BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

ALFI HASSAN ALATAS (SENYUM YANG HILANG) - UPDATE HAL.126

15455575960133

Comments

  • sabar @tarry . .
    org sabar anunya besar.. rejekinyaaa mksdku.. huhuhuu.. #LagiNgetik *sambil nahan sakit gigi. .
  • @Fuumareicchi kamu gak ngantuk apa kak ?
    Ini dirumahku jam setngah 1 loh :|
  • @YogaDwiAnggara kbangun dek. kbetulan jg kn aku insomnia. lhaa klo km? knp msh melek? lg tlp2an sm gebetan ya..? hahahaa
  • @Fuumareicchi kapan update nya nh mblo?
  • nich@fuumareichi ngumpet di mnh woooooooooiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii nich alfi kapan lanjuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuutttttttttttttttttttttttttttttt
  • @Fuumareicchi‌ kemanaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa si alfiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
  • edited May 2014
    Kecup Mesra subuh-subuh..
    *Bisik bisiikk..
    Banguuunn.. Banguuuunnn.. Banguuunnnn..

    ********************************************

    MEET THE ALATAS (PART 1)

    Namaku Ali Hassan Alatas. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Aku kakak dari Alfi. Dia, Adik yang sangat kusayangi. Umi-ku bernama Fatimah binti Assegaf. Abi-ku Hussein Alatas. Nama Hassan disematkan ayah karena itu nama dari mendiang kakek yang sangat dia cinta.

    Keluargaku adalah kebahagianku. Dan adikku Alfi adalah yang paling kusayang dengan segenap perasaan. Karena dia satu-satunya saudaraku. Alfi itu luar biasa pintar. Jauh berbeda denganku. Nilaiku hanya lumayan saja. Pernah masuk deretan 10 besar dan itu kuanggap anugerah terbesar. Tidak menyangka. Karena aku lebih berprestasi dibidang olahraga.

    Satu yang kusuka dari Alfi adalah kehangatan yang dimiliki olehnya. Dia sangat perhatian dibalik sikap sok dewasanya. Mungkin karena otak jenius yang dipunyai, sehingga Alfi kadang berpikir dan bertingkah seperti layaknya orang dewasa. Tapi semua sirna ketika dia ceria. Ketika itu tiba, senyumnya mampu membuatnya terlihat menggemaskan juga menawan dan penuh kehangatan. Senyum yang kurindukan.

    Aku rindu sosoknya yang dulu. Ketika senyum masih menghias wajah manisnya itu. Dulu, Alfi penuh dengan vitalitas selalu. Ketika senyum masih menghias, ketika keceriaan masih terpampang jelas, juga ketika permainan pianonya masih terdengar deras.

    Sejak kecil Alfi sudah menyukai piano. Aku heran bagaimana anak sekecil Alfi bisa dengan mudah menghapal notasi suatu lagu. Lalu pemahaman itu datang. Abi bilang, Alfi adalah semacam anak jenius. Mungkin setingkat dengan Jimmy Neutron yang difilm kartun itu.

    Tapi memang benar. Aku paham sekarang jika Alfi memang jenius sejati. Ditambah kemampuan ingatan fotografisnya itu tentu, membuatnya dapat melahap pelajaran apapun yang disodorkan kepadanya dengan cepat. Jadi jangan heran jika Alfi mempelajari sesuatu dengan kecepatan kilat. Seperti notasi lagu tadi.

    Jangankan notasi lagu, bahkan partitur musik yang baru dipelajari dapat langsung dihapalnya tanpa salah, tanpa cela. Dan Score book yang banyak itu, bisa dengan segera tercetak jelas dalam ingatannya.

    Jarak umur kami kurang lebih 4 tahun. Namun entah mengapa aku yang luar biasa kekanak-kanakan di depannya. Senyumnya mampu membuatku ingin bermanja-manja dan bermain selalu dengannya. Dulu kami sering sekali bercanda. Derai tawa selalu terdengar menggema keseluruh sudut rumah.

    Ada satu yang kuingat selalu, keceriaan Alfi masih ada dan terpelihara ketika sahabat masa kecilnya Tom, masih berkunjung ke rumah. Keceriaan itu hilang, tidak lama setelah kecelakaan pesawat yang merenggut nyawa mama sahabatnya itu. Tom jarang terlihat lagi hanya beberapa kali saja. Dan tak ada berita tak lama setelah itu.

    Memiliki seorang adik seperti Alfi sangat menyenangkan. Luar biasa menyenangkan. Walau perbedaan umur kami 4 tahun, namun Alfi sudah menguasai pelajaran jauh di atas usianya. Padahal dulu Umi sempat khawatir jika Alfi itu memiliki keterbelakangan atau kekurangan. Pasalnya sampai umur 2 tahun, suara Alfi sama sekali nyaris tak terdengar. Masih ditahun yang sama Alfi tiba-tiba mengeluarkan kata-kata pertamanya. ‘Piano’ katanya waktu itu.

    Kata ‘piano’ yang diucapkan Alfi jelas mulus bebas hambatan. Tanpa cadel terdengar. Selanjutnya, hampir tiada hari tanpa Alfi mengucapkan kata-kata baru. Seolah dia telah lama menghapalnya dan tidak sabar menunjukkannya kepada kami semua. Umi dan Abi senang sekali melihatnya.

    Umur tiga tahun setengah, Alfi sudah menguasai baca tulis dan mengenal angka juga berhitung. Entah bagaimana cara Alfi belajar semua itu. Suatu ketika, Umi dan Abi pernah membawa Alfi ke dokter anak, menanyakan wajarkah jika anak mereka sudah bisa mengetahui dan memiliki banyak kebisaan di usia dini. Dokter menjawab sangat wajar sekali jika seorang anak yang masih berusia 2-3 tahun memiliki ingatan yang sangat baik dan mampu mengingat banyak hal.

    Tapi Umi dan Abi tidak puas, mereka terus saja bertanya dan menceritakan tentang Alfi sejelas-jelasnya. Bahkan mereka membawa Alfi ikut serta ke Dokter itu. Alfi menunjukkan kemampuannya yang luar biasa didepan dokter itu.

    Umi dan Abi sengaja bertanya pada Alfi siapa saja orang yang ditemui di Rumah sakit itu dan siapa saja nama mereka. Alfi menjawab dengan luar biasa mencengangkan. Alfi menjawab dia bertemu dengan satpam didepan. Ada 2 katanya. Alfi juga menyebutkan nama mereka yang tertera diseragamnya. Juga nama suster diruang tunggu depan dari name tag-nya, berikut jumlah pasien yang mengantri di luar praktek dokter itu, dan ciri-ciri mereka. Dokter ternganga. Setengah tak percaya. Umi dan Abi terlihat bangga dengan anak mereka. Dan Alfi ceria seperti biasa. Ngomong-ngomong Alfi berumur 4 tahun waktu menjelaskan itu semua.

    Dokter terkesima. Ini kasus baru baginya. Bukan apa-apa, bahkan sedikitpun pikiran untuk mengira bahwa anak yang dibawa kehadapannya memiliki kemampuan fotografik saja tidak ada. Dia mengira ini hanya kasus anak yang pintar luar biasa. Mendekati jenius sebagaimana adanya. Tapi anak yang dihadapannya jauh dari itu semua. Di atas semua itu sejatinya.

    Ini kasus langka. Perbandingannya hanya 1:100.000.000 untuk seseorang yang benar-benar memiliki kemampuan fotografik sejati bukan hasil rekayasa. Dan disinilah dia, menemukan seorang anak kecil yang bahkan belum memasuki umur tahun kelima, tapi sudah menunjukkan bakat yang bisa dibilang hanya dianggap hoax belaka. Dokter itu senang sejadi-jadinya. Dia seperti menemukan harta karun berharga. Tak puas-puas Alfi ditanyai olehnya. Dari jawaban demi jawaban yang Alfi lontarkan, semakin hati sang dokter riang gembira. Dia menemukan dan yakin seyakin-yakinnya jika Alfi memang memiliki kemampuan fotografik memori senyata-nyatanya.

    Waktu itu aku tidak begitu mengerti dengan ‘kelebihan’ Alfi. Yang paling penting untukku adalah, aku senang memiliki adik yang jenius luar biasa seperti dirinya. Karena dia bisa mengajariku dalam semua mata pelajaran yang cukup sulit buatku. Huhuhu.. Aku sedikit malu karena itu. Alfi yang mengajariku dan bukan sebaliknya, jika aku kesulitan dalam mata pelajaranku.

    Karena Alfi telah menguasai pelajaran jauh diatas usianya. Betapa hebatnya dia. Andai aku bisa mempunyai sedikit saja kecerdasannya. Tapi tak apa, aku bangga menjadi kakaknya. Satu yang aku tidak kalah darinya, yaitu olahraga. Aku suka basket. karena aku masih keturunan Arab, otomatis postur tubuhku lebih tinggi dari orang kebanyakan. Karena itu basketlah piilihanku. Karena dalam basket postur badan dianggap penting.

    Apakah tadi aku berkata aku unggul dalam basket? Ralat. Dulu aku unggul dari Alfi dalam olahraga satu itu. Namun itu tak bertahan lama. Karena tak puas selalu kuledeki dia bahwa akhirnya aku bisa menang darinya, Alfi mulai berlatih basket sendiri. Tiada hari tanpa buku tentang basket dan peraturannya juga video-video yang dikumpulkannya entah dari mana. Segera saja dia menerapkan dalam permainannya. Butuh waktu yang agak lama baginya untuk bisa menguasai basket. Maksudku benar-benar menguasainya. Seolah telah lama sekali dia melatih permainannya. Aku terkesima.

    Diumur yang begitu muda. Dia sudah menguasai teknik-tekniknya. Tahun-tahun yang kulalui melatih permainanku seolah tak ada arti didepannya. Dia mampu menyamaiku secepat yang diinginkannya. Itulah adikku saudara-saudara. Lihatlah kejeniusannya, mampu membuat siapa saja geleng-geleng kepala. Tak terkecuali aku, kakaknya.

    Dengan semua kejeniusannya, Alfi tidak lantas sombong atau bersikap tak ramah. Dia selalu bersikap hormat pada Umi dan Abi juga aku kakaknya. Bahkan dia cenderung baik dan hangat pada semua orang yang menyapa dan mengenalnya. Pola pikir dewasanya pun tidak lantas tampak dalam kesehariannya. Syukur pada Tom temannya itu yang tetap membuat Alfi tetap seperti anak kecil biasa pada umur yang seharusnya.

    Dengan Tom Alfi ceria. Dengan Tom Alfi temukan bahagia. Aku ikut senang karenanya. Aku sering sekali mengganggu mereka yang selalu lengket berdua. Tom mirip sekali dengan ibunya. Dari segi wajah atau warna kulit semua sama. Tapi kehangatannya mirip sekali dengan ayahnya. Aku pernah bertemu beberapa kali bersama mereka ketika Alfi dan Tom mengajakku main bersama.

    Tapi satu yang tidak akan kulupa. Ekspresi Alfi ketika pulang dari menginap dirumah Tom kawannya. Ekspresinya tidak sulit dibaca. Alfi terlihat murung dan ‘syok’ sepertinya. Namun ketika aku juga umi dan abi bertanya, dia hanya menjawab tidak ada apa-apa. Hanya lelah katanya. Aku tak percaya.

    Satu hal dari Alfi yang tak hilang adalah kehebatannya dalam menjaga suatu rahasia. Rahasia apapun, rahasia siapapun. Simpan saja pada Alfi, dan dia dijamin tidak akan pernah membocorkannya. Aku sudah terlanjur terlalu mengenalnya. Dan dari ekspresi wajah Alfi. Aku yakin ada hal yang disembunyikan oleh dirinya. Tapi apa?

    Anak sekecil Alfi punya rahasia apa? Itu pikirku waktu itu. Aku tahu percuma mengorek rahasia dari Alfi. Karena dia terlalu keras kepala untuk menyimpn masalah dirinya sendiri. Ini sifatnya yang aku tidak suka. Aku kakaknya. Kakak yang sangat menyayanginya. Masalahnya adalah masalahku juga. Aku ingin membantunya. Tapi Alfi selalu menyimpan semua masalahnya sendiri. Aku gigit jari.

    Seperti ketika dia baru masuk SD dulu. Aku yang seharusnya pulang bersama-sama Alfi waktu itu, pamit padanya karena temanku mengajak main kerumahnya. Aku tidak tahu kalau ada anak yang tidak suka dengan Alfi. Adikku itu dianggap sok pintar dan cari muka dihadapan guru-guru. Alfi dipojokkan dan terlibat perkelahian kecil dengan anak-anak yang tidak menyukainya. Aku yang sudah pulang terlebih dahulu kaget melihat Alfi pulang kerumah dengan bajunya yang kotor dan wajahnya murung seketika. Aku bertanya, dan dia hanya diam saja. Dia mengunci dirinya didalam kamar seharian. Aku menyesal tapi aku tidak suka sikap rahasianya. Aku pun mulai menyelidikinya.

    Aku kelas 5 waktu itu. Ternyata Alfi berkelahi dengan temannya karena temannya iri dengan kepandaian Alfi dan sikap Alfi yang dianggap selalu bermanis-manis di depan guru. Aku mendengarkannya ketika mereka menyudutkan Alfi ditaman belakang sekolah. Aku sengaja menguntit mereka.

    Beraninya mereka mengeroyok adikku. Akan kuhajar mereka satu persatu. Aku sudah geram dan marah menggebu. Namun Alfi lagi-lagi mengejutkanku. Dia melawan ketiga anak yang menyudutkannya dan berhasil menang melawan mereka. Entah belajar gerakan dari mana tapi dia terlihat seperti anak yang menguasai gerakan-gerakan dasar bela diri yang entah apa. Sepertinya perpaduan dari berbagai jenis yang ada. Hebat. Itu adikku, Alfi. Adikku yang kusayangi, selalu.

    Sejak itu tak ada lagi yang berani mengganggunya. Karena Alfi selalu bisa membalas setiap orang yang membuat masalah dengannya. Di SD itu juga dia berkawan dengan Tom. Yang ternyata adalah anak dari teman Umi-ku. Umi bilang, ayahnya Tom adalah temannya sejak sekolah dan kuliah dulu. Dunia sempit ternyata.

    Aku senang dengan kedekatan mereka. Aku senang Alfi bisa terlihat bahagia dan selalu ceria. Namun semua itu hilang. Luntur tak tersisa. Senyum Alfi lenyap tak berbekas tak bersisa. Seolah dia sudah dingin begitu sejak lama. Pasti ada satu kejadian yang membuatnya menjadi seperti itu. Aku curiga. Aku yakin Tom dan entah apa yang berkaitan dengannya punya andil besar dibalik hilangnya senyum Alfi.

    Itu dulu. Keceriaan Alfi terakhir tersisa lewat sebuah lagu. Lagu yang dimainkannya dirumah kami yang dulu. Lagu yang membuat kami semua, berlinangan air mata. Tak kuasa menahan haru mendengar jerit lengking denting piano yang bergemuruh. Lantunan melodi yang membuat haru. menyentil emosi terdalam dikalbu.

    Sejak itu, sejak kami pindah kerumah baru. Senyum Alfi hilang tak tersisa, diganti oleh wajah beku. Wajah dingin tanpa ekspresi, datar dan terlihat jemu. Aku bertekad akan mengembalikan lagi senyumnya yang dulu. Bagaimana caranya? Aku tak tahu. Satu yang pasti, aku rindu senyumnya itu.

    Semua usahaku sia-sia. Segala cara kucoba memancing senyumnya. Tapi tak jua menunjukkan hasil nyata. Aku mengajaknya bermain basket, bermain dan bercanda namun tak ada guna. Senyumnya tetap tak ada. Umi dan Abi sedih melihatnya. Tapi mereka tidak pernah memaksa Alfi untuk cerita. Karena kasus Alfi berbeda, Kejeniusan Alfi yang merupakan pemilik fotografik memori yang sepertinya hebat itu, malah menjadi penjara bagi dirinya sendiri.

    Aku mulai rajin membaca (padahal aku tidak suka) tentang keistimewaan Alfi. Dikatakan disana bahwa mereka yang memiliki kemampuan otak yang luar biasa berlebih itu, rentan akan depresi dan cenderung menuutup diri jika dia merasa dunianya mulai sunyi.

    Dari situ aku bisa mengambil kesimpulan, bahwa memang (dan aku yakin benar) ada hubungannya senyum hilang Alfi dengan Tom yang tak terdengar kabarnya lagi. Karena dunia Alfi yang dulu penuh melodi indah dan ceria lenyap bersama dengan Tom yang entah apa kabarnya.

    Umi berkali-kali menghubungi ayah Tom, namun tak ada respon berarti. Tak ada jawaban sama sekali. Telpon rumah hanya diangkat pembantu, Handphone ayah Tom pun tidak pernah aktif lagi. Pun ketika Umi datang kekantor ayahnya Tom, beliau tidak ada disana. Ayah Tom dan Tom sendiri hilang entah kemana.

    **

    CUUUTTTT...

    Okeee.. UPdate-an sampe sini dulu yah..
    Part Ali ini masih blom selesai.. tapi di cicil dulu yah..
    Harap Maklum..
    Soalnya TS lagi sibuk nih sm TA (tugas Akhir)..
    So.. Happy REading guys..^^

    **Buat SR thank you udah baca. tapi saya bakal seneng lhoo kalo kalian bisa ikut komen..>_<
    So, just let me know klo mo d mention yah..

    Oiya Tolong bilang suka ato ga ya sama part ini.. Soalnya biar Saya tahu klo bagian ini harus d lanjut ato ga.. Thx b4..
  • premium......
    hahahahaha
  • harusssssss di lanjut klo tidak anu rei di gigit cemut
  • Pake d cut segala kak. Lagi doong! :3
  • @Fuumareicchi yah kak masih blum puas :'( gak ada percakapannya :'(


    #lanjuuttt... Mang Rei
  • nah kan? ternyata keluarga pernah pindah rumah.
    berarti dulu alfi ma rei tetanggaan ya?
    soalnya yg ane tangkep alfi memainkan permainan piano yang "menyedihkan" itu ketika masih di rumah yg lama. ya kan?

    mmuuuach :-* ini aku kasoh kecupan buat TSnya biar smanget ngerjain skripsinya.

    klo perlu pinjem otaknya alfi :-P
    jgn mw jd mahasiswa abadi haha =))
  • :(( :(( :(( tanggung
  • thanks bang udh diupdate. semangat TAnya . sama2 lg TA nih, hehe :D
Sign In or Register to comment.