BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Baby Bella

Siap-siap menjarah cerita baru ku..

Yuk..

***

Ting Tong... Ting Tong.. Ting Tong....



Suara bel berdendang riang di pagi buta. Aku mendengus, siapa sih yang bertamu sepagi gini. Kerajinan banget nih orang.
Ku lempar celemek dan mematikan kompor gas, lalu segera menuju pintu depan.
Ketika membuka pintu, mulutku langsung mangap dan segera ku tutup dengan kedua tanganku, tak percaya pada mataku sendiri melihat siapa yang bertamu pagi ini.


Seorang perempuan cantik berdiri di depanku, tersenyum ceria memandangiku.
Ah, perempuan ini. Setelah sekian lama akhirnya muncul kembali. Walau kini terlihat kurus sekali dan sangat kuyu, kemana keceriaannya dulu.

"Rasti.." Tanpa sadar mulutku menggumamkan sebuah nama. Aku mematung masih menatapnya ragu. Benarkah dia yang datang atau aku sedang bermimpi.


"Hai Angga my darling.." Serunya memanggilku.
Panggilan yang sangat aku rindukan sebenarnya, dulu dia selalu memanggilku seperti itu. Namun panggilan itu tidak seceria dulu, Rasti tampak lemah, masih marahkah dia padaku.


"Oh Rasti, akhirnya kamu muncul juga...." Desisku, wajahku tiba-tiba secerah matahari pagi ini yang baru saja nongol dari balik perumahan tetangga di sebelah timur ku.
Senang sekali rasanya bisa bertemu kembali dengannya. Sahabatku terdekatku sebelum malapetaka sial itu menghantam kebersamaan kami.
Oh, kenapa harus ada kejadian jahanam itu dalam takdir kami.


Aku langsung meloncat ingin memeluknya, aku bahkan siap bersujud untuk meminta maaf kepadanya.
Namun langkahku segera terhenti saat ku dengar teriakan aneh di telingaku, apa aku tidak salah dengar kenapa ada teriakan suara bayi di sekitar rumahku.
Aku segera celingukan mencari asal suara.


Bertepatan itu Rasti menggeser tubuhnya ke samping, dan terlihatlah di belakangnya sebuah kereta bayi lengkap dengan bayi lucu di dalamnya.
Aku hingga mendelik oleh kekagetan yang overdosis, apakah ini anak Rasti.
Aku menatap Rasti dan bayi itu bergantian. Kejutan apalagi ini, setelah sekian lama menghilang kini Rasti muncul dengan seorang bayi.
Kapan dia menikah. Apa dia begitu marahnya padaku hingga hari penting saat dia menikahpun tak mengundang aku. Bahkan dia memiliki anak tak mengabariku. Kejam sekali kamu Ras.


"Apa dia anak kamu Ras?" tanyaku tak mampu menyembunyikan rasa penasaran sambil menunjuk bayi yang sedang berceloteh sendiri itu.
Aku menatap Rasti dengan segudang pertanyaan dan tuntutan penjelasan.


"Kamu betul banget Angga darling, dan tepatnya bayi cute ini adalah anak kita berdua.!" jawab Rasti mantap, tersenyum samar padaku.
Kedua kalinya mulutku kembali mangap dan segera ku tutup kedua tanganku.
Aku menatap Rasti dengan tampang shock berat. Bercanda yang kelewatan pikirku. Rasti memang suka bercanda sejak dulu.


"Candaan kamu gak asyik deh Ras..?" Protesku padanya.


"Apa aku terlihat sedang becanda Angga darling? Aku serius sayang, ini anak kita hasil dari kejadian malam itu loh.." Jawabnya meyakinkan, memandangiku dengan tampang paling serius yang pernah di miliki Rasti.
Aku menggeleng berusaha tak percaya, rasanya tidak mungkin aku bisa memiliki anak dari Rasti, lagipula kita hanya melakukannya sekali saja. Dan itu pun sebuah ketidak sengajaan. Masa sih bisa menghasilkan anak.


"Kamu bisa tes DNA kalo gak percaya Ga. Lihat dong, pisiknya saja mirip sama kamu Ga, apa kamu gak bisa lihat hidung dia gede mirip hidung kamu?" Kata Rasti lagi mantap.

Dia mendorong kereta bayi itu ke hadapanku, aku langsung memegang hidung gedeku, dan melihat hidung bayi di depanku. Sepertinya sih memang mirip, mungkin benar dia anakku. Apalagi Rasti sampai berani menyuruhku tes DNA, sepertinya dia tidak main-main. Aku merasa kini perutku melilit dengan kejadian ini. Aku masih merasa melayang di alam mimpi. Wake up Ga.


Selintas terbayang kejadian dua tahun lalu, kejadian binal penuh gairah di suatu malam dingin yang tanpa direncanakan. Penyebabnya karena aku dan Rasti mabuk berat, dan akhirnya kejadian itu memisahkan aku dan Rasti. Kami melakukan hubungan suami istri tanpa sengaja dan tentunya tanpa ku mau andai aku dalam keadaan 100 persen sadar.
Mana aku nafsu sama anu-nya perempuan, kalo anu pria sih aku langsung nyut-nyutan.

Akhirnya kejadian itu memisahkan persahabatan kami yang telah terjalin begitu lama.


Rasti menghilang setelah mendapat kejujuran dariku saat dia meminta aku menikahinya.
Aku berkata jujur kepadanya bahwa aku tak mampu menikah dengan Rasti karena sesungguhnya aku seorang Gay, dan aku tak mungkin bisa hidup dengan Rasti, itu hanya akan menyakiti perasaan kami berdua nantinya. Karena aku akan selalu membagi hatiku, takan pernah bisa seutuhnya mencintai Rasti.
Rasti sangat kecewa dan dia memilih menghilang esok harinya entah kemana.

Aku sudah berusaha mencarinya namun tak jua ku temukan. Aku sungguh merasa bersalah kepadanya. Aku bahkan rela bersujud di kakinya asal dia bisa memaafkan dosaku, dan kami menjadi dua sahabat dekat lagi. Namun semua itu sia-sia hingga dua tahun lamanya dan hingga kini Rasti tepat berada di hadapanku dengan sebuah kejutan yang menghebohkan.



Lamunanku tergugah saat seorang lelaki keluar dari dalam rumah. Jonnaz kekasihku, kami sudah lama tinggal serumah.


Jonnaz segera bergabung di sampingku, wajah Rasti dan bayi kecil di antara kami kini menjadi perhatian Jonnaz.


Mata Rasti sedikit menyipit saat dia menatap Jonnaz, riak wajahnya sedikit berubah, namun dia segera berinisiatif mengulurkan tangan pada Jonnaz


"Rasti.." Ucapnya menyebut namanya.


"Jonnaz.." Sambut Jonnaz dengan senyum ramah.


"Sepertinya aku ketinggalan sesuatu, apa aku boleh gabung?" Ucap Jonnaz, dia melirikku dan Rasti bergantian dengan wajah penasaran. Dia juga memandangi bayi di hadapan kami, wajah Jonnaz tampak tertarik melihat bayi lucu itu, bahkan dia menggoda bayi itu sejenak, ah andai dia tahu jika bayi itu anakku dan Rasti. Entah bagaimana reaksinya nanti.


"Ini Rasti sahabat yang sering ku ceritakan padamu Jo.." Ucapku memberitahunya. Kini hatiku jadi berdebar, entah apa tanggapan Jonnaz saat tahu jika kedatangan Rasti mengabarkan tentang adanya anak di antara kami. Sedang Jonnaz hanya tahu Rasti dari cerita-ceritaku bahwa Rasti hanyalah sahabat terbaik dalam hidupku.

Mengetahui bahwa itu adalah Rasti yang sering ku ceritakan padanya Jonnaz tampak terkejut dan menatap Rasti cerah. Sejak dulu Jonnaz memang sangat penasaran kepada sahabatku ini. Dia selalu berkata ingin sekali bertemu dan berkenalan dengan sahabat yang selalu kupuji-puji itu.


"Aku lagi terburu-buru Angga darling.. Kedatangan aku kesini sebenarnya mau titip baby kita sama kamu, hanya sebentar saja nanti ku ambil lagi.. Lagian dia juga sepertinya perlu mengenal Papanya kan?" Rasti tiba-tiba kembali membuatku jantungan, apa maksudnya dengan kata "titip".
Apa dia mau ninggalin bayi itu padaku. Oh Tuhan, apa kata Jonnaz nanti, aku tahu Jonnaz barusan terlihat kaget mendengar bahwa bayi itu anak aku dan Rasti.


"Apa maksud kamu dengan nitip dia Ras?" Tanyaku tergagap memandangi Rasti tak percaya. Kurasakan cengkraman Jonnaz di pundakku menunjukan dia kesal dan butuh penjelasan. Aku jadi tak enak hati.


"Begini Angga darling.. Sepertinya aku harus bepergian keluar negeri beberapa bulan ini dan aku tentunya gak bisa bawa bayiku, jadi dengan terpaksa aku harus nitipin dia sama kamu, karena aku pikir hanya di kamu dia aman, tentu saja karena kamu Papanya jadi kamu pasti akan menjaga dia sebaik mungkin kan? Ohya nama dia Bella Puspita Putri, cukup panggil dia Bella, sekarang dia tanggung jawab kamu Ga,. Aku mohon banget sama kamu yah.." Ucap Rasti menjelaskan rencana kedatangannya, aku semakin tak tenang hati apalagi ku rasakan tatapan Jonnaz mengganas kepadaku. Aku jadi tak berani menoleh padanya. Harus ku jelaskan apa padanya nanti. Dan harus ku jawab apa sekarang pada Rasti, rasanya aku tak mampu menolak, apalagi jika benar dia anakku. Tapi bagaimana dengan Jonnaz.


"Tapi Ras dia masih bayi, mana bisa aku mengurus bayi sekecil itu?" Ujarku masih berusaha berunding, aku benar-benar ragu bisa merawat dia di rumahku. Pertama karena aku belum memiliki pengalaman merawat bayi, kedua tentu saja Jonnaz, apa dia mampu menerima kehadiran bayi itu disini.
Aku benar-benar bimbang.


"Aku yakin kamu bisa Ga.. Pleasee.." Rasti memohon, aku jadi semakin bimbang.


"Bukankah lebih baik bayi sama Mamanya, dia kan butuh asi Ras.." Lirihku


"Hanya sebentar Ga, paling 3 bulan saja, lagipula dia pake susu Formula koq.. Aku udah buat catatan keperluan dia lengkap Ga.. Aku mohon Ga, demi anak kita, masa kamu tega sama anak kandungmu sendiri, apa kamu tidak mau mengenal anakmu Ga..." Rasti terus memohon, rasanya aku tak berani menolak keinginannya ini. Apalagi dulu aku begitu berdosa padanya, ini saatnya aku membalas kesalahanku padanya. Lagipula yang dia serahkan adalah anak kandungku, jahat sekali rasanya jika aku menolak merawat anakku sendiri walau itu belum pasti.
Dengan nanar memandangi bayi itu aku mengangguk menyetujui keinginan Rasti.


"Thanks Ga.. Aku tahu kamu bisa di andalkan.." Seru Rasti tampak bahagia, dia segera menyerahkan kereta bayi itu ketanganku.


"Memangnya kamu mau kemana Ras?" Tanyaku sekedar ingin tahu kemana dia akan pergi sehingga harus meninggalkan bayinya.


"Ke Singapura Ga.. Ada sedikit keperluan sama suamiku.." Jawabnya lugas namun sepertinya dia sedang menyembunyikan sesuatu, aku yakin itu. Aku sangat tahu setiap Rasti sedang berbohong karena kedekatan kami dulu, tapi rasanya tak layak aku bertanya atau ikut campur. Apalagi dia akan pergi dengan suaminya. Suami? Jadi Rasti juga punya suami. Aku kembali di bikin terkejut

"Aku pergi dulu Ga, jagain Bella untukku yah.." Tambahnya lagi, lalu tanpa menunggu jawabanku dia segera meninggalkan teras rumahku. Padahal aku sempat ingin menanyakan tentang suaminya.
Ujung mataku dan mungkin mata Jonnaz juga mengikuti langkah Rasti yang berakhir naik ke sebuah kendaraan pribadi.
Sebuah mobil mewah yang sejak tadi tidak kami sadari keberadaannya terparkir di depan rumahku. Mungkin yang menunggu di mobil itu suaminya. Rasa penasaran kembali menyeruak dalam dadaku.
Aku menghela nafas berat, kini aku harus menghadapi Jonnaz. Aku tahu dia pasti menuntut penjelasanaku.


"Aku butuh penjelasan Ga.." Seperti dugaanku, sepeninggal Rasti Jonnaz segera mencecar diriku. Aku hanya menunduk pasrah di sampingnya sambil mencengkram pegangan kereta bayi di hadapanku.

"Entahlah, aku saja masih bingung hon.." Balasku lemah, aku tidak tau harus ngomong apa.

"Tapi gak mungkin tiba-tiba ini bayi ada tanpa sebab, dengan jelas aku mendengar jika bayi ini anak kalian.. Aku ingin tahu apa saja yang kamu sembunyikan dariku Ga.." Suara Jonnaz terdengar kasar, aku sangat tahu dia sedang marah. Oh Tuhan, apa yang harus ku lakukan kini.

"Sebaiknya kita masuk dulu Honey.." Jawabku pelan, lalu meraih kereta bayi, sejenak ku tatap bayi perempuan yang sangat lucu itu, dia tampak tertawa-tawa senang. Celotehan ala bayi yang sangat menggemaskan. Benarkah bayi cantik dan lucu ini anakku. Sungguh tak menyangka aku mampu memiliki anak setelah ku sadari sejak dulu jika aku seorang gay. Bahkan saking tak mampunya aku mencintai perempuan aku sudah coming out pada keluargaku, dan memilih tinggal serumah dengan kekasihku.
Aku tak tahu gimana reaksi Mama ketika mengetahui jika dia mendapatkan cucu asli dariku walau itu dari sebuah kejadian kecelakaan.

Sedangkan mereka dulu tampaknya sudah pasrah karena sama sekali tak akan mendapatkan generasi penerus dariku. Bagaimana caranya aku memberitahukan ini kepada Mama.
Aku kembali menghembus nafas berat.

Segera ku dorong kereta bayi itu masuk ke dalam rumah, di belakangku dengan diam Jonnaz mengikuti langkahku.
Hatiku benar-benar masygul sekali. Galau tingkat tinggi.

***
Bersambung...
«1345678

Comments

Sign In or Register to comment.