" tanyaku pada Dika


    Dia diam, mengambil sikap hati-hati, lalu mengalihkan pembicaraan



    "anak-anak rindu kamu, dan mereka minta maaf kalau mereka ikut membebani perasaan kamu" kata Dika



    "hahaha, kalo urusan caffe ga ada dengan urusan ketua kelas kan ?" seloroh papa



    "oh.... maaf Jala, iya ntar aja kita ngobrol" kata Dika



    "eh boleh kok, kapan lagi kita ketemu, jarang-janrang juga" jawabku



    "seseorang kangen padamu" alih dari Dika



    "siapa yang kangen ? kamu ? hahaah, terus Pratiwi bagaimana ?" balasku



    "pratiwi setuju-setuju saja tuh" kata Dika tanpa ragu-ragu, ortu Dika saling berpandangan. Anaknya terasa semakin eror



    Kesempatan selanjutnya, om Ferry datang menjemput rombongan ini,
    aku hanya terbengong.
    Ternyata jadwal mereka sangat padat.
    Dalam keadaan begini, datanglah Daya menghampiriku
    Papanya masih asik cerita bisnis apa itu dengan om santoso dan beberapa rekan bisnis mereka yang baru
    Itu terjalin berkat suasana akrab di caffee ini.



    Wajah Daya sudah tidak dapat menahan kantuk, itu jelas terlihat
    Senyumnya saja yang dipaksakan.
    Sehingga aku menghampiri kelompok diskusi bisnis itu


    "waah Jala, ikut om yuk nyanyi privat" kata salah satu teman baru papa Daya


    "hehehe kamu ! jangan kotori anakku" bela om santoso


    "saya banyak kegiatan jelang akhir sma om, jadi belum boleh sama om santoso" jawabku


    "masa bakat anak dibelenggu" kata dia lagi



    "bukan dibelenggu, tapi itu arahan yang baik untuk masa depan anak" bela papa Daya



    "kesimpulannya penyanyi bukan profesi yang baik" lagi dan lagi statement yang aneh


    "bukan tidak baik, tapi show dari satu tempat ke tempat lain yang pasti waktu untuk belajar jadi tersita, itu yang saya tidak setujunya" kata om santoso


    "mungkin pas liburan besok om, tapi sekarang aku mau pulang dulu om ! Daya makin ga enak badan" kataku


    "hahaha anak ku ini, emang begitu !" si papa malah meledek


    "eeeh ntar sakit betulan malah kamu yang repot" saran om santoso


    "ya sudah pulang sana pakai taxi" kata si papa



    Aku menuntun Daya yang mulai sedikit susah berjalan.
    Aku baru tau ternyata papa Daya sedikit agak cuex pada anaknya
    mungkin orang bisnis ya
    uang adalah segalanya bagi mereka
    tapi pada dasarnya papa Daya baik



    Sampai dalam taxi, Daya kelihatan pusing dan rebahan di pangkuanku
    langsung dia tertidur, tenang, dan badannya dingin


    "pak, ac nya di off kan saja ya" pintaku pada driver taxi itu



    Sampai juga di rumah



    Daya bangun dan minta maaf bahwa dia sangat capek dan sangat mudah jadi capek.
    Lenganny lunak, beda dari yang dulu


    "kalau biasa main basket, jangan tinggalkan ! tetaplah olah raga yang teratur" saranku



    "ga seru Jala, yang nonton aku dah pindah ke surabaya" kata Daya mulai manja



    "aku rutin olah raga tiap pagi" kataku



    "iya jalan kaki, nenteng kresek hitam berisi kue-kue setiap pagi" kata Daya



    "heheheh tahu aja kamu, itu lebih dari olah raga !" alasanku yang miris



    masuk rumah, Daya kelihatan sangat semangat ! dan senang sekali dapat hidangan makan malam dari mamaku.
    karena Daya hanya makan kue buatan mama di caffee itu malam ini
    jadi dia butuh nasi sebenarnya


    Jelang jam 12 malam, yang tadi Daya kembali ceria, sekarang kelihatan lemes lagi.
    Ada apa dengan Daya ?
    Semoga ini hanya sakit biasa, karena capek



    Aku selimuti Daya di kasurku yang sungguh sederhana, tidak semewah kasur Daya.
    Obat nyamuk elektrik sudah ku nyalakan. Setelah daya tertidur,
    sekarang waktuku untuk menyelesaikan PR MTK dan Biologi
    lalu aku membentangi tikar kecil tepat disamping kasur
    Aku juga mulai tidur, sambil menjaga Daya yang sudah pulas di atas kasurku.
    Ga disangka, kemanapun aku melangkah dia selalu bisa mendapatkanku.
    kalau sedang lemah begini, hatiku remuk memandang wajah putus asanya.
    Tetapi, kalau dia lagi bahagia, jangankan melihat wajahku, menolehpun dia tidak, dia terlalu asiiikkk dengan mainan barunya. Kok aku berfikiran seperti ini ?
    Kalau begini, aku ga ikhlas mencintai dia ! orang ikhlas itu tidak pernah mengharapkan apapun.
    Dan itu 100% betul, keikhlasan adalah modal untuk berfikir positif
    sehingga kebahagian itu, akan terasa selalu ada.
    Selamat tidur Daya, malam ini kamu di dekatku ! esok hari tidak ada yang tahu.
    Ketika kamu bertemu hal-hal yang baru, aku masih kurang yakin apakah kamu masih ingin berkunjung ke surabaya.



    Bersambung


  • keren... di mention yak
  • sakit ya jala kalau di abaikan?
    perihh...
  • 100% keikhlasan, yup. I get It.
    Staring into the night
    all alone but that's alright
    It's the feeling deep inside I don't like

    Keren tuh lagu dari Michael Learns To Rock nya. Mumpung weekend, gw tunggu di Taman Bungkul ya jalan sehat. Ajak Dika dan Daya, he he... #Ngimpi
  • :(
    ikhlas ya, tp itu susah, sangat susah.
    rasanya di cerita ini kedua sosok mrk ada di aku semua, dan banyak pelajaran yang di ambil. aku suka dgn cerita ini. makasih @EtonaKotakhijau
  • aku ko' gak dimention lagi nih sekarang :(
  • makasih aya hahahah ini baru jalaaaaaaaaaaaaa
  • mas @etonakotak hijau dikanya d tingal gt ja.. jd jala cinta 100% iklas sama daya.. alhamdulilah.. aq punya frsat jlek nich ma daya.. :-( #semogafirasatqsalah
  • gak bs nebak ntr endingnya kayak gimn?
  • So touching..
    tunggu klanjutanny yah bro..
  • ‘Ήм̣̣̥̇̊мм ̣̣̥̇̊‘♌⌣ .̮ ⌣♌Ήм̣̣̥̇̊м м̣̣̥̇̊” lama Ъќ buka BF. Pas. Buka dpt mention @EtonaKotakhijau.. Thx ya.... Seru juga tapi mash dengan sifat daya yg dulu.... Jangn lupa mention ya kalau update
  • Makasih kawan semua :-*
    seminggu ini aku lagi persiapan UAS, nah hari ini dah rilex. Lagi mencek tautan logika yang kutulis tapi tetap ada feel.
    sabar ya




  • Kawan baik semua, apa kabar ? Sekarang saatnya bertemu lagi dengan kisah Jala. Moga ga menyita waktu kawan dalam membaca kisah ini.
    Sebelumnya diceritakan kegiatanku di Surabaya yang disaksikan oleh Daya, mulai dari mengantar kue yang rutin setiap hari hingga perform di Caffe milik om Santoso.


    Hari itu juga aku bertemu lagi dengan Dika dan keluarga, terkesan Dika memiliki skedul yang padat di Surabaya ini.
    Yang terpenting adalah, saat ini aku bisa membuat Daya istirahat untuk mengurangi rasa letih yang mendera tubuhnya. Daya telah masuk dalam alam mimpi begitu tenangnya. Terlihat wajahnyanya yang tidak bersemangat, seperti dulu dia selalu berseri ketika dia ketawa-ketiwi dengan Natasya atau seperti minggu-minggu pertama dia mendekati diriku.



    Namun Daya adalah Daya, susah ditebak dan susah dimengerti, banyak kemauan, dan ingin memiliki semua yang disenanginya. Manalah mungkin Daya, hati manusia tidak bisa dianggap main-main.



    Tanganku mengusap rambutnya ketika dia mulai gelisah dalam tidur lalu dia kembali masuk dalam damainya tidur. Rambut ini tetap terawat dengan rapi, tapi sekarang potongannya agak lain. tidak seperti 6 bulan yang lalu.



    Selanjutnya aku juga mencoba tenang, biar bisa dengan segera tidur dan menutup kisah hari ini.



    Treeettttt Treeeeettttt HP jadulku bergetar di atas meja kecil dekat tumpukan PR yang telah ku kerjakan tadi.


    Ada SMS


    Sudah larut malam


    masih saja aja SMS


    padahal esok pagi masih ada, dunia belum berakhir


    dari siapakah ?


    "Aku dapat kabar Daya milih tidur di rumahmu dari pada di hotel. Jangan apa-apakan Daya please. Nanti kamu menyesal Jala dapat orang yang tidak tepat. Dari Ketua Kelas" sebuah SMS dari Dika.


    Dika ? kalimatnya datar penuh tuduhan dan tantangan.


    Apa-apakan Daya ? emang aku sebejad itu ? mengapa Dika bisa bilang Daya tidak tepat untuk diriku ? mungkin diri Dika lebih tepat ?



    Itulah rentetan pertanyaan dalam hatiku tetapi tidak terucap, hanya ini yang terketik sebagai balasan :



    "Disamping kamarku ada mama kok. Dinding pembatas hanya triplek tipis. Jadi jangan kawatir. Aku ga akan membuat mamaku malu" kalimatku untuk Dika



    "Oh sukurlah. Setidaknya besok kamu bisa sedikit menolehkan pandangan pada sosok lain dari diriku" kalimat Dika.



    hmmmmm apa Dika punya persaan lain padaku ?



    Papa Daya berusaha keras untuk menolongku, aku hargai itu, sebagai bukti perhatian Daya. Tetapi halnya dengan usaha orang tua Dika, ...........tidak hanya sekedar ketua kelas kalau terlalu perhatian seperti ini. Bagaimana dengan Pratiwi dan kak Felix di mata Dika ?



    Ya Tuhan yang pengasih, padahal tadi mataku dah hampir bisa dipejamkan, sekarang malah ?



    kubalas SMS itu



    "Daya lagi sakit Dika, Kami ga seperti yang kamu fikirkan ! " kalimatku



    "Sakit ga jadi alasan untuk menutupi sifat buruk" saran dari Dika



    "Ohh Dika, yang menilai sifat buruk itu Tuhan, bukan manusia" kalimatku meluncur saja tidak ada maksud apa-apa



    Lama juga Dika terdiam ........ ada sekitar 10 manit juga, namun mataku masih manatap Hp jadul menunggu tanggapan dari Dika



    datang juga



    "maaf ya Jala, maaf sekali ! kamlimat yang tadi aku khilaf. Tapi sekarang aku ga pura-pura lagi, telah kufikir. Ini bukan perasaan kasihan, aku sayang kamu Jala. Kamu ga akan lihat ini karena seluruh pandanganmu hanya untuk Daya" kalimat yang cukup panjang dari Dika



    "Dika, makanya jangan suka bikin orang bingung ! mana bisa aku memandang kalau kamu di balik bayang-bayang Pratiwi dan kak Felix. Adanya aku yang selalu disalahkan" kalimatku dengan sangar datar.



    "ga usah dipermasalahkan, aku bahagia saja masih ada kesempatan untuk menunjukkan pada Daya, siapakah yang lebih cocok di sampingmu" kalimat Dika



    Malam yang larut, angin semilir serta irama nyamuk berterbangan membuat otakku terus berfikir. Kalau ku ingat kata Rini anggota geng cantik itu, ternyata ada benarnya juga, aku menimbulkan masalah bagi hati yang mengenal diriku. Ini tidak pernah terjadi sebelum kehadiranku di sekolah mereka.



    Demi tuhan aku tidak pernah memilih-milih tambatan hati. Waktulah yang berbicara banyak. Jika Dika yang pertama kali mendekatiku sebagai anak baru, maka Dikalah yang ada disampingku. Tetapi kenyataannya, Dayalah yang ada pada suratan nasib itu.



    masuk lagi SMS



    "Jala, tetap semangat ya. Apapun itu kita bertiga akan tetap jadi sahabat" kalimat Dika



    "Iya Dika, setidaknya hingga tamat SMA ! janganlah main cinta-cintaan begitu" kalimatku



    "setuju, kalau kamu janji kita bertiga ada di UNIVERSITAS YANG SAMA ! kalau tidak, jangan salahkan aku untuk mengusir Daya dari hatimu" kalimat Dika



    ooooohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh, Dika yang baik hati ternyata juga tidak bisa 100% ikhlas melihat teman bahagia. Itulah manusia, aku kadang tidak mengerti dengan sifat dasar manusia sebagai makhluk hidup dengan rasa memiliki dan upaya untuk mewujudkan rasa itu.



    Pagi harinya, aku kalah bangun dari Daya. Daya lebih dulu bangun.
    Aku terkaget ketika merasakan tangan Daya menghapus sisa air mataku yang mengering dari tadi malam, ketika mengetahui Dika yang mejadi ingin bersaing dengan Daya.


    Apalah yang mau disaingkan Dika ? ga bersaingpun Daya sakit-sakit begitu, nanti kamu menyesal Dika.
    Apa lagi yang harus kulakukan ? sudah pindah dari Jakarta, masih juga terasa membuat orang lain tidak bahagia.
    Aku tidak apa kok Daya jadian dengan Natasya, karena Daya juga butuh bahagia. Aku juga ga apa kok Jika Dika lebih intens dengan Pratiwi. Karena cinta bagiku terlalu tinggi untuk digapai. Bagaiman bisa melanjutkan hidup dan sekolah sudah cukuplah bagiku.
    Karena itulah aku pindah dari Jakarta.



    "Sudah ku jawab SMS Dika, yaitu : Iya kita bertiga akan di UNIVERSITAS YANG SAMA" kata Daya yang tidak dapat menahan tangis melihat dadaku yang sesak pagi itu. Tangannya masih di wajahku



    "Jangan menangis gitu Daya, nanti kirain mama aku nyakitin kamu. Harusnya aku yang menangiskan ?" hiburku sambil memeluk dengan damai tubuh Daya



    "Iya Jala, mengapa ya terasa aku ga boleh mendampingimu ?" kalimat lirih dari Daya



    kami kembali terenyuh oleh kejadian kejamnya Natanya memisahkan Daya dari sampingku,
    dan sekarang mengetahui ketidak bahagiaan Dika melihat Daya kembali dekat dengan diriku




    "Tapi jangan kawatir Jala, kali ini aku lebih kuat. Yang penting aku tidak mau melihat kamu dihina oleh orang lain lagi" kembali Daya memevah suasana kelu



    "Iya Daya, waktu kita tinggal sedikit lagi ! mari kia berusaha yang terbaik untuk segera lulus SMA dan melanjutkan ke universitas" semangatku untuk Daya



    Dalam kamar mandi untuk mengambil wudhuk sholah subuh, aku agak lama terpaku.
    Sama Dayapun kalau benar-benar kami menjalani cinta, aku masih tidak tahu sama sekali cara pacaran dengan cowok. Pengetahuan tentang itu masih sedikit di memoriku.
    Apa lagi sama Dika ? mungkin setiap hari aku selalu diperintahnya dan perintah sang ketua harus diikuti.
    Mengapa harus begini ya Tuhan ?
    Untuk tidak membuat kusut hari ini, aku berfikiran positif saja, semoga mereka hanya simpati, tidak seperti yang mereka katakan.



    Selesai sholat subuh, kudapati Daya sedang asik dengan mama dan adikku Ratna. Ada kertas-kertas dan alat gambar segala dekat mereka.
    Hari Minggu ini hanya toko depan rumah yang menerima kue mama, karena sekolah tidak beraktivitas kalau minggu.
    Aku segera menyiapkan pengemas kue-kue itu



    aku agak kaget, kok kue jadi banyak ?




    "mama, kan sekolah libur ? untuk siapa ya kelebihan kue ?" tanyaku dengan pelas agar Daya, mama, dan ratna tidak terganggu



    "pak santoso ada acara jam 9 malam nanti" kata mama



    "loh mereka kan ke malang rame-rame sama papa Daya dan ortu Dika ?" komenku




    "kata mereka jam 7 malam dah sampe di Surabaya lagi" balas mama



    "oh begitu ! iya lah ma" kataku



    "Iya harus begitu, jangan ganggu kami ! jadi ga ada pertolongan mengemas kue" kata Daya sekenanya



    "hahahh ga apa kok, emang tugasku setiap pagi " kataku




    "hemmm guyon, sini aku bantu !" kata Daya



    "Iya nak Daya, Ratna masih mau diajari gambar bola basket dan ring nya" kata mama



    "ok mama" kesanggupan Daya




    Hanya lima menit saja, Daya kembali nongol di dapur, ada piring kecil pemberian mama di tangannya




    "sini ku tolong" kata Daya



    "hahah bilang aja kamu kalo pagi pengen makan apa ?" godaku



    "iyah gitu ! mau lihat perhatian kamu" goda Daya



    "hahah Daya, aku gorengkan dulu ya biar hangat ! dan kamu tolong masukin ini sementara aku menggorengnya untukmu" saranku apada Daya, dan dia setuju.




    "Jala, biar mama saja nak yang goreng" kata mama




    "ga apa ma, Daya pengennya aku yang menggoreng" jawabku




    "siiip, kalau gitu mama dan Ratna juga minta digoengin" kata mama




    "hahahah mama, terus ini kapan diantar ke toko depan ? ayo tolong sini ma" goda Daya





    "wah Daya dah sembuh ? da bisa bercanda ya ?" senangnya mama lihat semangat sosialisasi Daya




    "Sudah ma, ada yang ngelonin, ada yang nyiapin saran pagi" kata Daya




    "hahaha sontoloyo kamu Daya" balasku




    mama dan Ratna jadi tidak bisa menahan tawa .....





    Jam 9 pagi setelah mengantarkan kue bikinan mama itu, datang sebuah mobil kijang warna hitam di depan rumah.





    Yang menyupir sepertinya supir om Santoso kalau dilihat dari teras rumah ini





    iya benar





    turun seprang cowok tegap dan keren, DIKA ...... ?




    bukankah dia ikut rombongan ke malang ?





    kami menahan rasa kaget, berpura-pura biasa saja, karena ada mama di antara kami





    "Oh nak Dika, silahkan masuk !" sapa mama






    "maaf karena, acara mereka acara para manula, maka aku ga ikut alasannya Daya dan Jala juga ikut" kata Dika padahal kami ga tanya alasan hingga sedetil itu.






    "ga apa Dika, kami senang kok, kamu bisa bantu mama bersih-bersih rumah ! kan hari Minggu" kata Daya sekenanya




    "ehhh nak Daya, cowok sekeren ini masa disuruh bersih-bersih" kata mama




    kalo Dika mau ga apa kan mama ? karena kami mau ajak Ratna jalan-jalan pagi" kata Daya




    "siiiip Daya, kata papamu dan om santoso juga gitu, makanya dia ngirim mobil dan supir kesini" kata Dika




    waduh Daya terdiam ! wajahnya gusar ! kehilangan cara untuk menahan Dika
    aku aga kelu, jadinya Ratna dibawa-bawa !





    mama terdiam





    aku merasakan nada down dari Daya




    "aku ga ikut ! kalian aja yang pergi ! aku mau belajr bikin kue saja sama mama berdua" alasan Daya




    "eehh ehhh kok jadi gini ? ya sudah biar mama, Ratna dan pak supir saja yang pergi ya ! sambil beli bahan kue" mama langsung mengambil alih kendali suasana.




    Selepas mama berangkat keluar pagi-pagi sama Ratna dan pak supir dari om santoso, kami duduk bertiga.
    Sudah lama rasanya kami tidak seperti ini.
    Keingat saat-saat seleai belajar bareng di rumah Daya dulu
    Dika selalu yang pulang paling terakhir.




    "kamu mau kue mama Jala ? aku gorengin ya ?" tawaran Daya




    "mau-mau ! kalo kamu yang gorengin pasti enak !" rasa basa-basi Dika




    "lah, emang dari sananya dah enak" Daya berucap ketus





    "makasih Daya" kata Dika





    Daya mulai tersenyum dan membalas "Nah itu yang ku tunggu, ucapan makasih"





    "Bagai mana kabar Pratiwi dan Felix ?" sergah Daya tanpa aba-aba




    kami berpandangan ? haahh ? Dika berfikir




    "jangan sok belagu begitu, kamu pacaran sama Pratiwi atau sama Felix sih ?" hinaan Daya




    "wah bukanya kamu SMP sama Felix ? kakak kelas tersayang kan ?" kata Dika




    Daya yang berfikir sekarang




    "kamu se SMP sama kak Felix ? wah betulkan ada teman kak Felix di bandung dulu Dika waktu kami perform" kata ku




    "Ohhhhh kamu perform di bandung sama Felix ?" tanya Dika




    "sama aku juga kale ....... yang punya caffee itu teman SMP kami" kata Daya sambil menghidangkan hasil gorengannya untuk Dika dan untukku




    "oh aku juga dapat ? makasih Daya" kataku untuk memecahkan suasana





    "Pergilah Daya, kejarlah keinginanmuuu uuuuuuuuuuu" Dika bersenandung sungguh buruk suaranya





    "Pergilah Daya, selagi masih ada waktuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu" Dika lanjut makin menjadi





    "aku ga akan pergi ! manusia eror" protes Daya





    "Pergilah Daya, jangan hiraukan dirikuuuuuuu uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu" Dika hahahah oh Dika mirip anjing melolong hahaha





    BHHUUUKKKKKSSZZZZZZZZZZ tabokan yang empuk pada bokong Dika !!!





    "Rasain ya itu tabokan! suaramu betul-betul jelexxxxxxx" kesel sungguh keselnya Daya





    "Pergilah Daya, UUUUUUUUUUUUUUUU hahahahha" Dika masih saja bernyali membawakan lagu itu




    "Dika oon ! kemana aku pergi ! aku ga mau pergi kok" protes seorang Daya





    "sudah ya ! mirip anak kecil. saraoan sudah, sekarang kita belajar ! apa pelajaran yang tidak kalian senangi ?" kalau ini ga bisa membuat mereka akur aku ga tahu lagi





    "Kimia !!!" jawab mereka serempak




    "tuh kan ? kalian kompak, itu jodoh namanya" godaku





    "Najis, aku jadian sama Daya" protes Dika




    "kurang ajar ! emang aku mau sama kamu ?" Daya juga protes





    "iya sudah ! kenapa kimia jadi berat ? kan dulu Fisika yang ga bisa ?" pancingku





    "Fisika ? Jala oonn ! dari dulu aku kimia yang ga bisa" balas Daya




    "hahaha nah kali ini aku setuju dengan Daya" balas Dika





    "Gombal kamu !" sergah Daya





    "kamu sok kegantengan putih pucat krempeng ! dipuji salah di maki marah" Dika membalas dengan antusias





    "aduuuh malu eeehhh sama tetanggaku, ribut amat kamu berdua ! kenapa jadi susah itu kimia" aku jadi ikut2an keras ngomongnya




    "karena sudah banyak struktur kimia organiknya, bingung dibawakan ke kesetimbangan reaksi" kata Dika agak logis kali ini




    "artinya kamu malas ngafal itu struktur makanya agak goyah" kata Daya, hahahah





    "Daya gila ! emank kamu hafal ?" balas Dika





    "sekarang kalian mulai mencatat ya dan kita hafal bersama-sama" saranku





    kali ini mereka jadi semangat dengan kompak !!! hal hasil waktu sagat cepat berlalu. Tidak terasa mama sudah kembali. Beliau membawa tentengan berupa bahan kue dan tentunya makan siang yang mama beli untuk kamu bertiga.




    Jam 4 sore, pak supir om santoso membawa Daya dan Dika balik pada hotel masing-masing untuk bersih-bersih diri, terutama Daya yang harus berganti pakaian.



    Bersambung ........


Sign In or Register to comment.