BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

[Ini blognya Budi] "Sexual or Hopeless Romantic; is This Gay Culture?" (@ page 19)

1356720

Comments

  • kalau ga mau set
  • kalau ga mau setuju ya terserah.
  • edited November 2013
    User ini dan semua pesannya telah dihapus oleh Moderator.
  • boljugg wrote: »
    itu si @dundileo yg bilang;

    kyk ntya cumn axioma deh;
    blom prnh terbukti secara ilmiah kebenarannya..

    euww...

    kt gw;
    ngomongin idup gk sejajar dgn ngomongin mitamitik;
    abis kalo kebawa yg bijitu;
    bisa atit jiwa deh...



    kusned wrote: »
    1+1=2 kenapa 2, kenapa gak 3 atau 9
    kenapa semua orang sepakat....ahh dasar manusia memang pintar...kalo gak ada kesepakatan itu mungkin gak ada internet,hp,jam,bb,galaksi s4 dll
    gak akan ada thread ini
    maaf TS, ane lg gak jelas apa yg ane rasain sekarang....jd komennya jg gak jelas
    maaf nyepam ya
    fitnah lagi ya, @boljugg?
  • boljugg wrote: »
    si dundi lagi dibuahin;
    jd gk bisa komen..
    mulut nya kepenuhan itu..

    uppss...

    .
    manner, @boljugg.
  • @silencewords trit nya angkat lagi ya...
    klo opini ku, hidup ga sama dgn matematika, lebih ke art.. di matematik 1+1 pasti 2.. tapi dlm hidup ini gada rumus umum untuk semua orang.. contoh, gmn cara supaya hahagia? sukses? gw rasa jawabanya akan bervariasi..
    tapi ada 1 hal yg mungkin resep bagi semua orang yaitu keikhlasan...
    ayok ts dilanjut lg tritnya....
  • @dundileo where are you ???? dah quit dari bf kah ?
  • @ser tapi aku pengen having sex w/ another plu, gimana dong :P
    yaa kalo coming out sih mungkin ga dulu. tau deh kalo tiba tiba pengen. yang jelas sejauh ini sih gue apa adanya aja. ga straight straight amat, tapi ya ga homo homo amat juga. kalo ada yang "godain" yaaaa dibecandain aja.
    ada temen yang apa apa dikit takut homo. pernah gue takut takutin "asal lo tau aja, orang yg homophobic itu berpotensi banget untuk jadi homo beneran. ati ati aja lu".
    hahahahahahaha. menyenangkan bisa goda godain orang kaya gitu :D ga secara terang terangan coming out, tp kalo orang udah macem macem ("takut dimacem macemin" ama gue atau apa lah), ya udah tanggepin aja asal jangan kebablasan.
    pernah kok ada yang bilang "ogah ah, ntar dimacem macemin lagi gue ama dia". yaa gue bales "dih! emang situ oke?" selama yang curiga atau bahkan tau itu bukan keluarga gue, gue kayanya sih siap siap aja

    @2000LY tergantung matematikanya bagian mana. karna matematika juga bagian dari hidup.
    hidup itu pasti kok.
    pasti ga pastinya. gampangnya..... "hal yang pasti dalam hidup adalah ketidakpastian".
    saat masih kecil, hidup sesederhana 1+1=2 dan lainnya (perkalian, pembagian, dsb).
    udah dewasa, hidup lebih rumit dari aljabar dan logaritma. yaa ga harus ditelan mentah mentah juga. masa iya keseluruhan hidup dianggap sama dengan keseluruhan matematika. itu sih gue juga ga setuju.

    pengen aja sih lanjut sharing tp masih belum ada dan belum merasa waktunya tepat. ntar dianggep sotoy lagi gue :| kalo situ punya sesuatu, boleh lah di share juga
  • kamu pemikir banget ya. Saat senggang suka kepikiran hal-hal yg malah bikin pusing. Punya keingintahuan yg besar. Cocok banget deh ini ambil Filsafat, di sana kan dasar bgt. Yg keliatan gampang jadi rumit.
  • @Adam08 kalo menurut gue sendiri, gue sederhana. tapi itulah yang bikin rumit. gue punya keinginan hidup yang bisa dikatakan susah dicapai, yaitu hidup di dunia sederhana. karna dunia ini udah terlampau rumit.
    1. dengan adanya pemikiran bahwa beragama itu berarti kita ber-Tuhan, kalo "ga beragama" (apa pun bentuk dan gimana pun skalanya) berarti kita ga ber-Tuhan. kalo simple, kenapa ga ber-Tuhan aja dengan maupun tanpa agama? eehhh ini mah, cuma karna dituduh "ga beragama" aja udah bisa main bunuh bunuhan. kok ruwet ya :|
    2. dengan adanya pernikahan. ini juga ribet. ruwet. kenapa wanita harus tunduk pada lelaki? kenapa ga bisa berjalan beriringan aja? oke fine lelaki harus memimpin, tapi kenapa hidup wanita seolah harus terbatasi?
    pernikahan pun kenapa harus ada? padahal kalo sederhana, manusia bisa menjadi sepasang "suami-istri" tanpa upacara adat, upacara keagamaan dan dokumen resmi. jadi sex tanpa menikah dosa, dan sex dengan menikah itu halal? hanya dengan sepenggal kalimat dan ritual yang gampang banget itu? kalo gitu mending kan ga usah pake ritual dan dokumen resmi kan. simple. kenapa harus pake resepsi? kalo ga mampu harus dipaksain. ngutang sana sini. kerja keras banting tulang demi sebuah resepsi. katanya karna sekali seumur hidup. trus kenapa dunia harus tau? kalo emang ga mampu, ya tetep harus?
    katanya ikatan pernikahan itu supaya ada "keterikatan". jadi cinta sudah tidak lagi membebaskan?
    3. dengan adanya label. pertemanan makin banyak genk genk-an. bagaimana pun bentuknya. ada yang dianggap spesial, ada yang dianggap biasa aja. ada yang dianggap ga berguna. kalo sederhana, kita bisa hidup sama rata. dia ya dia apa adanya. dan kita, ya kita yang merespon secukupnya dengan apa adanya. adanya status dan label jadi bikin kita melakukan respon yang "kelewatan". kalo sederhana, kita harusnya "telanjang" dan "memandang" orang dengan "telanjang".
    itu belum kalo ditambah hal hal ruwet lain sebangsa politik dan ekonomi. kenapa harus perang? kenapa mata uang di dunia ini harus banyak? bikin repot aja. udah sih 1 dunia mata uangnya satu. jadi ga ada negara yang rugi karna tergantung sama dollar.

    nah! dunia itu sebenernya seribet itu. cuma beberapa dari kita (yang kayanya sih banyak), sudah sangat nyaman dan merasa ga perlu lagi mengubah ini semua (karna mungkin ga sadar bahwa dunia serumit ini. kalo ga sadar rumit, ya taunya sederhana dan enak).
    rumit dan enggak itu relatif. orang yang udah biasa atau katakanlah menerima keadaan dunia yang seperti ini, merasa dunia ini sederhana. karna hampir semua orang hidup dalam tatanan yang rapi. seolah hidup tanpa "kesadaran" dan "keterjagaan". melihat hidup tapi nggak hidup.
    nah, gue maunya sederhana. karna sebenernya dunia ini rumit.
    atau kalau kata orang sederhana, gue pengen lebih sederhaba lagi. dengan cara apa, gue juga ga tau sih. yaaahhh dengan berbagi pengertian seperti ini mungkin bisa. kalo gak, yaaa "mencoba sama agar berbeda" aja lah (kayak tag line iklan rokok :P)
  • 2000LY wrote: »
    lihat lah bintang di langit sana
    kita adalah bagian dari mereka
    pengembara alam smesta...

    @2000LY :* ({})
  • OMG OMG OMG! Pertanyaan lo sama banget dgn pohon pertanyaan di stan jurusan Ilmu Filsafat waktu acara pameran pendidikan. Karena nggak minat gw abaikan. Pertanyaan semacam itu: kenapa manusia bertuhan, kenapa manusia bla bla.. Beneran, lo cocok melahap buku2 filsafat yg mungkin klo gw baca bikin vertigo. Tapi, klo baca lo hrs punya orang yg lebih ahli sbg rujukan, alih-alih makin bingung & stress. *serius*
  • Kembali ke masa SMP. Pelajaran Matematika. Di masa saya, ini pelajaran kelas 7. Entah kalau sekarang.
    Hidup ini seperti salah satu bab paling awal (kalau saya nggak salah inget). Tentang himpunan. Tepatnya diagram venn. Ada himpunan semesta yang digambarkan dengan kotak dan disimbolkan dengan huruf S (atau kalau nggak salah U, untuk standar internasionalnya). Ada himpunan A, B atau huruf huruf lain. Bebas. Asal jangan S (atau U). yang digambarkan dengan lingkaran. Dan ada anggota himpunan.1, 2, 3. Digambarkan dengan titik.

    Kombinasinya menarik. Lingkaran lingkaran ini kadang benar benar berdiri sendiri sendiri. kadang, kalau jumlahnya “lingkarannya” ada 3 (seingat saya, saya tidak pernah menemui himpunan semesta di dalamnya ada lebih dari 3 lingkaran), yang 2 bersinggungan, yang 1 terpisah. Kadang A bersinggungan dengan B, A juga bersinggungan dengan C, tapi B dan C masih terpisah. Kadang ketiganya bersinggungan satu sama lain. Kadang lingkaran yang satu tinggal di dalam lingkaran yang lain. Yang jelas, semua tinggal dalam satu himpunan semesta yang sama. Menariknya lagi, ada anggota himpunan yang “independen”. Tinggal dalam himpunan semesta DOANG, tanpa menjadi anggota himpunan lain di dalam himpunan semesta itu.

    Menariknya, saya menemukan bahwa saya (karna saya tidak terlalu mengenal banyak orang, jadi ga tega menggunakan kata kita), tidak melulu jadi anggota himpunan, tapi juga himpunan itu sendiri. ketika saya adalah himpunan, anggotanya adalah teman, keluarga, dan…. Mungkin masyarakat (entahlah.saya kurang yakin karna saya kurang bermasyarakat) atau bahkan orang lain, alam sekitar dan semua isi dunia.
    Teman pun masih beda beda lagi karna saya pindah pindah pindah dan pindahnya jauh jauh. Jadi kemungkinan balik lagi kecil banget.

    Saya sering mengalami perpisahan. Dan belakangan ini saya sadar. Di masa lalu, saya hanya menganggap bahwa saya adalah anggota himpunan yang berpindah pindah. Dan karna kesempatan untuk kembali ke lingkaran yang dulu sangat kecil, nyaris mustahil, saya seolah pindah lingkaran, yang gak bersinggungan dengan lingkaran yang lama. Ibaratnya, masa lalu itu himpunan A, masa sekarang itu himpunan B. nah kalau saya udah di himpunan B, rasanya saya bener bener pisah dari himpunan A. tanpa bersinggungan sama sekali.
    Saking seringnya saya mengalami “perpindahan” saya baru paham bahwa saya juga himpunan. Bukan Cuma anggota himpunan, tapi juga himpunan itu sendiri. bukan himpunan A, B atau C, tapi S. saya adalah himpunan semesta yang memiliki segalanya. Memiliki masa lalu dan masa sekarang. Kalau masa depan…. Saya masih belum bisa (dan mungkin tidak mau) “melihat”nya sebagai bagian dari himpunan semesta saya.
    Saya menganggap bahwa perpisahan itu ga pernah ada. Karna dalam perpisahan, seolah ada sesuatu yang hilang. Nggak ada lagi. Bukan bagian dari anggota himpunan.
    Tapi karna saya adalah himpunan semesta, maka nggak ada yang bukan “anggota himpunan”.

    Gampangannya sama seperti alam semesta ini (yang selalu mengajarkan banyak hal, karna Dia hidup). ketika saya di Jawa Barat, bukan berarti Jawa Tengah itu nggak ada. Ketika bulan itu muncul, bukan berarti matahari hilang. Kita selalu punya label untuk memisahkan sesuatu. Untuk selalu memilih mana yang “anggota himpunan” kita, dan mana yang bukan. Padahal dalam himpunan semesta, nggak ada yang bukan anggota.
    Saya dulu berpikir bahwa jarak memisahkan, padahal sebenarnya mempersatukan. Entah jauh atau dekat. Toh jauh dan dekat sama halnya kaya hal lain di dunia ini. Relatif. Dan sekarang saya jadi lebih bersyukur. Karna saya tau, yang ada hanyalah ada.
    Tanpa dilabeli jauh dan dekat, baik dan buruk, hitam dan putih, saya (sekali lagi karena ga cukup "mengenal" banyak orang lain sampai berani menggunakan kata kita) sebenernya sadar bahwa yang patut disyukuri dari keberadaan “anggota himpunan” dalam semesta saya adalah keberadaan mereka itu sendiri.

    Udah agak lupa sama matematika jadi mohon maaf jika ada beberapa yang salah :D

    Kalau ada familiar sama kalimat saya, yaaa wajar. Soalnya saya emang ter-influence dari beberapa buku :D

    Wow!!!!
    awalny baca sekilas ga seberapa paham, habis discroll turun... ada diagram lingkaran itu!!!
    langsung agak gak paham tapi di hati seneng, soalnya kyk uda nemu jawaban stressku hari ini....
    hahaha...
    aku suka sama pertanyaanmu...
    skr aku paham apa yg disebut paralel world...
    aplg pas te es ngingetin tentang universal dan semesta....

    love you ts!!
    pusingku udah terpecahkan!! :D

    walo belom seberapa ngerti, tp lama kelamaan bisa tercerna, dah dapet bibitnya, ntar kalo suasana udah hening n tenang, baru aku pkir2 lg dan proses lg...
    walo kata2nya td masih agak susah ak pahami...
    :d
  • @Adam08 gue juga bisa sama kaya lo. vertigo kali kalo baca buku para ahli. dan harga bukunya ga murah!! (gue masih cinta uang, jadi ga suka barang barang mahal. sebagus apapun itu). selain itu, baca buku mereka akan membuat yang baca jadi followers.
    gue menemukan hal hal yang ada dalam filsafat dalam novel novel "cerdas". ada Dee (Dewi Lestari) dan Ayu Utami yang jadi guru gue lewat buku buku mereka. paling ga, kalopun gue jadi follower mereka, gue ga akan sefanatik orang yang baca buku buku "ahli" filsafat.
    lewat Dee, gue mempercayai hal hal yang dipandang sebagai hal hal imajinatif oleh para "ahli". gue percaya bahwa kita punya kemampuan untuk melihat "semesta luar" "lewat dalam". karna kita bagian dari semesta. kalo kita bisa "melihat diri sendiri" kita bisa melihat semesta, karna semesta juga bagian dari kita.
    lewat Ayu Utami, gue bisa berpikir hal yang gue sebutkan di atas. untuk ga menempatkan manusia pada ukuran nilai, dan untuk selalu.... mempertanyakan sistem yang udah ada di dunia. cocok ga sih buat gue? kalo enggak, kenapa harus nurut? gue kan bagian dari dunia. kalo punya sistem sendiri, ya harus dijalani. bukan berarti gue selalu ga setuju. kadang gue setuju dengan gampangnya kok. asal emang gue nyaman nyaman aja dan "sadar". Ayu Utami bikin gue makin sadar kalo hidup itu pilihan. bukan "ikut ikutan". kalo cuma ikut ikutan, itu bukan hidup. kecuali kalo "ikut ikutan" adalah pilihan yang diambil secara sadar.

    hidup ini seni. novel itu seni. seni sastra. dengan memahami seni, gue percaya gue bisa memahami "hidup".

    gue juga belajar dari serial kartun Avatar. baik Aang, maupun Korra. lewat Korra itulah, gue percaya bahwa manusia juga punya energi kosmik. energi dari alam semesta. gue ga cuma melihat penggunaan energi kosmik di kartun sebagai imajinasi pengarang aja tapi beneran nyata. di Aang pun sebenernya pernah ada, tapi di Korra makin jelas lagi.
    lewat avatar Aang, gue tau bahwa dengan melihat diri sendiri lebih dalam akan membantu kita menghadapi masalah. karna di dalam diri kita ada Tuhan. kita adalah bagian dari Tuhan.

    sesederhana itu aja. atau kata sebagian orang (terutama mereka yang "mengikuti" hal hal ilmiah), secetek itu. dan akhirnya, gue sendiri juga ketawa "ternyata secetek itu ya? hahahahaha."
  • @Solous yaaahh hidup itu kayak logaritma. aljabar. trigonometri. padahal ternyata sesimple himpunan semesta dengan diagram venn nya. udah. 2 bagian itu aja. (karna dalam materi himpunan itu masih ada lagi "bagian bagian" lain).
    terimakasih komentarnya. baca keseluruhan thread ini mungkin bisa membantu :p
    tapi gue ga bener bener akan membantu lo untuk bener bener paham ya. biar lo sendiri yang memutuskan apa yang bisa lo ambil (atau tidak lo ambil) :D
Sign In or Register to comment.