It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
suka bgt sma alber,,, owowowo
nih ad sanggul klo mw,,, aq pinjemin,, hahaha
pada curhat neh,, nyimak ajah,
@greenbuble hahahaha, ayoh ke kondangan, kebaya gw nganggur nih #eh
Alber nakal bgt, makin kesini nya, hoho
Bli @abiyasha mampir juga dong..
nice story... seems like u have good n nice friends
posting lebih awal, karna ni malam pe besok lembur T.T
ceritanya masih membosankan #maaf, bnyak penulisan yang ngaco dan salah, dan masih mengerjakan laporan keuangan lebih mudah #cariAlasanYangSama ^^, jadi mau kasih apresiasi buat para author disini dengan ceritanya yang luar biasa..
@darrenhat makasih bro, hahaha, gw posting lebih awal ni, gpp la yah, moga gg bikin terlalu bosan kalian
@diarlied welcome aboard disini, makasih udah mampir
kemana nih jeung @andhi90
iya, mau panggil juga @greenbubles @darrenhat @erickhidayat @shuda2001 @zhar12 @b_hyun dan teman teman lain yang udah nyempetin baca disini,
_________________________________________________________________
Beberapa hari ini kondisiku jauh lebih membaik, yah dengan bantuan dokter tentunya. Ibnu dan Dion yang menginap menemaniku memutuskan untuk memanggil dokter memeriksa keadaan ku, seandainya saja mereka bisa tenang. Dion tidak melakukan kecerobohan atau kenakalan di depan Ibnu. Mungkin dengan istirahat 1 hari saja aku sudah sembuh, yah kehebohan di rumah menambah daftar hari cuti sakit. Tapi tidah bisa di pungkiri jika tidak ada mereka saat ini datar cuti sakit ini mungkin jadi cuti panjang.
"Getting better rant?" Ibnu mengambil duduk tepat di sebelah ku.
"Sepertinya. Besok juga udah masuk"
"Kamu gak kuliah nu?"
"Gak ada jam"
Sedari tadi Ibnu hanya memandang langit. Beberapa kali dia menarik nafas panjang, ini salah satu sisi Ibnu yang tidak kusukai.
"Ada masalah apa Nu?"
"hemm" Ibnu memandangku dan kembali menarik nafas panjang.
"What do you think bout love?" tanya nya.
"Hey, bukanya aku sudah pernah menjawabnya"
Ibnu tertawa, sesekali dia memainkan handphone nya dan memandang langit, udara yang sedikit dingin sepanjang mata memandang langit hanya langit yang gelap. Apa yang di carinya dengan memandang ke arah langit. Bulan? Bintang? Atau gelap nya langit di kala malam hari? Sedikit sama dengan ku ketika memandang lagit seakan mengangkat beban yang berdiam di hati, sedikit banyaknya berusaha memotivasi diri sendiri.
"Hey rant?"
"Emm" kali ini aku yang memandang langit.
"Gimana perasaan mu sebenarnya. Gimana perasaan kamu dengan Naira"
"Apa aku perlu menjawabnya?" Aku sedikit menggodanya, kembali aku menatap langit, menghirup udara malam yang sedikit dingin.
"Naira mungin bukan wanita pertama yang hadir di hidupku selama ini. Tapi satu hal yang bisa aku yakini dia wanita pertama yang membuat aku jatuh cinta, perasaan aneh ketika bertemu denganya, dada menjadi sesak ketika memikirkanya, kehilangan batasan antara logika dan perasaan, merasa sakit ketika dy terluka, bersyukur ketika dy bahagia, dan menjadi sangat pintar bersandiwara menyembunyikan luka yang diri sendiri rasakan untuk melihatnya tersenyum"
"Lalu apa kau masi merasakan hal yang sama Rant kepasa Naira?"
Aku kembali tersenyum.
"Entahlah" jawabku ragu
"Kau tahu kan alasan aku dan Naira putus" kali ini aku mengambil nafas panjang.
"Mungkin aku terlalu egois, aku terlalu memikirkan perasaan ku tanpa memikirkan perasaanya mungkin disaat aku terlalu perduli denganya aku menjadi sosok posesif dan mungkin sekarang ini aku berada dalam satu titik, dimana aku harus memikirkan perasaan ku lebih dalam perasaan ingin memilikinya dan membuatnya bahagia yang mungkin saja selama ini membuatnya jengah. Yah, aku harus lebih mengenal diriku sendiri".
"Lalu apa yang terjadi padamu nu? Kali ini aku yang bertanya kepadanya.
Ibnu kembali tersenyum.
Aku mengerti mungkin saat ini dy belum mau menceritakanya, dan aku mengerti posisi seperti itu. Malam itu aku dan Ibnu hanya memandang langit, mencoba mencari jawaban diantara beribu bintang atas permasalahan yang aku atau Ibnu alami.
___________________________
Sabtu 19.30 pm
"Rapi sekali Rant" ucap Dion sambil memaikan playstationya
"Dia mau date dengan Naira ya" Dion mengejek ku.
Aku mengangguk mengisyaratkan iya. Jika diingat ini malam minggu pertama setelah 4 bulan aku dan Naira putus, walaupun selama 4 bulan ini bukan pertama kali nya bertemu, tetap saja ini malam minggu dan kami akan pergi berdua saja.
"Tangakap" Dion melemparkan kunci mobil nya
"Kamu gak keluar yon"
"Gak. Aku mau menyelesaikan game ini dulu"
"Thanks yon"
Bzzz
Pesan whatsup dari Alber
Alber : "Date with Naira
Me : "xp tau dari siapa?
Alber : "Ibnu"
Me : "cemburu?
Cemburu.
"Arrgh apa yang barusan aku kirim ke Alber"
Bzz
Alber : "iyah. Besok kamu date dengan ku. Titik"
Me : " gak mau. Weeek
Alber : " punishment kalah taruhan, date dengan aku"
Me : " no komeng
20.10 pm
Aku memarkirkan mobil di kawasan parkiran cafe tempat dimana aku dan Naira berjanji untuk bertemu. "Maroon cafe"
Naira sudah menunggu di salah satu spot duduk terbaik di cafe itu. Menikmati hot chocolate atau tiramisu jadi pilihan menu kami di cafe itu.
Tidak banyak yang kami bicarakan. Entah kenapa Naira lebih banyak diam. Sepertinya obrolan kami hanya obrolan satu arah saja. Biar lah fikirku asal dia menikmatinya. Itu lebih dari pada cukup.
21.05 pm
Perjalanan di mobil.
"Bisa berhenti sebentar Rant"
Aku menepikan ke arah sisi jalan.
"Ada apa Ney" tanyaku heran
"Apa bisa kau mengatakan. Bahwa kau membenciku"
Aku hanya terdiam mendengar kata kata Naira. Apa maksudnya? kenapa aku harus mengatakan benci kepadanya.
"Kau sedang bercanda Ney. Bukanya kita baik baik saja. Kenapa aku harus membencimu" aku mencoba untuk tenang dan tersenyum ke arahnya.
"Tolong katakan saja Rant" kali ini mata Naira sedikit membasah. Aku tau dy sedang menahan untuk tidak menangis di hadapanku.
"Kenapa? Bukanya hubungan kita membaik Ney?"
Naira menunduk dan menggenggam tas nya.
"NEY!" nadaku naik. Yah sekarang aku sedikit membentak nya.
Naira menggigit bibir bawah nya, dia sedang menahan untuk tidak menangis.
"Move on. Aku ingin move on" tatapanya mantap kearah ku.
"Kamu trlalu baik kepadaku, kamu membiarkan dirimu sendiri terluka untuk ku, kamu tidak pernah menunjukan raut marah, sedih kepadaku. Aku hanya melihatmu tersenyum. Sampai kapan rant? Sampai kapan kau seperti itu. Hubungan ini terlalu baik untuk ku. Tapi aku juga ingin mengenal mu, aku ingin kau memarahiku ketika aku berbuat salah, menangis, aku tidak pernah melihat sisi lain dari mu"
Suara Naira berubah. Aku tau sekarang Naira sekuat tenaga menahan air matanya, aku tidak bisa memberikan respon apapun, tanganku tidak sanggup untuk kulingkarkan ke bahunya, mulutku membisu tidak sanggup mengatakan sepatah katapun.
"Aku menyayangimu Rant, dan aku tau kau juga menyayangi ku. Jadi, biarkan aku terlepas dari perasaan ini. Ku mohon katakan kau membenciku" Naira terisak. Kini dia menangis dy sudah tidak bs membendung air matanya.
"Maafkan aku Ney, aku bodoh, aku kira aku sudah mengenal mu, tp sepertinya aku salah."
Aku mengambil nafas panjang. Aku melihat Naira yang sedang menangis duduk disamping ku. Aku tidak bisa melihat matanya.
"Huuuuuft.
"Aku membenci mu ney"
Pada akhirnya aku tetap memenuhi keinginanya. Aku menstarter mobil milik Dion mengantarkan Naira pulang, suasana di mobil hening, baik aku ataupun Naira tidak mengatakan sepatah katapun selama perjalanan menuju rumah nya.
Aku mebukakan pintu mobil untuk Naira membiarkannya keluar dari dalam mobil. Ya ini sudah berada di depan rumah Naira, aku melihatnya turun dari mobil dan hanya melihat punggungnya masuk ke dalam rumah.
Apa aku baik baik saja? Apa dia baik baik saja? Apa memang ini akhirnya? Aku mengatakan benci kepadanya lalu memutuskan untuk tidak mengenalnya lagi? Aku ingin menangis, tapi menangis untuk apa? apa aku sedih? Ya aku sedih, tp ada perasaan lega di hatiku. Entah lah, Apa aku juga menginginkan hal yang sama untk benar benar lepas dari Naira. Atau sudah ada orang lain yang mulai menggeser posisi Naira? Entahlah.
Bzzz
Aku mengambil handphone dari saku kanan ku, pesan dari Naira.
Naira : "biarkan sekarang aku menyayangi mu sebagai seorang teman.
Me : " baiklah
Aku membelokan arah setir ku menuju kawasan Gobah. Salah satu kawasan perumahan, kampus, dan kost di kota ku. Sembari menyetir aku mengambil hp ku dan menekan nama Alber dari salah satu kontak di hp.
Alber : "halo Rant"
Me : "kamu masi mau date dengan ku, aku sudah di dekat kost mu Ber, tunggu di depan"
Aku menutup telp saat itu juga.
Entahlah apa aku terlalu frustasi malam ini atau kehilangan akal, sehingga aku mengajak seorang pria date dengan ku. Entahlah.
Tidak sulit untuk mencari kost Alber, walaupun ini pertama kalinya aku kost dy. Di depan pagar berwarna hijau itu Alber sudah menungguku, pakaianya cukup santai, atasan kemeja kotak dengan celana jeans selulut.
"Kemana kita" tanya nya dari luar mobil
"Masuk aja dulu"
Alber sesekali tersenyum melihatku menyetir mobil, aku tidak tahu akan kemana aku dan Alber malam ini, tidak memiliki tujuan dan hanya keliling kota saja.
"Mau kemana kita?" tanyanya ramah
"Entahlah. Menurutmu?"
"Hotel?"
"Hahahaha. Ngaco" aku tertawa lepas.
"Makasi Ber. Perasaanku jadi lebih enak"
Alber keheranan melihat ku. Dy hanya tersenyum dan memgarahkan pandanganya ke semping nya.
"Baru mengalami hal yang tidak menyenangkan?" kata Alber. Matanya masih saja memandang samping kirinya menikmati jalanan malam.
"Mungkin" jawabku singkat
"Jadi aku pelarianmu saja setelah kau dicampakan?" kali ini perkataanya sepertinya serius. Dy melipat tanganya dan sekarang dy memandang ke arah depan.
"Aku menikmati saat dengan mu. Jd kenapa kau harus jadi pelarian"
Sial apa yang baru saja aku katakan. Arrgh. Kata kata ku barusan bisa saja berarti berbeda untuknya. Dy menyukai ku aku tahu itu, tapi dy laki-laki.
"Kau teman yang menyenangkan ber" aku coba meluruskan kata-kata ku. Semoga saja dia tidak berfikiran lain.
"Hanya teman?" Kini Alber memandang ke arah ku. Aku hanya terdiam, aku tau maksudnya.
"Baiklah" Alber kembali melihat sisi kirinya.
Baiklah. Aku menyukai suasana seperti ini. Aku menyukai ketika aku menggodanya seperti ini. Sekaranga perasaan ku jauh lebih nyaman. Mungkin aku akan menggodanya lagi.
"Date kemana kita Ber?" Aku mencolek pingangnya dan tersenyum. Tapi dy tetap tidak bergeming dari posisinya.
"Yah karna Alber gak mau. Kita pulang saja" aku memutar setir mobil.
"Jangan" katanya menhentikan ku. Wajahnya cemberut dibalik kacamatanya nya terlihat sangat menggemaskan.
"Cowok kok ngambekan" aku kembali menggodanya.
Aku menyadari orientasi sexual nya dan sepertinya aku tidak keberatan dengan hal itu. Malah aku jadi menikmati ketika aku menggodanya, aku memutuskan untuk berhenti di depan indomaret sedikit sepi memang mungkin karna sudah jam 11 malam.
" apa tidak ada tempat date lain" katanya.
Aku tidak memperdulikan ucapanya. Aku meninggalny di parkiran depan indomaret.
"2 buah ice cream. Sebungkus potato chips ukuran besar dan 2 botol air mineral" aku memeriksa kantong plastik yang kutenteng menuju parkiran.
"Ta-da" sambil menunjukan ice cream.
"-____-" Alber hanya terdiam.
"Keluar dulu" aku menariknya dari mobil dan membawanya ke depan indomaret. Ada bberapa buah bangku disana Satu bangku cukup untuk 3 sampai 4 orang duduk, kami menuju bangku deretan kedua di sebelah kanan pintu masuk indomaret dan membuka ice cream tersebut.
"Kamu kalo ngedate emang gini ya. Tongkronganya di depan swalayan"
"Menurutmu?"
"Ayolah Rant. Harusnya lebih berkesan" kini Alber memalingkan wajahnya.
"Kau mau bunga mawar?" kataku meledeknya
"Huuuh" Alber menarik nafas panjang.
"Mau cerita"
Aku membuka bungkus potato chips dan mulai memakanya
"Mau Ber" tawar ku
"Jangan mengalihkan pembicaraan"
"Hahahahaha" aku tertawa dan kembali menikmati chip kentang itu.
"Kau pasti bisa mebebak apa yang terjadi dengan ku malam ini kan"
Alber mengangguk.
"Sebenarnya jika seseorang memiliki masalah. Untuk meringankanya dia akan bercerita dengan temanya kan?. Untuk ku kali ini tidak, dengan menggoda mu perasaan ku jadi lebih nyaman ber"
"Hmmmm. Jadi kau sudah menyukaiku rant" tanyanya.
"Sebagai teman?. Tentu saja"
"Faraaaaant"
"Hahahaha" aku tertawa lepas kali ini.
tengkyu
btw,lucu juga ya awal hubungan lo sama si alber...so sweet banget deh )
jd penasaran pengen tau kayak gimana tampang lo en si alber #eh :P
penget banget deh, punya cowok kayak si alber *ups sori jd curcol* ">
klo tampang kita. aduh gw gg bs posting foto.
hahaha yg jelas tampang gw masi kyk anak kecil mungkin karna ada keturunan chi kali ya. haaha. klo si alber hmmmm cakep doi, kacamataan, gg ngondek, kulitnya putih juga khas uda uda gitu
gw doain lu dapet yg lu pengen deh