BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

He's ALBER ( END ! )

1111214161722

Comments

  • @Ricky89 iya deh..kalo lo yg minta gw cm bisa mengiyakan..
    akan gw tunggu dgn setia kisah selanjutnya :-)
  • Apakah farrant akan mengungkapkan perasaannya terhadap albert?
    Apakah masih ada kesempatan untuk farrant mengakui sayang nya kepada albert?
    Mari kita serahkan kepada yang empunya cerita ini untuk menjabarkan nya secara seksama dan dalam tempo yang sesingkat2 nya...
    Atas nama cinta....
  • @esadewantara ugh la la. farant gay denial masih galau nih.. gw tunggu cerita lu dah.

    @flowerboy always mention elu sama semua yang ada disini dah. si dion tottaly str8,

    @diarlied wait 4 me bro yah. di tahan dulu apdet nya. mo di revisi dulu di KPK #eh

    @erickhidayat nulis itu beneran susah yah bro. walopun ngalamin sediri tetap aja mengambarkanya dalam kaliamat hal yang sulit. gw jd nyalahin diri sendiri klo ni cerita membosankan,
  • @Ricky89, Apalagi fiksi.... Lebih rentan ngalor ngidul... Kayak ceritaku....
  • @Ricky89 I'll be waiting for you... always hahaha
  • @erickhidayat ngalor kidul? hahahaaha

    @diarlied ntr malem ato besok pagi gw apdet broh... agak panjangan nig apdet nya
  • @Ricky89, hihihihihihi... ku tunggu kisah selanjutnya, kedalam soujourn dari perasaan Farrant... penuh lika liku
  • @Ricky89 siap, bos :-)
  • Oom baru kelar baca apdetannya.. Ahh ko jadi sedih gini siih.. Tanya dong om sesusah apa ngegambarin perasaan sendiri itu??

    Maaf om kemaren sabtu dan minggu terdampar ga dapet signal :D

    Eh iya mana keripik sanjainya.. Albernya udah balik kan dari mudik?? :)) :))
  • Dear farrant... Apakah yang kaw raxaqen setelah diqaw membutaqen hatim0o... Mengoozeer Albert yang tlah megoozeeq hati....
  • jeunk @andhi90 kyk gg tw galau nya aqyu kmaren ajah. haahaha

    sanjay nya cuma sisa cinta nih bro. gw kirimin bungkusnya gimana? hihi ^^

    @erickhidayat berasa kena roaming nasional lg gw bro. haha hati gw dulu ketutupan kacamata item. makanya susah liat cowo baek kyk alber
  • Issh ga jadi dapet oleh2 dari padang dong gw --".. Qiqiiqii..

    Lanjutannya ditunggu ya om :)
  • @Ricky89, masa lalu sudah lalu, semoga sekarang sudah bersama saja, maju trus...
  • Update kali ini agak sedikit panjang, mungkin part terahir yang gw posting (tapi mungkin bakal lanjut lagi ^^) maaf masih saja membosankan, karna menulis laporan keuangan jauh lebih mudah #ggAdaIdeBuatAlasanLain jadi sekali lagi kasih apresiasi kepada smua karya yang luar biasa dari author yang luar biasa di boyzstory ini.

    Tarik mas mas
    @greenbubles, @erickhidayat @diarlied @darrenhat @shuda2001 @zhar12 @b_hyun @binyolgnatius @aicasukakonde @adzhar @esadewantara88 @flowerboy

    Eh , ia buat @totalfreak gw udah selesein tahap awal cerita gw ini (mungkin) ^^ makasi buat saranya
    Buat @andhi90 juga yg jd teman curhat gw, hahahaha lu paling tw gw ma si alber.

    ______________________________________________________________________________________

    Rant! Rant"
    "Eh. Ia mas"
    "Kenapa melamun?" Tanya salah seorang rekan kerja.
    "Gak apa mas"
    "Udah jam istrahat nih. Gak balik?"
    "Iya mas!" Jawabku tersenyum

    Menuruni tangga menuju basement sambil menggemgam ponsel ditangan dan menatap layarnya, siapa yang yang aku harapkan untuk menghubungi ku sekarang. Aku tidak boleh menyerah dengan perasaan ku sendiri, apa yang aku harapkan.

    "Huuuuuuft" mengambil nafas panjang dan menghembuskanya, ini bentuk keluhan ku.

    "Ayo semangat Rant" aku mencoba menyemangati diriku sendiri, karena hanya itu yang bisa aku lakukan sekarang.

    Jam 12.10 pm, jam tangan pemberian Alber masih melingkar di pergelangan tangan ini. Entah karena aku masih memikirkanya atau aku benar memiliki perasaan khusus untuk nya jam tangan ini enggan kulepas.

    Siang ini aku memutuskan untuk makan siang di ST, rumah makan yang biasa aku kunjungi dengan Ibnu atau Dion dan juga ... Alber ... sudahlah.

    "Ney"
    "Eh Rant, makan disini juga Rant"
    "Iya, aku parkir motor dulu"

    Satu hal yang tidak kuduga, aku bertemu Naira di tempat ini. Setelah aku benar-benar memutuskan hubungan dengan Naira, ini pertama kalinya aku bertemu lagi. Duduk di meja yang sama, karena Naira juga datang untuk makan siang. Kami memutuskan untuk duduk di sudut dekat dengan jendela yang mengarahkan pandangan ke arah jalan.

    "Apa yang sekarang di lakukan Alber yah, apa dia sudah makan siang? Biasa aku menghabiskan jam istirahat siang denganya disini"

    "Huuuuft" lagi lagi menghayalkan Alber


    ST, salah satu tempat makan favorit ku, disini sebelum jauh mengenalnya, dia selalu memperhatikan ku, walaupun aku tidak pernah mengatakanya langsung, mata ku sempat menangkap matanya yang sedang memperhatikanku. Cowok putih berkaca mata dengan senyum menawan, mengenakan baju putih berkerah yang mata nya tidak lepas dari pandanganya kearahku, cukup jengah memang saat itu, tapi sekarang aku menginginkanya lagi.


    "Hey Rant"
    "Emm" Naira membangunkan ku dari lamunan.
    "Ada yang kamu fikirkan?" Tanya nya ramah
    "Gak ada Ney" aku jawab tersenyum.
    "Jangan bohong Rant, aku bukan orang baru mengenalmu, mata mu kosong melihat jalanan, mau cerita?"
    "Entahlah, aku sedang tidak mengerti dengan diriku sendiri ney"
    Aku menyentuh dada ku,
    "Rasa nya disini sakit Ney! Aku merasa lelah"

    Nera hanya tersenyum

    "Apa kamu tidak jujur dengan dirimu sendiri lagi rant?"
    "Jujur?" Tanyaku heran
    "Gini deh, makanan apa yang tidak kamu sukai?"
    "Aku rasa daging"

    "Lalu ... " nera tersenyum
    "Kenapa dulu sewaktu kamu makan di rumah, kamu makan dagingnya"

    "Aku gak enak kalo aku gak memakannya, kamu kan sudah susah payah membuatnya"

    "Nah itu Rant"

    "Maksudmu?" Aku semakin heran
    "Jika kamu gak menyukai nya, katakan gak suka dari pada memaksa diri sendiri, artinya kamu lebih memilih menyakiti diri sendiri untuk melihat ku atau yang lain senang. Satu atau dua kali memang menyenangkan, tapi jika keseringan, orang-orang gak akan bisa mengenal mu lebih jauh. Itu sama saja kamu membatasi dirimu Rant"

    "Apa selama ini kamu merasa aku membatasi diri ku sendiri ney?"
    "Gini Rant, akan lebih menyenangkan jika hal yang tidak kamu sukai, kamu katakan tidak suka, hal yang kamu sukai, kamu katakan suka. Simple nya kamu harus jujur kepada dirimu sendiri Rant"

    "Huuuuuuft... entah lah ney"

    Naira kembali tersenyum..
    "Kita habisin makanan ini dulu rant"

    Aku memutuskan lebih lama bertahan di tempat makan itu, membiarkan Naira pulang lebih awal. Menatap kendaraan bermotor silih berganti,

    18.30 pm

    Seharian ini mood ku semakin memburuk, konsentrasi ku terbagi, aku merasa seperti membodohi diriku sendiri, ucapan Naira ada benarnya, jika suka ya katakan suka, simple. Tapi apa jadinya jika yang ku sukai adalah seorang pria.

    "Aku pulang" berat sekali langkah kaki ini, energi ku seperti ditarik habis oleh logika yang mengambil alih perasaan ini.

    "Rant, kok murung? Ada masalah?"
    "Gak Nu, kamu nginap disini kan?"
    "Iya" jawab Ibnu singkat.

    Aku membuka pintu kamar dan langsung merebahkan tubuhku di atas kasur. Mengambil nafas panjang dan menghembuskanya. "Alber" kenapa aku masih saja memikirkanya, apa dia baik-baik saja, apa bekas pukulan ku masih berasa? Apa kata-kata ku terlalu menyakiti nya? "Huuuuuuuft.. aku yang mengambil keputusan ini, tapi kenapa aku masih belum merelakan nya"

    Sampai saat ini aku masih menyimpan foto, beberapa kali aku memperhatikan fotonya di gallery ponsel ku, apa yang membuatnya jadi semenarik ini, apa karena senyumnya yang terlihat tulus?, apa karena cara nya berpakaian?, apa karena caranya berbicar? Entahlah, semakin kesini Alber jadi semakin menarik perhatian ku.

    *knock knock*

    "Boleh masuk Rant?" Ibnu membuka pintu kamarku dan langsung merebahkan tubuhnya di samping ku.

    "Mau cerita?" Tanya Ibnu,
    "Kau yang paling mengerti aku Nu" jawab ku tersenyum.
    "Masalah Naira?" Tanyanya
    "Tidak, masalah ku Nu?"

    "Nu, menurutmu kalo ada yang menyatakan suka sama kamu, reaksi kamu gimana?"

    "Hmm, wah Farant di tembak yah" Ibnu tertawa

    "Nu!"

    "Iya, klo aku tergantung sih Rant, tapi jika ada yang menyatakan suka dengan ku, itu hal yang cukup berani yang cewek itu lakukan, dan hal itu akan membuatku bersimpatik kepadanya"

    "Jadi hanya rasa simpati nu?"
    "Tergantung!" Jawab Ibnu singkat

    "Maksudnya?"
    "Pengakuan perasaan itu hal yang tidak mudah kan? Nah, kalo aku pribadi mendapatkan pengakuan itu dari seorang cewek, yam secara gak langsung dia telah menarik perhatian ku"

    "Salah gak dengan hal seperti itu nu?"

    "Kalo dia main-main ya salah, tapi kalo dia menunjukan keseriusanya, gak ada salahnya buat memberikanya kesempatan"

    "Tapi nu, pengakuan dan perhatian itu bukan dari orang yg tepat gimana?"

    "Kalo gak di jalani gak mungkin tau kan"

    Aku ingin mengatakan kepada Ibnu, bagaimana jika orang yang menyatakanya itu laki-laki, tapi sudahlah, sementara ini cukup aku yang mengetahuinya.

    _________________________________________________
    _____


    Sudah hari ke empat ini aku menjauhkan diri dari Alber, atau mungkin Alber yang menjauhi ku, entahlah. Beberapa hari ini aku tidak mendapatkan pesan ataupun telpon dari nya, aku pun tidak memberanikan diri untuk menanyakan kabar nya.

    Ada perasaan bersalah, sedih dan aku merasa tidak rela dengan keadaan seperti ini, walaupun begitu aku terus meyakinkan diriku bahwa ini yang terbaik. Aku terlalu berfikir pesimis mungkin, apa jadinya jika aku mengakui aku merasakan apa yang dia rasakan, ini tidak akan pernah berhasil. Aku tidak pernah memikirkan menjalani hubungan dengan seorang laki-laki, terlalu rumit, aku tidak sanggup dengan konsekuesi yang akan kuhadapi dengan nya. Jika aku mengatakan "ya" saat itu.

    Aku berfikir pesimis? Ya, aku terlalu pesimis

    Dadaku selalu sesak jika aku memikirkanya, otak ku di penuhi dengan wajahnya, batinku merasa bersalah kepadanya,

    Aku tidak mengerti kenapa aku bisa menyayanginya, ini perasaan sayang yang berbeda dengan Ibnu atau Dion. Apa karena dia mengatakan dia menyukaiku lebih dahulu sehingga hatiku secara tidak sadar menempatkanya di hati ini.

    Entahlah, entahlah.


    Aku dalam titik puncak kelemahan ku, aku tidak bisa berfikir jernih, otak ku di hantui olehnya, bagaimanapun sekarang aku sangat merindukanya, aku rindu senyumnya, suaranya, aku merindukan segala tentangnya.

    Logika ku tidak sejalan dengan perasaan ku, yah, aku harus menghubunginya, aku membiarkan perasaan ku mengambil alih raga ku.


    "Tuuut. Tuuut. Tuut"
    "Tidak tersambung, nomor ponselnya tidak bisa ku hubungi"
    "Pesan ku tidak di balasnya"

    "Apa benar dia menjauhiku sekarang"
    "Ibnu, ya Ibnu, Ibnu mungkin tau kabarnya sekarang?"

    Ibnu : "hallo Rant, tumben nelp jam segini?"
    Me : " haha ia Nu, ada yang pengen aku tanyakan sama kamu Nu"
    Me : "Alber kemana yah, jarang kelihatan?"
    Ibnu : "oh, ia nih terahir pas di Ciput kan, dia pulang duluan itu?"
    Me : "iya Nu, makasih ya"

    Ibnu juga tidak tahu kabar Alber, ini sudah 4 hari setelah kejadian kemarin, apa dia benar menjauhiku seperti yang yang kuinginkan

    "Tolong Ber kasi aku kabar"

    Aku coba beberapa kali menelponnya, tapi selalu tidak tersambung. Aku ingin bertemu nya sekali ini saja, aku ingin meminta maaf.

    Jam 11.12 am aku melihat jam tangan pemberian Alber.

    "Mas, saya izin keluar mas lebih awal" pintaku kepada kepala bagian di kantor ku.

    Aku ingin menemuinya, yah. Sekarang aku bergegas menuruni tangga dari lantai 2 gedung ke basemen, aku melajukan motor ku untuk menemuinya, belum jam 12 pikirku, belum jam istirahat seharusnya dia masih di tempatnya bekerja. Aku tidak memikirkan yang lain dalam perjalanan aku hanya bisa menggenggam dada ku, semakin aku ingin menemuinya semakin kencang detak jantungku dan dada ku terasa semakin sesak.

    Apa ku harapkan?

    Aku berharap bisa menemuinya.

    11.45 am

    Saat aku berada di kantornya aku seperti mendapat ledakan di tubuh ku.

    "Oh mas Albernya, 4 hari yang lalu kecelakaan, 2 hari yang lalu sempat di rawat di rumah sakit, tapi sudah bisa pulang, barusan dia minta izin cuti katanya untuk pemulihan" itu yang di katakan seorang wanita yang sepertinya teman sekantor Alber.

    Apa yang terjadi dengan Alber kecelakaan tepat disaat aku mengatakan agar dia menjauhi ku. Aku merasa semakin bersalah, apa aku masih punya muka bertemu denganya.

    Apa yang terjadi dengan ku, aku tidak sanggup menahan air mata ini, sepanjang perjalanan aku hanya bisa menyapu air mata dari balik helm ku. Aku merasa sanggat bersalah,


    "Alber" aku membuka pintu kost nya.

    Air mataku masih saja jatuh, aku benar benar merasa kesakitan di dada ku, aku mengigit bibir bawah ku, menahan agar tidak mengeluarkan air mata didepanya. Aku ingin terlihat kuat di depanya.

    "Rant" katanya tersenyum

    Aku melihat Alber berjalan ke arah ku, ternyata benar dia mengalami kecelakaan, wajahnya terlihat bekas memar, dari sikut hingga telapak tanganya juga terlihat bekas luka, lututnya nya juga terlihat terluka dibalut perban yang memerah, entah karena obat atau darahnya.

    Aku terdiam tidak bisa bergerak, aku hanya menyapu air mataku, sesekali aku terisak.

    "Setidaknya kau mengetuk pintu terlebih dahulu" aku melihat Alber kesulitan berjalan, hanya kaki kirinya yang menompa berat badanya.

    "Atau seharusnya kau menutup pintu setelah masuk Rant"
    Alber masih tersenyum setelah ia menutup pintu kost nya,

    Sesekali aku melihatnya menahan sakitnya. Aku menggerakan tubuhku ke arahnya saat ia berjalan menjauh, aku memeluknya sekarang, ya aku memeluknya. Ini yang aku inginkan.

    "Maaf, maaf, maaf" itu yang aku katakan

    Alber melepaskan pelukanya dan berpaling ke arahku, dia menyapu air mataku dan menyentuh pipiku dengan tangan kananya.

    "Untuk apa minta maaf sebanyak itu Rant?"

    "Maaf yang pertama karna aku telah menyakitimu"
    "Maaf yang kedua karna aku belum minta maaf karna aku telah menyakiti mu"
    "Maaf yang ketiga karna aku telah membohongimu tentang perasaan ku"

    Alber kembali menyapu air mata ku dengan tanganya,

    "Kau itu cengeng ternyata, tapi pukulanmu keras juga"
    "Simpan maaf ketigamu untuk dirimu sendiri, kau bukanya tidak jujur dengan ku Rant, tapi kau membohongi perasaanmu kan?"

    Aku hanya mengangguk, sesekali masih terisak, tapi aku jauh lebih tenang.

    "So? Apa yang akan kau katakan kepadaku sekarang?" Alber masih tersenyum

    Mataku tidak bisa kupalingkan dari wajahnya, aku kembali mengatur nafasku sebelum mengambil salah satu keputusan penting dalam hidup ku.


    "Aku sayang kamu Ber? Bukan sayang sebagai seorang teman atau sahabat, bukan sayang seorang pria kepada wanita,entahlah, yang sekarang aku rasakan, aku benar-benar tidak ingin kehilanganmu saat ini, aku benar-benar ingin berada disisimu. Aku tidak tau sampai kapan aku memiliki perasaan ini, tapi saat ini aku akan mempertahankanya, sampai akhirnya Alber sendiri yang memutuskan perasaan ini"

    "Kau egois Rant"

    Alber kembali memeluk ku, ini yang kuinginkan aku merasa aman berada dalam dekapanya, aku menyukai suaranya, aroma manis yang aku sukai dari tubuh nya, cara dia menatapku, cara dia berbicara denganku, aku menyukai semua hal darinya

    Aku tidak tahu dan tidak mengerti apa keputusan yang aku buat ini pada akhirnya akan jadi jalan yang terbaik untuk ku dan Alber. Tapi, saat ini aku hanya akan menikmati perasaan ini.

    Kadang sebuah kejujuran memerlukan pengorbanan. Mungkin aku belum siap untuk sepenuhnya jujur, untuk melangkah ke depan sekarang, aku harus jujur kepada diriku sendiri.

    Alber, nama yang membawaku untuk jujur dan berdamai dengan perasaan ku.

    Alber, nama yang sekarang sudah memiliki tempat di hatiku.

    Alber, ya dia Alber (He's Alber)


    _________________________________________________________
    gw gg berfikiran ni bakal end, karna gw ma alber masih jalan sampai sekrang, pengen lanjut lagi, tp break dulu lah bbrapa hari buat nulis, jadi apdet bisa konsis 1:1

    love u all my reader, (yg sering main disini, ama yg silent juga) love my typo hhahahaha
Sign In or Register to comment.