BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

OneShoot Story ( Boys Love )

1161719212228

Comments

  • yopopo wrote: »
    laki laki yg sudah menikah memang cenderung lbh menarik, dan cenderung lihai memberikan kenikmatan. Tapi itudia yg paling gw takutin (walau gw jg suka dug dug kalo sama mereka). Bukannya muna atau gmana. Gw takut aja. Takut seperti itu. Masih banyak lah ikan dilautan cooong

    Sipppp dah @yopopo
  • bayumukti wrote: »
    Kenapa sih seakan2 kesini temanya, cowok gay itu harus merried demi menjaga martabat keluarga... Dan setelah merried Ga boleh selingkuh, gue berharap pemikiran kita semua terbuka, bahwa ada cinta dan kekuatan dalam percintaan sejenis inih... Sampai kapan kita akan memakai topeng?

    @bayumukti sampai d indonesia gay d legalkan.. Bisa g ya? Lingkungan d sekitar kita yang memaksa kita terus memakai topeng..
  • Nanti saya posting oneshoot romantis lagi deh.. Happy ending pastinya.
  • Two Shoot yah.. Semoga suka.


    JANGAN PERNAH BERUBAH
    (Bagian satu)



    Langit cerah malam ini, berhias kerlip bintang bersandingkan indah cahaya rembulan yang sempurna.

    Semilir angin menggoyangkan tirai jendela, namun tak mengurangi hangatnya cinta yang menebar di dada, hangatnya kemesraan dua insan yang memadu kasih di tengah perjalanan malam menunaikan tugasnya hingga ke penghujung pagi.

    Rendra menjatuhkan kepalanya di lembutnya pangkuan sang kekasih -Darryl-.

    Sejenak ia memandang kesempurnaan ciptaan Sang Maha Kuasa di atas sana lalu memejam mata, nafasnya mengalun berirama.

    Sang kekasih hanya memandangi wajah tampan di pangkuannya itu penuh cinta, perlahan telapak tangannya membelai rambut Rendra lembut.

    "Ren.." Bisik Darryl memanggil nama sang kekasih

    "Hmmm.."

    "Boleh aku bertanya?"

    "Tanyalah.."

    "Sebanyak apa perasaan cintamu padaku?"

    Rendra membuka katupan kelopak matanya, iris matanya memandang wajah sang kekasih heran, kedua alisnya bertaut.

    "Kenapa menanyakan itu?" Tanyanya

    "Aku hanya ingin tahu saja"

    "Kau tak percaya pada cintaku?"

    "Tentu aku selalu percaya, tapi aku ingin selalu mendengar kata itu dari bibir manismu.."

    "Lihatlah keatas, ke langit itu Ryl.." Ucap Rendra, matanya mendahului memandang ke atas langit sana

    "Aku sedang bertanya, kenapa kau malah menyuruh aku menatap langit?" Balas Darryl tak mengerti maksud Rendra

    "Karena jawabannya ada disana.."

    "Aku gak ngerti?"

    "Sudah, lihat sajalah dulu.." Desah Rendra, jemarinya mendorong dagu Darryl agar segera mendongak, dengan rasa heran Darryl pun segera mendongak, menatap langit malam

    "Apa yang kau lihat?" Tanya Rendra

    "Hanya langit malam, rembulan dan jutaan kerlip bintang.." Balas Darryl malas.

    "Hitunglah semua bintang itu untukku.." Perintah Rendra.

    Mendengar itu Darryl hanya tertawa ringan lalu kembali menatap wajah sang kekasih, di cubitnya pipi Rendra dengan gemas

    "Kau gila, mana mungkin aku bisa menghitung bintang sebanyak itu Rendra sayank.." Ucapnya masih dengan tawa

    "Dan itulah cintaku padamu Ryl, seperti jutaan atau bahkan miliaran bintang di atas sana yang tak mungkin terhitung olehmu, bahkan olehku sendiri.." Bisik Rendra, membuat tawa Darryl terhenti, dan memandangnya dengan mata berbinar.

    "So sweet, kamu selalu saja membuatku mabuk kepayang, I love you Rendra Primandra Putra.." Kedua mata Darryl berkaca-kaca karena bahagia, menatap Rendra syahdu penuh kasih.

    "I love you too my Darryl Evanders.." Dua tangan Rendra segera meraih kepala Darryl, menariknya lalu menyambut wajah yang mendekat itu dengan lumatan lembut pada bibir merah Darryl, sebuah ciuman dahsyat di penghujung malam.

    "Boleh aku bertanya lagi?" Darryl kembali bersuara.

    "Apapun itu My Prince.." Rendra menjawab dengan sabar

    "Jika sesuatu terjadi padaku nanti, yang membuat aku tak sesempurna lagi seperti Darryl saat ini, apakah kamu akan tetap mencintaiku Ren?" Gumam tanya Darryl bersungguh-sungguh, tersentak Rendra mendengarnya

    "Pertanyaan bodoh macam apa itu?" Suara Rendra sedikit meninggi, dia tak senang dengan pertanyaan itu.

    "Jawab saja atuh yank.." Darryl merajuk, Rendra mendesah berat.

    "Aku pengagum mu, dan akan selalu seperti itu, aku mencintaimu apa adanya, dan akan selalu seperti itu, selamanya.." Bisiknya tulus.

    "Sungguh?"

    "Ini janjiku.."

    "Aku bahagia memilikimu Ren.." Lenguh Darryl sambil mengecup kening kekasihnya

    "Aku lebih berbahagia lagi.." Balas Rendra mesra.

    Satu ciuman dahsyat kembali terulang, menunjukan berjuta cinta di dalamnya.

    Darryl berjalan tergesa keluar dari kantornya, Rendra sudah menunggunya di Caffe sebrang jalan sana untuk makan siang bareng.

    Tiba di jalan raya dia segera menyebrang, dia tak ingin membiarkan kekasihnya terlalu lama menunggu, apalagi dia sudah terlambat beberapa menit dari janjiannya.

    Namun takdir manusia tak pernah terduga, semuanya telah di atur garisnya oleh yang Maha Kuasa, dan kejadian itu begitu cepat.

    Saat Darryl sedang menyebrang dia tak begitu memperhatikan jalan karena terburu-buru, hingga tanpa bisa di hindari tiba-tiba sebuah Angkot yang melaju kencang dari arah kanan jalan dengan telak menubruk tubuh Darryl yang berada tepat di tengah jalan.

    Darryl tersentak kaget, namun tak cukup waktu buat dia menghindar selanjutnya rasa nyeri yang teramat sangat dia rasakan di tubuhnya, setelah itu semuanya gelap ia rasakan.

    Semua orang menjerit karena kaget, Rendra terpana shock saat matanya begitu jelas menyaksikan tubuh kekasihnya tertubruk kepala Angkot, terpelanting dan jatuh begitu saja tergeletak bersimbah darah di jalanan.

    Secepatnya dia berlari memburu tubuh kekasihnya, histeris dia berteriak-teriak memanggil Darryl dan meminta tolong, Rendra memeluk erat tubuh sang kekasih tak peduli tubuhnya pun basah oleh darah.
    Yang ada di hatinya saat itu rasa takut yang teramat sangat terjadi sesuatu pada Darryl kekasihnya.

    Kejadiannya begitu tak terduga dan tragis, andai Rendra tahu ini akan terjadi pada Darryl, tentunya dia tak akan mengajak Darryl lunch bareng siang ini.


    Darryl melenguh merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya, setelah beberapa jam tak sadarkan diri akhirnya dia sadar juga, kini kaki, tangan dan kepalanya sudah terbalut perban.

    Rendra yang menunggu dan terus berdo'a dengan cemas di samping Darryl akhirnya bernafas lega karena kekasihnya itu telah sadar, di genggamnya jemari sang kekasih erat.

    "Aku di mana Ren?" Terbata Darryl bertanya saat ia mendapatkan Rendra ada bersamanya, wajahnya meringis menahan sakit.

    "Syukurlah kamu udah sadar, aku khawatir banget Ryl.. Kamu ada di rumah sakit, tenanglah aku selalu bersama kamu.." Jawab Rendra segera, kini wajahnya sedikit berbinar menghapus sebagian kekhawatirannya.

    "Tubuhku sakit semua Ren.." Lenguh Darryl, membuat Rendra tak tega melihatnya.

    "Bertahanlah My Prince, kamu akan segera pulih, istirahatlah jangan banyak bicara dulu, aku akan panggilkan dokter sebentar.." Hiburnya sabar, dia mencium kening Darryl lembut, sekedar untuk memberi kekuatan pada kekasihnya, lalu Rendra segera keluar dari ruang rawat Darryl, berlari dia mencari dokter untuk segera kembali memeriksa keadaan Darryl yang telah sadar.

    Rendra memeluk kekasihnya erat-erat, Darryl terlihat shock berat, air matanya tak bisa di tahan lagi bercucuran membasahi pipinya, rasanya tak tega dia melihat keadaan kekasihnya seperti ini.

    Darryl tak sanggup menerima kenyataan yang kini terjadi pada dirinya.

    Beberapa jam tadi dia mengeluh pada Rendra jika dia tak mampu merasakan dan menggerakan kedua kakinya, Rendra yang juga khawatir segera memanggil Dokter, dan hasil pemeriksaan Dokter sungguh mengejutkan.

    Darryl di Vonis mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya.

    Darryl histeris tak bisa menerima kenyataan itu, dengan kalap dia berteriak-teriak meminta dokter menyembuhkan kedua kakinya, air matanya memburai tak tertahankan lagi

    "Tenang Ryl, sabar.. Tenangkan dirimu sayank.." Rendra berusaha menenangkan Darryl

    "Aku cacat Ren, aku lumpuh.. Aku tak mau seperti ini Ren.." Histeris Darryl mendekap kekasihnya erat. Rendra mengelus punggung Darryl dengan sabar, hatinya ikut sakit mengetahui keadaan kekasihnya itu.

    "Kau akan sembuh, tenanglah kita nanti akan cari pengobatan terbaik, percayalah Ryl, kau pasti akan kembali normal my Prince.." Bisik Rendra sekuat tenaga menenangkan Darryl.

    "Jangan tinggalkan aku Ren.." Racau Darryl di tengah isak tangisnya, mendengar itu Rendra mempererat dekapannya, di ciumnya berkali-kali wajah Darryl yang basah oleh air mata, tak perduli dokter masih berada di ruangan itu.

    "Aku disini, dan akan tetap di sampingmu selamanya, tenanglah sayank.." Bisik Rendra berjanji sepenuh hati.
    Kembali di ciumnya puncak kepala sang kekasih sepenuh ketulusan kasih sayangnya.

    Seminggu dari keputusan vonis itu Darryl sudah di ijinkan pulang oleh dokter.
    Dengan terpaksa dia harus menggunakan Kursi roda, alat untuk membantu hidupnya kini, alat yang tiba-tiba saja sangat di bencinya namun harus di terimanya tanpa penawaran lagi.

    Rendra membawa kembali pulang kekasihnya ke Apartemen mereka, dengan senyum dia tetap merangkul Darryl penuh cinta dan kasih yang tulus.

    Tiada yang berubah pada Rendra, dengan sepenuh hati dia tetap mencintai Darryl apa adanya, dengan ikhlas dan telaten Rendra merawat Darryl.

    Sebelum berangkat ke kantor dia terlebih dahulu memandikan Darryl, menyiapkan sarapan untuknya, bahkan dia tak sungkan membantu Darryl saat ingin buang air besar atau buang air kecil.
    Dia selalu meninggalkan Apartemen di saat kekasihnya itu telah rapi dan wangi.

    Dia juga menyempatkan pulang untuk membawakan dan menemani Darryl makan siang, bahkan pulang dari kantor dia selalu membawa kejutan-kejutan untuk Darryl agar kekasihnya terhibur dan kembali menjalani hidupnya dengan ceria walau keadaannya tak seperti dulu lagi.

    Itu di lakukan Rendra dengan ketegaran atas nama cinta pada sang kekasih.

    Namun justru yang berubah ada pada sikap Darryl sendiri, dia menjadi sering depresi, kelakuannya kadang aneh dan seakan-akan orang putus asa, dia masih tak mampu menerima keadaan dirinya yang kini lumpuh dan harus duduk di kursi roda setiap waktu, keadaan itu membuat Rendra sedikit khawatir dan lebih berusaha ekstra untuk menguatkan hati Darryl.

    Walau terkadang Rendra juga di buat pusing oleh perubahan sikap Darryl, kekasihnya itu menjadi lebih posesif dan pecemburu, hampir sejam sekali Darryl selalu menelfonnya di kantor hanya sekedar mencari perhatian, atau memastikan Rendra ada di kantor dan tak berbuat macam-macam di belakangnya, kadang jika Rendra telat pulang karena kesibukannya Darryl menjadi begitu pemarah dan berani menuduh yang bukan-bukan.

    Rasa putus asa dan kepercayaan dirinya yang menipis di tambah rasa takut kehilangan Rendra membuat Darryl bersikap seperti itu, setiap waktunya dia seakan menjadi tak tenang dan ketakutan sendiri Rendra akan berpaling darinya.

    Dengan bijaksana dan penuh ketulusan Rendra tetap bertahan dan bersabar, dia mengerti dan maklum kenapa Darryl bersikap seperti itu, dengan kelembutan dia tetap menanggapi perubahan tingkah Darryl.

    Namun terkadang kesabaran manusia itu terbatas, begitu juga dengan Rendra dia hanyalah manusia biasa yang tak bisa selamanya mampu bertahan, apalagi dalam keadaan dirinya kadang moodnya sedang tak baik dan sedikit labil.

    Saat itu dia pulang dari kantor cukup telat dari biasanya, itu di karenakan ada sedikit masalah di kantornya dan harus lembur untuk menyelesaikannya, semua itu membuat dirinya sedikit stres dan kepalanya pusing.

    Saat tiba di Apartemen dia langsung di sambut ocehan dan tuduhan dari Darryl yang juga depresi karena kecemburuan dan prasangkanya sendiri, membuat Rendra semakin stres dan kepalanya bertambah pening

    "Aku lembur di kantor Ryl, ada masalah tadi, aku tidak kemana-mana, stop menuduh aku yang bukan-bukan.." Desah Rendra masih berusaha menahan diri menghadapi semua tuduhan Darryl yang menyebutnya telat pulang karena telah janjian dengan orang lain.

    "Lalu kenapa kamu tak mau menerima telfon dariku?" Ketus Darryl menatap tajam Rendra penuh curiga

    "Tadi aku sedang meeting Ryl.." Rendra mendesah berat memberi penjelasan.

    "Meeting atau mencari yang lain? Jujur saja deh Ren, kamu udah gak tahan kan sama aku? Aku ini cacat, lumpuh, udah gak bisa memuaskan kamu lagi, gak bisa bikin bahagia kamu lagi.." Darryl masih saja mengoceh dengan berapi-api

    "Ryl..."

    "Jika kamu memang udah gak tahan kenapa kamu gak jujur aja Ren, jangan bermain di belakangku.."

    "Darryl stop.." Rendra berteriak dengan keras berusaha menghentikan ocehan Darryl, rasanya mau pecah kepalanya terus mendengarkan ocehan kekasihnya yang tak beralasan itu.

    "Kau.. Kau.. Bahkan berani berteriak padaku sekarang Ren?" Darryl terkesiap kaget mendapatkan kenyataan Rendra berani membentaknya, matanya berkaca-kaca tak percaya, seumur hidupnya baru kali ini dia melihat Rendra membentaknya sekeras itu, membuat kepercayaan diri Darryl semakin terhapus dan semakin percaya akan prasangka dirinya jika Rendra sudah tak mencintainya lagi.

    Darryl menunduk dalam dengan wajah muram, dia benar-benar sedih.

    Melihat kekasihnya seperti itu Rendra jadi kasihan juga, sebenarnya dia tanpa sengaja membentak Darryl, tadi dia hanya kelepasan saja karena tak tahan mendengar ocehan kekasihnya.

    "Maafkan aku Ryl, a-aku gak sengaja, maafkan aku sayank.." Ucap Rendra melembut, menatap Darryl menyesal

    "Aku cinta kamu Ryl. Hatiku tak berubah sedikitpun hanya karena sekarang kamu lumpuh atau apapun, cintaku tetap milikmu..
    Namun jika sikapmu terus-terusan seperti ini, mungkin suatu hari aku takan mampu bertahan lagi Ryl, tolong berhenti menuduhku tak beralasan dan tanpa bukti, aku juga manusia biasa Ryl, kesabaranku juga terbatas.." Ucap Rendra lagi berusaha menjelaskan

    "Jadi.. Kau memang sudah tak mau bertahan lagi denganku? Kamu jahat Ren.." Bergetar Darryl saat mengatakan itu, matanya mengembun, dia menatap Rendra perih.

    Tiba-tiba dia memutar kursi rodanya lalu melaju menuju kamarnya dengan cepat, dan mengurung diri.

    Rendra jadi kaget dan bingung sendiri, kekasihnya itu malah salah faham dengan maksud perkataannya, dia segera mengejar Darryl namun dia tak bisa masuk karena pintu di kunci dari dalam, perlahan dia mengetuk pintu kamar dan memanggil Darryl namun tak ada jawaban

    "Ryl.. Bukalah, dengar kamu udah salah paham, bukan seperti itu maksud aku.. ayolah kita bicara, semuanya akan baik-baik aja, bersikaplah dewasa Ryl jangan seperti ini.." Rendra masih berusaha membujuk, namun tetap tak mendapat jawaban, entah sedang apa Darryl di dalam, tak sedikitpun suara di dalam sana, membuat Rendra menyesal dan khawatir, dia menyalahkan dirinya sendiri karena telah hilang kontrol dari kesabarannya dan menyakiti perasaan kekasihnya yang sedang kalut dan minus rasa percaya diri itu.

    Rendra terduduk lemas di depan pintu kamar, beberapa kali dia masih memanggil Darryl, ombak membuncah dari telaga matanya, meleleh membasahi kedua pipinya yang putih.


    Paginya Rendra terbangun sedikit kesiangan, itu di sebabkan semalaman dia susah tidur memikirkan masalah yang di hadapinya, dia juga kepikiran pada Darryl yang masih mengurung diri apalagi saat itu Rendra sadar jika Darryl belum makan malam, membuat Rendra tambah khawatir dan semakin kepikiran akan keadaan kekasihnya.

    Semalaman dia terpekur melamun hingga akhirnya ketiduran di Sova.

    Rendra segera menuju kamar yang di pakai Darryl semalam mengurung diri, kamar itu adalah kamar mereka berdua, dia bernafas lega saat membuka pintu kamar itu tak lagi terkunci, namun dia kaget karena Darryl tak ada di kamar itu, dia segera memanggil-manggil nama kekasihnya namun tak ada jawaban, saat dia periksa ke kamar mandi tak di temukan juga sosok Darryl disana.

    Rendra jadi panik, kemana sebenarnya Darryl pergi, dia segera keluar kamar mencari ke dapur dan ruangan-ruangan lain di Apartemen itu namun tetap saja dia tak menemukan kekasihnya.

    Rendra jadi kebingungan sendiri, dia terpekur di Sova kembali, hatinya semakin di lilit rasa khawatir, dan saat itu tiba-tiba tanpa sengaja dia melihat selembar kertas tulis yang terlipat dan tergeletak di atas meja, dia segera mengambil kertas itu dan membukanya, ada beberapa baris kalimat tertulis di sana, dan di tujukan untuk dirinya

    ***
    Dear Rendra..

    Maaf aku pergi dari Apartemen pagi sekali dan tak pamit padamu, aku udah di jemput oleh orang suruhan Mami, dan aku mau tinggal di rumah Mami sementara ini.
    Aku pikir aku tak bisa lagi hidup bareng dengan orang yang udah gak cinta sama aku lagi.
    Aku udah gak bisa bahagiain kamu lagi jadi sebaiknya aku pergi.
    Selamat tinggal Ren, jangan cari aku..
    Semoga kamu bahagia tanpa aku..

    By.Darryl Evanders.

    ***

    Lemas rasanya Rendra selesai membaca surat yang di tinggalkan Darryl itu, dia tak habis pikir kenapa Darryl seperti ini, kenapa dia harus termakan kesalah fahaman seperti ini.

    Kenapa Darryl harus pergi dan menuruti egonya yang tanpa alasan, kenapa Darryl meninggalkannya begitu saja, sakit rasanya dada Rendra menyadari semua ini.
    Dia tak sanggup harus kehilangan Darryl sekarang ataupun selamanya, apalagi dengan cara menyakitkan seperti ini.
    Rendra sangat mencintai kekasihnya itu, benar-benar tulus apa adanya, kenapa Darryl tega sekali meragukan cinta dan ketulusannya yang selama ini selalu dia berikan hanya untuk Darry-nya itu.

    Rendra segera menghubungi Handphone Darryl, tapi no lelaki itu tak aktif, dia coba menelfon ke rumah Darryl dan di terima seorang perempuan yang menanyakan siapa dirinya, saat Rendra memberitahu namanya dan menyebutkan niatnya mencari Darryl, sejenak hening lalu tiba-tiba sambungan telfon di putus dari ujung sana.

    Rendra semakin panik, Darryl benar-benar tak ingin lagi berhubungan dengan dirinya, ini sangat menakutkannya, dia tak mungkin bisa hidup tanpa Darryl.

    Tidak! Dia tidak akan menyerah seperti ini, dia harus mendapatkan Darryl kembali, mendapatkan cintanya kembali, dia harus menjemput Darryl dan menjelaskan semuanya.

    Rendra segera bangkit, sebentar mencuci muka dan mengganti pakaiannya dan lalu segera meninggalkan Apartemen menuju rumah orang tua Darryl.

    >Continue
  • Kisah klasik u/ masa depan :D
  • kok ceritanya makin seram ya? Jangan2 TSnya dah beralih menjadi psikopat.. Wkwkwk :-p
    just kidding..
  • waisamru wrote: »
    kok ceritanya makin seram ya? Jangan2 TSnya dah beralih menjadi psikopat.. Wkwkwk :-p
    just kidding..

    Masa sih seram @waisamru
  • Lanjut lanjut bro lg enak enaknya neh
  • akhirnya... ada cerita bersambung
  • Mga aja bsa brstu kmbli
  • akhirnya... ada cerita bersambung

    Cuma Two Shoot aja koq..
  • Lanjutt..


    JANGAN PERNAH BERUBAH
    (Bagian Dua)



    ***
    Setiba di rumah orang tua Darryl, Rendra hanya di temui oleh Nyonya Ranti, Maminya Darryl, sedangkan Darryl tak terlihat batang hidungnya.

    Nyonya Ranti sudah mengetahui keadaan anaknya dan beliau sudah merestui hubungan antara Darryl dan Rendra, bahkan dia juga mengijinkan saat anaknya itu memutuskan untuk tinggal bersama Rendra walau hatinya sedih dia harus di tinggalkan anak sulungnya itu.

    Seluruh keluarga Darryl sudah tahu orientasi kehidupan Darryl, karena Darryl sendiri yang terbuka berkata jujur pada seluruh keluarganya yang terdiri dari Papinya Tuan Williams Evanders pria asal Amerika yang kini menetap di Indonesia setelah menikah dengan Maminya Darryl, Nyonya Ranti Sukmawati Evanders, perempuan modern keturunan Jawa-Sunda asli pribumi, satu lagi yang tahu adik perempuan tersayangnya Darryl yaitu Amanda Ayu Evanders.

    Selain mereka tiada sanak saudara lain yang tahu, mereka masih berusaha merahasiakan sebisa mungkin demi nama baik keluarga, menyesuaikan dengan kehidupan pribumi yang masih tabu dengan keberadaan homosexual di lingkungan sekeliling mereka.

    Semula semua keluarga Evanders begitu terkejut dan tak bisa menerima keadaan anak lelaki satu-satunya itu ternyata seorang Gay yang menyukai sesama jenis, tentunya setiap orang tua ingin melihat anaknya normal dan sempurna, berbahagia bersama pasangan lain jenisnya hingga berkeluarga dan mempunyai keturunan.

    Tapi Darryl terus membujuk dan meyakinkan keluarganya jika dia tak mampu lagi menjadi seperti laki-laki normal lainnya, dia telah pasrah dan merasa bahagia menjadi seorang Gay dan dia telah menjatuhkan pilihan cintanya pada sosok lelaki pujaannya yaitu Rendra Primandra Putra, seorang pemuda dari tanah sebrang, Rendra asli dari Kalimantan, mereka bertemu karena mereka sama-sama kuliah di Jakarta, mereka bertahan menjalin kasih dari mereka masih kuliah beberapa tahun lalu hingga sekarang mereka sama-sama memutuskan bekerja di Jakarta setelah lulus mendapat gelar Sarjana mereka.

    Dengan mesra mereka bertahan dan bahagia dengan cinta mereka dan memutuskan tinggal bersama dalam satu Apartemen di daerah Jakarta Pusat.

    Akhirnya keluarga Evanders mengalah, sudah segala cara mereka berusaha membuat Darryl kembali normal namun tak berhasil, bahkan mereka sempat menjodohkan Darryl dengan anak kerabat mereka namun semua itu malah membuat Darryl memberontak dan kabur dari rumah.

    Dengan terpaksa akhirnya lambat laun keluarga Darryl menerima keadaannya, mereka pasrah dan berusaha mengalah, demi kebahagiaan anak laki-laki satu-satunya itu.

    ----
    Nyonya Ranti menatap tajam Rendra yang menunduk di hadapannya, kemarahan nampak jelas di matanya.

    Beliau dan semua keluarga baru tahu jika Darryl mendapat kecelakaan bahkan hingga lumpuh dan harus menggunakan kursi roda segala.

    Andai saja Darryl tak menelfon dan meminta di jemput mungkin Nyonya Ranti takan tahu keadaan anak tersayangnya itu.

    Sudah lama memang beliau tak bertemu dengan Darryl beberapa bulan ini karena mereka tinggal berbeda kota, Darryl tinggal di Jakarta, sedangkan orang tuanya menetap di Bandung.

    Mereka hanya berkirim kabar via telfon saja selama ini, dan Darryl selalu bilang dia baik-baik saja.

    Sewaktu kecelakaan Darryl memang melarang Rendra memberitahukan keluarganya karena dia tak ingin semuanya cemas karena dirinya.

    "Untuk apa lagi kamu kesini Rendra?" Suara Nyonya Ranti terdengar ketus, terdengar jelas dia tak menyukai kedatangan Rendra ke rumahnya.

    "Saya mencari Darryl Tante.." Pelan Rendra menjawab dengan pasti.

    "Untuk apa lagi kamu nyari dia, Saya benar-benar kecewa sama kamu, saya percayakan anak saya untuk kamu jaga, tapi lihat keadaan anak saya sekarang, bahkan dia pulang karena kamu campakan begitu saja.." Kecam Tante Ranti berang.

    "Maafkan saya karena gak bisa jaga dia Tante, tapi sungguh saya tidak mencampakan dia, kami hanya salah faham saja tante, saya mohon ijinkan saya bertemu Darryl dan menyelesaikan masalahnya, saya sangat mencintai Darryl tante.." Pinta Rendra sedikit memohon

    "Sepertinya dia tak mau bertemu kamu, sebaiknya kamu pergi Rendra sebelum Papinya Darryl pulang dari kantor.." Balas Tante Ranti dingin.

    "Saya mohon tante.." Rendra memelas.

    "Pergilah, biarkan dia tenang dulu disini, jangan ganggu dia dulu sementara ini.." Tegas Maminya Darryl, dengan jelas dia mengusir Rendra saat itu juga.

    Mau tak mau akhirnya Rendra harus pergi juga, dengan lunglai dia pergi meninggalkan rumah Darryl, penyesalan sangat nyata tergambar di wajahnya yang murung.

    Sejenak kembali dia menatap kearah rumah besar itu, dadanya perih menyadari dia telah kehilangan cintanya begitu saja, dia kehilangan sosok Darryl-nya yang sangat dia puja hanya karena sebuah kesalah fahaman kecil saja.
    Begitu terasa naif baginya.

    Rendra membuang nafas berat, lalu dia segera memasuki mobilnya dan perlahan melaju meninggalkan rumah itu.

    ---
    Namun andai saja Rendra tahu, ada sepasang mata yang basah oleh air mata sedang menatapnya nanar di kejauhan, di balik kaca jendela sebuah kamar yang ada di rumah besar itu, orang yang mengintip itu menggapai tangan saat Rendra hendak pergi namun telapak tangannya hanya menggapai kaca bening di hadapannya.

    "Selamat tinggal Ren, aku percaya cintamu masih untukku tapi aku tak cukup percaya diri terus mendampingimu, aku tersiksa Ren, aku benci tak bisa menjadi yang sempurna lagi untukmu, pergilah.. Carilah kebahagiaanmu yang tak lagi bisa ku berikan.." Orang itu menggumam patah, matanya semakin banjir oleh airmata.
    Darryl menangis tersedu merasakan sesak dan patah di dalam dadanya.

    ----
    Dua minggu berlalu.
    Dua hati yang saling mencintai harus terpisah oleh sebuah keadaan yang sebenarnya mudah saja di selesaikan jika saja ego dan gengsi tak membelenggu salah satu dari jiwa mereka.

    Kehidupan Darryl semakin terpuruk tanpa Rendra dalam hidupnya, dia seakan tak punya semangat hidup, setiap waktu hari-harinya hanya di habiskan dengan melamun dan termenung, terkadang saat kesendirian menyeruak ruang rindunya, dia terlihat menangis diam-diam.

    Tak jauh beda yang terjadi pada Rendra, kehidupannya pun seakan tak menentu, pekerjaannya jadi banyak terbengkalai karena dia lebih banyak melamun saja.

    Beberapa kali dia sempat di tegur bosnya, apalagi saat meeting dia lebih terlihat seperti orang bodoh, raganya ada di dalam kantor tapi jiwanya seakan melayang entah kemana.

    Dia masih tak mampu menerima kenyataan kalau Darryl kini tak menginginkan dirinya lagi.

    Saat lagi-lagi dia termenung di balik meja kantornya, tiba-tiba Handphonenya bergetar, sebuah pesan sms masuk ke inboknya, dengan malas dia memeriksa dari siapa pesan itu, namun seketika terkejut, alisnya mengerut, namun beberapa detik kemudian wajah Rendra berbinar.
    Dia tampak bahagia saat membaca pesan yang di terimanya itu

    Sekitar pukul sepuluh siang Darryl selesai melakukan pemeriksaan kedua kakinya di sebuah Rumah Sakit besar di Kota Bandung. Hasil pemeriksaan baru bisa di ketahuinya esok harinya.

    Amanda yang mengantar Darryl segera mendorong kursi roda kakaknya menuju area parkir Rumah Sakit, sesekali Amanda berhenti dan tengok sana-sini seakan mencari sesuatu, kelakuannya itu membuat Darryl heran.

    "Kamu kenapa sih Manda? Kamu lagi nunggu orang?" Tanyanya sambil memandangi adiknya tak berkedip, membuat Amanda jadi sedikit jengah

    "Gak koq Bang, aku kebelet pipis za, aku dari tadi nyari Toilet.." Jawab Amanda sedikit kikuk

    "Nah tadi kan toilet udah kelewatan, masa kamu gak lihat.." Balas Darryl semakin heran

    "Masa sih, di belakang tadi yah? Koq aku gak lihat ya.. Yaudah Abang tunggu bentar ya, aku ke Toilet dulu, gak tahan neh Bang.." Komentarnya, lalu dia segera berlari kearah berlawanan yang sedang di tujunya, arah Toilet yang di tunjuk Darryl.

    Melihat tingkah adiknya Darryl hanya geleng-geleng kepala, dasar perempuan! Gumamnya.

    Namun cukup lama menunggu, adiknya itu tak jua kembali, Darryl jadi kesal sendiri, masa sih buang air kecil saja selama itu- sungutnya.

    Karena bete sendiri akhirnya dia memutar kursi rodanya, tanpa sadar dia mengarah ke taman Rumah Sakit, matanya tiba-tiba saja tertarik oleh sekuntum Anggrek bulan yang berada di sudut taman, Anggrek itu seakan mengingatkan dirinya kembali pada Rendra, dulu dia pernah di hadiahkan Bunga Anggrek Bulan yang sangat cantik oleh Rendra, namun sayang bunga itu mati saat di tinggalkan mereka di Apartement, saat itu mereka pergi berlibur ke luar kota hingga seminggu lebih.

    Darryl membuang nafas pelan, matanya nanar menatap Anggrek itu.

    "My Prince.."

    Suara itu? Darryl terhenyak, lekat-lekat dia memandangi Anggrek di depannya, Anggrek itu kah yang mengucapkan panggilan itu, atau hanya halusinasi saja karena dia terlalu merindukan lelaki itu.

    Kenapa dia seperti mendengar suara Rendra memanggilnya.

    "Aku disini, di belakangmu My Prince.." Suara itu kembali memanggilnya, dan kini terdengar begitu dekat.

    Di belakangnya?

    Darryl segera menoleh, dan matanya tak salah lihat sosok yang berdiri menatapnya penuh rindu itu adalah Rendra.

    Terpana Darryl menatap Rendra seakan tak percaya, rasanya ingin dia menghambur kedalam pelukan lelaki itu, tapi ego dan harga dirinya seakan menahan hasratnya, dia hanya terpaku.

    "Ke-kenapa kau ada disini?" Tanyanya terbata.

    Rendra terdiam tak menjawab terlintas dalam bayangannya saat kemarin dia begitu bahagia mendapat sms dari Amanda adikya Darryl, sms yang membuatnya kembali bersemangat dan mendapatkan kembali harapannya.

    **
    -Hi bang Ren.. Manda prcy koq kl Abang gak mngkn nyakitin Bang Darryl, N Manda jg ykn kl kalian sbnarnya msh slng sayang, Manda sedih ngeliat Bang Darryl murung trs, jd Manda mau ksih ksmptn buat Abang, besok Bang Darryl akan mlakukan pemeriksaan N Manda yng anter, temuin dia N yakinin dia ya Bang..
    Tolong jaga kepercayaan dari Manda ya..
    Sampe besok Bang.. Bye!!-
    **

    Betapa bahagianya Rendra membaca pesan dari Amanda itu, di ciumnya berkali-kali layar Handphone-nya, tak lupa dia segera mengirimkan sms balasan rasa terimakasihnya yang begitu besar pada Amanda.

    Wajah Rendra kembali ceria dan bersemangat, sebuah harapan terpancar di kedalaman iris matanya, takan dia sia-siakan kesempatan ini tekadnya dalam hati.
    Segala upaya akan dia lakukan untuk membujuk kekasihnya kembali padanya, ini adalah perjuangan untuk mendapatkan kembali cintanya yang sementara hilang.

    ***
    Dan sepulang dari kantor kemarin sore Rendra segera mengepak barang, sore itu juga dia segera meluncur ke Bandung.
    Membawa segenap cinta dan harapannya yang besar di dadanya.

    Dan kini, rasanya Rendra bermimpi karena kini di hadapannya benar-benar dia melihat Darryl yang selama ini di rindukannya.

    "Aku kangen sama kamu My Prince.." Ucap Rendra gemetar, rasanya tak mampu dia menahan diri untuk tak memeluk lelaki di hadapannya itu.

    "Udahlah Ren, semua udah berlalu, kita gak bisa bersama lagi, cari saja lelaki lain yang tak cacat sepertiku, yang bisa bahagiain kamu.." Gemetar seakan tak terdengar bibir Darryl berucap, ia mengalihkan pandangannya menghindari tatapan Syahdu Rendra yang begitu menusuk hatinya.

    "Darryl.. Aku mohon, aku tak mampu hidup tanpamu, kenapa sih kamu meragukan cintaku, aku menerima mu apa adanya, bahkan jika kamu tak ada kaki sekalipun, akau akan tetap mencintaimu dan selalu bersamamu.." Langkah kaki Rendra mendekat, membuat Darryl menjadi canggung dan berdebar-debar.

    "Aku..." Lidahnya terasa kelu, ia menunduk bingung.

    "Apa aku harus membuat kakiku juga lumpuh, agar kita satu sama dan kamu merasa setara dengan ku sehingga kamu mau balik padaku Ryl, jika itu mau mu? Aku sanggup melakukan asal kamu mau kembali padaku lagi.." Kini Rendra sudah begitu dekat di depan Darryl. Berjongkok di hadapan kursi roda kekasihnya, tangannya berusaha menggenggam jemari Darryl namun di tepisnya.
    Darryl semakin kikuk dan tak bisa menahan diri, dadanya bergejolak, dia ingin memeluk kekasihnya, lelaki pujaannya, namun sekuat tenaga dia berusaha bertahan dengan pendiriannya

    "Cukup Ren, jangan paksa aku.. Aku tak ingin menyusahkan mu karena keadaanku.." Desahnya sesak

    "Apa aku pernah bilang aku merasa susah Ryl, justru hidupku sengsara jika gak ada kamu di hidupku my Prince.." Rendra menatapnya tajam, seakan ingin meyakinkan Darryl tentang ketulusan cinta lewat sorot matanya yang bersirat kerinduan

    "Jangan ragu lagi Ryl, ini aku Rendra mu, hanya milikmu, aku kesini untuk kembali menjemputmu, kita mulai dari awal merajut indah cinta kita.. Maafkan Rendra mu ini.." Kalimat itu begitu syahdu, menusuk-nusuk sanubari Darryl, jiwanya meleleh seakan gunung es yang tertimpa panas sinar mentari, Darryl tak mampu bertahan lagi, dia tak bisa membohongi dirinya lagi jika dia terlalu mencintai lelaki ini, dia sangat merindukan lelaki ini, dia tak mampu kehilangan kekasih pujaannya lebih lama lagi hanya demi ego-nya.

    Darryl segera memeluk Rendra erat, menciumi lelaki ini, matanya tak kuasa lagi menahan embun yang meleleh di sudut matanya. Rendra membalas pelukan itu dengan bahagia di hatinya.

    "Aku sayang kamu Ren, aku sangat cinta kamu, aku juga tersiksa saat kehilangan kamu.." Rintih Darryl

    "Mulai saat ini dan selamanya kau tak akan kehilangan aku lagi my Prince.. I love you so much.." Balas bisik Rendra, kedua tangannya membelai pipi Darryl lembut, dan tanpa di duga dia telah melumat bibir Darryl.
    Sejenak Darryl tersentak, namun tanpa peduli sekeliling dia akhirnya membalas ciuman itu, tangannya meremas punggung Rendra kuat.

    ---
    Di balik rimbun bunga-bunga mawar, mata Amanda juga mengembun, dia ikut terharu menyaksikan keteguhan cinta mereka, hatinya kini lega karena Abangnya kembali mendapatkan kebahagiaannya.

    Berbeda jenis ataupun sesama jenis, Amanda yakin cinta yang telah menuntun mereka ke dalam kebahagiaan sejati, buat Amanda yang penting dia kembali melihat Darryl,Abangnya kembali tertawa bahagia seperti saat ini yang sedang di saksikannya..


    Malam ini kembali cerah.
    Mendung yang kemarin sempat menyelimuti dan bahkan membuat langit menangis pilu, kini telah sirna, langit Jakarta kini kembali indah berhiaskan Rembulan dan kerlap-kerlip Bintang.

    Darryl termenung duduk di atas kursi rodanya di balkon kamar apartementnya, wajahnya kini tampak bahagia, kepercayaan dirinya telah kembali tumbuh di jiwa raganya.
    Matanya yang berbinar tak lepas memandangi kerlip bintang di atas sana.

    Segenap syukur dia panjatkan di hatinya karena kini dia telah mendapatkan kembali kebahagiaan dan cintanya yang indah.

    Dari arah belakang Rendra menghampiri dan segera memeluk sang kekasih, mendekap hangat dada bidang Darryl, pipi sang kekasih menjadi sasaran ciuman singkatnya, lalu di sandarkan dagunya di puncak kepala Darryl.

    "Sudah tengah malam My Prince.. Kenapa kamu masih betah di balkon ini daripada bersamaku?" Bisik Rendra manja.

    "Aku ingin menghitung bintang-bintang itu, agar aku tahu seberapa banyak cintamu Ren.." Balas Darryl masih enggan memalingkan wajahnya dari atas langit

    "Apakah kau sudah bisa menghitungnya?"

    "Terlalu banyak, aku tak mampu menghitungnya, apalagi sekarang kamu menggangguku.."

    "Jangan membuang waktumu hanya untuk menghitung bintang-bintang itu Darryl sayank, lagipula Cintaku sudah tak seperti bintang-bintang itu lagi.." Ucap Rendra sambil mengacak-acak rambut kekasihnya

    "Kenapa? Apakah cintamu sudah tak sebanyak bintang di sana lagi?" Darryl nampak kaget, dia segera menoleh kearah Rendra.

    "Tidak.. Tapi cintaku kini seluas langit tempat bintang-bintang itu berada sayank.
    Dan rembulan , bintang-bintang serta hal lainnya yang ada di atas sana adalah nilai tambah keindahan cintaku padamu..
    Kamu adalah segalanya dalam hidupku My Prince.." Bisik Rendra mesra di telinga Darryl, lelaki di dekapannya itu bernafas lega dan kembali tersenyum bahagia.
    Bahkan terlalu bahagia.

    "Terimakasih untuk semua hal yang kamu berikan Ren, terutama cintamu yang menguatkan aku.." Desahnya penuh haru.

    "Sebaiknya kita ke dalam dan segera tidur, bukankah besok hari pertama kamu terapi?" Ajak Rendra sambil berusaha mendorong kursi roda Darryl, namun Darryl menahannya.

    "Gendong aku dan ijinkan aku tidur di dadamu, baru aku mau pergi tidur.." Rajuknya manja, Rendra tertawa gemas mendengarnya.

    "Oke My Prince.. Apapun maumu.." Ucapnya, lalu tanpa di pinta dua kali dia segera menggendong Darryl, di bawanya ke dalam kamar.

    Darryl mengalungkan kedua tangannya di leher sang kekasih, matanya yang penuh binar asmara tak lepas dari wajah sang kekasih.

    Yang segera di balas oleh Rendra dengan sebuah lumatan hangat di bibir merahnya.

    Cinta ini kembali Indah.

    ******

    Soundtrack: Jangan Pernah Berubah

    Vocal: Marcell Siahaan


    Masih ada perasaan 
    Yang tak menentu di hati
    Bila ingat sorot matamu
    Yang kurasa berbeda

    * oh janganlah terjadi
    Yang selalu kutakutkan
    Beribu cara kan kutempuh

    Reff:oh cintaku kumau tetap kamu
    menjadi kekasihku
    jangan pernah berubah

    selamanya kan kujaga dirimu
    seperti kapas putih di hatiku
    takkan kubuat noda

    Bayangkanlah dari matamu
    Bayangkan aku di sisimu

    *****

    -Tamat-



    @HidingPrince @boljugg @pokemon @diyuna @sasadara @erickhidayat @putra8081 @iansunda @danu_dwi @yeniariani93 @firkhafie @eizanki @Ray_Ryo @Flowerboy @adhie_Prhasetya @dheeotherside @drajat @faisalits @cool_boys @solous @callme_DIAZ @permana21 @rhamadani_rizky @jony94 @hananta @trisastra @haha5 @masbaddud @angelsndemonds @nakashima @aries18 @san1204 @waisamru @enykim @caetsith @angga_rafael2 @abracadabra @farrosmuh @maret elan @adam25 @bayumukti @farizpratama7 @Rimasta @rizky_27 @eldurion @mustaja84465148 @Tsu_no_YanYan @arieat @rez_1 @YANS FILAN @adinu @ularuskasurius @Donxxx69 @fad31 @MikeAurellio @PohanRizky @3ll0 @agova @ruki @jamesfernand084 @venussalacca @Gabriel_Valiant @putra_prima @Qwertyy @fansnya_dionwoyoko @rendifebrian @Beepe @dota @danielsastrawijaya @leviostorm @komo_chie @bonanza @dimz @StoYadi @inlove @hehe_adadeh

    Selamat membaca..
  • no koment! THANX.
  • no koment! THANX.

    .ƗƗɑ•ƗƗɑ•ƗƗɑ "̮ =D "̮ ƗƗɑ•ƗƗɑ•ƗƗɑ.. Komentnya No Koment ya..!
Sign In or Register to comment.