It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
mungkin ramadhan tahun depan
@fuumareicchi ,
@regieallvano , @luky , @cee_gee , @novian,
@elul , @tsu_no_yanyan , @egosantoso ,
@arifinselalusial , @babayz @dafazartin, @zeva_21 ,
@bombo , @aries18 , @dhika_smg , @bi_ngung ,
@edwardlaura , @san1204, @needu, @alfa_centaury, @peace123456789, @putrasuherman1, @diyuna, @edelwis, @faisalits_d , @erickhidayat, @jhonshan26, @mr_makassar, @zhar12, @adra_84, @afif18_raka94, @indraa156, @master_ofsun, @Dimaz_Deprince63, @sasadara, @Wilhem, @tarry, @CALLISTO, @zuyy18, @bumbellbee, @alvaredza, @d_cetya, @princearga, @Joewachecho, @naraku, @just_pj, @edogawa_lupin, @lulu_75, @amira_fujoshi, @kiyomori, @jockoni, @Mr_Makassar
***
Saran penulis: karena kelamaan, bagi yang lupa, kembali ke page 1 ya
***
Pasca mimpi buruk semalam, aku lihat Khalid jadi agak over protektif sama Wika. Kemanapun Wika melangkah, dia selalu membayangi. Tidak dia biarkan barang sejenak Wika dalam kesendirian. Biasanya aku yang bertugas membantu Wika mengenakan pakaiannya, atau memandikannya, sekarang Khalid. Dia sungguh sangat takut kalau Wika kenapa-kenapa.
Aku memperhatikan mereka yang sedang bermain di halaman rumah gadang. Gelak tawa Khalid membahana memecah kesunyian di kaki bukit ini. Melihat mereka tertawa bahagia seperti itu menghilangkan kegundahan di dalam dadaku.
Aku melangkah menuju dapur di mana Etek Sari sedang sibuk memasak di pagi ini. Aku akui, kalau untuk masalah rasa makanan, masakan Etek Sari sangat nikmat sekali. Rendangnya, dendeng baladonya, sambalado tanaknya, huhhh... Jadi semakin sayang deh sama etek Sari. Jadi ingat bunda! , semoga bunda tenang di alam sana.
"Etek lagi masak apa?" Aku mendekatinya yang sedang mencuci daun singkong.
"Ehh Reki, ga' ada yang spesial, Ki. Hari ini etek mau buat sambalado tanak saja! Kamu suka kan?" Etek Sari menatapku sambil tersenyum.
"Hahaha, ya suka dong Tek! Kalau Etek yang masak mah, apapun, Reki suka! Masakan Etek ga' kalah rasanya dari masakan bunda!" Aku mengacungkan jempol sambil tertawa lebar.
"Hmm, makasih ya Ki! Tapi, maafkan Etek ya, keterbatan diri seperti ini, membuat Etek tidak pernah bisa mengunjungi kalian. Etek merasa sangat bersalah! Uda Pandeka, dimanapun dia berada, selalu saja menimbulkan masalah! Akh, andai dia benar-benar membuka hati. Melihat kau dan Adikmu itu, sudah tumbuh menjadi lelaki-lelaki tampan! Sayang sungguh disayang!" Mata Etek Sari berkaca-kaca. Aku memeluknya dari belakang.
"Ga' apa-apa Etek! Ayah, pasti suatu saat akan kembali. Reki yakin, dia akan menjemput kami!" Aku berusaha menenangkan hati Etek Sari. Walau pada hakikatnya, aku sudah tidak ingin melihat batang hidung lelaki durjana itu.
"Tidak! Dia tidak boleh membawamu dan Wika lagi. Kalian harus disini, lebih aman! Lebih terlindungi. Dunia di luar sana sangat keras Ki! Persaingan begitu banyak. Dan seperti cerita kau tu mengenai Gerombolan Srigala Hitam, itu sangat berbahaya! Cukup sudah penderitaan yang diberikan Uda Pandeka! Kalau sampai dia menginjakkan kakinya disinii, Etek yang akan mengirim nyawa busuknya ke neraka!" Aku bergetar hebat mendengar kata-kata Etek Sari. Dan aku sangat memahami arti kemarahan yang dia rasakan.
"Ya sudah, sana awasi adik-adikmu! Etek selesaikan dulu urusan dapur!" Etek mendorong tubuhku pelan keluar. Aku melangkah meninggalkannya yang dengan cepat membalikkan badan. Aku dengar sesenggukan tangisnya. Ayah! Sumber malapetaka itu tetap dari dirinya.
Ketika menaiki ruangan rumah gadang, langkahku terhenti melihat sesosok tubuh di dekat jendela. Dari posturnya, aku yakin ini Khalid. Tapi bukannya Khalid ada di halaman, bahkan sekarang, aku masih mendengar suaranya yang berbicara dengan Wika.
Kakiku terasa dingin, karena ada hawa aneh yang aku rasakan. Ada aura dingin yang memancar dari tubuh orang yang di dekat jendela. Dia terlihat seperti mengintai. Menyembunyikan badannya sementara dari hidung ke atas terlihat mengawasi halaman.
Aku melangkah dengan hati-hati. Tanpa suara. Semakin dekat, dadaku semakin berdebar kencang. Aku memegang bahunya, kaget yang teramat sangat dirasakan oleh orang ini. Dari mulutnya keluar geraman. Membuatku terkejut dan terlompat mundur.
"Khalid?" Teriakku! Dia menatapku tajam. Ekspresinya begitu dingin.
"Kalian telah merebutnya dariku! Kalian tidak bisa memisahkan Khalid dariku! Kalian harus memilih, tinggalkan tempat ini atau bersiap-siaplah untuk mati mengenaskan di tempat ini!" Dia berjalan mendekatiku yang semakin ketakutan. Matanya tiba-tiba berubah jadi hijau. Dari mulutnya keluar erangan. Sesaat wajahnya berubah menyerupai wajah harimau. Walau samar, namun itu sudah membuatku kecut.
Aku tidak tahu apa yang telah aku rebut darinya. Dia terus mendekatiku. Lalu, dia melompat ke arahku, ketika itulah sosoknya sempurna berubah menjadi harimau hitam dengan taring yang sangat tajam. Aku menjerit sekuat tenaga. Berusaha melepaskan diri dari makhluk jadi-jadian ini. Dia hendak menggigit leherku, di saat itulah, terdengar suara.
"BERHENTI!" Aku melihat Wika berdiri di depan pintu rumah gadang. Tangannya terjulur. Wajahnya menatap garang. Harimau jejadian itu melompat ke atas pagu lalu selanjutnya berubah jadi bayangan hitam dan hilang menembus dinding kamar nomor empat.
Wika berlari ke arahku. Dia menatapku. Memegang pipiku yang berdarah karena luka akibat cakaran harimau. Wika mendekatkan mulutnya. Menjilati luka di pipiku. Rasa panas seketika ku rasakan di pipiku. Aku kembali menjerit. Namun kemudian, rasa sakit itu hilang.
Ku pegangi pipiku sambil menatap Wika. Dia tersenyum. Aku menarik tubuhnya dan memeluknya.
"Wika?" Aku hanya heran. Apa yang telah terjadi. Kenapa Wika bisa menyembuhkan lukaku? Ku rasakan jantungku berdebar kencang.
"Wika. Sayang. Kakak!" Dia mengusap punggungku.
"Wikaaaaaa! Kok aku ditinggal sih?" Tiba-tiba Khalid muncul di depan pintu sambil berteriak. Kemudian terlihat kebingungan di wajahnya. Dia mendekat.
"Uda, Wika? Ada apa ini? Peluk-pelukan?" Dia menyeringai nakal. Ku tarik badannya. Ku peluk. Adik-adik yang sangat misterius. Wika, Khalid? Kenapa semakin hari aku semakin tidak mengenal mereka.
"Uda kenapa?" Khalid mencoba mencari jawaban dari mataku. Matanya yang bulat indah, dengan alis tebal dan bulu mata yang lentik, wajah arabian yang sangat kental, membuatku penasaran seperti apakah wajah bapaknya Khalid.
"Uda sayang sama kalian! Uda tidak ingin kalian kenapa-kenapa! Tetap sehat dan ceria seperti ini!" Ku ciumi pipi Khalid dan Wika bergantian. Aku benar-benar sangat sayang sama mereka Ya Tuhan, jangan ambil mereka dari aku.
"Hahaha, Uda lucu! Iyaaa, Khalid juga sayang sama Uda! Udah peluk-pelukannya! Ke ruang makan yuk! Amak sudah selesai masak sepertinya. Hmmm, coba uda hirup udara ini, aroma masakan Amak sampai kesini! Ayokkkk Khalid lapar! Wika pasti juga laparkan?" Khalid berdiri dan membantu Wika berdiri.
Satu yang aku herankan, kenapa Wika bisa mengetahui apa yang terjadi denganku? Sementara Khalid tidak mengetahui apa-apa? Bukankah aku menjerit keras ketika diserang harimau itu? Aku jadi was-was.
***
Sementara itu, Inyiak Hulu Balang sudah kembali berubah menjadi sosok Khalid. Dia bergerak gelisah di dalam kamar nomor empat.
Mereka harus mati, batinnya! Mereka telah merebut Khalid dari aku! Khalid cuma milik aku! Cuma aku yang boleh berteman dengannya!
Dia mencoba duduk bersila di atas lapik pandan di dalam kamar. Tangannya mendekap dada. Dia berusaha menenangkan kemarahan yang bergejolak di dalam dadanya.
Wika, kamu mungkin bisa berpura-pura di depan orang lain. Tapi aku tahu, apa yang ada di dalam tubuhmu! Kamu tidak bisa menipuku!
Pandeka, kau sungguh jenius! Dan kau lebih kejam dari aku! Aku tidak akan memakan anakku sendiri! Wika!!! Wika!!!
Inyiak Hulu Balang Mengaum. Auman yang hanya bisa di dengar secara gaib. Namun aumannya tetap membuat rumah gadang bergetar.
Bersambung.
Wika...!
Wika...!
Jilat aku!
Jilat aku! #ditampar
Kyaaaaaa update><
@tsu_no_yanyan, muaaachhhh.