It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
nih bru mo d update
d koment aj, bkal d blas kok
haha, klo ad pny byk kk, cm gk pny adik jak
hahaha,,,, iy ya ,,,, ntr ada lg porsi bik isah
Pagi yang cerah, hari ini hari sabtu, asikkkkkk pulang cepat deh hari ini, di sekolah juga Cuma ada satu pelajaran yang sisanya di lanjutkan ekskul, pagi-pagi aku sudah siap dengan pakaian pramuka, aku dengan semangat sarapan dan menunggu di depan, menunggu dia datang ke depan rumahku, pangeran ganteng itu James
Hampir 10 menit aku menunggunya, tapi dia tak juga menampakan batang hidungnya
“Kemana dia?” aku bertanya dalam hati dan beberapa kali aku melihat kea rah rumahnya
“Apa mungkin dia sakit?” tiba-tiba saja aku merasa cemas, tak lama setelah itu aku lihat dia keluar dari pintu rumahnya dengan seragam pramuka, dia terlihat sangat menawan, ku beri senyum untuknya, dia melihat ke arahku dan tersenyum, tapi kali ini aku menangkap senyum yang berbeda dari bibirnya, matanya terlihat sangat sendu, aku yakin ada masalah yang besar yang sedang di hadapinya
“James, kemana aja sih kok lama?” kataku saat dia sudah berada di depanku
“Maaf, ayo jalan!” perintahnya dengan suara parau, tak biasa dia seperti ini, aku hanya mengangguk dan segera menstarter motorku, dia naik dengan segan
“Bu, Windra jalan dulu ya” teriakku dari luar
“Iya, hati-hati” teriak Ibu
“Abang Winnnnnn” teriak Dony yang langsung berlari dari dalam rumah
“Iya, kenapa Don?” tanyaku
“Abang jangan pulang siang-siang ya” katanya dengan wajah imutnya itu,
“Iya, abang nggak pulang siang kok” jawabku sambil membelai rambutnya
“Abang hati-hati ya, abang James jagaain abang Dony ya” katanya lagi, perhatian juga ini anak
“Iya, abang jagaain abangmu ini”kata James sambil terseyum, dan kali ini senyumnya tulus, aku juga senang melihatnya
“Sudah siap James?” tanyaku
“Iya, sudah” katanya dan aku melajukan motorku dengan kecepatan sedang, dia diam saja selama di motor, berbeda dengan kemarin yang cerewet minta ampun
Sengaja aku kerjain dia dengan rem mendadak, tapi dia tetap diam saja, tak ada reaksi apa-apa, hmmm kayaknya aku harus ngebut nih, dan benar saja, saat tiba-tiba saja aku ngebut, dia langsung memeluk pinggangku, erat sekali, seutas senyum terpatri di bibirku
“Berhasil-berhasil hore” girangku dalam hati
Dia bukan hanya memelukku sekarang, tapi dia juga menyandarkan kepalanya di bahuku, hanya diam itu saja, dia juga tak melepaskan pelukannya meski aku melajukan motorku dengan kecepatan yang sangat pelan.
“James, aku ingin kamu bahagia” kataku padanya, entah kenapa aku bisa tiba-tiba mengatakan itu
“Win” katanya dan dia diam sejenak, aku menunggunya berucap lagi
“Win, aku minta maaf dengan sikapku kemarin, aku mohon, apapun yang terjadi, jangan pernah tinggalkan aku” kata James dengan suara parau, aku merasakan ada sedikit basah di punggungku, James menangis?
“Kamu kenapa James?” tanyaku hati-hati
“Nggg Nggak apa-apa Win, aku hanya ingin kamu berjanji” lanjutnya lagi
“Iya James, aku janji” jawabku
“Thanks ya Win, thanks banget” jawab James dan dia mengencangkan pelukannya, kepalanya bersandar sempurna di bahuku, aku sengaja membawa pelan motorku, aku yakin dia juga mungkin tak ingin cepat sampai di sekolah, jadi sengaja aku mencari jalan yang agak jauh, aku tak peduli sekalipun harus terlambat, bagiku bersama James pagi ini terasa begitu indah, tapi apa daya, sepelan apapun aku membawa motor ini, tetap saja akan ada jangkauan yang di tempuh, dan disinilah kami, sudah berada di depan gerbang sekolah, bunyi bel pas terdengar dan kami sampai tepat pada waktunya sebelum pagar di tutup sama satpam yang tak berperi kesiswaan
“Windra” panggil seseorang saat kami sampai di parkiran, reflek James melepaskan pelukannya, suara datar yang berat itu berasal dari Nando
“Hai Nando, selamat pagi” sapaku padanya, aku tersenyum dan James sontak menarik tanganku menjauh dari parkiran, bagai kerbau di cucuk hidungnya, aku hanya menurut saja sambil menyeret engggan kakiku, kulihat Nando menatapku aneh, tatapan yang sangat aneh ku baca dari matanya
“James, sampai kapan kamu harus bermusuhan dengan Nando?”tanyaku saat kami sudah duduk di bangku, dia diam saja dan tak memberikan reaksi apapun
“James” tegurku lagi
“Bukan urusanmu” bentaknya cukup keras, aku sampai kaget karena baru kali ini dia membentakku, seisi kelas menatap kearah kami, kupandangi wajahnya lekat, ada seutas penyesalan dari matanya, tapi dia masih tetap diam, aku tak lagi memandangnya, ku pandang lurus ke depan, Nando masuk ke dalam kelas dan menatap ke arah kami, ada tatapan benci di matanya
Tak lama berselang guru BK pun masuk, aku tak lagi mengajak James berbicara, aku masih kesal akan sikapnya barusan kepadaku, Ibuku saja nggak pernah membentakku seperti itu, siapa dia berani-beraninya membentakku?
“Maaf” terdengar suara kecil namun parau dari sampingku, itu James, kata-kata yang ku tunggu sedari tadi akhirnya terucap. Ku pandang lekat wajahnya, ada penyesalan di sana, dan akhirnya aku luluh akan dia, aku tersenyum
“Iya, nggak apa-apa” kataku lagi dengan suara kecil, takut di dengar guru
“Aku mohon, jangan pernah bahas tentang dia, aku nggak mau” katanya sedikit memohon, aku hanya mengangguk, tapi dalam hatiku, aku tetap saja nggak tenang, aku tak bisa membiarkan dia memikul beban ini, aku ingin tahu semuanya, semuanya.
Waktu tak begitu lama sudah berselang, pelajaran BK hari ini terasa cepat, mungkin cara mengajar Bu Lastri yang memang bagus sehingga kami merasa nyaman dengan cara mengajarnya.
Selanjutnya Ekskul, aku kali ini mengikuti ekskul musik, aku tak bisa bermain alat music, tetapi aku sangat suka bernyanyi, jadi aku ikut ekskul ini, James juga mengikuti masuk ke ekskul music, tapi berbeda denganku, James bisa bermain gitar dengan sangat indah, begitu juga dengan
Nando, dia bisa bermain key board, aku merasa iri dengan kedua teman baruku yang sudah sangat mahir bermain alat music
“Sini Win, aku iringi kamu nyanyi” kata Nando yang menarik tanganku saat aku sedang duduk
“Wah benarkah?” katanya, aku request lagu payphone, bisa?”tanyaku
“Ohh itu sih gampang” katanya dan dia memainkan melodi itu dengan indahnya,
“I am on the pay phone trying to call home” aku menyanyi dengan cukup mahir, meski masih kelas amatiran, tapi suaraku cukup sering di puji oleh guru dan beberapa kali aku masuk 3 besar dalam lomba menyanyi, aku sudah hobby menyanyi dari SD, dan masih terus ku lanjutkan sampai sekarang
“Sini James” panggilku pada James yang baru saja datang dari toilet, tapi dia tak memperdulikan aku dan duduk mengambil sebuah gitar dan di petiknya senar itu, tatapannya nanar dan lurus
“Ndo, aku kesana dulu ya” kataku pada Nando, dan saat aku ingin beranjak, tanganku di tahannya
“Bisa nggak, sekali saja kamu nggak peduliin dia, dan kamu peduliin aku, aku juga ingin kamu lakukan hal sama padaku” pinta Nando dengan pandangan menusuk dari matanya, aku diam sejenak dan kembali duduk di sampingnya, dia tersenyum, aku kali ini benar-benar bingung, di satu sisi aku ingin berada di dekat James, di satu sisi aku juga nggak bisa jauh dari Nando, mereka berdua terasa penting buatku, apa yang harus aku lakukan?
Ku lirik ke arah James, tatapan tak senangnya jelas tergambar dari wajahnya, dia terus memetik senar gitar tanpa bernyanyi, aku tahu yang sedang di petiknya itu lagu Appologize, salah satu lagu kesukaanku.
Jam sudah menunjukan pukul 11, menandakan jam pelajaran hari ini sudah selesai, dengan cekatan aku membereskan kumpulan lirik lagu yang berserakan di kursi dan menghampiri James
“Sudah siap James?” tanyaku padanya, tapi dia tak memperdulikanku, dia terus saja melangkah menjauh, aku mengejarnya dan lagi-lagi tanganku di gapai seseorang, saat aku membalikan wajahku, kulihat Nando sedang menggenggam erat tanganku
“Jangan pergi” kata Nando, tapi kali ini aku tak boleh lagi hiraukan dia, aku sedikit menghempaskan tanganku dan terlepas dari genggamannya
Aku mengejar James sampai ke parkiran, tapi dia tak berada di sana, aku terus mencarinya di sepanjang sekolah, anak-anak lain semua sudah banyak yang meninggalkan sekolah, beberapa anak ku Tanya, tak ada yang melihat James, aku yakin dia masih berada di sekitar sekolah, dan langkah kaki ku menuntunku ke belakang sekolah, entah mengapa aku merasa dia berada disana,
“Kamu hobby banget kesini?” kataku saat melihatnya duduk di bangku di bawah pohon Ketapang
Dia menoleh ke arahku dan hanya diam, aku duduk di sampingnya, lama kami berdiam, sekitar 10 menit kami hanya duduk sambil memandang lurus, dengan pikiran kami masing-masing sampai dia bersuara
“Win, aku minta maaf” hmm entah sudah berapa kali dia meminta maaf padaku, aku mendangnya, tanpa menjawab, aku tahu dia masih mau melanjutkan kata-katanya
“Aku Gay” katanya lagi, rasanya aku seperti ketiban durian runtuh saat dia ngomong hal itu, ada rasa senangnya karena peluangku mendapatkannya bertambah besar, dan ada juga rasa takutnya, jangan-jangan dia dan Nando adalah pasangan yang sedang marahan makanya mereka seperti ini, aku tak bisa berkata apa-apa, aku hanya diam saja
“Dan tujuan Nando datang kesini adalah untuk menghancurkanku” jelasnya lagi, kali ini aku yakin kalau mereka memang adalah pasangan, rasanya berat sekali di kepalaku, aku ingin pergi saja dari sini, aku nggak ingin lagi lebih lanjut, dan aku ingin menjauh dari mereka, meski berat kaki ku juga akhirnya melangkah
“Jangan pergi, aku mohon, kamu sudah janjikan tadi nggak akan meninggalkanku” kata-katanya terasa menusuk di dadaku, aku terdiam dan tak bisa lagi berucap apa-apa, aku hanya diam mematung
“Win, maafkan aku, aku mencintaimu” deg, rasanya aku tak lagi memijka bumi sekarang, lelaki itu mengungkapkan cintanya padaku, cinta yang aku tunggu selama ini, tetapi kenapa harus dalam suasana seperti ini? Sungguh nggak romantic, padahal aku berharap dia akan menyatakan cintanya di bawah terang rembulan di samping kolam yang di penuhi dengan kodok.
“Win” panggilnya lagi, aku menoleh ke arahnya dan dia langsung memeluk erat tubuhku, aku hanya diam tak memberikan reaksi apa-apa, dia melepaskan pelukannya, mata kami saling bertatapan, tapi mulut kami sama-sama diam, apa dia bisa membaca dari sorot mataku yang mengatakan bahwa aku juga mencintainya?
Lama kami saling bertatapan, dan dia semakin memajukan kepalanya, astaga apa ini mimpi? Aku tak ingin ini mimpi.
“Inilah syarat ketiganya, jadilah pacarku” kata James yang akhirnya mengutarakan syarat ketiganya
Aku hanya diam saat bibirnya hampir menyentuh bibirku, dan tak perlu lama, bibir itu telah menyentuh sempurna di bibirku, ciuman pertamaku, ini ciuman pertamaku dengan pangeran kodokku, pangeran yang sudah aku harapkan dari dulu dan kini dia sedang mencium halus bibirku
Ciuman itu terasa begitu indah, aku membalas setiap inci bibirnya, ciuman itu berhasil membawaku ke awan, aku menutup mataku untuk merasakan sensasi dari rasa ini, rasa yang selalu di bilang oleh orang-orang tentang ciuman pertama, dan saat ku buka mataku kulihat ada sosok yang menatap ke arah kami dari kejauhan dan langsung pergi dari sana
“Nando?” kataku yang reflek melepaskan bibir James, aku langsung berlari ke arahnya, aku tak ingin hal ini menjadi petaka, aku harus menjelaskan semuanya pada Nando, tapi James menahan tanganku
“Tolong jangan pergi” pinta James, kulihat ada air mata kepedihan jatuh dari matanya, dia lalu memelukku, aku juga membalas pelukannya, entah kenapa, aku rasanya ingin sekali menjadi egois, tak lagi ku pikirkan tentang Nando, aku hanya ingin merengkuh kebahagiaan yang ku miliki sekarang
astagaaa.. elu nyidam banget yaa sama donat jco.. gw jg sih.. ampe googling nyari resep donat yang rasanya mirip jco.. wkwkwk
gw balik ke rumah windra dulu.. kasihin doni sama bik isah obat tidur.. biar siang pertama james ma windra gak keganggu.. byeee..
IFC(IsahFansClub)
tapi kasian nando juga, jadi patah hati