It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
semuanya ga ada salahnya kok, intinya pun sama sebenarnya..
kemesraan ini.. janganlah cepat berlaluu..
kemesraan ini.. ingin kukenang selaluu...
apaan sih ga tau gue
lalalala..,.
*pake earphone*
Selamat pak guru
ditunggu karya" lainnya. .pengen sharing lagi tp belum nemu wkt dan idenya. .
Salam karya. . .
I don't own anything in this post. All the credits belong to @ron89.
)
@inlove
Oke soal Etika yang gak tertulis itu benar. Jadi kembali lagi aku ingin tanya, saat penulis mengkritik penulis lain, etika mana yang dilanggar menurutmu? Jadi ada aturan gak tertulis di dunia ini yang melarang penulis mengkritik penulis lain? Etika yang kamu ciptain sendiri?
Jadi yang pantas mengkritik penulis hanya datang dari kalangan bukan penulis?
Lebih sempit lagi: Jadi, penulis di BF yang udah mengkritik karya penulis lain selama ini semuanya menurutmu gak etis? Kok mereka kayaknya gak tahu masalah ini ya? Kok selama ini adem2 aja ya? Ya itu tadi, karena mereka merasa gak ngelanggar apapun, Cuma ada perasaan gak enak, takut dibilang ini dan itu. Contoh kecil: aku ngerasain sendiri. Aku gak merasa gak etis kalau mau kritik, tapi hanya sungkan dan takut di cap aneh2.
Menurutku, alasan yang kamu ungkapin seperti ‘pemaksaan ide’ karena penulis punya karakter sendiri2, gak bisa bikin tindakan mengkritik sesama penulis itu gak beretika. Mungkin bisa masuk kategori kritik yang gak berbobot atau kritik sembarangan, tapi bukan termasuk gak beretika.
“Kritik itu datangnya dari siapa? Semua bisa mengkritik. Tapi kritik seorang editor, seorang penulis dan seorang pembaca terhadap sebuah buku atau karya pasti berbeda. Tidak semua orang menatap mata dadu yang sama. Seorang penulis mungkin mengkritik buku dari metode penulisannya, kekuatan cerita, cara penyampaian, dll. Seorang editor mungkin melihat dari keunikan cerita, kemampuan bercerita, tata bahasa, atau bisakah novel tersebut dijual di pasar atau tidak. Seorang pembaca mungkin melihatnya dengan sederhana.”
Soal analogiku:
Jika kamu bisa merubah ‘posisi’ dari contoh dua subjek analogiku, aku juga bisa merubah posisi dari subjek apa yang kuanalogikan dengan tetap mempertahankan konklusi perbandingan yang sama. Dan itu udah kusampain: penulis yang membaca karya penulis lain, juga gak lebih dari seorang pembaca, bedanya sudah punya pengalaman nulis, dan lebih memahami dunia tulis menulis sehingga kritiknya lebih berkualitas-asal objektif-.
Karena penulis itu berstatus dan berposisi jadi pembaca, maka dia punya hak dan opini sendiri sebagai pembaca buat kritik, kan? Persis seperti yang kamu bilang, sama kayak (mantan) presiden dan politikus megawati yang berposisi sebagai oposisi mengkiriti presiden/politikus SBY.
Sama lagi seperti Agnes Monica dan Anang (penyanyi) yang mengkritik Regina (penyanyi). Cuma karena Agnes dan Anang berubah posisi menjadi Juri dan Pendengar sementara Regina posisinya tetap menyanyi tapi menjadi peserta, Agnes dan Anang akhirnya bisa mengkritik, kan? Kamu ingin bilang beda konteks lagi?
Poin pentingnya itu, profesi dari contoh2 analogiku itu sama, kan? Penulis dan penulis yang kamu maksud itu intinya di persamaan profesi tapi beda orang dan beda karakter, kan? Karena kalau masalah posisi mah, bisa jadi apa aja. Guru kritik guru atau dokter kritik dokter sah sah aja kalau posisinya satu senior satu junior, jadi penulis mengkritik penulis juga sah-sah aja kalau posisi salah satu jadi pembaca atau salah satunya senior dan banyak pengalaman sementara satunya penulis pemula, misal? Apapun posisinya, profesinya sama, dan itu yang aku tangkep di komenmu. See, tapi ya itu lagi. Itu menurutku. Asik banget bisa diskusi kek gini. Demen deh.
Mungkin perlu diperluas sedikit pemahaman tentang kritik. Di KBBI, kritik itu bukan hanya kecaman (kata2 tajam) seperti yang kamu maksud, tapi juga berupa tanggapan. (btw Cuma info dikit, kata ‘mengkritisi’ itu enggak ada. Adanya mengkritik.)
Jadi, kritikmu di lapak someone itu sama sekali enggak salah, gak peduli siapapun yang bilang kalau udah ada kata ‘Menurutku’ dan statusnya sebagai pembaca karya yang kamu kritik, orang lain gak seharusnya bisa nyalahin, hanya bisa nanggapin balik.
*Tambahan: Mending kamu jangan langsung bilang setuju dulu dengan argumenku, karena kalau diliat secara keseluruhan, kamu masih bertahan dengan opinimu. Agak enggak pas aja.
Ku kesulitan nyarinya
Kamu masih belom nangkep poinku nih.
Jadi gini, kamu bilang:
Megawati (profesi : mantan presiden dan politikus) mengkritik kebijakan SBY (profesi: presiden) karena posisi megawati sebagai oposisi, kan? (jadi, pernyataan di lock yang ini)
Nah, sesuai pernyataan kamu, aku kasih contoh sejenis deh:
Si A (profesi: penulis) mengkritik Si B (profesi penulis) karena posisi A sebagai reader atau kritikus yang juga masih merangkap penulis, penulis yang jadi editor, macem2 (apapun itu, si A tetep punya profesi penulis)
Hubungin sama ini:
Anang dan Agnes (profesi penyanyi, produser, pencipta lagu) mengkritik Regina (profesi: penyanyi atau peserta laen yang juga sebelumnya berprofesi seb penyanyi kafe de el el) karena posisi Anang dan Agnes jadi juri.
Nah contohku, itu gak ada bedanya sama pernyataan kamu. Kenapa harus repot2 keluar topik dengan nanyain link agnes atau anang kritik penyanyi laen selain di idol? Itu malah keluar topik dan gak sesuai pernyataan kamu. Kalaupun misal ada Krisdayanti ngadain konser dan di tengah2 konser nyanyinya tiba2 kacau, siapapun pasti bisa mengkritik. Tapi tetep, gak ada etika atau aturan tak tertulis yang ngelarang sesama profesi saling kritik.