It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
lg gak bisa mikir otakku,, gak bisa adu argumen nih
Mental seperti inilah yang bikin nih negara jalan ditempat, gak maju-maju ... berpikir bahwa 'berkeluarga' adalah sebuah solusi. Negara-negara maju sekarang gak mau warganegaranya membohongi diri sendiri, apalagi ngebohongin orang laen (baca: perempuan). Nih negara penduduknya seabreg-abreg tapi gak ada yang bermutu. Kenapa? Karena isi otaknya kawin melulu, ditambah lagi ama ajaran agama yang membuat warganya merasa bersalah kalo kagak kawin. Akhirnya, orang yang 'kodrat'nya gak perlu kawin maksa diri untuk kawin ... lahirlah anak-anak yang terlantar, ini jadi beban untuk negara, jadi beban bagi pembayar pajak seperti gue dan para pembayar pajak yang laen (kalo elo-elo pade belon kerja, elo masih pada jadi beban negara). Yang parahnya, budaya asia pada umumnya adalah anak kudu membalas jasa orang tua mereka. Sementara budaya barat, gak ada istilah anak kudu bales budi orang tua. Yang ada, orang tua yang bikin anak WAJIB merawat si anak sampai usia 18. Setelah menginjak 18 taon, apakah si anak terus tinggal di rumah atau mau cari penghidupan sendiri, itu udah keputusan mutlak si anak, dan pemerintah melindungi si anak agar tidak ada intervensi dari pihak laen (termasuk orang tua si anak sendiri) dalam pengambilan keputusan tersebut. Makanya budaya barat gak kenal istilah durhaka, budaya barat gak pernah ngancem anak-anak mereka dengan ancaman durhaka. Makanya, orang yang berlatar belakang budaya barat jarang yang munafik, karena kemunafikan mencetak manusia-manusia palsu: cowok yang doyan cowok kudu munafik, ngawinin perempuan supaya diterima di masyarakat ... sounds familiar? Yang begituan di dunia barat udah lama diputus mata rantainya, sementara di sini masih tumbuh subur. Itulah yang menyebabkan kualitas nih bangsa secara keseluruhan dibawah rata-rata bangsa laen (kalo mau ngomongin satu-satu yang mencuat mah, semua negara juga punya).
So stop kemunafikan, jadilah diri sendiri.
once again.. kalo prinsip hidupmu, ini hidupku, jadi terserah aku. silahkan hidup sendiri. kita manusi yg bersosialisasi, bukan sebuah pohon di antartika,
#promo ceritaku ya kakak kakak @claude, @jokie, @locky @alco
First of all, gue belasan taon tinggal disono, tinggal di gay community dan luar gay community, sekolah, kerja dan punya dua kewarganegaraan. Jadi gue gak liat ini cuman lewat blog, tapi mengalami sendiri, ok.
Ya, di Amerika juga masih banyak orang-orang conservative. Bedanya sama di Indonesia, orang conservative dan moderate disana sama-sama dapet tempat dan hak yang sama, sementara di Indonesia, orang conservative dapet tempat dan power lebih. Karena orang-orang conservative masih ada, memandang rendah orang lain yang tidak sepikiran pun tak terelakkan. Kalo di negara-negara barat, mereka cuman bisa memandang sebelah mata, ngomongin atau mencibir tapi tidak punya hak untuk melarang dua orang atau lebih untuk pegangan tangan.
Kekonservatifan masih tumbuh subur di Indonesia. Ini terjadi karena penduduknya tidak dibiasakan saling menghormati. Inget, saling menghormati ... bukan yang tidak powerful (lebih muda, lebih rendah jabatan, lebih sedikit duitnya, lebih bego, dll) menghormati yang lebih powerful dan yang lebih punya power bisa seenak-enaknya menindas yang gak punya power. Begitu ada yang lebih junior, yang lebih senior bisa semena-mena terhadap yang lebih junior. Liat aja itu ospek ... sekolah-sekolah di Amerika gak ada ospek kayak di Indonesia, adanya cuman di organisasi-organisasi dimana kita emang pengen masuk, seperti fraternity atau sorority. Maka dari itu, saling menghormati cuman sekedar kata-kata tak bermakna karena pada prakteknya adalah menghormati satu arah saja.
Akhirnya, atas nama saling menghormati, yang pemikirannya tidak sejalan dengan pemikiran mayoritas kudu minggir ... yang gay (karena tidak sebanyak straight) kudu ngaku straight, kalo mau ngaku gay cuma boleh di forum-forum dan kudu ngumpet-ngumpet. Inikah saling menghormati? No, it isn't! Tapi berhubung budaya kita yang masih mengagung-agungkan status sosial, dimana status sosial gay itu masih dianggap status buangan, yang terjadi adalah kemunafikan. Kalo gak munafik gak akan diterima oleh masyarakat. Kalo gak munafik gak akan diterima oleh keluarga. Kalo gak munafik akan dianggap gak hormat sama orang tua, akan dianggap durhaka ... sounds familiar? Latar belakang inilah yang ngeluarin pertanyaan: anak yang gay itu anugrah atau bencana; yang padahal udah terjawab sejak dahulu kala: anak adalah anugrah, terlepas dia gay atau straight. Orang conservativelah yang mengkotak-kotakkan anak gay itu bencana, anak straight adalah anugrah. Mempertanyakan aja udah bencana, apalagi memvonis itu adalah bencana ... itu mungkin kutukan. Liat tuh negara-negara yang mengkriminalkan gay ... makmurkah negaranya?
Kalo elo masih in denial bahwa elo suka ama laki-laki, itu masalah elo.
beda org beda pemikiran pastinya
mau modern ataupun konservatif ya itulah masyarakat dunia yg majemuk.
contohnya kyk misal kita dapat kesempatan pergi keluar negri. byk hal baru yg kita lihat. mungkin terlintas dipikiran kita, wah coba di Indonesia ada beginian, atau kemungkinan lainnya wah mendingan di Indonesia ternyata. pilihan cuma dua menerima atau tidak.
ketika 2 org dihadapkan pd satu hal yg sama dan dituntut segera mengambil keputusan, besar kemungkinan hasilnya tidak akan sama. karena byk faktor yg telah mempengaruhi si pengambil keputusan tersebut, dari lingkungan, keluarga, agama, pendidikan, dll.
intinya we can agree to disagree, yang penting adalah kita saling menghormati keputusan masing2.
intinya kyk jet lee sama jacky chen, sama2 ahli bela diri tapi gayanya beda *hmmm analogi yg aneh*
Ada yg bilang anugrah, soalnya bisa menjadi alasan untuk semakin mendekatkan diri, karena ini sebuah ujian yang harus dijalani.
Kalo yang bilang musibah mungkin menganggap ini sebagai aib atau kekurangan.
Tapi ada juga yg bilang kalo bangga jadi gay, mungkin kalo dia dilahirkan str8 ntahlah apa bisa berpikiran seperti itu juga.
Kalo gw sih, gak mau pusing dengan pilihan tsb. Gw jalanin aja hidup ini. Tapi tetap pada koridor atau norma dimana gw tinggal.
#waah hasil semedi
Bullying terjadi karena kontrol yang tidak ketat dan tidak diorganisir oleh sekolah seperti di Indonesia. Silahkan kamu saksikan sendiri di sekolah-sekolah amerika yang memfasilitasi perpeloncoan, tidak seperti sekolah-sekolah di Jakarta yang jelas-jelas memfasilitasi. Kamu harus bedakan perpeloncoan yang difasilitasi institusi dan perpeloncoan yang terjadi diluar sepengetahuan institusi.
Saya gak ngerti analogi kamu. Analogi "manusia gak pake celana" mu gak berhubungan dengan topik pembicaraan. Kaum gay salah dengan dihadapkan ke fungsi manusia sebagai penerus generasi? Berarti orang mandul juga salah dan harus dihakimi karena tidak mampu memberi penerus generasi?
Homosexual itu cuma sebagian kecil dari sejumlah manusia yang ada di muka bumi ini. Homosexuality bukan sebuah hal yang harus dikhawatirkan. Homosexuality justru adalah program Keluarga Berencana (KB) yang paling alamiah dan merupakan sebuah seleksi alam yang terbuat dengan rapih. Tapi manusia dengan sadisnya menentang seleksi alam alamiah tersebut dengan berbagai macam alasan, termasuk alasan agama. Indonesia dengan program KB-nya kewalahan mengatur ledakan penduduk, sementara yang paling alami, homosexuality, diabaikan. Beberapa negara yang tingkat kelahirannya cendrung rendah, mereka tinggal kasih incentive bagi mereka yang mau bikin anak ... para homo yang tinggal di negara tersebut bisa sumbangin sperma ke sperm banks, para lesbi bisa hamil kalo mereka mau. Pasangan straight tinggal bikin anak banyak-banyak, pemerintah akan keluarin biaya untuk kesehatan dan gizi untuk masti'in anak-anak yang dilahirkan pada sehat dan gak penyakitan. Bukan suatu masalah yang besar untuk mengaturnya.
coba di pikir jika setiap sperma kita sumbangin ke bank sperma,, lalu ada lesbi hamil,,, dia tanya bapaknya gimana??? si lesbi bilang bapaknya juga wanita gitu?? di besarkan diantara dua orang wanita?? bukankah psikologis si anak bakal terganggu?? iya kalo si penyumbang sperma mau ngaku kalo itu anaknya,, tapi kalo beratus ratus anak minta kita jadi ayahnya karena mirip gimana?? agama sebenernya udah cegah ini dengan mengatakan tidak boleh zinah,, kayak gini juga msuk zinah,, gak ada hubungan mukhrim tapi bisa punya anak,, hehehe gak bermaksud SARA ya kakak,,,,, pikir lagi deh kakak,, emang sih enak bisa dapetinkemudahan dengan sains,, tapi pikirkan juga akibatnya,,
logikanya kalau kita pakai kantong plastik, mudah bawa sesuatu, tapi kita juga harus tahu konsekwensi nya,, plastik lama mengurai di tanah,,, ya seperti itulah,,, icikk icikk jooss
maaf yah udah mengganggu ketentraman dunia yang indah ini,,, padahal udah janji sama diri sendiri buat bikin forum jadi seru,, malah kek gini,,,
#nanya aja :-\"