BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Bukan Lawan Jenis [TAMAT]

11415171920221

Comments

  • Kentang banget!! Makin ditunggu updatenya! Titip mention kalo update, ya!
  • Pendek sependek punya locky
  • Kalo dicerita lain semua yg kamu tulis ne masuk dalam satu ato mungkin hanya setengah updetan doang
    Nunggunya luamaaaaaaaaaaaaaa ceritanya cuma seuprit
    Kentaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannngggggg
  • yaelah dikit amat.
  • Bang locky tititnya pendek ya :v :p
  • lanjuuuut...keren nih ceritanya
  • edited June 2014
    "Dari mana lu?!" semprot Bang Albert. Padahal gw baru aja jejakin kaki ke lantai teras.
    "Kan gw udah kasih tau..."
    "Ya. Tapi lu nggak ada disana!"
    "Kata siapa?!"
    "GW! Lu nggak ada!"
    "Tadi gw ke kampus buat jemput lu!" sambung Bang Albert.
    Ya sih. Tadi gw jalan dulu sama Nandra, Omar dan Nasir setelah pertandingan pertama berakhir.
    "Gw jalan dulu... Lagian kenapa nggak kasih tahu kalo jemput gw," bela gw.
    "Lu bilang di kampus. Lu nggak bilang mau jalan!" seperti biasa, Bang Albert nggak mau kalah.
    "Ya, sorry..." gw aja yang ngalah.
    "Sama siapa?"
    "Rame," jawab gw singkat. "Cowok-cewek!" sambung gw sebelum dia nanya lagi sambil berlalu ke kamar.
    Sesampai di kamar, gw lepas sepatu, lempar tas dan melompat ke ranjang. Huaaa... sekarang baru terasa gerah dan capek.
    Tiba-tiba HP gw bunyi.
    Hah??? Kak Fredo calling??? Ada apa gerangan?
    Hmmm, gw berdehem sebelum mengangkat panggilan.
    "Kenapa, Kak?" gw jawab sok cool mungkin, demi meredam rasa girang dan deg-degan yang membuncah di dada gw secara bersamaan.
    "Bebet ada di rumah, Al?"
    "Ada."
    "Ada ya?"
    "Kenapa nggak langsung hubungi yang bersangkutan? Lagi marahan yaaa???" goda gw.
    "HP-nya gw hubungi tapi nggak diangkat."
    "Ooohhh, mungkin HP-nya di kamar. Dia lagi diluar, baru aja marahin gw, hehehe..."
    "Lho, kenapa? Lu buat ulah lagi?"
    "Buat ulah? Enak aja! Mana ada gw buat ulah."
    "Lha, terus?"
    "Kayak Kakak nggak tahu aja Bang Albert gimana. Kali ini karena dia jemput gw di kampus, tapi gw-nya nggak ada--"
    "Salah lu itu! Dijemput, tapi malah kabur," potong Kak Fredo.
    "Gw juga nggak tahu dia mo jemput. Lagian gw udah kasih kabar kalo nggak usah jemput."
    "Nggak usah diambil hatilah. Lu kan tahu Bebet gimana sifatnya."
    "Iya dong. Bisa-bisa habis hati dia ntar kalo terus-terusan gw ambil," gw ngelawak garing.
    "Hehehe..."
    "Kalo abis, emangnya mau gw ambil hati Kakak juga?" goda gw, tapi yang ini seriusan deh.
    "Jangan dong. Ambil hati ayam aja. Lebih enak."
    "Hehehe," plis deh! "Ya udah. Sekarang Bang Albert-nya udah di kamar kayaknya. Telepon dia aja," pungkas gw. Sumpah, gw jadi badmood nih!
    "Ya udah. Makasih ya..."
    Tut! Gw matiin tanpa ngejawab.
    ***

    Gw tertidur beberapa lama. Gw baru tahu ternyata rasa kesal yang menumpuk bisa menghantarkan kita buat tidur juga.
    Gw bangun dengan malas. Sementara waktu sudah menunjukkan tujuh belas lewat sepuluh menit. Gw mau mandi. Badan gw terasa gerah, pakaian gw lengket di badan.
    Habis mandi, gw baru keluar kamar dan ngeliat seluruh anggota keluarga, kecuali Bang Albert lagi ngumpul di ruang keluarga.
    "Tadi kemana dijemput Albert nggak ada?" tanya Mbak Alina.
    "Habis nonton bola, diajakin teman jalan dulu," jawab gw.
    "Kenapa nggak ngasih kabar? Abang kamu marah-marah," kata Papa.
    "Udah dikasih tahu kok. Dianya aja yang sok kerajinan," jawab gw.
    "Mulai besok nggak pakai antar jemput lagi," Mama tiba-tiba angkat bicara.
    Gw mengernyitkan kening sejenak.
    "Oh, ya?" ntah kenapa, gw kok nggak antusias mendengar kabar yang semestinya menyenangkan itu.
    "Iya. Kamu bawa kendaraan sendiri ke kampus, kayak sebelumnya," terang Papa.
    Gw cuma mangguk-mangguk.
    "Happy?" tanya Mbak Alina.
    "Biasa aja," jawab gw. Iya, emang itu yang gw rasain.
    "Masa? Kamu bisa pergi kemana aja tanpa dikawal sama Abang kamu lagi lho," kata Mama.
    Masih tetap biasa aja.
    But, ada yang bikin surprise sih. Ini, kok Mama tiba-tiba mau ngomong lagi sama gw? I mean, selama ini cuma sekedarnya aja, cuma sepatah-dua patah kata. Sekarang beliau ngomong ke gw, selayaknya seorang ibu, seperti sebelumnya.
    "Udah terbiasa sih kemana-mana diantar, dijemput sama dia. Lagian mendingan dia ngintil gw kemanapun gw pergi sih dari pada dicurigain terus," kata gw.
    "Eh, iya. Tadi Uak Su telepon nyuruh ambil oleh-oleh di rumahnya. Karena kamunya tidur, jadi Abangmu yang pergi. Di kamarnya ada Fredo," kata Mbak Alina tiba-tiba.
    "Uak Su udah balik dari Kalimantan?" tanya gw. Uak Su itu Kakak laki-laki Papa yang nomor dua.
    "Kemaren."
    Eh, apa tadi, Kak Fredo ada di kamarnya Bang Albert?
    Nggg, samperin ah!
    "Ooo gitu," jawab gw sembari beranjak menuju kamar Bang Albert. Saat menuju kesana, gw baru ngeh kenapa tadi Mbak Alina membelokkan topik pembicaraan tiba-tiba. Dia nggak mau gw ngerocos ngomongin soal gay, takutnya Kak Fredo bisa dengar.
    Gw mengetuk pintu.
    "Masuk."
    Gw menjulurkan kepala melewati pintu.
    "Hai, Al!"
    "Hai!" balas gw sambil masuk.
    "Nggak jalan sama cewek lu?"
    "Kalo ada disini berarti nggak."
    "Hehe. Soalnya lu kan pergi sama cewek-cewek..."
    "Bosen sama cewek. Sekali-kali sama cowok," kata gw sesantai mungkin, tapi terus memantau ekspresi Kak Fredo.
    "Haha...! Lu maruk ya. Cowok-cewek diembat semua."
    Gw ikutan ketawa.
    Hmmm, mumpung lagi berduaan, Bang Albert nggak ada, terus obrolannya udah menjurus pula, sebaiknya gw tancap gas aja dah!
    "Kak, lu tahu Ellen Page gak?"
    "Ellen..."
    "Yang main di X-Men. Yang punya kekuatan membakar atau membekukan--pokoknya antara dua itu, terus dia juga main di Inception."
    "Ya, ya, tahu. Kenapa?"
    "Gw beberapa waktu lalu baca artikel soal dia yang lesbian."
    "Masa?"
    "Beneran."
    "Ellen Degeneres kali."
    "Ya elah, itu berita udah jamuran kali. Bahas Ellen Degeneres lesbi apa bukan, sama aja dengan lu nanya Dorce itu bunda beneran apa bunda-bundaan."
    "Hahaha... Soalnya yang gw tahu lesbi itu si Ellen yang itu. Kalo yang Ellen Page belum dengar..."
    "Gw juga belum dengar. Cuma baca."
    "Ya maksudnya belum baca."
    "Sekarang makin berani ya public figure come out soal orientasi seksual mereka..."
    "Mungkin karena dari hari ke hari dukungan buat mereka semakin besar. Orang-orang nggak seekstrem dulu soal orientasi seks yang beda..."
    "Ya juga sih," gw mangguk-mangguk.
    "Tapi kalo di Indo belum ada yah yang terang-terangan..."
    "Ya dong. Gila aja! Bisa mati dibully."
    "Padahal nggak juga sih. Itu si Dorce masih diterima publik. Padahal dia bukan cuma gay, tapi terang-terangan ganti kelamin..."
    "Gak paham juga sih. Kok gw ngeliatnya masyakarat Indo ini lebih bisa menerima transgender atau minimal cowok kecewek-cewekan dibanding cowok tulen tapi gay. Bener nggak gw? Lihat aja di teve. Hampir tiap hari ada aja cowok-cowok bergaya cewek yang tampil dan mereka digemari."
    "Kakak juga nggak tahu. Mungkin karena mereka lucu kali. Makanya dipake terus."
    "Bagi sebagian orang sih, iya, lucu. Tapi bagi sebagian yang lain mungkin itu disgusting. Terlepas dari itu, yang jelas mereka lebih punya tempat dibanding yang gay, IMHO."
    "Kita nggak tahu. Sebab setahu gw belum ada aktor yang terang-terangan ngaku dia gay--"
    "Resikonya coy!"
    "Ya, karir bisa hancur. Tapi kan nggak ada yang tahu karena belum coba. Siapa tahu mereka tetap diminati, mereka tetap dipake, tetap eksis..."
    "Ya sih. Gw rasa kalo satu aja yang mau jadi pionir, terus respon masyarakat baik, pasti next bakal banyak yang come out..."
    "Contohnya?"
    "Oscar Lawalata..."
    "Nenek-nenek rabun juga tahu kali!"
    "Bhahahaha."
    "Terus Olga, Nassar---"
    "Hihihihihi--eh, seandainya nih Kak, ada teman lu yang gay, lu gimana?"
    "Gw? Nggak tahu ya. Untungnya saat ini belum ada."
    "Yakin lu?"
    "Belum ada yang ngaku maksudnya, hahaha...!"
    "Kalo misalnya ada, gimana?"
    "Kalo lu sendiri gimana?"
    "Kalo gw? Jeh, itu pertanyaan buat lu."
    "Gw mau tahu dulu jawaban lu."
    "Lha? Lu mau nyontek jawaban gw?"
    "Idih! Kepedean."
    "Makanya jawab."
    Gw udah nggak sabaran ini. Perasaan gw saat ini nggak ubahnya bak seorang kontestan pencarian bakat yang lagi nunggu pengumuman jawaranya, deg-degan bin kepo setengah mampus.
    "Gw..." Kak Fredo terlihat benar-benar memikirkan pilihan kata yang pas buat dilontarkan.
  • nah ini Ўğ menunjukan dugaan kalau gay itu bermasalah pada keluarganya itu tidak benar. Banyak kok gay Ўğ mang secara lahir ϑαĥ da bakat gay nye. Ya ga @locky? ;)
  • kasihan almer lg galau....yuk kasih support tuk almer....
  • @ariet setuju, yg namanya gay udah bawaan dari lahir
  • itu majalah ma flash disknya buat aku aja deh, dri pada dimusnahkan .. :D
    locky, kl bisa si kl mau updatenya pendek itu sering, biar pembaca ga lupa ma ceritanya, soalnya bru mau dpt feelnya, mlh tbc, jdi jatuhnya kentang ..
  • Ya udah gw ke c***** ya buat pegangan
  • gaswat ! itu kamar penuh dgn benda2 gay !!! weleeehh Al, pantas saja ketauan, sepandai2 nya orang nyimpen bangke pasti kecium juga....
Sign In or Register to comment.