It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
tapi cari jalan ceritanya lagi yang susah.. Kan nulis cerita
juga sambil mikir bang..
@tyo_ary: hhh syukur deh bang,
aku kira kesannya terlalu lebay
klu ada puisi begituan..
@4ndh0: aaa maaf salah ketik
nama mas bro, ngetiknya buru2
soalnya.. ==v
sorry deh bikin kaget hehe
@Ren_S1211: mbak lanjutin
cerita mu dong mbak..
*pngn baca lg
@rulli_arto: aslinya ga romantis
ko bang haha
pada pagar pembantas, tangan
kami masih saling bertautan.
Terkadang tangannya ia goyang
goyang perlahan entahlah apa
yang sedang ia lakukan sebenarnya, tapi aku diam saja
terserahlah apapun yang dia lakukan asalkan itu bisa membuatnya kembali seperti
Yoshi yang biasa.
"Kamu kenapa tiba tiba keluar
dari kamar?" tanya ku.
Matanya memandang pada ku
tak lupa dengan senyumannya
yang meneduhkan.
"Tidak apa apa, hanya malas
saja jika ada oranng lain"
"He? Maksud mu orang lain
itu Levi ya?"
"Mungkin"
"Kamu ko jadi pendiam kalau
bertemu dengan dia?"
"Entahlah, mungkin aku hanya
merasa tidak nyaman saja terlalu dekat dengannya"
"Lho? Lalu apa yang bisa membuat mu nyaman?"
aku mengedipkan mata ku
sambil memandangnya.
"Kamu.." jawabnya spontan.
Aku menunjuk diri ku sendiri
dengan tangan ku.
"Aku??"
ia menganggukkan kepalanya
lalu menampilkan seringaian
tipisnya, pipi ku merona lalu
menutup setengah dari wajah
ku menggunakan salah satu
tangan ku yang tak di genggam olehnya.
Aku menolehkan wajah ku
ke arah lain menyembunyikan
wajah ku yang memerah.
Aku mendengar suara kekehan
pelan dari bibirnya, melirikkan
mata ku melihatnya sesaat.
"Jangan buang muka begitu kalau sedang bicara dengan orang. Tidak sopan."
aku mendengus geli mendengar
ia berbicara bijak seperti itu.
"Ya Pak guru.."
aku tertawa pelan, selanjutnya
ia kembali mengacak acak helaian rambut ku dengan
gemasnya.
"Uuh, jadi berantakan nih"
aku memprotes perlakuannya itu, tapi ia hanya tersenyum saja lalu merapihkan rambut ku.
"Ke dalam yuk.." ajak ku.
"Buat?" tanyanya.
"Tidur, aku ngantuk.."
aku menguap kecil mengusap
wajah ku pelan.
"Tapi kan..."
aku menarik tangannya ke dalam kosan, ia menurut diam
saat aku menyeretnya masuk
kedalam.
Aku membaringkan tubuh ku
disamping Levi yang sedang
tertidur pulas, Yoshi pun melakukan hal yang sama seperti ku ia merebahkan dirinya pada kasur.
"Tidur sama sama saja ya.."
aku memiringkan tubuh ku
menghadapnya, ia mengangguk
cepat dan menutup kedua
matanya dengan kedua tangan
yang membungkus tubuh ku.
Aku tersenyum kecil selalu
begini kan akhirnya, sesuatu
hal yang kecil tapi sangat
manis untuk di ingat selalu.
Aku menutup mata ku dan
kembali tertidur masuk ke dalam dunia mimpi bersamanya.
pada pundak ku, kan ku basuh
segala lara dalam peluh mu.
Genggam aku disaat kau layu,
eratkan jemari mu bersama
dengan langkah ku.
Rasakan diri ku memenuhi segala hembusan dalam nafas
mu, simpan aku selalu dalam
palung jiwa mu.
Kan ku hapus semua air mata
kesedihan saat kau tak mampu
untuk menghilangkannya.
Resapi kehangatan ku ketika
tubuh ini membungkus mu
dalam kedamaian.
Mimpikanlah selalu diri ku
untuk selalu menjaga mu dalam
setiap tidur dan malam mu.
@Adith69, @hwankyung69,
@anan_jaya
Up lg ...
Tubuh ku menggeliat kecil saat
di rasakan ada sebuah sentuhan
asing pada bibir ku, ada tangan
yang menahan belakang kepala
ku dengan erat.
Kedua mata ku pun membuka
perlahan menatap sayu sosok
wajah seseorang yang kini
sedang mencium bibir ku rakus,
aku yang belum sepenuhnya sadar mulai menikmati ciuman
panas yang menghabiskan
pasokan udara di dalam
paru paru ku.
Tangan ku mencengkram tubuh
berlapis kemeja putih gading ini, eh kemeja? Bukankah
Rasya tidak memakai kemeja
saat di kost lalu ini siapa?
Kedua mata ku melebar saat
tau ternyata sosok seseorang
yang mencium ku ini bukanlah
Rasya melainkan orang lain.
Aku melepaskan diri dari pelukannya, menatap wajahnya
yang tersenggal senggal akibat
ciuman panas kami tadi, aku
bangkit dari rebahan ku sosok
di samping ku pun melakukan
hal sama seperti ku.
"Sialan! Apa yang lo lakukan
hah?!
Aku menggosok gosokkan bibir
ku menggunakan tangan ku
menghapus sisa saliva yang
masih menempel.
"Aku hanya mencium mu Yoshi,
sudah itu saja tidak lebih.."
jawabnya ringan, mata ku
menatap tajam padanya ada
perasaan marah dan kesal.
Mata ku mengedar liar mencari
sosok Rasya yang semula tidur
di samping ku kini sudah tidak
ada di tempatnya.
"Rasya bangun duluan, tadi aku
suruh dia keluar mencari makanan.."
aku melihat dari ekor mata ku
ada seringaian tipis yang bermain di bibirnya, menghela
nafas berat lalu berjalan ke arah kamar mandi.
Aku menatap cermin sesaat
lalu menghapus bekas ciuman
itu menggunakan air sebanyak
mungkin, pintu kamar mandi
di belakang ku pun terbuka
menampilkan sosok tampan
berperawakan tinggi berkulit
putih bersih itu.
Matanya menatap pantulan
bayangan ku pada cermin,
langkah kakinya mendekat pada
ku tangannya merangkul seluruh tubuh ku.
"I miss u Chi.." bisiknya pelan.
Tubuh ku yang sempat meronta
dari pelukannya pun akhirnya
mereda, ada sebuah rasa yang
membuncah saat ia mengatakan
kata kata itu.
Pelukannya pada tubuh ku
semakin mengerat, hangat pelukan dari aroma tubuhnya
membuat ku lupa akan rasa
kesal ku, akhirnya sebuah
pelukan pun mendarat pada
tubuhnya.
Ada rasa bersalah di dalam hati
ini, entah pada siapa? Tetapi
kerinduan ku pada sosok yang
saat ini sedang memeluk ku
mengalahkan rasa bersalah dalam diri ku.
Kami saling berpelukan di dalam kamar mandi sempit ini
sampai sebuah suara membuat
kami mengagetkan kami dan
melepaskan pelukan hangat ini.
"Yoshii.."
suara itu begitu lirih saat memanggil nama ku, matanya
sayu dan ada guratan luka di sana, Tubuh ku menegang
saat itu juga mata ku tak bisa
lepas memandangnya yang sedang menatap ku sendu.
Kasian Rasya...
Aku menemukan mereka berdua
sedang berpelukan dengan mesranya di dalam kamar mandi, sebenarnya aku terkejut sekali tetapi apa hak ku untuk
memprotes mereka, toh aku bukan siapa siapa disini.
Aku menatap sayu mereka
berdua, tak ada kata kata yang
keluar dari bibir ku mungkin
diam adalah solusi terbaik saat ini.
"Rasya.."
tanya Yoshi pelan, suaranya parau terlihat sekali dia merasa
tak enak tertangkap basah oleh
ku sedang berpelukan.
Aku tetap diam tak ada satu
patah kata pun yang terucap,
membalikkan tubuh dan melangkah pergi dari hadapan
mereka, aku menaruh makanan
yang ku beli ke atas meja.
Tangan itu mencegah ku untuk
segera pergi dari tempat ini,
entahlah rasanya panas sekali
melihat mereka berdua begitu,
aku menyentuh dada kiri ku
yang terasa sakit, seperti ada
pisau tajam yang menggores
perih disana.
Aku menghadapkan tubuh ku
padanya, ia menatap ku sayu.
"Kenapa?"
aku memaksakan diri untuk
tersenyum di depannya, terlihat
biasa saja seperti Rasya yang
ceria.
"Kamu ga marah kan?"
"Haha, marah kenapa? Justru
aku senang melihat kalian akur
begitu.."
mata ku menyipit memberikan
senyuman lebar untuk mereka
berdua.
"Rasya benar Shi, harusnya kamu bersyukurkan kita tidak
perang dingin lagi seperti
biasanya.."
Ucap Levi di sertai dengan senyumannya yang ramah.
"Aku sedang berbicara dengan
Rasya bukan dengan mu"
ucap Yoshi ketus, aku memandang mereka berdua
secara bergantian lalu senyum
kecil terbentuk di bibir ku.
"Kalian cocok sekali" ^^
Harus pisah..