It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@yuzz @kutu22 telor-telor - kentang- kentang -_-
@monic haha, itu secuil lagi
@kikiriel oke sip
@Tyo_ary im here, ngga lama kok palingan sebulanan
@Gabriel_Valiant hari ini
tapi setelah baca ulang baru ngeh! )
kirain orang, taunya setan..
faris tuh aris kan ?
[15]
“Bagaimana apanya?” ujarku bingung.
“Ky!!” bentak Gleen.
“Eh, iya. Nevermind lah!” ujarnya sambil menggaruk kepalanya.
“Errr, tapi kalian bisa membantuku kan?” ujarku pelan.
“Selagai kami bisa dan.... mau,” jawab Dicky sambil terkekeh.
Aku memutar bola mataku lalu merapihkan buku-buku yang tak kubaca tadi. “Sudah malam, aku harus tidur, bentar lagi juga mereka akan masuk ke kamar,” kataku.
“Oke!” balas Dicky.
“Eh, bentar. Bisa kalian keluar lewat pintu saja?”
“Hmm? Memang kenapa?” tanya Gleen.
“Hal itu mengagetkanku, ketika kalian keluar masuk melewati benda padat,” aku bergidik ngeri.
“Kau akan mulai terbiasa,” ujarnya santai lalu tetap berjalan melewati dinding kamar dan hilang di dalamnya.
Aku menghela nafas panjang sebelum akhirnya merebahkan diriku di tempat tidur. Belum sempat aku menutup mataku, tiba-tiba kurasakan HP ku bergetar. Kurogoh saku celanaku lalu mengambil handphone-ku. 1 pesan?
“Aku tunggu di taman belakang sekolah... - Donny”
“Ada apa anak itu menyuruhku datang semalam ini?” batinku. Aku mempertimbangkan sejenak untuk pergi atau tidak pergi.
Beberapa saat kemudian kuputuskan untuk pergi lalu bergegas menemuinya. Mungkin ada sesuatu yang ingin dia bicarakan, pikirku.
Aku berjalan mengendap-endap keluar asrama. Jika seseorang tahu, bisa gawat nantinya.
“Lama sekali!” gumamnya sambil melipat tangannya di dada ketika aku baru saja sampai ke tempatnya.
“Aku tidak ingin seseorang tahu,” ujarku sambil berjalan ke arahnya.
Dia duduk memeluk lutuk di pinggir kolam, aku mengikutinya dengan duduk di sampingnya.
Aku menghirup udara sedalam-dalamnya, angin malam memang tidak bagus, tapi aku menyukainya. Kurasakan udara dingin mulai mempengaruhi suhu badanku.
Aku mengedarkan pandanganku ke sekliling. Aku tak tahu ada pemandangan indah di sini ketika malam. Dua lampu tua taman yang kupikir sudah tidak hidup lagi, ternyata masih hidup dengan cahayanya yang temaram.
Angin yang menerpa dedaunan yang membuat mereka berjatuhan. Rumput-rumput yang seperti tangan-tangan setan melambai, gemercik suara air kolam, dengan ikan-ikan kecil di dalamnya. Kurasa aku mulai jatuh cinta dengan suasana ini, tempat favoritku.
“Aku baru tahu ada pemandangan indah disini ketika malam,” gumamku.
“Hmm? Bukankah kau sering kesini?” tanyanya sambil menoleh ke arahku.
“Yap, tapi suasana malam seperti ini, membuat tempat ini menjadi sangat indah,” ujarku sambil menghirup udara malam dan tak membuangnya selama beberapa detik.
Dia tersenyum. “Btw, makasih kadonya. Aku tak menyangka kau masih ingat tentang hal itu,” ujarnya pelan.
Aku tersenyum. “kita berteman sejak kecil, bermain bersama setiap hari. Mana mungkin aku bisa melupakan hal-hal yang seperti itu,” jawabku.
“Kau masih menganggapku teman?” tanyanya pelan.
Aku mengangguk.
“Meski aku sering melakukan hal bodoh, tidak mengimbangimu, tidak melakukan sesuatu untukmu, bertingkah kekanakan? Kau masih ingin berteman denganku?” ujarnya sambil menundukkan kepala.
“Aku tak peduli dengan hal itu. Bersamamu saja sudah cukup. Bukankah itu yang namanya teman. Bukan teman?! Sahabat. Bahkan kita sudah seperti saudara. Jadi pasti ada kalanya kita bertengkar, salah paham atau lainnya,” jelasku.
“Kau sungguh temanku.”
“Apakah kau masih marah soal beberapa waktu lalu, aku menjauhimu?”
“Tidak.. tapi jangan lakukan itu lagi. Aku tidak perduli jika semua orang memusuhiku, tapi tidak dengan kau.”
“Aku senang mendengarnya.”
“Sampai kapanpun...” Dia merangkul bahuku. “Sampai kau benar-benar memintaku untuk tidak jadi temanmu lagi.” Gumamku pelan. “Sudah malam, besok masih sekolah, lebih baik kita kembali ke asrama,” ujarku sambil beranjak dari tempat dudukku.
“Baiklah,” ujarnya.
“Aku deluan!” kataku sambil berjalan menuju asrama.
“Ken!”
Aku menoleh. “Apa?”
“Kurasa besok aku akan pindah ke kamarmu lagi. Kamar baruku tempat tidurnya begitu sempit, kau tahu?”
Aku tertawa mendengarnya lalu melambaikan tanganku ke arahnya.
@kikiriel oke sip
@yuzz bacanya setengah" sih
@kutu22haha, yap
@Gabriel_Valiant wakakw, hemat tenaga
emang dari awal rencana gitu? apa ide baru?
History yg brbeda...
Jgn lupa mention kalo update @litlebro