Hallo...
Makasih yg sudah datang dan melihatt
Ini cerita pertama saya disini
(aduh, ga pd benernya)
ini juga pertama kali buat aku bikin cerita, jadi mungkin bakal jelek
(=,=")
Mohon dimaklumi yahh
dan mungkin akan sedikit bertele tele ceritanya
hahahaha
Enjoy!
Chapter I
Silver's View
Sebuah istana, ya sebuah istana dengan dinding kecokelatan ditengah sebuah kota. di sebuah lorong, tampaklah seorang pemuda, dengan setelan biru laut terlihat duduk termenung di salah satu pillar besar di lorong itu. mata cokelatnya menerawang kebawah, melihat aktifitas di kota itu, walau sebenarnya bukan kota itulah yang menjadi pusat pikirannya. sesekali ia terlihat menghela nafas panjang, dan kemudian ia menutup matanya. kemudian bersender pada pillar tua yang ada di sampingnya. dari pakaian yang dikenakannya, tidak tersembunyi bahwa ia bukanlah orang yang dapat dianggap remeh di kota tersebut. lambang berwarna perak yang tercetak di dadanya dan topinya dangat jelas menampakkan hal itu. sesekali orang yang lewat menundukkan kepala dan mengambil jarak darinya. tapi ia seperti tidak memerdulikan keadaan. wajahnya yang cenderung manis itu tetap tersenyum sambil terus menatap ke arah kota, hingga tiba tiba seorang pemuda lain, tampak tergesa mendatanginya dan memanggilnya.
Arsais's View
"Bishop!"
aku tersadar dari lamunanku saat mendengar suara itu. aku tahu siapa yang bakal datang, yea, perusak suasana pasti. humph.....
aku berdiri, merapikan pakaianku, dan menatap ke arahnya.
"Axel?"
"disini anda rupanya, Yang Mulia memanggil kelima Bishop untuk berkumpul di Central"
Hmm? kelimanya? jarang sekali dia mengumpulkan semua bawahannya seperti ini. apakah ada hal penting? apa akan ada festival? tidak, tidak mungkin ada, pikirku.
"apa kau tau kenapa dia memanggil semua orang ke Central?"
"aku tidak tahu, baru saja beliau mencarimu kemari"
"Yahh.... panggil Caesar, aku ingin dia yang bertugas di Valerie sampai aku kembali"
aku berlalu tanpa menatapnya, kurapikan kembali topi biru yang kukenakan...
"Buang aja topimu itu! lagipula, repot juga kan selalu pakai benda berat itu kemana mana aku yang liat aja risih. lagipula, ga ada yang spesial dari topi itu kan?"
seru seorang pemuda yang berjalan ke arahku. pemuda dengan mata yang tajam dan wajah yang bisa dibilang diatas rata rata. rambutnya panjangnya terlihat digulung di kedua sisinya(bisa bayangin?) dan dibiarkan terjatuh melewati pundaknya.
"ah, cepat sekali datangmu? baru juga aku suruh si bodoh itu memanggilmu"
"hei hei, bodoh begitu juga dia salah satu perwiramu kan? lagipula selama aku mengajarnya menurutku dia bisa diandalkan"
aku menghela nafas..
"ya, terserahmulah, ah, hei, bisa jaga Valerie selama aku pergi? si tua bangka itu memanggilku ke Central. ahh, aku sebenarnya malas... apalagi aku harus menghadapi si bodoh itu"
Caesar cengar cengir mendengar perkataanku ya jelaslah, aku barusan mengeluarkan kata kata yang bisa membuat nyawaku melayang dalam hitungan detik
"Haha! Arvyn? yasudahlah, selesaikan dengan cepat terus pulang. beres kan?
"yeah, memang itu rencanaku" kataku singkat.
Arvyn adalah salah satu dari lima Bishop utama di Harmonia, dan dia bagiku, adalah RIVAL! tidak tau sejak kapan perseteruan kami terjadi, yang jelas, bila ketemu, kami ga pernah akur!
kutinggalkan pemuda tampan yang sejak tadi terus berceloteh di hadapanku.
Dia adalah Caesar, orang nomor dua setelah aku di Valerie, kepala Strategist, dan sekaligus pemimpin pasukanku. wajahnya memang terbilang diatas rata rata, tetapi sifatnya? MINUS.
Aku berjalan pergi meninggalkan aula utama, menuju tempat teleportasi agar mempercepat perjalananku. maklumlah, dengan berjalan kaki, mungkin aku perlu waktu seharian untuk sampai ke sana.
tanpa kusadari aku sudah sampai di ruangan dengan banyak orang berlalu lalang. mereka berpakaian sama, sebuah terusan putih dengan ukiran yang sama seperti yang tercetak di pakaianku. aku menatap mereka.
"Ah, sibuk sekali kalian, sampai ga sadar aku disini hmm?"
"Bishop" seru seorang gadis dengan rambut hitam pekat yang langsung berlari ke arahku
"apakah anda mau pergi?" kupandangi gadis itu, pakaiannya masih terlihat simple. kurasa dia seorang Apprentice disini....
"yeah, aku mau ke Central, "Ayah" memanggilku. bisa kau siapkan teleportasi untukku?
"tentu saja, sekarang juga akan saya siapkan" ujarnya.
aku menatapnya sambil tersenyum, ia yang tidak sengaja menatap mukaku langsung menundukkan wajahnya yang memerah, cih, kenapa sih cewek ini? baru liat aku udah begini, apalagi kalau dia diliat Caesar? ehh, bukan maksudku memujinya loh, tapi, yah, ya... begitulah. (Speechless)
"bisa tolong tutup mata anda? saya akan segera mengirim anda kesana"
"okay" ucapku ringan, kemudian aku menutup mataku, kurasakan tubuhku mulai terasa ringan, dan tak beberapa lama kemudian.
BRUK!
pinggangku terasa sakit. aku terjatuh?
kubuka mataku, kulihat aku berada di tengah kota, dan orang orang menatap bingung padaku.
"gagal ya" pikirku....
kutepuk2 bajuku yang kotor, kemudian aku berjalan ke istana berdinding kebiruan di tengah kota
"cewek sialan, tunggu aja, aku pulang kubunuh dia"
tampak beberapa orang tertawa melihatku
Comments
Arsais's View
Aku beringsut masuk kedalam istana. sebenarnya malas sih kesini, tapi karena memang harus, ya apa boleh buat. daripada aku mati sia - sia gara gara di bunuh si tua bangka itu. lagipula siapa tau penting kan, jadi ya ikut aja deh, yang penting aku ga ketemu ama "Dia".
"Heh, datang juga yah km"
Aku sontak langsung berbalik dan menghunus tongkatku, ke arah seorang pemuda sebaya denganku yang berpakaian sama denganku, hanya saja dengan warna hijau rumput.
"Arvyn.... Mau apa kau?" geramku
"heih, masih belum jinak juga? seharusnya ayah lebih mendidikmu ya..." ujarnya sambil tersenyum. senyum dingin dan penuh ejekan.
"Apa maksudmu?" tanyaku, tetapi orang yang aku tuju berlalu pergi.
"HEI BRENGSEK KEMARI KAU!" Bentakku, tapi dia sudah berlalu masuk ke dalam ruang pertemuan
"hei hei, ada apa ini?
seru seorang lagi, yang berpakaian merah dengan ikat kepala putih datang kearahku.
"biasa, kayak ga tau mereka aja"
seru seorang lagi, yang berpakaian cokelat sambil berlalu pergi ke arah aula utama
"hahaha, yah, walau selalu berantem gitu mereka juga MVP kalo udah di garis depan hahaha..! ujar seorang pemuda berambut kuning dengan pakaian putih kebiruan.
"Wyatt" ujarku, pemuda itu menarik tanganku dan menyeretku ke aula.
"kalo kalian terus seperti ini, kalian bisa bikin "Ayah" marah lo say" gumamnya sok genit. ia kemudian mengedipkan sebelah matanya ke arahku
"Bye cutie~!" ucapnya ringan
"JIJIK! JAUH JAUH DARI AKU"
Wyatt pun terkekeh dan pergi meninggalkanku.
Mereka adalah kelima Bishop utama di Negaraku. Bishop disini adalah sebutan untuk pemimpin dari setiap Distric. total semuanya ada 5, dan setiap dari mereka memimpin salah satu dari distric itu.
aku bergegas mengikuti mereka masuk, dan mengambil kursiku. di depan kami, duduklah seorang lelaki yang tampak berusia 30an, dengan pakaian berwarna putih kekuningan, dan disisinya berdiri dua orang pemuda kembar dengan pakaian hitam dan putih.
aku tertegun memandangnya. rasa sakit di dadaku kembali terasa. dadaku terasa sesak saat memandang orang ini
"Marty" gumamku tanpa suara....
"duduklah" ujarnya. tatapan tajamnya menyapu ke seluruh ruangan. Ia menghela nafas, dan mulai membuka pembicaraan
"kuharap, kalian semua bisa mempersiapkan seluruh pasukan kalian. tadi subuh pasukan Aronia terlihat berkumpul di perbatasan kita, dan untukmu, Arsais, kaulah yang menjaga Valerie, dan itu artinya, kaulah yang pertama kali berhadapan dengan mereka. yang lain akan berkumpul di central, dan bergerak ke arahmu. berapa lama kau bisa memberi kami waktu?"
"berapa banyak yang terlihat?" tanyaku
"puluhan, mungkin lebih dari seratus ribu. bisa kau ulur waktu untuk kami?"
Aku berpikir sejenak.
"kupikir, akan aman hingga seminggu. berapa banyak yang kalian perlukan?" ucapku akhirnya
"sekitar 2 minggu. dalam dua minggu mungkin kami baru bisa mengumpulkan semua pasukan yang berada di luar wilayah dan bergerak ke arahmu"
Aku berpikir sejenak. Satu minggupun mungkin belum tentu aku bisa menjamin Valerie aman tak tersentuh, pasukanku jelas kalah jumlah dibandingkan mereka.
"aku tidak bisa berjanji, akan kuulur waktu selama yang kubisa, tapi tidak kujamin dalam waktu lebih dari seminggu."
Arvyn sejenak memandangku
"Pasukanmu memang tidak bisa diharapkan, bukannya kalian memang ahli dalam bertahan? atau itu cuma isapan jempol doang?"
Amarahku langsung memuncak, kutatap tajam dia
"Kau yang tidak berpikir! kaupikir aku akan menyianyiakan pasukanku begitu saja? dalam perang ini, jelas kemungkinan menang nyaris Nol! Aronia jelas bisa menghabisi pasukanku dengan mudah!"
ketiga Bishop lain tampak panik melihat keributan ini
"sudah sudah" akhirnya Pixel angkat bicara. ia menghela nafas sebentar, dan kembali berbicara
"Bagaimana strategimu agar kau bisa mengulur waktu sebelum kami datang? kami pun tahu, jelas kau tidak akan bertahan bila menghadapi pasukan penuh sendirian. yang diperlukan hanya kau bisa mempertahankannya sampai kami datang"
aku menatap tajam ke arahnya
"Aku sudah tahu itu, dan aku pikir aku sudah punya rencana untuk itu..."
Lelaki berbaju putih itu menghela nafasnya
"Cukup, semakin lama kita berseteru disini, semakin dekat mereka dengan kita. Sekarang semua orang kuminta pulang, dan mempersiapkan segala sesuatunya secepat mungkin!
semua orang tampak berdiri, dan pergi dari ruangan rapat kecuali aku, yang masih termenung memikirkannya.
Arvyn tampak memperhatikanku, dan menepuk kepalaku pelan
"hei, bodoh, pulanglah, aku tau kamu bodoh, tapi kupikir kamu tidak terlalu bodoh untuk menyadari daerahmu sedang dalam bahaya kan? otakmu ga jalan ya?"
Dengan sewot kuhajar mulutnya dengan tongkatku.
"aku tau yang harus kulakukan. sebaiknya tutup rapat mulutmu, karena aku sedang malas meladeni tingkahmu!" ujarku sambil berlalu pergi
ngeliat mukanya aja udah gerah!
Aku berjalan keluar dari ruang teleportasi istanaku.
tampak Axel berlari ke arahku. kuperhatikan dia dari jauh
yah, wajahnya memang senasib denganku, lebih cenderung manis daripada tampan. tapi menurutku sih, aku lebih keren (dikit lah)
"Axel, panggil Caesar ke ruanganku..."
tak seberapa lama, Caesar sudah berdiri di hadapanku
"bagaimana hasilnya? tanyanya sambil tersenyum. senyumnya yang bisa membekukan matahari, tapi senyuman itu ga ada gunanya buatku. hahahhaa
"Yah...." ucapku memulai ceritaku
kujelaskan semua keadaanya kepada Caesar, dan ia tampak tak setuju
"Kau gila, Bishop, kita tidak mungkin bisa bertahan dengan keadaan seperti ini selama seminggu. kau pikir kita bisa dengan mudah mengatasi serombongan tentara elite? OMONGKOSONG!" serunya marah
"aku mengerti, tapi apa yang bisa kita lakukan? siapkan semuanya, esok kita bergerak dari Valerie ke North Wall, apapun yang terjadi, kita harus bersiap."
"Aku tak tau apa yang ada dalam pikiranmu, tapi ini jelas omongkosong!"
kusibakkan rambutku, kupakai kembali topiku
"DAN LEPAS TOPIMU SEBELUM KUBAKAR! MENGGANGGU!!"
aku tersenyum melihatnya. liat dia senewen begini sudah jadi hiburan sehari hariku. entah kenapa ia menaruh minat khusus(?) pada topiku ini. apa sebaiknya aku pakai ikat kepala aja kayak Pixel ya?
"Ini perintah dari Yang Mulia. kau mau melawan? aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi tidak ada salahnya kita berusaha. aku berhenti dulu, esok kita akan lanjut bicara lagi."
". . . . . . . . . . ."
Caesar masih tampak marah dari pembicaraan kami barusan, tapi ia akhirnya mengangguk.
"Baiklah, sampai bertemu besok, aku siapin semuanya malam ini. Selamat Malam...."
Silver's View
Seorang anak lelaki berumur 17an dengan rambut cokelat tampak melepas headset dan google dari kepalanya, menampilkan wajahnya yang masih terlihat muda. ia mematikan komputernya, dan bergerak ke tempat tidur.
"apa yang akan terjadi besok, terjadilah" gumamnya, dan dengan segera ia terlelap di gelapnya malam.....
kok tulisannya kecuil banget ya
(sakit mataku)
thanks yg udah datang n liat ya
mohon komentarnya
maklum masi baru
>,<
KRIIINGG!!!
"Shit ah!!"
Pasti mamaku! dia memang selalu aja gini. sial, gatau apa aku tadi malam mesti ngurus urusan ampe subuh (maen game sih >,<) dengan malas kumatikan alarmku, dan turun ke lantai bawah.
"Pagi Sayang, enak bangunnya?"
seru mamaku dari bawah sambil menahan tawa
"Ya, enak, seneng ya bikin anaknya jantungan pagi pagi. kapan kapan ini jam mama beli? kapan juga ini ada di kamarku?"
"tadi pagi, mama suruh si bibi masukin ke kamarmu suaranya kenceng ya? ampe kebawah kedengeran lo, hohohoho..."
"Enak Bangunnya Vin? hahahaha, makanya jangan ngegame mulu jadi orang!"
kutatap tajam adikku yang sedang mengoles roti dengan selai.
kurampas roti dari tangannya dan kumakan.
"Berisik..." ucapku singkat.
"hahaha, maklum lah, ampe tua masi single, makanya orangnya senewen." ujarnya
"Grace, Berisik, diem!" perintahku.
aku bergegas ke kamar mandi, meninggalkan adikku plus mamaku yang masi cekikikan ga jelas.
kututup pintu kamar mandiku, kunyalakan shower.
"single yah...?"
memang, sampai sekarang aku memang belum pernah pacaran sama sekali.
tapi apa salahnya emang?
sampai sekarang memang belum ada cewek yang bisa nyantol ke hatiku (hallah bahasanya) dan merebut hatiku (hallah sekali lagi). dan aku memang sejak smp agak tergila gila pada game onlineku. (sebenarnya banget sih)
"woi, author berisik gw timpuk lu!!"
(yaudah gw diem)
yah, jadi kesimpulannya saya memang masi perjaka sampe sekarang (ape kate lo deh)
"...................."
(iya deh aku diem)
aku keluar kamar mandi dan kembali menuju kamarku. mengenakan seragam putih putihku, dan bergegas turun ke bawah
"Maaa... aku berangkat!!"
"Iya sayang, jangan lupa liat kiri kanan ya, moga ada cewek yang nyantol dihatimu"
"........................" mamaku bisa baca pikiran nih kayaknya....
aku masuk ke kursi belakang mobil, dan pergi ke sekolah bersama adikku yang luarbiasa cerewet ini. sepanjang perjalanan adikku ga ada berhentinya ngomentarin semua hal yang dia liat sepanjang jalan. gajelas deh kalo buatku. untuk meredam keberisikan yang muncul dari sampingku (dalam konteks ini, adikku.) kupasang headsetku. Walau sebenarnya aku ga dengerin lagu apapun, tapi yah, daripada dengerin dia, lebih enak deh pokoknya.
ga lama, mobil kami sudah memasuki area sekolah. sopir mamaku menghentikan mobilnya di pintu depan gerbang sekolah.
"makasih ya bang" ucapku sambil berlalu turun.
ahh, sekolah lagi, males banget deh.
kulihat adikku sudah berlari ke dalam sekolah
"gila tuh anak, baru ini aku liat orang semangat bgt sekolahnya" gumamku tanpa sadar.
kulepas headset dari telingaku, dengan malas malasan aku berjalan ke arah kelasku.
"rame banget.."
kulihat keadaan kelas seperti medan perang, semua orang megang pensil masing masing, serobot serobotan buku, yah, ini yang terjadi tiap hari. PR tuh bukan buat dikerjain di rumah, tapi di sekolah. jadi pagi hari adalah waktunya bertempur dengan waktu sebelum guru datang dan memeriksa prnya
"oi, Apin, sante banget, ga bkin pr?"
"males..."
kukenakan kembali headsetku, kututup mataku, dan kubiarkan semua keributan ini menghilang
PLUK
seseorang menepuk pundakku
"Caesar?"
"aizz, yang bener aja, jangan panggil aku kayak gitu disini"
"oh iyah, Vin, sorry"
ia mengangguk ringan lalu meletakkan tasnya.
"km selalu sama ya, santai, ekspresimu bisa ditambah dikit gak Pin?"
aku tersenyum lalu menjitak kepalanya. yahh, dia teman sebangkuku, Kevin, sama sepertiku, penggila game akut. aku dan dia sudah saling kenal sejak SMP, di game, dan janjian buat masuk SMA yang sama. alasannya sih biar bisa ngobrol dengan teman seperjuangan.
"gimana, Valerie udah siap buat hari ini?"
dia mengangkat bahunya
"entahlah, aku juga ga tau. kamu tau kan, yang mati di perang bakal kehilangan karakternya? kuharap kamu udah pikir dua kali buat mengorbankan banyak orang."
aku hanya tersenyum, lalu kembali memakai headsetku.
"aku sudah memikirkannya...." ucapku
Kevin hanya menggeleng melihat kelakuanku
"kamu emang cuek akut..." gumamnya lirih
Mohon komentarnya untuk perkembangan ceritaaa
hehehe
nanti kalau saya santai saysa update lg
janji ga bakal putus deh critanya
moga ada yang comment
(ngarep)
hehehe
please R&R!
Salam
Silver
Bell? Bell Pulang?
Aku terbangun dari tidurku
"Pagi Ganteng"
Aku terkesikap
"Umm, Pak Jody...."
"iyah, kenapa pin?"
kulihat Kevin disebelahku diam tak bergeming dalam tatapan horrornya. aku yang baru terbangun masih mencoba menguasai keadaan
"...................."
"kok diam pin?" tanya guruku lembut
"................... i..iyah, pagi pak guru..........."
"KAMU, JANGAN HARAP BISA LOLOS HARI INI....!!!!!!!"
Euuhh!!!! (=_=)
====end of flashback====
Jadi, begitulah intinya, kenapa sekarang ada sikat di tangan kananku dan ember menemani ku di toilet ini siang siang bolong....
"sigh, dapet cewek nggak, malah nge date ma ember, kesian bgt ya km"
ujar Kevin sambil menggosok lantai wc yang berkarat dimana mana
"...................."
"woi...."
"................."
BRAKK
"aduh, apaan coba?" tanyaku sambil megusap kepalaku yang sukes menjadi pendaratan bogem Kevin
"NANYA LAGI!!! ni gara gara kamu! lagian juga, kan km yang dihukum kenapa mesti aku ikut nemenin kamu disini?"
"yahh, kan Pak Jody suruh vin..."
"PAK JODY MBAHMU! Kamu tuh yang tiba tiba bilang Pa Jody suruh aku bantu" geramnya kesal
ahhh, anak satu ini, kalau sudah emosi, humh. Kutatap kembali wajahnya, terlihat mata coklatnya tetap menatapku tajam
"apa?" tanyanya
aku tersenyum. ahh, ga di game, ga di dunia nyata, bikin bocah ini senewen memang mengasyikkan....
"gapapa" gumamku lalu kembali memasang headsetku, dan melanjutkan menggosok lantai WC.
"oh iyah, Kev, aku ikut km pulang ya, gara gara ini aku ditinggal Grace pulang" ujarku yang sukses membuat ember melayang hingga tepat jatuh di sampingku. (=_=)!
"GILA ya?"
"kamu yang gila! dasar gatau diri udah dibantuin juga"
aku mendengus kesal lalu membuang muka.
"pokoknya anter...."
dan acara bebersih wc kami dimeriahkan(-.-)? dengan celotehan Kevin....
==================================
Arsais's View
Kurapikan kembali posisi topiku. sejenak aku melamun, memikirkan hal yang akan terjadi selanjutnya. ingin rasanya aku pergi berlari dari semua kekacauan ini.....
=Aku berjanji, aku pasti melindungimu=
Sejenak aku tertegun, aku teringat kembali pada kejadian itu. aku tersenyum simpul, dan beranjak dari kursiku. kukenakan sarung tanganku, dan berjalan keluar dari ruanganku
"Caesar...Caesar...?"
"Maaf Bishop, Sir Caesar sedang di halaman depan untuk mempersiapkan perjalanan. apa anda mau saya memanggilnya sekarang?"
Sejenak kupandangi wajah pemuda berbaju hijau panjang di hadapanku. tampak ia telah mempersiapkan dirinya. sebilah belati sudah terikat di pinggangnya.
"Axel, sejak kapan kau di depan kamarku?"
"eumm, sudah sejak tadi, Sir Caesar memintaku berjaga di sini selama ia pergi. apa Anda ingin aku memanggilnya?"
"Tidak, aku akan kesana sekarang. Kau ikut?"
"I..Iyah..."
Sejenak aku tersenyum memperhatikan anak ini. aku tahu, dari caranya memperhatikan Caesar, aku tahu, dia sangat mengagung agungkan gurunya itu, tapi terkadang aku melihat sesuatu di matanya, sesuatu yang tidak dapat kumengerti....
"Caesar, apa kita siap berangkat sekarang...?"
Caesar menatapku sejenak, lalu segera memberikan aba aba pada orang yang berbaris.
"Berapa banyak yang kita punya?" tanyaku sambil berjalan ke arah pasukanku
"15 ribu, kau yakin dengan keputusanmu, Pin?"
"Tidak.... tapi tenanglah, aku punya rencanaku, dan aku tidak akan menyia nyiakan semua sahabatku di dalam perang ini"
Caesar mengangguk pelan
"Yeah, aku percaya, kapan sih aku ga percaya ama kamu sob? lagian kita juga sudah lama berteman, dan aku paham betul dengan kemampuanmu"
aku tersenyum getir, karena sebenarnya aku tidak memiliki rencana apapun untuk menghadapi masalah ini
Caesar tampak memperhatikanku, kemudian tersenyum.
"kau memang tidak pandai menyembunyikan masalahmu ya? sudahlah, kami juga sudah bersiap untuk semuanya...."
Caesar menyibakkan topiku dan mengacak acak rambutku. aku pun berusaha melindungi rambutku dari serangannya. mataku menyapu ke depan gerbang. tampak Axel memandangi kami berdua dengan tatapan aneh. kurasa semakin lama aku semakin menyadari apa yang terjadi di antara mereka...
"Caesar, aku mau Axel ada di divisimu, perhatikan dia dengan baik.."
"Ahh, kenapa? bukannya buatmu dia cuma bocah bodoh?"
"yeah, tapi kupikir dia tak akan ragu untuk melakukan apapun untuk melindungimu..."
kukenakan kembali topiku dan berjalan mendahului mereka, meninggalkan Caesar yang masih dibingungkan dengan perkataanku barusan. yah, aku mulai menyadari sesuatu yang disimpan oleh bocah bodoh itu.
Aku bergerak ke depan barisan. kukeraskan raut wajahku, bersiap untuk menggerakan mereka
"KITA BERGERAK, KE NORTH WALL ! KITA HANYA PERLU MENGULUR WAKTU SAMPAI BANTUAN DATANG KEMARI. MARCH!" teriakku lantang, disambut dengan gemuruh teriakan dari sahabat sahabatku yang telah lama kukumpulkan di tempat ini. tak seberapa lama, kami mulai bergerak ke tempat yang kami tuju. teriakan teriakan jelas terdengar sepanjang perjalanan kami. sigh... andai aku punya headset disini....
Hari yang panjang, dan perjalanan yang melelahkan. semua orang telah sampai dan berkemah di North Wall. sebenarnya walaupun ini adalah benteng, tetapi disini juga terdapat kota kecil, dan kota itu sementara menjadi peristirahatan kami.
"Caesar, dimana mereka berkemah?"
"Jauh ke Utara. aku sudah mengirim orang untuk mengawasi mereka. sebaiknya kau mulai memikirkan semuanya dari sekarang, sebelum kita terlambat langkah"
kepalaku saat ini penuh dengan berbagai pemikiran. Tidak ada satu hal pun yang menjanjikan kami semua akan berhasil menang dalam perang ini
"Aku yakin siang ini mereka akan menyerang. kita tidak akan bertahan di dalam benteng. Kita harus maju. kupikir dengan begitu mereka akan terkejut dan memperlambat pergerakannya."
sejenak aku terdiam, dan berjalan keluar dari tenda.
"Axel....?"
Axel terlihat terkejut karena aku menyadari keberadaannya. aku hanya menatapnya dengan pandangan datar, padahal sebenarnya aku ingin memberikannya seringai kejam, karena seulas ide tiba tiba muncul di benakku
"ahhm, aku ingin pergi berjalan jalan. bisakah kau masuk ke dalam dan temani Caesar? aku yakin dia perlu bantuanmu"
"A..Aku? Aku dengan Sir Caesar? Tapi, tapi"
Aku menatapnya tajam
"Membantah?"
"Maaf, saya segera pergi"
Aku tersenyum penuh kemenangan saat Axel dengan malu malu masuk ke dalam tenda ku.
"semoga berbahagia" gumamku penuh arti....
Sebenarnya ini adalah gagasan yang aneh, cowok ama cowok? kok bisa ya aku mikir begitu? apa aku juga bisa ya?
"AAHHH...!!!"
Aku berteriak dan mengibaskan kepalaku. sejenak orang orang melihat kepadaku. Aku langsung mengambil inisiatif untuk angkat kaki sebelum semakin banyak mata yang melihat kepadaku.
Aku berjalan, jauh ke luar dari benteng, aku tidak mengenakan pakaian Bishopku, hanya sebuah pakaian biasa dan sarung tanganku, kalau kalau ada monster, siapa tau kan...
Sebenarnya aku ragu untuk berjalan keluar dalam keadaan seperti ini, bisa saja aku bertemu musuh, atau semacamnya. tapi ya sudahlah, toh aku lagi perlu refreshing juga.
Aku berjalan masuk ke dalam hutan lebat, sembari melatih kemampuanku dengan monster monster yang ada di dalam, tanpa sadar aku sudah masuk jauh hingga ke dalam hutan. di tengah hutan gelap ini ternyata ada sebuah danau kecil, dan sinar matahari menerobos masuk ke dalam danaunya
"Indah..."
pandanganku menyapu, menikmati pemandangan yang ada dihadapanku.
Hm...? sejenak aku tertegun, melihat sebuah sosok di pinggiran danau. seorang Archer? di hutan seperti ini? dalam keadaan perang seperti ini? kupandangi wajahnya. Cantik...
Ia sedang membersihkan panahnya, saat pandangan kami bertemu, dan ia tersenyum kepadaku.
"Hai..." ucapnya pelan
Laki laki rupanya. sial aku tertipu.
"ah Hai. boleh aku duduk disampingmu?" tanyaku
aku masih belum menyadari kenapa aku berkata seperti itu, tapi dadaku berdegup kencang saat aku melihatnya. apa aku takut?
dia tersenyum. detakanku jadi semakin menjadi jadi. Sial! bisa pecah dadaku kalau begini terus.
"tentu, silahkan..."
Aku beringsut duduk disampingnya, dan menatapnya.
"kenapa? apa ada yang salah?"
"ahh, ti.. tidak, kamu archer?"
sial, aku salah tingkah dihadapannya, kenapa ini? dia laki laki!
kembali aku teringat pada Axel.
"AAAAHHH...!!"
kuguncangkan kepalaku dan kupukul pukul
"kenapa kau? apa ada yang salah?
"ti..tidak, ah, iya, panahmu bagus. jobmu apa? Ranger? Arch Archer?"
"Bukan, aku Necromancer..."
Weqz??
"Aahahaha bercanda pasti!" ucapku sambil tertawa. okey! aku mulai bisa menguasai keadaan! sekarang aku harus menguasai hatinya! EHH!
"AAAHHH...!!!" kembali kuguncangkan kepalaku
dia menatapku bingung, kemudian tersenyum.
"aku tau, karena panah ini, kamu ga percaya kan?"
Sejenak dia menutup matanya, dan tengorak tiba tiba muncul dari bawah kakiku
"GWAHH!!"
"kaget...?"
tiba tiba kerangka itu berjatuhan kembali dan menghilang. aku masih menatapnya takjub. dia kembali mengambil posisi duduk di sampingku, kemudian membetulkan rambutnya.
aku merasa wajahku memanas, aku menundukkan kepalaku, ga berani menatapnya langsung. Perasaan apa ini...?
"dan kamu? apa jobmu? dari pakaianmu sepertinya kamu Monk ya?"
Aku berusaha menghindari matanya saat mengangkat kepalaku. aku tersenyum terpaksa, dan akhirnya mulutku bisa berfungsi seperti sedia kala
"Priest..." kataku singkat, ga berani berbicara lebih lagi, takut lidahku kesemutan lagi hehehe...
"ahh, Priest? job yang sulit ya? ngapain kamu kesini? ada yang dicari?"
"enggak sih..." aku menggaruk kepalaku yang gatal
"aku cuma mau cari suasana baru. kepalaku pusing. rasanya aku ingin lari dari masalahku"
"lari?"
"yeah..." ucapku singkat.
"aku mengerti, pasti sulit ya...." ucapnya
darisana pembicaraan kami semakin menghangat, sampai aku merasa matahari telah berada tepatt di atas kami
"Ah, aku harus pulang, aku punya tugas yang harus kuselesaikan"
Ia mengangguk ringan dan tersenyum. secara tiba tiba dadaku langsung berdetak kencang lagi. Sial...
tanpa permisi aku langsung berlari pergi, karena aku sadar wajahku sudah memanas. aku yakin deh, dibandingin kepiting rebus, mukaku pasti lebih merah sekarang!
Aku melangkah masuk ke dalam benteng. ga ngerti juga kenapa, tapi rasanya langkahku lebih ringan sekarang, dan rasanya moodku semakin membaik.
"Darimana aja?"
Caesar tampak berdiri di depan barisan pasukan saat aku menoleh kepadanya. mukanya tampak tegang. disampingnya Axel terlihat sama tegangnya menatapku dengan pandangan yang sulit kuartikan
"kenapa semuanya berkumpul?"
"Pasukan depan mereka sudah bergerak ke arah kita. kalo tadi kamu ga segera datang, mungkin aku udah sendirian maju dan berperang..." ucapnya dingin
Aku menggaruk kepalaku dan menundukkan kepalaku, perasaan bersalah terasa di dalam dadaku. tapi entah kenapa, rasanya moodku terlalu bagus untuk merasa begitu
"Baik, kita bergerak. hadang mereka di depan."
"apa strategimu untuk kali ini?" Ucap Caesar sambil menatapku tajam
"hanya pasukan pembuka kan? kita habisi mereka sebelum sampai disini, tidak ada strategi, bariskan Wizard di garis depan. kurangi jumlah mereka sebelum mereka sampai disini"
"Baiklah" ucapnya singkat. tampaknya dia masih marah padaku. hmmm, nanti di sekolah aja deh aku traktir makan buat permintaan maaf.....
"SEMUANYA, BERSIAP, KITA BERGERAK SEKARANG''
dengan seruan itu, semua orang bergerak ke garis depan. aku yakin, kali ini kami pasti bisa dengan mudah menjatuhkan mereka. yah, kupikir, dengan pukulan pertama ini mereka pasti akan berpikir panjang sebelum menyerang.
=======================================
Caesar's View
Kupandangi sisa sisa rerumputan yang sekarang sudah memerah karena darah. Aku sudah menduga hasil ini. Perkiraan Alvin emang ga pernah salah. dalam sekejab saja, kami berhasil menghabisi seisi pasukan depan mereka. Axel terlihat bergetar setelah semuanya berakhir. aku melihat beberapa torehan luka di badannya, dan sebuah sayatan kecil di wajahnya tampak masih mengeluarkan darah. kuusap pelan wajahnya, dan aku tersenyum padanya.
"Lihat? Bishop memang bisa diandalkan, sudah selesai, kau juga sudah berusaha dengan baik" kuacak acak rambutnya dengan gemas. dia terlihat terkejut. maklum lah, karena biasanya cuma Alvin yang biasa aku begitukan. dalam sekejap mukanya berubah merah. kenapa anak ini...?
"Belum...."
Aku tertegun, aku melihat ke arah Alvin, atau Arsais di game ini, dan aku terpana melihat apa yang ada di belakangnya.
walau tampak jauh, tapi aku bisa mengenalinya. itu adalah pasukan musuh yang masih berdiam aku yakin jumlahnya lebih dari lima kali lipat pasukan kami, mereka berbaris dalam formasi, tetapi belum menunjukkan pergerakan.
Axel menggenggam tanganku erat. semua pasukan kami tampak tegang melihat keadaan ini. Kulihat wajah Alvin. baru kali ini aku melihat segurat ketakutan di wajah datarnya. Dia Takut.....
Tak lama kemudian, mereka terlihat mundur, dan menghilang di garis matahari sore. Axel tetap memelukku dari belakang, dan aku mengelus rambutnya untuk mencoba menenangkannya. semua orang tampak lega. kecuali satu orang. Alvin.
Aku dan dia menyadari apa yang tidak disadari orang lain. kami menyadari apa yang akan terjadi berikutnya, tangan Axel terlihat bergetar. aku memeluknya untuk menenangkannya, tapi dengan cepat dia mendorongku. dan membuang muka.
kenapa dengannya? anak ini semakin membingungkanku.
Sejenak kemudian, Alvin tampak memberikan aba aba pada kami untuk mundur, dan beristirahat.
====================================
Malam itu aku tertegun di tendaku, malam sudah larut, aku sadar, dan esok aku harus sekolah. tapi aku tau, Alvin sedang merencanakan sesuatu dan aku harus siap bila ia memerlukanku.
Alvin masuk ke tendaku, benar dugaanku.
"Caesar, kau mengerti keadaan kita?
aku mengangguk lemah
"yeah, tau. dengan keadaan seperti ini, kita cuma bakal jadi sandsack! kita tinggal tunggu waktu sampai mereka datang dan meluluhlantahkan semuanya...."
"ya... begitulah. kupikir, aku perlu "itu" untukku sekarang"
ujarnya lirih.
mataku melebar.
"The Earth? Kau sadar yang kau akan lakukan? kalau kau salah langkah dan kau gugur, seisi pasukan akan tercerai berai"
"aku tahu, maka itulah aku memanggilmu. Bila sesuatu terjadi, aku mau kau yang mengambil alih pimpinan. Mengerti?"
sejenak aku menatapnya tajam. aku benar benar tidak setuju dengan hal ini. tetapi Alvin adalah orang yang keras kepala bila sudah mengambil keputusan.
akhirnya aku mengalah, dan mengangguk.
"Tapi berjanjilah, selama kau bisa memimpin, aku tidak lebih dari seorang prajurit..."
Ia tersenyum lalu berlalu pergi
"aku akan mengambil Earth sekarang juga. setelah itu aku akan langsung tidur. mereka juga tidak akan menyerang, kupikir..."
aku mengangguk, dan menatap kepergiannya.
"Kamu memang... selalu bilang orang lain bodoh. padahal sebenarnya kamulah yang bertindak bodoh kalau sudah begini"
Kevin's View
segera ku log out game ku, dan aku beranjak ke tempat tidur
kurapikan kembali rambut cepakku, dan kutatap jam dinding.
"Sh*t! jam 1! telat nih sekolah esok! Apin sial! liat aja esok!"
aku segera mematikan lampu dan terlelap.
=======================================
Semoga kedepannya bisa lebih baik cerita ini.
sementara memang terpusat di sini, karena ini masih prolog ceritanya
hehehehe
Proyek Antologi Boyzforum 2012
TEMA:
Perjuangan Hidup, dengan batasan tokoh sekitar kehidupan Gay, Transgender dan Lesbian.
SYARAT PENULISAN CERPEN:
1. Warga Negara Republik Indonesia
2. Jumlah halaman naskah 6-8 lembar, spasi 1,5, jenis huruf Times New Roman font 12, ukuran kertas A4, margin 3-3-3-3.
3. Biodata narasi sekitar 100-200 kata yang ditulis pada halaman akhir naskah cerpen. (Bisa pakai nama asli atau nama pena)
4. Kirim naskah cerpen ke alamat email: [email protected] (dengan menulis di judul/subjek email: Antologi BF 2012 – Nama Penulis - Judul Cerpen) dalam pentuk lampiran, bukan di badan email.
5. Setiap peserta hanya boleh mengirim maksimal 2 cerpen terbaiknya.
6. Posting info Proyek di note FB dan Tag ke teman lainnya sebanyak 30 orang termasuk Antologi BF (http://www.facebook.com/antologi.bf)
7. Naskah belum pernah dipublikasikan di media apa pun.
8. Tulisan Tidak diperkenankan menyinggung SARA atau hal-hal yang dapat menimbulkan konflik.
9. Dipilih 15 Naskah Cerpen, untuk kemudian diajukan ke penerbit Mayor, jika tidak lolos maka akan diterbitkan secara indie.
10. Naskah paling lambat dikirim tanggal 18 Agustus 2012
11. Pengumuman NASKAH peserta proyek yang lolos 31 Agustus 2012.
12. Jika peserta tidak melengkapi semua persyaratan di atas, maka otomatis dianggap gugur.
13. Penilaian Juri tidak bisa diganggu gugat dan tidak diperkenankan berkomunikasi secara pribadi dengan semua Panitia, jika ada yang perlu ditanyakan silakan bertanya pada akun Antologi BF.
14. Tidak ada reward dalam proyek ini. Untuk masalah royalti akan dibicarakan kemudian jika naskah sudah siap.
TIMELINE
Pengumpulan cerpen: 3-18 Agustus 2012
Pengumuman kontributor: 31 Agustus 2012
Pengumpulan Kontibutor untuk revisi dan pembahasan: September 2012
Pengajuan ke penerbit: Oktober 2012
Selamat berkarya!
Tabik,
@gr3yboy
......................................................................
Update Peserta Proyek ANTOLOGI Boyzforum 2012
(Keterangan: G = Cerita Tema Gay; T = Cerita Tema Transgender; L = Tema Cerita Lesbian)
(per 3 Agustus 2012)
1. Abiyasha – Ketetapan Hati (G)
2. Chocolate010185 – ArnaWarna = Samudra (G)
3. Ciella Caroline – Izinkan Aku Berada di Sampingmu (L)
4. Danu Prastyo – Untitle (G)
5. Gr3yboy – Al-Fath (T)
6. Jay Dody – Buku Nama Panji (G)
7. Jay Dody – Pelajaran Hidup Rezha (G)
8. Mario Bastian – Impian Kelas Bisnis (G)
9. Shiki – Di Pelataran Senja (G)
10. Stephen_Frans – Cerita dalam Novel (G)
11. Alabatan - Tidung Cinta (G)
12 Foreill_V - The Paper Plane (G)
......................................................................
aku masi ngerasa belum siap
>,<
Saya jadi penonton aja
Kukerjapkan mataku. terasa sinar matahari memasuki luang mataku. Pagi? ahh, ga kerasa udah pagi lagi. tadi malam maen sampe jam 3, sekarang jam 6 sudah harus bangun.....
kuregangkan badanku dan bergegas keluar dari kamar. kulihat meja makan.
Sepi
tidak ada mamaku, ataupun Grace di meja makan.
"Biii, Bibi, kemana semua orang bi??"
wanita paruh baya dengan daster merah tergopoh gopoh mendatangiku"
"Sinyo udah bangun. Mama ama Nonik udah pergi daritadi nyo. katanya si Sinyo gabisa di bangunin, jadi ditinggal"
"Ditinggal? emang jam berapa sekarang?"
"Jam 7 nyo. sinyonya libur ya?"
"WADZZZ???!!!"
Segera aku berlari ke kamar mandi dan menyelesaikan semua ritual pagiku, lalu bergegas menaiki motorku untuk melaju ke sekolah, ketika tiba tiba sebuah motor parkir di depan rumahku.
"Kevin? ngapain kesini?"
"Woi, tuan muda! molor terus, berangkat ayo! tadi aku cuma iseng lewat sih, pas banget ya? aku emang bener bener malaikat pelindungmu ya?"
aku menghela nafas jengah. anak satu ini emang kalo ngomong ga pake saringan kayaknya. campuran antara sok PD, bodoh dan tolol jadi satu. ck....
kupakai helm ku, lalu aku naik ke sadel belakang motornya, kukenakan headsetku. Kevin hanya mendengus sebal melihat kelakuanku, dan segera melajukan motornya ke sekolah.
=======================================
Jam 7.25
Tepat waktu pikirku, 5 menit sebelum bell udah di dalam kelas. kupandangi Kevin di pojok lain dari kelasku. dia tampak sedang bertempur dengan teman temannya untuk meminjam PR dari Adit si ketua kelas.
Aku? yahh, karena udah jam segini, dan males, jadi aku memutuskan untuk duduk pasrah aja deh. lagian kalo ga ngerjain pr juga ga penting penting amit kan. kuambil sebuah buku dari tasku, lalu kubaca perlahan.
"Apin! Kamu ga ngerjain pr??!!" teriak Kevin dari ujung sebelah kelasku. kulayangkan pandangku ke padanya
"Gak.." ucapku
dia hanya menggeleng, kemudian lanjut bertempur dengan Rico, Fendy dan Ditya. mereka saling sikut dan tarik tarikan. kupandangi wajah Kevin. Mukanya tampak sewot karena permainan keras dari teman teman mereka. tak jarang ia terjengkal karena ditarik dari belakang
"Umph.. Hahahaha!"
aku ga bisa nahan tawaku lagi. ngeliat kelakuan anak satu ini emang bikin aku terhibur! tingkah konyolnya itu memang ga bisa di prediksi sama sekali. teman temanku tampak memandang kaget ke padaku, begitu juga Kevin di pojok sana
"Wahh, si Es Batu bisa ketawa juga ya? baru liat.." gumam Kevin
Kulempar novel yang baru ku baca ke arahnya dan sukses menampar mukanya. dia terlihat meringis kesakitan karena perbuatanku.
kulemparkan tatapan sinis kepadanya sekali lagi, dan kembali duduk mejaku.
Sialan. pikirku. aku melamun, melamun kembali ke kejadian di tengah hutan itu, saat aku bertemu dengan Penyihir Muda itu. ah iya, aku lupa menanyakan siapa namanya... apa masih bisa bertemu? kubayangkan kembali wajahnya saat dia memandang dan tersenyum kepadaku
"Apin, sakit ya? mukamu merah banget. kamu demam?"
sejenak aku terkejut karena sebuah tangan sudah menempel di keningku
"Kevin? apaan sih"
kurasakan wajahnya hanya beberapa centi lagi dari wajahku. Ahh, andaikan wajah penyihir itu yang berada di jarak sedekat ini denganku..... APA YANG KUPIKIRKAN? AAA......
PLAKK! kutampar pipinya.
dia terlihat terkejut, aku pun masih belum sepenuhnya sadar dengan apa yang kulakukan
"gausah sok perhatian deh" ujarku untuk menutupi kegugupanku
"mulai deh sok judesnya"
Kevin hanya menggeleng dan duduk di sampingku. ternyata bell tanda pelajaran dimulai sudah berbunyi. tak lama kemudian guru sudah masuk ke dalam kelas
Kevin's View
Kupandangi sesosok wajah yang terlelap di sampingku.
Alvin, yeah, si pangeran tidur.
kerjaannya kalo di sekolah, kalo ga tidur, ya baca buku.
selama ini tanpa disadarinya banyak cewek yang naksir sama dia. secara yah, mukanya yang super cute gt, plus sikap dinginnya itu. siapa cewek yang ga klepek klepek ama dia?
banyak cewek yang sudah jatuh hatu ama dia, tapi dia kayak ga menggubris mereka sama sekali.
jutek emang anaknya, tapi dia bukan anak yang jahat kok.paling ga dia orang paling tepat janji yang pernah aku temui. aku sudah kenal lama dengannya dari game online yang kami mainkan, dan selama ini, menurutku dia bukan orang yang buruk. hanya saja sikap baiknya ditutupi dengan ke judesannya.
"kamu kalo jadi cewek pasti udah kujadiin pacarku deh"
gumamku pelan, agar tidak ada yang mendengar, karena saat ini kelas sedang diajar oleh salah satu guru ter killer sepanjang peradaban.
walaupun mukanya cute, tapi dia ga pernah suka di panggil atau disebut sebut dengan panggilan itu. dulu dia pernah berantem sama kakak kelas hanya karena dia dibilang manis ama kakak kelas itu. aku masih ingat gimana mukanya yang memerah menahan marah dan tatapannya yang mengisyaratkan dia bakal menguliti hidup hidup orang yang ada didepannya.
kubelai rambutnya pelan, yahh, paling nggak selama 5 tahun ini, dia teman terdekatku yang pernah aku punya. dan sekarang, dia sekali lagi mati matian bertempur untuk hal yang aku ga mengerti. setahuku dia orangnya cuek
tapi kenapa? untuk perang satu ini tampaknya iya tak bergeming dari pendiriannya? setiap aku menanyakannya dia hanya menjawab
=aku punya janji yang harus kutepati, aku harus memenuhinya=
kuhela nafasku. kenapa ia tidak pernah bercerita tentang janji itu? janji apa yang dia miliki hingga itu begitu penting?
sejenak rasa cemburu meliputiku
Cemburu?
HEI! aku ga cemburu. ini hanya sebagai teman. ya kan?
menyusahkan sekali perasaan ini....
kembali kutatap matanya yang tertutup.....
kuangkat tanganku
"Bu, si Apin ketiduran...."
aku terkekeh dalam hati
sebentar lagi ada tontonan menarik nih
=======================================
kalo ada komentar mohon dikasi tau yaa
hehehe
aku berusaha keras deh supaya ceritanya jadi rame
soalnya perasaanku ceritanya kurang rame ya?
Aku berjalan tergesa keluar dari tendaku, berjalan ke tengah lapangan. disana berdiri Lord Marty.
"Arsais? kamu terlambat. kemana kamu? bukankah kamu selalu online sekitar pukul 2?"
aku memutar pandanganku, menatap tajam ke arah Caesar yang sedang cengar cengir ke arahku.
'Gara gara anak bodoh itu, aku jadi di hukum di sekolah, dia juga langsung nyelonong pergi. sialan'
"Arsais...?" panggilnya lagi
"Maafkan aku, Grand Bishop. tadi ada beberapa urusan yang harus kuselesaikan, aku baru bisa online sekarang"
dia mengangguk pelan, dan menatap ke tangan kananku, memperhatikan bekas terbakar di tanganku
"Kau mengambilnya...?"
"iya..." ucapku lirih
"aku tahu aku masih belum bisa menguasainya, tapi kupikir ini saatnya aku menggunakannya"
"kau tahu konsekwensinya? Earth Bearer?"
"ya. aku paham, dan aku sudah mempertimbangkannya"
dia tertawa pelan
"jangan kau pikirkan. karena kemenanganmu kemarin, mereka menarik mundur pasukannya. selama ini, pasukan Valerie Distric memang sudah menunjukkan kemampuannya pada seluruh negara disekitar sini. aku sekarang disini untuk merundingkan perjanjian damai dengan mereka...."
"Begitukah?"
Lelaki yang berdiri di hadapanku mengangguk pelan.
"Aku berangkat sekarang, setelah ini, aku ingin berbicara denganmu. bisakah kau menungguku pulang? untuk pasukanmu, bisakah aku minta mereka tetap disini hingga berberapa hari kedepan?"
aku mengangguk. dan Ia tampak puas dengan jawabanku, kemudian mengusap rambutku pelan.
"baiklah, aku pergi sekarang."
Aku terus memandangi punggungnya yang semakin mengecil. ia berangkat bersama dengan dua perwira kembar yang aku lihat kemarin.
Aku menghela nafas, dan beranjak pergi.
"Hei hei, mau kemana kau Pin?"
kuangkat tanganku, bekas terbakar di tanganku menyala, dan sebongkah tanah terangkat keatas dan menghantam wajah Caesar tepat di pipinya.
Axel terlihat panik dan segera mendatangi Caesar.
"Kau gila ya? kau gunakan Rune untuk menyerangku?" katanya berang
"Balasan, untuk membuatku berdiri di lapangan sampai sore.... Ah, aku mau jalan jalan. tolong gantikan aku jaga.."
Semua maki makiannya ucauhkan seiring dengan aku beranjak pergi. aku tahu kemana aku ingin pergi. ya, ke tempat itu, tempat indah itu, aku ingin sendiri dan melamun untuk diriku sendiri.....
======================================
Arsais's View
Kupandangi air yang beriak di hadapanku.pikiranku saat ini tidak ada disana. aku memikirkan jauh ke belakang, saat aku berjanji pada orang itu.....
============flashback====================
Silver's View
Alvin! kamu yakin? kamu baru aja dapat promosimu sebagai Sage, dan kamu bilang sekarang kamu mau pergi? ucap seorang wanita pada seorang Sage muda di hadapannya.
"Yeah, Kanna, maaf, kupikir aku sudah cukup kuat sekarang. lagipula, aku Sage, bila ada apa apa aku bisa menyembuhkan diriku sendiri"
wanita itu hanya menghela nafas, dan menatap pemuda di hadapannya dalam. pandangan yang terasa seakan sedang memeriksa hati prang yang dilihatnya.
"Kamu tahu? di utara sedang ada perang besar, dan kamu mau pergi kesana? apa yang kau kejar?"
"Aku tahu, tidak ada yang kukejar, Kanna. Kamu sebagai guruku, dan aku menghormatimu, tetapi sekarang kupikir aku ingin bertualang."
"Aku sudah tidak setuju dengan langkahmu sejak awal. Kamu jenius dalam strategi perang, tetapi tidak menunjukkan ketertarikanmu untuk bekerja di medan perang, dan sekarang kau memilih jadi Sage dan pergi bertualang?"
Pemuda itu mengangguk mantap. wanita itu menghela nafas
"Terserahmulah!"
===========end of flashback=================
Arsais's View
aku terus termenung sambil memainkan tongkat kayu di tanganku.
"Kurasa, aku sudah terlalu dalam memakai perasaanku..."
"Perasaanmu? perasaan apa?"
Aku terkejut, aku berdiri dari tempatku dan wajahku bertatapan tepat dengan si Penyihir Muda. wajahnya hanya sejengkal dari wajahku, saaat kusadari mukaku memanas.
aku segera duduk, membelakanginya.
"Yeah..." ucapku lemah
sejujurnya aku sedang tidak ingin diganggu dengan orang lain, tapi kalau yang ganggu dia boleh deh
(>,<)
ia mengambil tempat duduk tepat di sampingku, di sibakkannya rambutnya.
"apa yang kau pikirkan?"
"tidak apa apa, hanya saja, kupikir aku sudah terlalu dalam tenggelam dalam perasaanku."
"apa yang membuatmu berpikir begitu?"
"saat ini aku sudah terjebak dan tidak ada pilihan, ini semua karena janjiku di masa lalu. aku mencintainya, dan aku menyelamatkannya, walau aku tahu dia tidak memiliki perasaan yang sama denganku....."
dia memandangku dalam, tiba tiba dia mengangkat daguku dan membelai rambutku. aku menutup mataku, menikmati belaiannya di wajahku.
"bahkan bila kau tutup matamu, dunia tidak akan menghilang. semua masalah yang ada bukanlah sesuatu yang harus kau sesali. kemanapun kau melangkah, selalu ada konsekuensinya, dan tidak ada yang berhak menyalahkanmu untuk keputusanmu.."
aku tertegun mendengarnya. aku menatapnya, dan ia tersenyum padaku
DEG...DEG...DEG.... degpan di dadaku kembali terasa.
aku langsung melepaskan diriku dari tangannya.
"Te.. terimakasih. ah, aku harus pergi, kupikir kapan kapan kita bisa bertemu di kota. boleh aku mengirimimu surat?"
dia mengangguk ringan
"Namaku Yue. kirimi aku surat, aku janji akan membalasnya. oke?"
Aku mengangguk cepat, dan pergi meninggalkannya
"oh iya, tolong rawat luka di tanganmu!"
DEG...! aku terkejut. kutatap tanganku, dia menyadarinya? apa dia memperhatikanku?
DEG....DEG....DEG.....
sial, lagi lagi dia membuatku malu!
aku langsung pergi meninggalkannya
=====================================