It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Siaaap..
@danu_dwi boleh boleh nanti kita buat jadi buchi lol
Heh jangaaaaaaan.. Tega nian kaliaaan
Aku juga udah baca yang ini. Sukaaaaaa
Amin.. Mudah2an ya.. Maklum msh belajar nulis
Gak ada cowoknya gimana? Lah s Jonnaz sama Angga kan pasangan cowok? Baca gak sih, hehe
***
Cuaca hari ini cukup panas, matahari sudah agak meninggi di atas langit Jakarta.
Jonnaz, ku tahu masih duduk di depan televisi yang menyala tanpa ia tonton sama sekali, wajahnya terlihat keruh tak karuan saat tadi ku tinggalkan di ruang keluarga karena aku akan berusaha menidurkan Bella di kamer agar bisa leluasa bicara dengannya.
Aku tahu hati dia sangat marah dan kecewa, dia pasti akan terus menunggu penjelasan dariku.
Hari ini adalah hari minggu jadi sangat kebetulan sekali kami berdua sedang libur bekerja, mungkin memang sudah takdir jika Jonnaz harus menjadi saksi semua yang terjadi di minggu pagi ini.
Mungkin sudah seharusnya jika tidak boleh ada kebohongan dalam hubungan kami, sehingga rahasia inipun terkuak di hadapannya.
Aku jadi merasa bersalah padanya, Jonnaz marah dan terlihat sangat kecewa karena aku telah berbohong dan menyembunyikan ini semua darinya.
Di kamar aku masih berusaha menina bobokan Bella di ranjangku, tentu saja karena belum ada ranjang buat dia jadi sementara ini Bella tidur di ranjangku. Ranjang kami berdua, aku dengan Jonnaz tentunya, dan mungkin nanti malam akan menjadi ranjang kami bertiga, itupun jika Jonnaz tidak ngambek dan pindah tidur di sova atau di kamar tamu.
Aku sendiri masih bener-bener shock, tidak menyangka tiba-tiba aku kini punya bayi mungil nan lucu.
Sudah berbagai cara ku buai dan ku elus namun Bella masih saja tidak mau tidur, dia seakan rindu kepada Papa kandungnya, sejak tadi Bella malah terus saja berceloteh seakan-akan mengajak aku mengobrol, matanya yang bulat bening merajuk menatapku ceria. Terharu rasanya aku memandang wajah malaikat yang sangat menawan ini. Jika dilihat-lihat memang ada banyak kemiripan denganku, terutama hidung dan bibirnya adalah hidung dan bibir kau banget.
Oh Tuhan, benarkah Bella ini anak kandungku. Betapa anugerah ini begitu besar andai ini benar.
Sungguh keajaiban sedang menimpa dalam hidupku. Aku seorang gay yang sudah putus harapan bisa memiliki keturunan langsung dari benihku ternyata masih di anugerahkan seorang bayi yang sangat cantik.
Kini, itu berarti aku memiliki beban tanggung jawab besar yang harus ku jalani dalam merawat dan memberikan kasih sayang kepadanya.
Walau mungkin suatu hari Rasti akan kembali mengambilnya dari tanganku, tapi setidaknya aku telah di beri kesempatan bertemu, mengenal dan merawat darah dagingku sendiri.
Sudah pasti ini rahasia Tuhan dalam menunjukan kekuasaannya. Walau anak ini hasil dari ketidak sengajaan di waktu yang salah pula, namun tetap saja anak ini telah lahir dan dia anakku. Walau ada istilah anak haram bagi anak yang lahir tanpa pernikahan orang tuanya, bagiku anak ini suci, anak ini tidak bersalah, karena kami yang salah sebagai orang tuanya, kelakuan kami yang haram sehingga menjadikan anak ini lahir kedunia. Jadi selayaknya kami bertanggung jawab pada titipan Tuhan ini.
Aku harus bersyukur sebesar-besarnya kepada Tuhan untuk segala kemudahan dan kebahgaiaan yang kudapat.
Apalagi ku akui sudah sejak lama aku berencana menginginkan seorang anak dalam kehidupanku bersama Jonnaz. Keinginan itu muncul ketika aku melihat sebuah film bertema gay buatan luar negeri, di film itu menceritakan betapa bahagianya sepasang gay yang mengadopsi seorang anak, akupun jadi mendapatkan ide untuk melakukan hal yang sama dengan Jonnaz. Walau ku akui di Indonesia hal itu masih sangat tabu dan jarang ada yang berani melakukannya bagi pasangan gay yang sudah tinggal serumah lamapun.
Rencananya aku akan bicara pada Jonnaz bahwa aku ingin mengadopsi seorang anak dari panti asuhan untuk di rawat kami berdua, dan jika Jonnaz setuju aku akan segera mewujudkannya dalam bulan-bulan ini.
Tak menyangka keinginanku itu segera terkabul bahkan tidak harus mengadopsi ke Panti Asuhan karena Tuhan telah mengirimkannya secara langsung padaku, lebih hebatnya anak itu anak kandungku sendiri. Sungguh ini benar-benar keajaiban.
Hanya saja aku mungkin terlalu kaget dan tak pernah bisa menduga ini akan terjadi. Dalam hatiku tentu saja ada banyak kebahagiaan yang menggelitik jiwaku, naluriku yang sedarah dengan Bella kini menyuruhku untuk yakin jika Bella anak kandungku sendiri dan sudah saatnya aku menjadi bagian dalam hidupnya.
Masalahnya kini mungkin terletak pada keputusan Jonnaz, aku terlalu takut Jonnaz tidak bisa menerima kehadiran Bella dalam hidup kami.
Bagaimana jika nanti Jonnaz menyudutkan aku kepada pilihan antara dia dan Bella, sungguh aku takan bisa memilih.
Jonnaz, adalah laki-laki yang sangat ku cintai, dia hidupku kini, andai kalian tahu betapa susahnya dulu mendapatkan cinta Jonnaz tapi Bella adalah anakku, darah dagingku yang tak mungkin ku buang begitu saja walaupun aku baru bertemu beberapa jam saja. Sungguh ini benar-benar dilema besar buatku. Hatiku di hantui bimbang yang tiada putusnya.
Susah payah aku menidurkan Bella, akhirnya dia terlelap juga. Wajah malaikatnya begitu polos dan menggemaskan di saat tertidur begitu. Sungguh kini aku sudah benar-benar jatuh cinta pada anak ini.
Dengarlah Bella, Papa akan selalu ada untukmu mulai saat ini, itu janji Papa kepadamu.
Perlahan setelah ku kecup kening Bella lembut aku keluar dari kamar dan menghampiri Jonnaz, aku harus segera menyelesaikan masalah dengan Jonnaz apapun hasilnya nanti.
"Aku gak tahu harus jelasin apa Hon, aku sendiri saja masih sangat terkejut, aku juga baru tahu jika aku punya bayi dari Rasti, Demi Tuhan Honey aku tidak bohong.." Ucapku sedikit bergetar kala tiba di belakang tubuh Jonnaz yang terlihat galau bersandar di sova.
Jonnaz nampak terkejut dan segera menoleh, dan aku seakan merasakan pukulan dalam dadaku kala tak sengaja melihat ujung mata Jonnaz berair. Dia menangis, baru pertama kali aku melihat pria yang ku cintai ini menitikan air mata, namun dia segera menyibaknya dengan punggung kedua tangannya. Apakah karena masalah ini yang telah menyakitinya sehingga dia menangis. Rasa bersalah semakin menusuk-nusuk hatiku.
"Beri aku penjelasan yang masuk akal Ga.." Ucapnya terdengar masih ketus. Memandangku sengit.
"Kamu tau kan dia sahabatku, aku sama dia dulu deket banget.." Ucapku hati-hati
"Aku udah sering denger itu... Aku pengen tahu yang belum aku tahu, semua kebohongan yang belum aku dengar.." Jonnaz memotong, dia menatapku sangar. Aku menghea nafas resah, ternyata Jonnaz kalau lagi marah serem juga. Aku menunduk pasrah. Akhirnya segera ku jelaskan tanpa basa-basi lagi langsung ke inti yang dulu pernah terjadi dengan Rasti.
"Begini Hon.. Dulu, suatu hari aku sama dia pergi dugem, dan kita mabok berat. Karena aku terlalu mabuk aku nginap di rumah dia, dan entah gimana kejadiannya tiba-tiba kami melakukannya. Kami tahu melakukannya karena saat pagi terbangun kami dalam keadaan telanjang bulat satu ranjang dan dalam satu selimut. Saat itu aku sangat kaget dan segera pulang karena panik, tak menyangka aku bisa melakukan itu sama Rasti sahabatku. Sejak saat itu aku menjauhi Rasti namun seminggu kemudian Rasti datang dan meminta aku menikahinya, Rasti juga berkata jujur padaku jika dia sebenarnya mencintaiku sejak dulu.
Kala itu aku bimbang, namun akhirnya aku memutuskan untuk jujur juga pada Rasti, aku tidak mau menipunya, jika aku menikahinya itu berarti aku akan terus-menerus berbohong padanya dan menipu diriku sendiri juga.
Akhirnya aku jujur pada Rasti jika sesungguhnya aku seorang Gay, dan aku tidak akan mampu mencintai perempuan, Rasti sangat marah dan kecewa lalu dia pergi meninggalkan aku, menghilang dari kehidupanku entah kemana, aku sangat merasa berdosa padanya.. Jujur , aku benar-benar tidak tahu ternyata Rasti hamil oleh ulah kami kala itu..." Aku memberi jeda pada ceritaku, ku lirik Jonnaz yang masih termangu menunggu penjelasanku. Segera ku lanjutkan ceritaku agar semua segera usai dan ku tahu bagaimana reaksi Jonnaz.
"Itu alasan kenapa persahabatan kami berakhir, kejadian itu sebelum aku bertemu sama kamu honey, aku sengaja gak cerita karena aku pikir itu cuma hal aneh di masa lalu, aku gak tahu bakal jadi kayak gini. Sekarang keputusan ku serahkan padamu Hon, namun aku tidak akan meminta maaf untuk bayi itu karena kejadian ini terjadi sebelum aku bertemu kamu, permintaan maafku untuk karena aku menyembunyikan masa laluku padamu.. Sekarang terserah pada keputusan kamu Jo" Kataku mengakhiri cerita, ku buat wajahku sesedih dan sedramatis mungkin, menunduk di depan Jonnaz, mudah-mudahan dia tersentuh dan memaafkanku.
"Kamu serius kayak gitu kejadiannya?"Jonnaz menatapku tajam, masih ada ragu di matanya.
"Aku serius honey, aku berani sumpah apapun deh.." Jawabku penuh keyakinan dengan wajah yang makin kubuat memelas.
"Sebenarnya aku sedikit kecewa karena kamu udah bohong sama aku Ga, tapi kalo kayak gitu kejadiannya aku coba maafin kamu, lagian kejadiannya sebelum kamu ketemu aku kan?" Jawabnya terdengar melembut, dadaku sedikit plong rasanya. Aku mengangguk-angguk sigap kepadanya.
"Kamu serius Hon..?" Tanyaku meyakinkan ucapannya.
"Yah.. Aku sayang kamu Ga, tadi aku udah takut aja kamu bakal ninggalin aku, aku pikir kamu masih punya hubungan sama Rasti dan akan hidup sama dia karena adanya anak itu.." Ucapnya terdengar serius, wajahnya terlihat murung. Hatiku kembali berbunga.
"Aku hanya cinta dan sayang sama kamu Jo, tentu saja aku akan milih kamu daripada Rasti.. Tapi walau bagaimanapun Bella itu anakku, ijinkan aku merawatnya sementara ini Hon sampai Rasti kembali mengambilnya, aku tidak mungkin kan menyingkirkan dia begitu saja.. Apa kamu keberatan honey?" Sedikit ragu-ragu aku meminta ijinnya. Jonnaz mendesah perlahan, dia menatapku dalam, matanya begitu syahdu dan mesra menatapku.
"Aku akan coba nerima dia hon.. Demi kamu.." Lirihnya bersungguh-sungguh, mendengar itu lega rasanya hatiku. Betapa beruntungnya aku mendapatkan kekasih sebaik dan sepengertian Jonnaz. Aku sangat bahagia sekali.
Bagai kesetanan aku segera meloncati sova lalu menubruk tubuh Jonnaz saking bahagianya, namun karena terburu-burunya kami malah jatuh bergulingan di atas sova bahkan hingga kepala Jonnaz kepentok ujung meja.
Akhirnya kamipun hanya bisa tertawa-tawa oleh kebodohanku itu.
Ku peluk Jonnaz dan kuciumi dia bertubi-tubi, oh Tuhan aku semakin mencintai pria ini.
"Angga.. Kamu itu sekarang udah jadi papa kok kelakuannya masih saja kayak anak kecil sih.." Komentar Jonnaz menyindirku, aku cuma nyengir.
Ku peluk lagi dia erat-erat. Dan ku lumat bibirnya kini, kami berciuman dahsyat sekali.
Hmmm jadi Papa? Kayaknya menyenangkan juga kedengarannya, walau hatiku berharap jadi Mama hehe..
"Walau Bella tercipta dari spermaku tapi boleh gak selain aku jadi Papanya, aku ingin kamu juga jadi Dady-nya Hon?" Ujarku berbisik, Jonnaz tersenyum lalu mencium keningku
"Apapun maumu lah honey.." Bisiknya mesra, kembali aku menghambur kedalam pelukannya.
Oh Jonnaz, kebahagiaanku begitu sempurna siang ini, dan itu karena dirimu dan Bella kini.
***
Bersambung..
@eizanki
@Ray_Ryo
@Flowerboy
@Adhie_Prhasetya
@dheeotherside
@drajat
@faisalits
@cool_boys
@solous
@callme_DIAZ
@masbadudd
@permana21
@ramadhani_rizky
@jony94
@hananta
@trisastra
@haha5
@masbaddud
@angelsndemonds
@waisamru
@enykim
@caetsith
@angga_rafael2
@nakshima
@aries18
@san1204
@abrakadabra
@Farrosmuh
@maret elan
@adam25
@bayumukti
@farizpratama7
@Rimasta
@rizky_27
@mustaja84465148
@eldurion
@Tsu_no_YanYan
@arieat
@rez_1
@YANS FILAN
@adinu
@ularuskasurius
@Donxxx69
@fad31
@MikeAurellio
@brianbear_89
@Shishunki
@PohanRizky
@3ll0
@ruki
@agova
@jamesfernand084
@venussalacca
@Gabriel_Valiant
@putra_prima
@Qwertyy
@fansnya_dionwiyoko
@rendifebrian
@Beepe
@dota
@danielsastrawidjaya
@nakashima
@leviostorm
@kimo_chie
@Bonanza
@Dimz
@sasadara
@Agova