It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
BAGIAN DUA
VERZA , ARYA DAN RIDHY
SATU
Selama satu minggu Aku, Chandra dan Rama sedang ada pekerjaan di Bandung, hari Senin kami bertiga berangkat, namun Chandra pulang terlebih dahulu pada hari Jumat. Malam Minggu aku dan Rama pergi ke Caeser Palace Braga, untuk menghilangkan kepenatan pekerjaan selama beberapa hari di Bandung. Hari ini aku dan Rama langsung menuju Caese Palace setelah menyelesaikan pekerjaan kami.
Saat aku ke Caeser aku melihat Ridhy, ia sangat tampan sekali hari ini. Aku mengenal Ridhy setelah kami sempat bertemu beberapa kali di Senayan, Umurku dengan dia berbeda enam tahun, Ridhy sekarang berumur dua puluh tujuh tahun. Kami sering mengobrol di Senayan, ia adalah atlet bola voli dimana jarak tempat kami latihan di Senayan begitu dekat. Aku sering menggodanya dan ia selalu menolakku sambil tertawa. Ridhy asli bandung tapi ia bekerja di Jakarta.
Saat ini pakaianku sangat keren, tidak seperti biasanya yang menggunakan celana basket dan kaos setiap bertemu dengan Ridhy, dan aku harus bisa membuat terpesona Ridhy. Aku tahu dia lelaki normal tapi aku yakin sebenarnya ia juga terpesona denganku, hanya saja ia tahu aku sudah memiliki Arya.
“ Hai, dhy.” Ucapku menyapa Ridhy
“ Ehm,,,, ah,,, Kau Verza kan ?? “ Ridhy penasaran
“ Yap. “ (bibir seksi itu.........)
“ Mas Verza anak basket. “ Ridhy berbicara dan aku melihatnya ia mengamati pakaianku, dan segalanya berjalan sesuai dengan rencana. “ Mas Verza yang sudah menikah dengan Mas Arya, “ Ridhy meraih tanganku dan menunjuk ke arah cincin ku dengan Arya. “ koreksi Mas, bukan sudah tapi masih menikah. “
Oh ya, itu dia alasan Ridhy, ia memiliki prinsip, dan aku benci prinsipnya.
“ Lalu ?? “ tanya Ridhy menggodaku. “ Apakah mas Verza akan mencoba dan mengobrol denganku malam ini ?? “
“ Tidak, karena kau tidak suka cincin ku, aku punya ide bagaimana kalau aku mengundangmu minum – minum di Jakarta kapan – kapan ?? aku benar – benar teman yang baik kan. “ Aku meletakkan tanganku dibelakang punggung.
Aku mengeluarkan sebuah kartu nama dan menyerahkan kepada Ridhy. Setelah itu aku kembali ke Rama yang sedang mencumbu seorang pria yang menurutku ganteng. Ketika Rama berhenti mencumbu lelaki itu aku melihat bahwa lelaki itu adalah Graha.
Kegembiraan ku di Caeser terasa begitu adiktif, aku berbaring sendirian di kamar hotelku. Rama masih belum balik ke kamar. Aku hampir tidak menolak godaan untuk mengirim sms kepada Kara dan memberitahu bahwa jika ia ingin berbicara dengan suaminya, hubungi saja Rama. Ku bangkit dan memandangi ke luar jendela. Jalanan kota Bandung begitu hiruk pikuk diakhir pekan ini. Aku telah berjanji kepada Arya untuk pulang di hari Minggu, tapi aku ingin tinggal disini untuk sehari saja meninggalkan rutinitas harianku. Aku menelepon Arya.
“ Hai Sayang !! “
“ Hai !! “
“ Apa Kabar ?? “
“ Lumayan,”
“ Bagaimana Karen ?? “
“ Ia baik – baik saja, Karen tidur nyenyak selama beberapa hari, dan Bagaimana Bandung ?? “
“ Benar – benar fantastis, pekerjaan yang menyenangkan, seperti kata mu riset lapangan itu paling mengasyikan. “
“ Baguslah, aku senang mendengarmu menikmatinya!! Jam berapa kau pulang ?? “
“ Ehm.....aku bermaksud tinggal satu hari lagi atau lebih, aku ingin izin dari kantor hingga hari senin. Apakah ini tidak masalah ?? “
Hening.
“ Arya ?? “
Biiiipppppppppp
Aku menghela napas panjang dan meletakkan telepon. Aku kira besok keadaannya akan lebih buruk .
Aku melihat Rama pagi ini, ia datang untuk mengambil barang – barangnya. “ Jadi, “ aku menggodanya, ‘ Apakah Graha meminta terlalu banyak semalam ?? “
Rama mengangkat bahu, “ Ia memohon agar aku tidak memberitahumu tentang hubunganku dengannya, “ Rama berkata. Aku hanya diam, dan memberitahu Rama kalau aku telah membuat Arya kesal dengan memutuskan aku ingin tinggal disini satu hari lagi.
“ Apa yang akan kau lakukan disini ?? “ Rama tertawa sambil menggelengkan kepala dan kemudian pamit kepadaku untuk kembali ke Jakarta. Sepanjang Pagi sampaI sore aku berkunjung ke rumah teman – teman kampusku di Bandung. Malam hari aku kembali ke Caeser, untuk mengusir kebosanan aku bersenang – senang dengan seorang gadis, menciumnya, memainkan lidah dan menari bersama.
Sekarang hari senin, aku menaiki kereta pagi hari untuk menuju Jakarta, dan malam ini aku akan berada di bawah tatapan Arya yang waspada. Aku mengirim sms kepadanya untuk memberitahu aku akan tiba dirumah pukul enam sore. Arya tidak membalas sms ku. Di Jakarta aku melangkah langsung ke dalam kantor, aku menceritakan kisah – kisah di Bandung kepada Chandra, kecuali kisah Rama dan Graha. Setelah itu aku buka laptop dan mengecek beberapa email pekerjaan. Tiba – tiba hp ku bergetar, aku periksa ada sms masuk dari nomer yang tidak kukenal.
“ Hai jagoan, aku menemukan kartu mu mas,, bagaimana malam mu kemarin di bandung mas ?? Apakah mas mau pergi keluar jumat malam ini ?? salam hangat Ridhy. “
HORREEEE !! Serangan Bandung yang sukses, tepat sasaran !! Hariku terselamatkan. Aku kembali membaca pesan itu berkali – kali dan berhati – hati dalam menjawan pesan Ridhy. Jangan terlalau senang, tenang saja, buat sebuah kencan tanpa terlalu banyak tekanan dan pengharapan. Aku balas pesa Ridhy
“ Jumat aku bisa, sampai ketemu dhy. “
Kemudian aku melangkah pulang dengan berat hati. Karen bersikap baik kepadaku. Arya tidak, lebih baik aku tidak menyebut nyebut rencanaku untuk pergi lagi pada jumat mendatang.
Saya masih mengingat kembali 2 kali pengalaman saya ketika merawat keluarga saya yang terkena kanker. Cukup berat. Semuanya menjadi serbah salah dan menjadi sensitif untuk dibicarakan.
Selama minggu ini Arya berbicara hanya seperlunya saja, Membangunkan sholat shubuh, didepan Karen dan di atas meja makan. Kami mengobrol lama ketika malam jumat, disaat Arya mengajakku membaca yasin bersama. Aku meminta maaf kepada Arya, dan ia hanya berkata
“ aku selalu memaafkan mu Verza, aku hanya ingin fokus untuk presentasi riset ku, karena mungkin ini riset terakhirku. “
Arya memang sudah mengajukan pengunduran diri dari kantornya, namun penelitian Arya harus tetap dilanjutkan dan dipresentasikan. Aku juga meminta ijin pulang telat pada esok hari.
Hari Jumat aku hanya ada beberapa rapat dengan direksi perusahaan membahas target selama tahun ini.
“ Sampai jumpa senin, keponakanku dari Yogya datang pagi tadi, aku akan mengajaknya jalan – jalan sore ini, “ Kataku kepada Chandra. “ Nanti aku sms kamu Chan, hari ini janjian jam berapa dengan Dony dan Anggoro ?? “
“ Jam tujuh tepat di The Green Kemang, “ kata Chandra
Aku mengirim pesan kepada Ridhy dan bertanya apakah dia mau mampir ke kantorku untuk melihat – lihat, sebelum pergi ke Nutz Culture Sports Bar and Lounge Senayan City. Ridhy hari ini sedang berlatih di senayan. Ridhy sedang berlatih dengan klub voli ibu kota yang sedang mempersiapkan liga profesional bola voli yang akan bergulir tahun ini.
Segalanya berjalan seperti mesin jam. Sekarang jam tujuh kurang seperempat dan semua orang sudah pulang ke rumah masing – masing. Chandra juga pergi, katanya. Kemudian Ridhy menelepon untuk mengabari bahwa dirinya terlembat sekitar setengah jam. Sampai sejauh ini segalanya berjalan rapi, meskipun aku sedang berada di toilet saat hp ku berdering, dan Chandra yang ternyata masih diruangan yang menjawab telepon tersebut. Chandra menggelengkan kepala dan tertawa ketika ia sedang memakai jaketnya. “ Bersenang – senanglah dengan keponakanmu, “ katanya sambil berjalan keluar ruangan.
Rona diwajahku perlahan – lahan memudar. Aku mengambil minuman di lemari pendingin, lalu mendengarkan musik. Aku penasaran untuk melihat bagaimana penampilan Ridhy malam ini, aku tak dapat membayangkan ia akan membuat ku kecewa.
Telepon ku berbunyi, Ridhy sudah ada didepan kantorku. Dia memakai jaket hitam dengan celana jeans, Ia tertawa dan aku membalas dengan senyuman .
“ Hai Anak Muda, “
“ Halo Mas Verza, maaf mas latihannya tadi agak lama. “
Aku menciumnya di bagian pipi dan keningnya. Aku menyerahkan jus kepadanya dan mengajaknya ke ruangan ku. Kami membicarakan tentang pekerjaan ku, tentang latihannya, tentang pekerjaannya. Segalanya berjalan lancar. Kami lalu pergi ke Senayan city untuk melanjutkan ngobrol – ngobrol kami di ke Nutz Culture Sports Bar and Lounge. Kami memesan Bon Chon Chiken, Aku yang Original sementara Ridhy memilih yang Spicy. Aku berencana untuk bergabung dengan Chandra, Dony dan Anggoro sekitar pukul sembilan malam.
“ Kau benar – benar seperti seorang anak kecil, “ ia tertawa
“ Anak kecil ?? “
“ bermain – main setiap waktu, melompat – lompat kesemua orang, memberikan sebuah kecupan...... “
“ Aku punya firasat kalau kau merupakan penyuka anak – anak, “ aku berkata, menatap matanya lurus – lurus . wajahnya mulai merona. Ia miliku !!
“ ehm....... ya. Tapi dengan anak – anak yang sudah menikah agak keterlaluan untukku. “
Aku berpikir mungkin aku akan bergabung dengan teman – temanku saja, apa untungnya tetap disini ?? Aku hanya harus mengatakan kepada Ridhy bahwa aku harus pulang dalam waktu setengah jam lagi. Ya. Itu yang akan kulakukan.
“ Ah,, Ridhy,,, “
“ Ya ?? “ (Rambut itu, kedua mata itu, gigi yang sempurna)
“ Ayo kita pergi makan. “
Disaat makan Ridhy menceritakan kehidupannya kepadaku, dia baru saja putus dengan pacarnya, Ridhy bilang itu akan terlupakan dengan sendirinya.
“ Mas, sekarang ceritakan kepadaku soal anak baseball itu yang menjadi pasangan mas ?? “
Kau yang memintanya. “ Apakah kau siap mendengar kisah yang memuakkan ?? “
“ Asal jangan bercerita kalau Arya tidak bisa memahami mas. “
“ Tidak !! “ aku berkata dengan jengkel. Aku mulai berbicara mengenai kanker, kemo, ketakutan, luka bakar, operasi, dan tentu mengenai hubungan kami.
Saat medengarkan, Ridhy menyentuh tangan ku.
Hp ku berbunyi, ada sms masuk dari Anggoro.
“ Kau ikut tidak ke kemang ?? “
Aku membalas bahwa aku tidak ikut.
Selesai makan, kami melanjutkan mengobrol dimobil, Aku harus mengantar Ridhy kembali ke Mess club nya. Disaat perjalanan Ridhy meletakkan satu tangannya di lututku, cukup natural, seolah – olah kami sudah lama saling mengenal. Saat lampu merah aku juga meletakkan tanganku di lutut Ridhy, dan berusaha sebisa mungkin agar tidak terlihat sedang melakukan gerakan tidak jelas.
Kami tidak didepan Mess Ridhy, kami masih mengobrol didalam mobil. Mata kami tidak terlibat dalam percakapan, seakan – akan kami menunggu sesuatu. Tak ada yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Rasanya meluap – luap. Ditengah percakapan aku mendorong Ridhy dan menciumnya, ia langsung lemas dan menyerahkan diri. Kami berciuman selama beberapa menit. Kemudian aku menatapnya dan mengangkat bahu seolah aku tidak tahu harus bagaimana lagi.
“ Ini ciuman pertama ku dengan laki – laki dibibir “ ucap Ridhy.
“ Maafkan aku, aku sungguh tergoda dengan dirimu “ ucap ku
Ridhy menggelengkan kepala, dirinya juga tidak tahu. Kami mulai berciuman lagi. Aku membuka risletingnya dan menyelipkan tanganku ke celananya. Ada yang basah, sekejap saja Ridhy menepis tanganku. Matanya tampak juling karena nafsu.
“ Kita tidak akan melakukannya, “ ia berkata
Aku meletakkan tangannya dicelanaku, kemaluanku hampir mencuat keluar. Ridhy tertawa dan menarik tangannya menjauh. Aku menhela nafas dalam – dalam. Kami bahkan tidak punya waktu, sekarang sudah pukul sembilan lewat lima belas menit, Ridhy harus masuk Mess jam sembilan malam. Aku menciun Ridhy sekali lagi, ia keluar dari mobilku. Aku melihatnya pergi, lalu aku mengembuskan ciuman melalui jendela dan pulang. Aku benar – benar tersesat.