It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Dibandingkan dengan beberapa hiasan taman yang lain akulah yang paling lama berdiri disini. Aku sudah banyak menyaksikan berbagai macam kejadian di taman ini. Dari kisah cinta romantis hingga tragis, drama picisan yang menguras air mata, cerita bahagia kehidupan manusia, bahkan kejadian-kejadian kecil yang yang tidak penting sekalipun. Semua itu terjadi tepat di depan mataku.
Setiap menit berbeda cerita. Selalu ada masalah-masalah baru yang dibuat oleh mereka para anak adam. Dan setiap masalah itu, mereka selalu menceritakannya kepadaku, sampai-sampai mereka memanggilku ‘The Joy’ mungkin karena pemahatku memahatkan raut wajah yang sedang tersenyum lebar. Sehingga seburuk apa pun permasalahan yang mereka ceritakan, aku tetap menanggapinya dengan senyum tololku ini.
Tapi dari sekian ribuan cerita yang aku dengarkan, aku memiliki beberapa cerita yang aku favoritkan. Salah satunya adalah kisah dua anak adam yang menjalin kasih. Sederhana? Ya, kalau saja mereka tidak melanggar norma-norma yang ada. Salah satu anak adam itu menjelaskan padaku bahwa norma adalah sesuatu yang wajar. Saat itu aku berpikir, lantas apa mencintai seseorang itu merupakan perbuatan yang tidak wajar?
Ah, terkadang pemikiran anak adam itu terlalu rumit.
enjoy the story
aaaaah.. sbenernya belum siap posting cerita ini
tapi gara2 dipaksa sama si @Irfandi_rahman akhirnya tertantang jg buat masukin cerita ini di sini.
*jambakin irpan*
Woiii lanjooooooot wooooiiiiiiiii-lanjooooooooooot *matiLahKau*
Anak itu lagi. Laki-laki berwajah tampan dengan pakaian lusuh itu selalu duduk terdiam memeluk gitar tua-nya. Pakaiannya yang lusuh itu terliat sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih—bukan putih semen seperti tubuhku—dan wajahnya yang tampan. Senandung apa lagi yang akan ia bawakan hari ini? Beberapa minggu ini aku selalu terhibur dengan lantunan musik yang dinyanyikan oleh laki-laki itu. Ia selalu menempati kursi taman yang selalu menjadi fokus pandanganku, sehingga aku bisa dengan mudah mengamati gerak-geriknya.
Ada yang berbeda dengannya hari ini. Sinar matanya terlihat berseri-seri, sesekali aku menangkap senyuman tipis diwajahnya. Dan ketika ia melantunkan lagu cinta. Aku tahu ia sedang jatuh cinta.
“Lian!” laki-laki berbaju lusuh itu mengangkat wajahnya, mengalihkan pandangannya dari gitar ke arah suara serak dan berat yang memanggilnya itu berasal. Suara yang menggoda.
Laki-laki berbaju lusuh yang baru saja kuketahui bernama Lian itu tersenyum bahagia. Sial! Aku ingin memutar kepalaku untuk melihat sosok yang memiliki suara yang menggoda itu.
Lian tidak kembali lagi ke bangku taman. Mungkin dia pergi bersama pemilik suara itu.
1 Februari 20XX
Sekarang di depanku terdapat pemandangan menyenangkan ketika Lian bergelayut manja dengan seseorang laki-laki yang terlihat lebih dewasa jika dibandingkan dengannya.
“Kamu suka ya ke taman ini,” kata laki-laki di samping Lian dengan suara serak. Kali ini aku tahu siapa pemilik suara seksi dan menggoda itu.
“Kenapa? Alvan bosen ya? Mau pindah ke tempat lainnya?” Lian melepaskan pelukannya pada lengan laki-laki bernama Alvan.
“Nggak..” laki-laki bernama Alvan itu menggeleng pelan lalu menelusuri setiap sudut taman dengan matanya yang berwarna hitam. “Aku suka kok, apalagi sama patung itu,” katanya sambil menunjukku. Letakku memang tidak jauh dari tempat mereka duduk sehingga aku dapat mengamati dan mendengarkan semua percakapan mereka.
“Kamu mau tau cerita tentang patung itu, van?” cerita tentangku? Aku menjadi ikut penasaran, sedangkan Alvan hanya menggeleng pelan.
“Dulu... dulu banget ya.. waktu jaman penjajahan jepang taman ini dipakai buat markas tentara jepang. Sampai suatu hari satu kompi tentara datang membawa tawanan yang kebetulan mereka satu keluarga. Ayah, ibu, dua orang anaknya. Sampai suatu hari si ayah dan ibu dibunuh tepat di depan mata kedua anak mereka. Kejadian itu bikin si Sulung jadi dendam sama tentara jepang dan si Bungsu yang tadinya ceria berubah jadi pendiam. Si Sulung akhirnya membantai semua tentara jepang pada saat semua tentara lengah. Tujuannya supaya dapat mengembalikan senyuman ceria si Bungsu. Tapi waktu terus berjalan si Bungsu pun tetap diam, dia nggak pernah lagi tersenyum sampai akhir hayatnya. Si Sulung yang merasa sedih akhirnya merancang patung itu untuk mengingat senyuman adiknya. Gitu ceritanya,” Lian menghentikan ceritanya dan kemudian tersenyum kepada Alvin.
Aku tahu Lian membual. Entah siapa yang mengarang cerita itu hingga tersebar seperti saat ini. Yang aku tahu pasti pemahatku membuatku hanya untuk menghias taman ini. Tanpa ada alasan khusus. Sayangnya aku tidak bisa berteriak dan mengatakan pada Lian dan Alvin kalau semua itu adalah bohong.
“Tragis ya,” komentar Alvin singkat setelah mendengarkan cerita Lian. Kemudian keduanya hanya terdiam menatap lurus ke arahku. Tangan Alvin tidak henti-hentinya mengelus lembut rambut Lian.
Baiklah meskipun cerita itu merupakan suatu kebohongan akan kubiarkan mereka menikmatinya toh aku tidak bisa melakukan aksi protes kepada Liana tau pun kepada orang-orang yang telah menceritakan kebohongan itu.
Lanjut.!
@opor94 & @halrien : thanks udah baca
@Zhar12 : dikasih tau dong yg harus diperbaiki sebelah mana..
ini cuma jadi oneshoot aja kok. gk ada niat buat perpajang cerita
Setubuh bang sama elo hahahaha suka sama cerita embak fujo ini unik .... Semakin lama banyak yang unik abis ide penulis deh wekekeke