It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Salah besar ... apa referensimu sampe kamu berani bilang gak ada status sosial waktu jaman homo sapiens? American Journal of Physical Anthropology: "Social status and biological status: A comparison of grave goods and skeletal indicators from Pontecagnano" bukti status sosial ada dari jaman batu dengan indikasi kuburan yang menandakan status. Manusia adalah makhluk egois. Itulah sebabnya terjadi pengkotak-kotakan dan dari situlah status sosial berawal, menindas kaum minoritas, ras tertentu merasa lebih superior dari ras yang lain, dan daftarnya bisa lebih panjang lagi. Pemikiranmu yang menghalalkan perploncoan terkoordinir dengan alasan menghormati yang lebih senior itu udah lama ditinggalkan oleh masyarakat modern di dunia barat ... mereka udah membuat perangkat hukum dimana perpeloncoan (baca: bullying yang difasilitasi oleh institusi resmi seperti sekolah) tidak diijinkan. Kamu yang anak baru kemaren, yang belum paham & mengalami hidup seperti pendahulu-pendahulumu yang sudah merangkai perangkat hukum modern, pengen mempertahankan sistem perpeloncoan karena menurut kamu gay people pantas untuk di-bullied. Itulah pemikiran primitive, pemikiran yang udah lama ditinggalkan oleh orang-orang modern, dimana kemakmuran udah jadi bagian dari hidup mereka.
Pikir lagi? Kamu itu yang justru kudu pikir lagi dan sekolah lagi. Baru lulus dari perguruan tinggi lokal udah sok minterin manusia modern. Cara berpikirmu udah lama ditinggalkan manusia modern dan argumenmu dari dulu udah dipatahkan oleh modernisasi. Hukum agama udah jelas-jelas gak dipake lagi mau kamu masukkan dalam argumen pula ... pantes logika kemanusiaanmu terbalik. Deductive reasoning kamu isinya fallacies semua! Pendasarannya lemah dan terbantahkan oleh scholar-scholar modern. The American Psychological Association (APA) tahun 1975 sudah menarik pernyataan bahwa homosexuality adalah penyakit mental yang harus diberi therapy. Terganggunya psikologis si anak bukan karena dia dibesarkan dua orang wanita, tapi karena tekanan masyarakat berpikiran sempit dan picik yang mensyaratkan seorang anak harus dibesarkan seorang ayah dan seorang ibu. Anak-anak yang besar di panti asuhan di negara-negara barat dengan benar tidak mengalami gangguan psychologists. Mereka notabene dibesarkan oleh orang-orang dewasa yang bertanggungjawab, yang tidak ada hubungan darah. Mereka sukses menghadirkan lingkungan yang bebas tekanan psychologist dimana si anak tidak dibesarkan in his/her traditional biological family.
And BTW, analogi kantong plastikmu jauh panggang dari api terhadap diskusi ini. Sanggahan-sanggahanmu udah dipatahkan oleh pemikir-pemikir modern, kamu mau idupin lagi dalil-dalil yang udah ditinggalkan manusia modern. Selamat tenggelam di lautan kepicikan, deh.
Mungkin mas @rawasari memiliki keberuntungan yang baik, sehingga dia bisa dengan mudah berteriak ke dunia kalo dia GAY, sehingga dia bisa menjalani hidup dengan penuh ketenangan. sementara kita, jujur memang harus MUNAFIK, karena kita hidup di negara yang mayoritas pemeluk agamanya ISLAM, yang mengutuk keras tindakan HOMOSEX. Aku ada teman, bilang ke keluarganya kalau dia tidak akan bisa menikah karena dia tidak suka perempuan, hasilnya apa? Dia harus terusir dari keluarga, dilaknat orang sekampung, dianggap pembawa bencana.
Bayangkan mas @rawasari, kita hidup di indonesia, bukan di amerika.
Saran saya menyuruh "berkeluarga" memang bagi yang mampu dan :>>
Ϛ Siaaap ..... !!
_||_ meninggalkan dunia gay. Kalau bicara munafik, siapa sih manusianya yang tidak munafik?
Sekali lagi, kalau memang ada saran, sampaikanlah dengan bahasa yang santun, jangan menghakimi! Karena tidak semua orang suka dihakimi, termasuk mas @rawasari sendiri, iya kan,
*nyemil brondong*
aku bukan anak yang gak ngerti tentang arti peraturan dan perpeloncoan kakak,,
aku sekolah di sekolah semi militer. tau benar apa arti perpeloncoan. disana kita didik supaya disiplin. hasilnya tak ada kata terlambat, tak ada kata bolos membolos, bukankah itu baik?? bukankah itu menjadi apa yang kita inginkan?? efek untuk masa depanpun jadi bagus, gak telat brgkat kerja, tau arti tanggung jawab, patuh terhadap peraturan dan perintah,,
aku punya beberapa teman yang tak punya orang tua, aku sendiri juga yatim piatu sejak kecil. hilangnya suatu komponen orang tua entah ayah atau ibu akan membuat rasa iri terhadap anak yang punya orang tua. tak ada ayah yang mengajarkan kita bertanggung jawab dan bertahan di kerasnya hidup, tak ada ibu yang mengajari kita kelembutan dan kasih sayang, bayangkan anak anak yang hidup di panti asuhan, pernahkah kakak bertanya bagaimana perasaannya?? dan dibesarkan oleh dua orang wanita, percuma juga pelajaran tentang seks yang tadinya nrmal apa mau di rubah lagi??
konsep agama sudah di hapuskan?? dimana kak? di amrik memang sudah di bebaskan beragama, tapi konsep modern dengan beragama juga masih bisa di pertahankan kok,, itu malah bisa membatasi manusia dalam menciptakan sesuatu. menciptakan pengetahuan sesuai norma dan keserasian dengan alam,, menuju sebuah tujuan dalam hidup, tapi tetap dalam harmoni kesucian,, coba baca baca lagi dan hayati alkitab kakak,, rasanya akan tenang
jadi gay di hadapkan pada pilihan,, kita terima atau menolak dengan susah payah, karena ini naluri alami, dari adam di ciptakan memang sudah cowok cewek, aku bukannya mau mengajak kita berbelok jadi staright (lagi??) tapi mengingatkan siapa kita ini, mahluk yang minoritas dan bayak di cibir, apakah ini anugrah atau musibah,, cara pandangku terpaku pada ini musibah,, tapi musibah akan membuat kita bertahan dan tetap tegar menghadapi hidup,, sampai kita nanti di hadapkan pada pilihan tersulit,, tetap seperti ini, atau mengingkari hati kita,,
berjuang kakak,,,
*lompat lompat cherleaders
@shouga aku rentalin tiker sama jualan kacang mau gak?? sebiji seribu hhihihii
sebenarnya musibah atau anugrah tergantung dari sudut pandang manusia itu sendiri.
Bagi seseorang mungkin hal itu adalah musibah sedangkan bagi yang lainnya mungkin adalah anugrah, dan bagi lainnya lagi mungkin biasa saja.
Yang penting dalam hal ini adalah bagaimana agar hal itu tidak membuat kehidupan kita menjadi terasa tidak nyaman. Janganlah penolakan akan orientasi sexual menciptakan diri kita menjadi seorang homopobia yang homosexual, dan janganlah penerimaan membuat kita dijauhi lingkungan.
: )
Kalau kamu memang berniat ingin berubah, pasti akan berubah. Gw percaya, Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang, apa yang terjadi pada Manusia adalah karena perbuatannya sendiri. Berusaha dan berdoa, itu kuncinya
kak @boyorg hohohohoo amiinn...
thanks buat semua nasehat kakak kakak semua
emang @seek_you agamanya apa? Atau @seek_you ga punya agama? Bkn kah semua agama mengajarkan kebaikan ? Semua rahasia Tuhan kok. Manusia memang tau semua apa tentang penciptaan alam semesta ini ? *just kritik dikit*
Tuhan menciptakan hukum alam, tetapi tidak melakukan intervensi atasnya.
#oot mode
Bahwasanya berbagai agama itu tidak untuk dibenarkan atau disalahkan —mereka adalah cerminan jiwa zaman yang ingin memahami Yang Tak Terbatas.
Di zaman batu dulu, nenek moyang kita membangun monumen berupa menhir dan obelisk. Dikatakan bahwa itu monumen penyembahan
kepercayaan animisme. Dibandingkan dengan agama
sekarang mungkin amat terbelakang, tetapi, salahkah mereka dengan keyakinan itu? Mereka sekadar ingin mencapai Yang Lebih Tinggi semampu mereka. Dengan akal sederhana, serta peralatan yang juga sederhana, juga dengan pikiran yang sederhana. Dengan caranya sendiri orang-orang zaman batu itu berusaha “bersentuhan” dengan Yang Lebih Tinggi.
Alih-alih menyatakan
benar atau salah, yang harus
dihargai adalah upaya untuk mencapai spiritualitas.
pada dasarnya itu adalah upaya orang untuk mencapai Yang Tak Tergapai. Entah itu agama Islam, Kristen,Hindu, Buddha, Zoroaster, Mormon,Pagan — semua bersumber dari hasrat manusia untuk menjadi spiritual. Bukan isinya,melainkan usahanya untuk bertemuan dengan Yang
Maha Sempurna. Oleh karena itu, salah besar kalau orang berpikir fanatik berlebihan. Setiap agama adalah sarana orang untuk
mewujudkan kecenderungannya
sebagai Homo religiosus. Masing-
masing ada di waktu, tempat dan
budaya yang berbeda. Masing-
masing dengan kekurangannya, masing-masing dengan kelebihannya.
-Sudahkah anda menghargai kepercayaan tetangga anda hari ini?
*astaga oot lagi aku
sebenarnya sih terserah kita mau menilai surga dan neraka kayak gimana,, kalau menurutku,, surga itu buat orang orang yang tercerahkan, mereka yang sudah mengerti arti keseimbangan hati dan fungsi manusia sebagai ciptaan Tuhan, dan neraka adalah mereka yang menutup mata untuk tidak mengambil jalan yang tercerahkan itu dan mementingkan obsesi yang berlebihan atas benda benda yang tidak bisa dibawa mati.
mungkin gay dengan obsesi sex yang tinggi tanpa mau membuka mata akan indahnya cinta dan perasaan hati manusia dan terlena akan nikmatnya sex itulah yang disebut buruk,, mereka kaum di zaman nabi nuh di hancurkan karena perilaku sodom bukan?? bukan karena perilaku mencintai atau mengagumi sesama jenis dengan sepenuh hati,, percayalah pada kekuatan cinta. dan menomer dua atau tigakan sex,, jangan terpedaya nafsu,, sama seperti jika kita sering bergonta ganti pasangan atau partner sex karena tak ada komitmen dan tak ada patokan mencintai pasangan sepenuh hati.. pada akhirnya terkena HIV/AIDS kan??
pesen kak @seek_you dan kak @vendi74 buat di bawa pulang yah