It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
emg @silverrain sama @yuzz orang mana si??
jawab pertanyaanmu di lapaknya @totalfreak, aku lbih stuju kalo Alvin sama Rio
-SAPA YG MAU NGEBANTAI KENNY?? :@ #asahgolok
kita orang mana sih say @silverrain..? )
@reyputra mau ngebantai kenny..?? Over @idhe_sama dead body..
"Omnipotent Praegustatum!"
Dari tangan yang diangkat Marty, sebuah kilatan berbentuk cincin biru muncul, dan bergerak dengan cepat menyapu udara menuju ke arah kami.
Aku menutup mataku, saat Cincin itu maju menyapu ke arah kami
Wuuung!
Aku merasakan sebuah hempasan udara kencang menyapu tubuhku, melewatiku dan membuat pakaianku berkelebat karena kencangnya.
"MAJU! KUMPULKAN SEMUA PEMBANGKANG ITU! BUNUH BILA ADA YANG MELAWAN, BAWA PARA PEMIMPIN MEREKA KE HADAPANKU, SEKARANG!"
Suara lantang Marty terdengar dari kejauhan.
Kubuka mataku perlahan, memandang ke sekelilingku.
Beberapa orang tampak terserak ke belakang karena terpaan energi barusan, tapi tak seorangpun tampak menerima secercah luka.
Aku meneliti sekelilingku.
Tidak ada yang terjadi?
Mataku mengerjap saat cahaya dari berbagai magic para penyihir Harmonia memenuhi cahaya malam.
"Circle Rune, Rule all of the Rune that have been restrained, put down all of their power!"
Samar suara Marty terdengar semakin mendekat, ia memerintahkan Circle Rune untuk mematikan True Rune.
Aku memandang tanganku, lambang Soul Eater masih bersinar temaram di tanganku.
Kuangkat tanganku, kucoba mengeluarkan sedikit kekuatannya.
Rune itu bersinar, mengeluarkan sebuah cahaya keunguan di ujung jariku.
Ya, Rune ku masih berfungsi, jadi Rune siapa yang dimatikan?
Baru saja aku bertanya tanya dalam hati, tapi tampaknya pertanyaan itu segera terjawab saat aku mendengar lenguhan di atas kami.
"Naganya, berjatuhan..."
Wyatt memandang dengan takjub, ke arah langit, dimana Naga naga yang tadi memenuhinya sekarang berjatuhan seakan tiba tiba saja ada seseorang yang mencabut kehidupan dari dalam tubuhnya.
Suara debaman keras terdengar memenuhi telingaku saat tubuh tubuh raksasa itu berjatuhan, menghujani tanah dengan tubuh mereka yang besar.
"Dan, semua makhluk aneh itu, mereka hancur..."
Aku melirik ke arah yang dilihat Anabelle, dan benar saja, ribuan tumpukan tulang sekarang sudah teronggok di depan North Wall, tempat di mana tadinya ribuan makhluk kegelapan berdiri menyerang kami.
"Kumpulkan mereka semua, ini adalah pengkhianatan, bawa Yuber dan Joshua ke hadapanku!"
Marty sudah berdiri di depan North Wall, Raut mukanya tampak mengeras dan menahan kemarahan.
Pakaian putihnya berkelebat, sementara tangan kanannya bertumpu pada tongkat keemasan berbentuk salib panjang.
Semua pasukannya segera membungkuk paham, dan bergerak mengumpulkan orang orang yang tadinya menyerang North Wall.
Para pasukan yang tadinya bertempur dan hampur saja berhasil menghancurkan kami, kini berjatuhan dan membeku di tanah, tubuh tubuh mereka masih menunjukkan raut wajah terakhir mereka saat bertarung melawan kami.
Tampaknya sesuatu baru saja terjadi dan membuat mereka terdiam tak bergerak di hadapan kami.
Yuber dan Joshua tampaknya masih sadar, dan sebuah cincin biru melingkar di pinggang dan mengikat pergelangan mereka ke tubuh mereka.
Aku masih melongo, begitu juga dengan Anabelle, Windy, Leknaat dan Wyatt yang tampak tak percaya dengan apa yang barusaja kami lihat.
Apa yang terjadi?
Lord Marty menyerang pasukannya sendiri?
Marty memandang tajam ke arah kedua jendral perangnya yang membungkuk takut, tak berani memandang ke arahnya sekalipun.
Ia menghela nafas, kemudian menutup matanya.
"O Circle Rune, Rune of Devastating Power, Shall you jail their soul inside their body, Carnalibus Poena!"
Kedua tubuh di hadapannya segera ambruk tanpa sebab, aku bisa melihat semua pasukan Marty mundur dan saling berbisik.
"TIDAK ADA SEORANGPUN YANG BOLEH BERTINDAK LANCANG DILUAR PERINTAHKU! INI ADALAH CONTOH UNTUK KALIAN SEMUA, APA CUKUP JELAS?!"
Dari suara yang aku dengar, sangat jelas kalau dia benar benar berang atas hal ini.
Jadi dia juga tidak menyangka akan terjadi penyerangan ini?
"SIAP!"
Pasukannya menjawab dengan mantap, semua pasukannya tampak masih menatap ke arah kedua tubuh yang terkapar di hadapan mereka.
"Zeravin, Bawa mereka ke Great Temple, aku masih harus bicara dengan mereka berdua!"
Seorang Bishop berpakaian hitam dengan aksen merah mengangguk, kemudian menarik kerah kedua tubuh itu, dan menghilang bersama dengan kilatan cahaya.
Jadi dia juga pengguna Teleport?
Pantas saja Marty sangat cepat berpindah kemanapun, ternyata teleporternya adalah bishop hitam itu. Siapa namanya? Zeravin, ya.
"Lord Gustav, saya yakin kalian bisa membawa pasukan Harmonia kembali ke Central benar? Bawa semua pembangkang ini dan penjarakan mereka!"
Marty memberikan perintahnya pada seorang Lelaki besar berpakaian biru yang segera muncul, kemudian mengambil alih formasi dan membawa mereka pergi ke arah Central, meninggalkan Marty bersama seorang Bishop berpakaian putih keperakan.
"Lord Gustav? Dia anggota Jowston, pantas saja dia menolak memberikan bantuan! Ternyata Tinto berkomplot dengan Harmonia! Aku seharusnya sudah menduganya!"
Anabelle berseru dengan geram saat dia melihat lelaki berpakaian biru itu maju dan mengangguk pada Marty.
Jadi ada pengkhianat lainnya di Jowston? Perang ini semakin menarik!
"Bisakah aku berbicara dengan pemimpin kalian?"
Marty akhirnya berbicara kembali dengan nada tenang dan berwibawanya. Ia menatap lurus ke arah kami, membawa kami semua kembali dalam ketegangan.
"Rex, turunlah, hadapi dia, aku yakin kamu bisa...."
Leknaat menatapku dari balik kerudung putihnya, wajahnya meyakinkanku bahwa aku pasti bisa mengatasi Marty.
"Tenanglah, aku tidak akan melakukan apapun, hanya ingin berbicara..."
Ujarnya lagi sambil tersenyum santai.
Aku akhirnya memberanikan diriku, melangkah turun dari North Wall, dan melompat ke hadapannya.
"Ya, ini dia, Lord Rex, kalau tidak salah?"
Marty menatapku dengan santai, menunggu jawabanku.
"Ya, aku Rex, Representatif dari Cardinal Yue...."
Marty tersenyum menatapku, aku bisa merasakan caranya menatapku berbeda dengan terakhir kali kami bertatapan.
Lebih hangat dan santai, itulah yang sekarang tergambar di kedua sorot matanya.
"Ah, aku mengerti, jadi kalian dipimpin oleh Cardinal Yue? Baiklah..."
Dia tersenyum, kemudian menarik nafas panjang.
"GM, anda ada disini, benar, bisa anda datang kemari dan membantu saya disini?"
Marty berbicara sambil menengadah, seakan lawan bicaranya memandangnya dari atas langit.
"Ya, Pontiff Marty dari Harmonia, aku ada disini..."
Lady Leknaat yang tadinya mendorongku untuk turun dari North Wall sekarang berada di sisiku, muncul dalam sebuah pusaran cahaya.
"Ah, baiklah, jadi kita bisa mulai berbicara sekarang."
Marty tersenyum lagi, dia menatap kami berdua secara bergantian.
"Baiklah, seperti yang barusaja kalian lihat, aku tampaknya baru saja melanggar satu perjanjian yang sudah ada semenjak awal perang ini terjadi, kalau tidak salah begitu, GM?"
Leknaat mengangguk ke arah Marty.
"Menurut perjanjian yang dilakukan, peperangan hanya boleh dilakukan oleh kedua belah pihak selama delapan jam pada pukul 06.00 sampai dengan pukul 14.00 pada waktu GMT. Selebihnya kedua belah pihak tidak diizinkan untuk menyerang sama sekali, dan siapapun yang melanggar akan dikenakan penalty sesuai kesepakatan."
Marty mengangguk angguk seakan mengerti, dan melirik ke arahku.
"Jadi apa maksudmu?"
Jawabku tajam. Marty hanya menaikkan sebelah alisnya.
"Tenang, General, maksudku, aku baru saja mendeklarasikan bahwa aku baru saja melanggar peraturan itu, karena perang ini berlangsung pukul 00.21 di GMT+7, yang artinya sekarang adalah pukul 17.21 waktu GMT. Aku siap menerima penalty yang diberikan. Dan penalty itu adalah?"
Marty melirik ke arah Leknaat, menunggu jawabannya.
"Rematch dengan mempertaruhkan 1/3 dari seluruh wilayah kekuasaannya, dengan menggunakan pasukan yang sama dengan saat pelanggaran, dalam keadaan seluruh kekuatan serang dan pertahanannya dikurangi 30%, dan kekuatan Final dari semua Rune terkecuali True Rune dikunci."
Marty tampak memucat, tapi dia terus berusaha untuk menjaga senyumannya.
"Tampaknya buruk, tapi memang harus kuterima, benar? Baiklah kalau begitu, pertarungannya akan diadakan esok lusa, di Valerie Barren. Apa itu diterima, Game Master?"
Leknaat mengangguk, menyetujui perkataan Marty.
"Kalau begitu saya pergi sekarang."
Ujar Leknaat saat ia membuka kembali portal, dan menghilang di tengah tengahnya.
Aku dan Marty masih bertatapan, sesekali angin mempermainkan ikat kepalaku, membuatnya berdansa ditengah terpaan angin.
"Alvin...?"
Aku menatapnya datar, dia masih menyunggingkan senyuman yang sama, tapi entah kenapa aku merasakan sesuatu yang lain sudah mengisi perasaannya.
"Syukurlah, aku datang tepat pada waktunya..."
Ujarnya lagi, kemudian maju ke arahku.
Sekali lagi, ia mengecup bibirku, dan memelukku lembut.
"Kamu boleh membenciku karena semua yang terjadi, tapi tolong beri aku satu tempat di hatimu, paling tidak untuk mengingat kalau aku...... aku menyukaimu...."
Marty mempererat pelukannya di bahuku, suaranya tampak berbeda dari biasanya, terdengar lebih dalam dan sedih.
Marty melepaskan pelukannya, kemudian menatapku dengan senyuman lebar.
"Baiklah Lord Rex, Kita masih punya pertempuran yang harus kita selesaikan..."
Kata katanya kembali tegas dan berwibawa seperti sediakala, tapi wajahnya terlihat begitu sedih dan penuh kebingungan.
Aku hanya bisa membalas tatapannya dengan wajah datar, kuputuskan untuk tidak memberikan reaksi apapun padanya.
Marty memutar tubuhnya, dan akhirnya pergi menjauh dariku.
"Lord Rex...?"
Kutolehkan kepalaku ke asal suara, seorang Bishop muda dengan pakaian putih keperakan membungkuk padaku.
"Saya Edmund, dari Central, senang bertemu dengan anda..."
Edmund membungkuk lagi dengan hormat, kemudian memasang senyuman sambil berjalan mendekatiku.
"Terimakasih, karena anda, The Order sudah kembali menguat melawan Stagnation..."
Edmund tersenyum kembali, rambutnya yang disisir rapi ke belakang tersibak oleh angin kencang.
ia melebarkan bibirnya, memasang senyuman penuh rahasia sebelum akhirnya pergi meninggalkanku menyusul Marty yang sudah cukup jauh di belakangnya.
=======================================
Next Day, Rupanda Main Hall.
"HARMONIA? TADI MALAM?"
Aku hanya mengangguk, sementara keempat bishop lain hanya melotot tak percaya.
"Mereka lebih berani dari yang kupikirkan!"
Lucia menggeleng dengan heran sambil menatap meja di bawahnya.
"Apa kalau begini kita juga boleh melanggar perjanjian kita dengan mereka?"
Lazlo hanya menyandarkan tubuh kecilnya di kursi kayu, sambil sesekali menatap dengan malas ke arah jendela.
"Mereka sudah melanggar perjanjian utama, dan itu sudah jelas pernyataan perang...!"
Viktor dengan berang menancapkan belati kecilnya ke atas meja, membuat Anabelle dengan kaget menarik tangannya dari meja.
"Yeah... Setu...Juu....."
Kadal besar itu mengangguk perlahan, sambil sesekali mengeluarkan lidahnya, dia menatapku dari matanya yang tampak seperti kelereng.
"Tenang dulu! Dengarkan aku, Serangan tadi malam tidak lain adalah karena kelancangan kedua jendral perangnya. Lord Marty sendiri tadi malam datang dan menghentikan peperangan, dia dengan sukarela menerima Penalty perang, dan kita akan mengadakan pertarungan pengganti esok, pukul 3 siang!"
Aku mengedarkan pandanganku ke arah semua orang yang duduk berkeliling pada sebuah meja panjang.
Sejenak pandanganku terhenti pada sebuah kursi yang kosong tepat di seberang kursiku.
"Dimana Cardinal Yue....?"
Aku berbisik sambil menatap ke sekeliling ruangan.
"Dia barusaja Offline, tepat sebelum penjelasan terakhir anda..."
Wajahku segera memucat mendengar perkataan Lazlo, aku tahu apa yang sedang terjadi.
Lagi lagi Rio pasti akan mendatangi Christ.
Lagi lagi dia akan mengamuk!
"Rapat kita cukupkan! Axel! Arsais! Ke rumahku sekarang!
Ujarku dengan panik, sebelum sesegeranya aku menutup permainanku.
=======================================
Rio's View
Aku melompat turun dari motorku, dan dengan cepat aku berjalan masuk ke Rumah Sakit.
Ya, benar!
Christ hari ini masuk Shift Siang, dan sekarang dia pasti sedang beristirahat di taman belakang!
Dengan mantap aku melangkah, kukepalkan kedua tanganku, berusaha keras menahan amarah yang bergejolak di dadaku.
Chist sialan!
Ternyata dia lebih licik dari yang kuduga.
Bisa bisanya dia begitu polos di hadapanku, bahkan dia tak menampakkan sedikitpun raut marah padaku.
Tapi ternyata dia menyerangku dari belakang!
Dan lagi lagi dia hampir menyakiti Alvin!
Untunglah perang tadi malam tidak mengakibatkan apapun.
karena kalau sesuatu lagi terjadi pada Alvin, aku tidak akan membiarkannya tersenyum lagi!
SIAL!
"Dokter Rio? Ehh..."
Aku mendepak seorang perawat yang tampak bingung dengan sikapku hari ini.
Aku tidak perduli, hanya satu yang aku tuju!
Christ!
Aku berjalan melewati gerbang belakang, dan akhirnya sosok yang aku cari akhirnya kutemukan, dia tampaknya sedang duduk di rerumputan sambil menenggak sebotol minuman.
Di hadapannya tampak serangkaian makanan dalam keadaan separuh dimakan.
Sial! Bisa bisanya dia santai makan disini tanpa perasaan bersalah?
Aku dengan cepat melesat berlari ke arahnya.
Aku berdiri tepat di depannya, menatapnya dengan tajam sambil mengatur nafasku.
"Ah? Rio? Kenapa kemari? Kamu mau makan? Ay.. AGH!?"
Sebuah tinjuan mendarat di pipinya yang terbalut perban, entah karena kemarin?
Mana aku perduli! Dia pantas!
Lagi lagi Christ tidak melawan saat aku mencengkram kerah pakaiannya, beberapa kancing tampaknya ikut terlepas saat aku menariknya.
Dia hanya menutupi wajahnya, membiarkanku memukulinya tanpa sedikitpun melawan.
Baguslah!
Berarti dia cukup tahu diri!
Aku menghempaskannya ke tanah, kemudian menginjak dadanya dengan keras, sebelum kembali mencengkram dan menghujaninya dengan pukulan.
"DASAR MUNAFIK! KELAKUANMU LEBIH HINA DARI PENIPU!"
Aku mendaratkan satu pukulan di pelipisnya, membuatnya meringis menahan sakit, tapi tak sepatah katapun muncul dari bibirnya, Ia tampak pasrah seakan tidak ada tenaga sama sekali untuk melawanku.
"KENAPA GA NGOMONG APAPUN?"
Aku terus menghujaminya dengan pukulan, tanpa sekalipun aku memberikannya waktu untuk menghindar.
Christ pun tampak tak menghindar sama sekali, ia terus menerima pukulanku, hanya terus menutupi wajahnya dengan kedua lipatan tangannya.
"STOP! STOP!"
Seorang petugas keamanan akhirnya melerai pertengkaran kami, dan menarikku menjauh dari Christ.
"Kenapa tersenyum? Kenapa?!"
Aku berteriak dengan marah sambil menggeliat melepaskan diriku.
Aku berhasil melepaskan diriku, menendang Christ jatuh.
Nyaris saja sebuah pukulan lagi kusarangkan, sebelum petugas keamanan itu kembali menarikku.
"Dokter Rio, ada apa ini?!"
Seorang lelaki paruh baya dengan seragam putih datang ke arah kami dengan beberapa dokter di belakangnya.
"Dokter Kepala?"
Habislah aku! Seharusnya aku menyeret satu bajingan ini keluar dari rumah sakit sebelum aku menghabisinya!
"DOKTER RIO JAWAB PERTANYAAN SAYA! ADA APA INI?!"
Lelaki tua itu berteriak tegas, menyentakku agar menatapnya dengan ketakutan.
"Maaf, Dokter Kepala, tidak ada apa apa, ini hanya permainan saya dengan Rio..."
Apa?
Aku dan semua orang disana segera menoleh ke arah Christ, dia berdiri, dan menepuk pakaiannya.
Christ tersenyum dengan bibirnya yang berdarah, kemudian kembali meringis sakit.
"Rio! Sakit banget! Kamu curang! Ah, Dokter, maafkan kami karena tidak tahu tempat, tapi saya dan Rio sering bermain seperti ini!"
Christ tersenyum lebar, menampilkan deretan giginya sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V.
Dokter Kepala menatapnya berkali kali, sambil sesekali mendelik ke arahku.
"Benarkah...?"
Tanyanya penuh selidik sambil menatapku tajam.
"Emm..."
"Benar Dok! Saya dan dia memang sering bermain seperti ini, maaf kalo agak berlebihan!"
Christ kembali menyunggingkan senyuman lebar, membuat dokter tua itu menghela nafasnya dengan jengah.
"Kalian harus tahu tata krama disini! Ketahuilah tempat ini tempat apa, dan bagaimana harus bersikap! Bercanda dengan berteriak dan berkelahi tidak sebaiknya dilakukan disini! Kalian bisa saja dikeluarkan karena ini, apa itu jelas?"
Dokter tua itu menatapku dan Christ bergantian dengan tajam, kemudian segera berlalu kembali ke dalam rumah sakit.
"Rio!"
Aku tersentak, tersadar dari lamunanku, dan segera menatap asal suaranya dengan pandangan geram.
"Apa kamu sudah lega...?"
Aku mengepalkan tanganku, ingin rasanya aku terus menghajarnya, tapi tampaknya aku perlu menahan emosiku kali ini.
"Tidak apa apa, aku pantas menerimanya..."
Christ maju perlahan, dia mendekat ke arahku dengan tubuh terseret, dan berusaha keras membentangkan tangannya untuk memelukku.
Aku bisa melihat sebuah sobekan besar di jas dokternya karena tadi terseret di tanah.
"Terimakasih, karena kamu, sekarang aku bisa sedikit merasa membayar semua perbuatanku..."
"HAH! Ini masih belum ada apa apanya dibanding yang kau lakukan!"
"Aku tahu, aku tahu, aku akan bertanggung jawab..."
Ia mengeratkan pelukannya. Entah bagaimana semua amarah yang tadinya menumpuk mencair saat ia memelukku lembut.
"Mungkin setelah semuanya berlalu pun, mungkin, kamu tidak akan bisa memaafkanku..."
Dia melepaskan pelukannya, dan jatuh ambruk.
Aku menahannya dengan kedua tanganku.
Christ hanya tersenyum saat ia menengadah menatapku.
"Ahh, Jyo kecil sekarang sudah bisa mukul orang! Hahahahaha!"
Christ tertawa lepas.
"Lepaskan aku, biar aku duduk, aku lelah Jyo, apalagi karena semalam..."
Aku kembali teringat pada alasanku mengamuk karena perkataannya barusan.
Aku kembali meremas kerahnya, dan mengangkatnya ke hadapanku.
"Masih belum puas...?"
Christ menutup matanya, menungguku mendaratkan pukulanku di tubuhnya yang sekarang sudah membiru dan lebam di berbagai tempat.
"BERHENTI!"
Alvin?
Sosok Alvin berlari dari dalam lorong rumah sakit, di belakangnya, kedua sahabatnya tampak berlari mengejarnya.
Ada apa lagi ini?
"Rio, berhenti!"
Setelah berhasil mencapai gerbang pintu belakang, Alvin kembali berseru, tubuhnya tampak basah oleh keringat, dan nafasnya tampak begitu memburu.
"HHaaa, Hhhaaa.... Berhenti, jangan pukul lagi..."
Alvin memegangi dadanya, tampak begitu terbebani dengan nafasnya.
"Bukan Christ, tadi malam, bukan dia yang melakukannya... Hhaa... Hhaa..."
"Dia, dia justru menyelamatkanku, kalau dia tidak datang, kami semua pasti... Hhha.... Sudah... Mati..."
Alvin menyandarkan tubuhnya di pintu rumah sakit.
Dia pasti berlari dari depan rumah sakit sampai ke dalam.
Memang jaraknya cukup jauh, apalagi tamu harus berjalan memutar, dan mungkin saja dia berlari di sepanjang jalan itu.
"Jangan pukul...."
Alvin menatapku dengan wajah cemas.
Sementara aku tanpa sadar sudah melepaskan Christ, membiarkannya ambruk di kakiku, dan masih membatu karena penjelasan barusan.
Aku baru saja menghajarnya karena menolong Alvin...?
@Just_PJ @adhiyasa
@princeofblacksoshi @littlebro
@danielsastrawidjaya
@hwankyung69
@ularuskasurius @rulli arto
@congcong @Dhika_smg
@seventama @prince17cm
@rarasipau @catalysto1 @fian_pkl
@marvinglory @chachan
@idhe_sama @totalfreak
@rarasipau @bb3117
@sigantengbeud
@adywijaya @adinu @dewaa91
@nero_dante1 @003xing
@reyputra @masdabudd
@FeRry_siX
DIAPDETT
keatas yaaa
Hahahahahaha
*natap sinis ala sinetron.
yang hacifhusa rune udah diterangin belom kmaren? apa aku yang belom baca ya? perasaan kmren cuma dragon sama change kan?
bang, circle rune kan slah satu terkuat kan? kyaknya itu udah imba banget, ada kelemahan atau keterbatasan gak selain bkin pemegangnya serakah? ambisius? atau sejenisnya itu?
gate rune aja yang dibilang juga terkuat belum nunjukin kekuatan yang wah!
beast rune kpan kluar?
#maap banyak tanya. abisnya bkin penasaran mulu.
mau ditengki apa di jrigen?
@sigantengbeud ranerap?
-.-
kalo gt aku harapan 1 deh...
@masdabudd.lolz!
bner tuh!
@reyputra oya?
mau.berhadapan ama semua fans kenny?
ok
#CC: @yuzz @idhe_sama @ferry_six @nero_dante1 @masdabudd
@totalfreak
yubel?
=_="
mungkin alasan menyerang akan dijelasin nanti
iya hachifusa belum di apdet, dia emg blum dibikin.
kmaren sih udah bikin, terus kehapus karena error
jadi agak males bkin.lg
tp nanti dibikin
wah wah, masih belum menyadari kelemahan the Circle Rune?
sudah keliatan lho kelemahannya dalam peperangan.
coba baca ulang dan perhatikan setiap circle rune digunakan, nanti keliatan apa kekurangannya.
untuk gate rune
emang kuat dan imba, tapi coba di baca ulang, ada kelemahan terbesarnya, dan GM mengontrol Rune itu bukan karena serangannya terlalu kuat, tapi karena kelemahannya yg berbahaya itu bisa membahayakan pemegangnya sendiri.
nah jadi pr buat @totalfreak :
1 menyadari sisi lemah Circle Rune
2 mencari alasan kenapa Gate Rune ada sama GM demi alasan keseimbangan tapi selain kekuatan.
waktunya belum tiba oke!
btw mana si "dharu" @idhe_sama ?
mungkin, mungkin circle rune gak punya magic serang atau pertahanan? cuma bisa nyegel sana sini atau spell yg g brguna di war selain buff area buat nambahin stat pasukan? klo pengguna circle rune di serang, ya wassalam. dan dia gak bisa ngasilin damage sama sekali gitu?
gate rune dipegang GM? apa ya bang? ngira2 nih, mungkin abis summon monster dan player gak bisa nglakuin control, ya bahaya buat player yang ngeyummon asal2an gitu? monsternya bisa ngamuk dan nyerang yang ngesummon, senjata makan tuan? trus ada skill teleportasi yang bkin sulit player nangkep pemegang gate rune?
dulu sih leknaat pernah gunain rune-nya buat mutar balik waktu di tubuh alvin, itu gate rune juga?
klo salah, langsung kasih tau bang, nyarinya susah, udah 86 halaman ini!