BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

ABC (Aku dan Bidara Cinta)

2456721

Comments

  • harus dilanjut (^^)9
  • crita yg neh malah br awalny ja. Kang @alabatan kabur kmana seh....

    Q ubek2 apa ya se-cikarang cr kang abi???
  • “Kasian banget ya, nasinya dikibuli mulu, huhu” komentarku. Rasanya suasana hatiku sudah mulai cair mala mini. Toh aku seperti tak punya perasaan sekali, terus saja menyun setelah melihat apa yang dia lakukan padaku malam ini. “ Tapi tumben kamu pesennya dua porsi”

    Dia terkekeh. Berbeda sekali dengan nabil yang memelihara anaconda dalam perutnya, Wildan susah sekali soal makan. Kalaupun makan, porsinya tak pernah banyak.

    “Gapapa. Lagian mikirin kamu tuh udah ngabisin energi aku tau. Tapi tiga porsi eskim itu buat aku semua. Wee..kamu mah dua porsi nasi dikibulin..”
    “Kok gitu? Gak bisa. Pokoknya eskrimnya buat aku semua. Rakus banget si jadi orang” Aku berusaha mendebatnya. Toh harusnya dia tahu bahwa aku begitu mencintai eskim.
    “Aish, kamu malah lebih rakus dari aku. Hii..”
    “Wew. Kamu tuh yang mesti makan nasi. Tadi juga di kantin makan kamu tuh dikit banget”
    “Ya tuhan…kamu ternyata perhatian banget ya sama aku, nyampe merhatiin butir nasi yang masuk ke perutku..” dan kalimatnya itu membuatku mencong-mencong. “Yaudah, biar impas, tiga satu, dua nasi satu eskrim buat kamu, satu eskim buat aku. Deal?”
    “Ahh..gak mau. Pokonya dua eskim ni buat aku. Titik”
    “Ooo..tidak bisa..kan aku yang pesan..” katanya masih ingin mendebatku.
    “Ihhh..kamu tuh rese banget si. Yaudah, no bargain, kamu satu nasi satu eskim, aku juga. Gapake protes”
    “Hahaha. Yaudah deh, tapi jangan manyun gitu dong Chal..malu ah diliatin yang lain.”

    Dan akhirnya aku pun tersipu malu karena memang ternyata yang lain sedang memerhatikannya yang sedang nyolot ini. Sepanjang makan aku terus saja mendesaknya untuk melanjutkan percakapan tadi. Beberapa kali dia terkekeh dan kulemparkan tissu ke arahnya. Dan sekarang aku diliputi rasa bahagia, bisa tertawa lepas bersamanya.

    *****
  • Aku masih asik dengan es krimku. Nasi kebuliku belum habis, tapi eskrimku sudah memasuki ronde dua. Tadi ternyata si kriting kribo ini baru menyendokkan beberapa kali ke mulutnyai, dan berbaik hati menyerahkan satu porsi eskim untukku. Huhuhu. Tapi saat aku masih menikmati eskim terakhirku yang sudah meleleh, dia lantas berdiri hendak menuju ke panggung.

    “Mau kemana Wil?” Dan hanya senyuman yang kulihat darinya. Dia lantas melenggang ke panggung dan menengok ke belakang sambil menunjukku dengan gaya menembak a la koboi. Aku masih bengong dan mulai waspada menantikan apa yang akan dia lakukan sekarang.

    Sang moderator sekaligus vokalis itu masih berorasi atau apalah bahasa yang tepat untuk itu. Mereka berdua tampak bercakap-cakap sebentar, membuatku tak karuan, penasaran dengan apa yang sudah direncanakannya. Moderator itu menengok dan sedikit membungkukkan badannya karena dia memang berdiri di atas stage.

    “Brad, aku sedang PDKT sama seseorang, dan aku mau minta tolong..” lamat-lamat kudengar suara itu, karena jarak mereka cukup dekat dengan microfon.

    DEGG. Perasaanku jadi tak enak begini.

    “Boleh. Apa sih yang tidak untuk seseorang yang jatuh cinta..” balasnya sambil tersenyum.
    “Nah, begitu donk Brad, seorang seniman sejati faham bagaimana harus menyikapi orang yang sedang jatuh cinta. Seniman itu lebih menghargai dan menempatkan cinta pada satu titik yang sakral..” kalimat dramatis nan norak itu meluncur dari lidah cedalnya, dan suara huu terdengar seakan koor. Aku mulai menutupi wajahku yang sudah mulai memerah.

    “Tolong mainkan lagu terukir di Bintang punya Yuna” imbuhnya.
    “Penyanyi indie itu? Baiklah, aku hapal. Tapi kalau boleh tahu, lagu itu untuk siapa?” tanya lelaki itu.
    “Untuk lelaki bersweater biru muda yang duduk di depan kaffe itu” katanya seolah berbisik, tapi jelas itu terdengar dari pengeras suara, riuh rendahlah tempat ini, membuat dudukku semakin terpelasak.

    Moderator tampak mengernyit, mungkin tak menyangka bahwa dia akan terang-terangan seperti ini. Tapi dia hanya tersenyum sambil geleng-gelang. Toh tempat ini memang dikenal sebagai salah satu spot pelangi di Kerawang. Dan apa yang dilakukan Wildan justru semakin membuat para pelangi yang kudeteksi berada disini tersenyum-senyum.

    “Baiklah, karena pianisnya juga sama seperti kamu, dengan senang hati kami akan membantumu. Good luck ya..”

    Dia membentuk bulatan dengan jempol dan telunjukku dan kubalas dengan kepalan tanganku. Dia segera kembali berjalan ke arah kursiku dan sesampainya di kursi, tak bisa kutahan tanganku untuk mencubit lengannya kencang-kencang, membuatnya menjerit tertahan.

    “Kamu habis ngapain tadi?”

    Dia hanya menaik-turunkan alisnya menggodaku sambil meringis kesakitan, lucu sekali ekspresinya. Dan aku mulai was was memantikan apa yang terjadi..

    “Baiklah, para pengunjung Ressinda semua, Jazz adalah lagu dengan alunan rasa yang menjebak. Awalnya mungkin terdengar aneh, dan tak banyak orang yang bisa menikmati indahnya Jazz. Tapi bila keindahan itu telah masuk ke lewat telinga, berdengung-dengung di dalam otak, dan meresap ke hati, saya yakin jazz itu akan tumbuh dan mewarnai hari-hari kita. Begitupun cinta..Awalnya sulit sekali menerima cinta yang datang karena terlihat tak sesuai dengan selera kita. Tapi, sekali lagi, cinta itu seumpama jazz, .. indah, dan menenangkan ”

    Dia tampak berbisik sebentar ke arah gadis yang sedang merapikan rambutnya di depan microfon besar itu, lantas ke arah rekan-rekan yang lain.

    “Saya tahu dan pernah merasakan bagaimana indahnya jatuh cinta. Dan lewat lagu yang akan kami nyanyikan sekarang, saya ingin sampaikan, cinta itu memang tak mudah didapat, dan tak mudah meluluhkan orang agar dia jatuh cinta. Lagu ini untuk seseorang yang suka es krim, begitu pesan dari sang pujangga cinta yang tadi sengaja datang menemui saya. Apakah kalian setuju dengan saya agar mendoakan anak muda itu agar cintanya bersambut?”

    Suara riuh mulai terdengar. Wajahku memanas dan mulai salah tingkah, tapi aku tak berani menatapnya. Tapi dari sudut mataku kulihat dia pun tersenyum penuh arti. Dan tiba-tiba menggenggam tanganku. Tapi entah kenapa aku tak berusaha melepaskannya. Aku sudah kadung malu, lebih tepatnya aku terpesona dengan keberaniannya melakukan ini.

    “Langsung saja, Terukir di Bintang. Selamat menikmati”

    Sebuah intro terdengar mengalun pelan. gadis muda berpenampilan retro dengan rambut digelung sekenanya itu muai menyanyikan lagu yang mendayu-dayu. Lebih terdengar bergumam, tapi terdengar merdu sekali.

    “Jika engkau minta intan permata tak mungkin ku mampu
    Tapi sayangkan ku capai bintang dari langit untukmu
    Jika engkau minta satu dunia akan aku cuba
    Ku hanya mampu jadi milikmu pastikan kau bahagia”


    Aku tersenyum dan tak berani menatap dia yang malah seolah menggodaku dengan menopangkan dagunya dengan kedua tangannya, sambil menatapku. Kucoba alihkan perhatianku, tapi tetap saja aku dibuat salah tingkah.


    “Hati ini bukan milik ku lagi
    Seribu tahun pun akan ku nanti
    Kan… kamu…”


    Dan malam ini, meski aku tak dapat melihat bintang karena pendarannya kalah oleh lampu-lampau ini, aku merasa seperti sedang berada diatas satu bintang, dan kulihat sebuah senyum yang jauh lebih indah dari bintang itu.

    ****
  • Sekarang sepertinya sudah hampir jam sepuluh malam, tapi tempat ini masih saja ramai, dan festival ini memang entah selesai jam berapa. Kami berdua masih sama-sama terdiam. Setelah lagu tadi selesai dimainkan, tak ada yang memulai lagi percakapan. Tiba-tiba dia melihat ke arah jam tangannya, sedikit membuang nafas dan melihat ke arahku.

    “Udah jam segini. Kita pulang yuk..” aku melihat ada nada keenggenan untuk pulang, dan aku juga memang masih enggan untuk pulang. Tapi memang ini sudah malam, dia harus segera istirahat.
    “Kita pulang sekarang?” tanyaku memastikan. Dia hanya mengangguk pelan. Entahlah, rasanya aku masih betah duduk disni menikmati malam yang aneh ini, aneh tapi begitu membuatku melambung meskipun tatapan aneh tertuju pada kami saat orang melewati kami berdua. Tapi aku sudah tak peduli pada itu semua. Dengan malas aku mengikutinya ke parkiran. Sampai diparkiranpun tak ada percakapan berarti dengan jawaban panjang lebar dan juga tawa. Hanya yes no question sampai akhirnya dia kembali memboncengku dengan vespanya.

    Sepanjang perjalanan pulang, dia tak bicara apa-apa. Tapi aku mulai melingkarkan tangannya ke pinggangnya, dan menyenderkan kepalaku ke punggungnya. Entahlah, apa yang kurasakan saat ini. Yang pasti, walaupun dia tak bicara, tapi rasanya apa yang telah dia lakukan tadi, senorak apapun anggapan orang, ini jauh lebih romantis dari apapun. Dan aku hanya bisa berterima kasih lewat dekapan tanganku saja. Dan dia terus saja mengulum senyum, dan melajukan vespaku dengan kecepatan normal.

    “Chal, nyanyiin aku lagu jazz donk..” katanya membuka percakapan. “Masa iya sepanjang perjalanan yang romantis ini membuatku seperti tukang ojeg?” candanya dan membuatku terkekeh.
    “Hhhh? Gak mau...”
    “Kok? Curang nih..aku kan udah ajak kamu jalan-jalan..Aku udah bayarin kamu makan eskim..”
    “Jadi ceritanya gak ikhlas nih...yaudah..ntar aku ganti deh kalo gitu.....”
    “Gak gitu..maksud aku..ya udah deh.”
    “Idih..gitu aja kok marah, jelek tau kalo kamu marah tuh..” kataku berusaha merajuk. “Halloh..Wil..kamu jangan marah donk...yaudah deh, aku nyanyi buat kamu ya..”

    Dia hanya senyum-senyum mendengarnya. Entahlah, apa yang kurasakan sekarang. Tapi aku tak peduli, yang pasti aku bahagia bisa tertawa malam ini, bersamanya.

    *****
  • “Makasih ya buat malem minggunya.”.

    Dia hanya menatapku penuh arti. Dan sepertinya masih menunggu tawaranku untuk masuk, tapi aku masih belum siap untuk melanjutkan romantisme ini.

    “Okey dokey, padahal aku ngarepnya kamu menyuruhku masuk, tapi karena sekarang emang sudah jam setengah sebelas malam, memang bukan jam yang sopan untuk bertamu, aku pulang dulu ya..tapi..kamu mau tau gak, kalau aku nemu harta karun, aku mau ambil yang mana?”

    Mataku mengernyit.

    “Aku mau milih kristal berbentuk kubus, terus aku ukir nama kamu pake laser warna biru di dalemnya..dan aku milih bentuk kubus, karena aku mau kamu tau, kalo nama kamu kokoh di hati aku...” katanya mencoba menggombal dan ternyata kata-katanya barusan sukses membuat pipiku memerah.
    “Udah malem ah, buruan pulang. Aku mau tidur”. Aku langsung menutup pintu karena malu kalau kedapatan ronaku seperti ini.

    Aku jadi senyum-senyum sendiri mendengarnya. Lantas kulenggangkan kakiku ke jendela, dan ternyata dia pun sedang menatapku dari luar jendela. Aku sontak menutup gordengnya karena malu kedapatan olehnya. Ah, India sekali. Tapi aku tak bisa berhenti tertawa geli sekarang, menikmati tingkah konyolku sendiri.

    *******
  • W : dih…lagi-lagi bikin envy sukaesih…
    Isal : huhu, aku juga gak nyangka dia bakal segitunya. Tapi sumpah, malu banget tau, ish. Nyampe berasa gak punya muka waktu itu. Tapi untungnya kamu gak ikut. Meja bakal kepenuhan makanan kalo kamu ikut, haha
    W : ah..secara jazz festival w gak datang..huah..piso mana piso…piso..piso..
    Isal : lebay….
  • jerukbali wrote: »
    waw

    waw kenapa???
  • akhirnya setelah setengah tahun baru dilanjutkan.
  • adinu wrote: »
    akhirnya setelah setengah tahun baru dilanjutkan.

    hoho. iya nih. banyak banget gangguan kemaren". kripiknya manaaaa

  • Wowowowowowow... Waktu ITEM 1 aku gak ikutin ceritanya dari awal, tapi ITEM 2 aku bakal ikutin ini. Pasti. Hihi

    ahhhhhhh suka suka, di ITEM 1 banyak sad-nya, aku gak suka. Tapi yang ini moga gak ada. *ucap amiin*

    jangan lupa mention kang, oke? Ntar aku kasih kripik deh
  • hoho. aku mau nyoba bikin gaya cerita item2 agak beda dr yg ertama. mudah2an masi menginspirasi pembaca.
    jangan cuma kripik, kopainya sekalian donk..hoho
  • ya ampun hampir lupa isal endingnya sama wildan.
    ntar nabil muncul juga gak?
    gemes level dewa ama mahkluk itu.
  • Pengen ketemu akang alabatan! :'D gemes sama sosok Nabil, pengen nawar biar d akhir cerita nabil sama isal happy ending. :D. Ktemu yuk, gue traktir deh!!!
Sign In or Register to comment.