BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

The Night, and The Day - END - page 111

16970727475117

Comments

  • aapaaaaaa ituuuuu?
    Buset dah, pas bgt lg tegang2nya malah bersambung kan yak,,

    hadoh rasanya tu kayak mw boker tp gk keluar2 tu na huhu #jorok

    ayok lanjut penasaran sdh na
  • aapaaaaaa ituuuuu?
    Buset dah, pas bgt lg tegang2nya malah bersambung kan yak,,

    hadoh rasanya tu kayak mw boker tp gk keluar2 tu na huhu #jorok

    ayok lanjut penasaran sdh na
  • @silverrain serius deh ni ankkkk... Apa apa apa ituuu
  • Beast rune ya? Ehmmm dilawan aja ama cyndar, kan katanya dia pit boss terkuat monster. Jd monster lawan monster hehehehe
  • Ish! Buat penasaran aja bebeb satu ini sama ceritanya :kiss
  • Pasti ƳαЛġ dilihat beast rune..
  • Yue's View

    Deru angin tak mampu menutup kegugupanku.
    Dadaku berdetak kencang, hingga aku bisa merasakan sedikit sakit karena hentakan jantungku di dadaku.
    Aku sungguh merasa gugup kali ini.
    Kulirik pria muda di sampingku.
    Dia tampak tenang dengan ikat kepala hijaunya, sebuah sabit besar berwarna hitam dimain mainkannya di tangannya.
    Aku sendiri dengan nervous masih memutar mutar glaive di tanganku.
    Panahku bertengger di punggungku, mungkin, kali ini aku akan bertarung dengan Glaive, dan membuat panahku bebas tugas sepanjang peperangan ini.
    Aku kembali memandangi sosok lelaki di sampingku.
    Dia tampak menyadari aku memandanginya, dan segera mengusir mataku dengan pandangan dinginnya.
    Apa dia masih membenciku sekuat itu?
    Apa mungkin aku memang tidak bisa dimaafkan lagi?
    Aku menundukkan kepalaku dengan lesu.
    "Mereka datang..."
    Ujar Rex, pria yang sedari tadi mengganggu pikiranku, dia berbicara dengan tenang dan santai, tapi aku masih bisa membaca kegugupannya di dalam nada suaranya.
    Aku menyipitkan mataku, menghalangi sinar matahari yang mencoba membutakan pandanganku, kupicingkan mataku.
    Mulai bisa aku kenali mereka semua.
    Mereka berpakaian serba hitam, dengan jubah hitam dan ukiran emas di sekujur baju mereka, sementara serombongan lain dengan pakaian serba hijau dan membawa tongkat dan menenteng sebuah buku berjalan beriringan dengan mereka.
    Samar kudengar Axel mulai berbicara dengan mantap, memerintahkan pasukan kami untuk menyiapkan mantra sihir mereka.
    Aku memicingkan mataku, memeriksa pasukan musuh yang berjalan mendekati kami langkah demi langkah.
    Tunggu.
    Aku mengenali satuan itu.
    Seorang lain berpakaian putih panjang, bersama dengan dua orang pemuda, seorang membawa pedang besar di punggungnya, dan seorang lagi menenteng sebuah senapan laras panjang.
    Aku mengerutkan dahiku.
    Mereka?
    Tidak mungkin...
    Hmmm, apa itu. Bukankah itu..."
    Aku bermonolog, masih tidak yakin dengan penglihatanku.
    Rex melebarkan matanya saat melihat pasukan itu.
    Axel yang sedari tadi terus berteriak menyiapkan pasukan kami pun terdiam.
    Dia tak mengeluarkan sepatah katapun.
    Aku melirik ke belakang, melihat ke arahnya.
    Axel melongo, dia melebarkan matanya, sama terkejutnya seperti kami.
    Tak lama kemudian, dia segera menjatuhkan tongkatnya yang sedaritadi beterbangan, dan berlari melewati kami.
    Ya, dia tampaknya juga mengenali mereka.
    Rex hanya tersenyum dingin, tanpa mengambil pergerakan apapun.
    Axel berlari, diikuti Arsais yang menyusulnya.
    "Kak Yujiiii!!!"
    Axel berteriak lantang, kemudian segera memeluk salah satu dari tiga lelaki yang berjalan paling depan.
    Lelaki muda itu tersenyum dan memeluk balas Axel, sambil terus berjalan, Ia menggendong Axel di bahunya, sementara Arsais memandangi mereka dengan sebal.
    Aku tertawa melihat kelakuannya.
    "Kalian ga suka liat kami datang sampai harus menyambut dengan senjata lengkap begini?"
    Seorang pria lagi dengan pedang berbentuk salib besar di punggungnya mencerca kami dengan jengkel.
    Sedangkan seorang pria lagi dengan pakaian putih panjang, dengan rambut kuning emas panjang dan tiara biru di kepalanya segera mendatangiku, dan berlutut di hadapanku.
    "Cardinal, Keith menghadap, maafkan keterlambatan saya..."
    Ujarnya dengan hormat, tanpa sekalipun menaikkan mukanya untuk menatapku.
    "Keith...? Kamu terlihat berbeda..."
    Ujarku sambil tersenyum.
    Pemuda itu berdiri, dia menyunggingkan senyuman tulus di bibirnya.
    "Ya, karakter baruku terlahir di Great Forest, dan aku dilahirkan sebagai elf disana, jadi, ya beginilah aku..."
    Ujarnya sambil memutar tubuhnya.
    Baju putihnya berkibar, ekor dari gulungan kain yang terdapat di ujung tudung kepala dan ujung lengan bajunya berguncang karena perbuatannya.
    "Yeah, kau terlihat lebih tampan."
    Ujarku sambil melirik Rex.
    Dia tidak menoleh ke arahku, tapi setidaknya aku sempat melihatnya mencuri lirikan ke arah kami.
    Apa dia cemburu?
    "Yeah... Apa aku masih bisa jadi Priest mu, Cardinal?"
    Ujarnya sambil tertawa.
    Aku menepuk bahunya, kemudian memeluknya.
    "Tentu, aku selalu menunggu kedatanganmu!"
    Keith membalas pelukanku dan tertawa kencang, kami berpelukan ditengah pertemuan dua pasukan di padang lebar ini.
    Aku membuka mataku, kulihat Rex menatap tajam padaku.
    Apa dia cemburu?
    Aku tersenyum senang.
    Entah senang karena apa, yang pasti aku merasa begitu bahagia sekarang.
    =======================================
    Caesar's View

    "Jadi selama ini kalian sudah membuat karakter baru, dan berkeliling mencoba mencari kami?"
    Tanya Cardinal Yue kepada mereka.
    Keith, Clive dan Rover mengangguk.
    Wajahnya sedikit berubah dari Keith yang lama, tapi aku masih bisa mengenalinya sebagai Keith, mungkin karena dia dilahirkan sebagai Elf, sehingga wajahnya mengalami sedikit penyesuaian.
    Rambutnya pun sekarang berwarna keemasan dan panjang, beberapa bagian tampak dikuncir, benar benar terlihat seperti elf, tampan.
    "AWW!"
    Semua orang menatap ke arahku yang tiba tiba menjerit.
    Aku meringis sambil melirik ke arah Axel yang menggembungkan pipinya ke arahku.
    "Jangan liatin orang lain terus! Liatin aku aja!"
    Axel berbisik ke arahku, semua orang tampak terus memandangi kami.
    Aku meringis sambil mengangguk dan mengusap perutku yang terasa perih.
    Axel membuang mukanya, kemudian tersenyum lebar pada semua orang.
    "Aku ga sengaja nginjek kaki Bishop Arsais..."
    Ujarnya sambil memamerkan deretan giginya ke arah semua orang.
    Rex mendengus sebal, kemudian kembali mengarahkan pandangannya pada Keith.
    "Apa yang kalian lakukan selama ini?"
    Kanna bertanya kepada Keith.
    "Awalnya aku bertualang sendirian, melatih diriku, dan mencoba mencari sisa pasukan yang tercecer. Kemudian aku bertemu dengan Rover dan Clive yang ternyata juga sedang melakukan hal yang sama."
    Keith bercerita panjang lebar.
    "Jadi, bagaimana bisa kalian menemukan pasukan sebanyak ini?"
    Keith tersenyum.
    "Aku mengumpulkan mereka, dan bersama Rover dan Clive, kami menemukan tempat pasukan kami bersembunyi. Mereka adalah pasukan Aronia, dan beberapa Elit dari Distrik Harmonia..."
    Arsais mengerutkan keningnya.
    "Distrik Harmonia? Pasukan Elit? Mereka jadi buronan?"
    Keith mengangguk.
    "Tampaknya setelah kehancuran Aronia, para elit yang masih loyal pada kelima bishop menjadi target selanjutnya, mereka semua diburu dan dibunuh, sehingga akhirnya mereka bersembunyi di perbatasan Harmonia..."
    Cerita Keith lagi. Dia menarik nafasnya, kemudian kembali menatap kami.
    "Sungguh sulit meyakinkan mereka untuk bergabung, mereka menolak mentah mentah ajakanku untuk bergabung dan membentuk pasukan baru, mereka takut kalau kalau pasukan Harmonia berhasil menemukan dan menghabisi mereka, dan beberapa juga sudah kehilangan keinginan untuk bertarung..."
    Ujar Keith lagi.
    "Begitukah? Lalu bagaimana kau bisa meyakinkan mereka?"
    Tanya Kanna dengan antusias.
    "Bukan aku, Clive lah yang meyakinkan mereka..."
    Ujar Keith lagi sambil menunjuk kearah Clive yang hanya tersenyum manis.
    "Aku cuma, sedikit memaksa mereka..."
    Ujar Clive lagi sambil terus tersenyum dengan wajah manisnya.
    Cih, semua orang pasti mengira dia menggunakan berbagai cara manis untuk memaksa mereka.
    Andaikan saja mereka tahu apa yang ada di balik wajah itu.
    Aku yakin tentara tentara itu mengalami horor yang luarbiasa saat Clive alias Yujii mencoba memaksa mereka.
    Aku tidak aneh kalau satu dua orang sudah terbunuh dalam prosesnya.
    Clive tersenyum, sambil menatap tepat ke arahku.
    Apa dia tahu kalau aku sedang berpikir tentangnya?
    Clive tersenyum manis sambil mengangguk pelan padaku
    Axel bergidig ngeri dan meremas lengan tanganku.
    Mendadak aku merasakan aura dingin yang tidak biasa mulai menguasai.
    Oh tidak, ini pasti, Yujii!
    Apa dia tahu apa yang aku pikirkan tadi?!
    Kalau dia tahu, mungkin sekarang aku harus tulis surat wasiatku!
    "Ah, tentu saja, Clive, keramahan dan wajah manismu tentu bisa meyakinkan mereka!"
    Ujar Kanna lagi sambil tersenyum.
    Rex melebarkan matanya, dia melirik ke arahku.
    Aku tahu yang ada di pikirannya, sama seperti pikiranku.
    Wajah manis?
    Yang benar saja, dia pasti memaksa mereka dengan taring yang tersembunyi di balik senyuman manisnya!
    "Taring...?"
    Aku nyaris melompat dari tempatku duduk saat Clive berbicara sepatah kata sambil menatapku dengan senyuman misteriusnya.
    Aku hanya bisa megap megap, sementara Axel terlihat semakin panik dan terus menarik lengan pakaianku.
    Aku membatu, mataku seakan terus dipaksa membalas tatapan manis Clive yang terasa begitu mengerikan.
    Mungkin aku harus mencium Axel sekarang sebelum aku terlambat melakukannya.
    Karena mungkin aku ga akan bisa keluar hidup hidup dari ruangan ini.
    "Jadi, sekarang pasukan kita bertambah tujuh puluh ribu orang? Bukan angka yang sedikit..."
    Ujar Rex sambil melirikku dengan pandangan prihatin.
    "Aku turut berbela sungkawa"
    Mungkin itulah sepatah kalimat yang tersampaikan padaku lewat tatapannya.
    Semua orang mengangguk angguk setuju.
    BRUK BRUK BRUK BRUK!
    BLAM!
    Semua orang nyaris melompat berdiri, saat sepasukan besar orang dipimpin oleh Wyatt dan Lazlo merobohkan pintu dan menyeruak masuk dengan nafas memburu.
    "APA?! APA?!"
    Ujar mereka dengan bingung
    Lazlo masih menodongkan kedua senjatanya sambil melongo, sementara Wyatt masih menghunuskan pedangnya ke arah kami yang juga masih melongo menatap mereka.
    "Lho Lho? Mana pasukan musuhnya? Lho?!"
    Ujar Wyatt dengan bingung, dia memandang sekeliling ruangan.
    "Lho! Kok malah rapat! Katanya Putri Leknaat ada yang menyerang kemari?"
    Aku nyaris tertawa mendengar ia memanggil Leknaat dengan sebutan Putri.
    "Tidak, salah paham, mereka ternyata bala bantuan. Tidak ada serangan..."
    Ujar Kanna sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan karena terkejut.
    Wyatt dengan bingung akhirnya menyarungkan pedangnya, dan berdiri memandang kami.
    "Jadi, tidak terjadi apapun? Dan sekarang apa yang harus kulakukan?"
    "Balik ke North Wall..."
    Ujar Rex singkat sambil memain mainkan ikat kepalanya.
    "Apa? Kau tahu! Aku dan seisi pasukan sudah berlari sekuat tenaga kemari, dan sekarang kau menyuruh kami kembali?"
    "Cerewet..."
    Ujar Rex lagi dengan cueknya, kemudian ia memfokuskan pandangannya kembali ke arah peta.
    "Tapi... Tapi..."
    "Sudahlah, kami aman disini, dan dibanding kami, North Wall mungkin sekarang lebih riskan diserang..."
    Ujar Kanna berusaha menengahi.
    Wyatt akhirnya dengan berat hati mengangguk.
    "Yah, ya sudahlah, tapi..."
    Dia kemudian berjalan maju ke arah Kanna, mengambil tangannya dan menciumnya pelan.
    "Apakah Lady Kanna mau menemaniku ke North Wall?"
    PLAKK!
    Sebuah tamparan sukses mendarat di pipinya, membuat Wyatt meringis kesakitan.
    "Oke, oke, aku balik ke north wall dulu! Ayo, Lazlo!"
    Kedua orang itu segera menghilang di balik pintu.
    Sekilas kulihat Yue memijit mijit dahinya.
    Wajar saja, baru saja kemarin meja rapat kami berhasil dijadikan kayu bakar oleh seekor kadal gila raksasa, sekarang pintu utama ruang pertemuan juga berhasil dirobohkan oleh Wyatt dan Lazlo.
    "Oke, pertemuan kita cukup sampai disini, kita beristirahat sejenak untuk mengembalikan kekuatan, selain itu, aku juga perlu mengevaluasi pasukan pasukan "aneh" dari Jowston dan Grassland, jadi, mungkin perlu waktu seminggu sampai kita menentukan langkah selanjutnya. Tutup Mountain Pass, dan cari semua jalan yang mungkin dilewati pasukan besar!"
    Ujar Rex menutup pertemuan kami.
    Semua orang berdiri, dan berjalan keluar dari ruangan rapat.
    Aku menghela nafasku, syukurlah, karena ternyata Clive hanya mengedipkan sebelah matanya padaku, dan segera beralih dari ruangan rapat.
    "Kevin, Kevin...."
    Axel berbisik padaku.
    Aku mendekatkan telingaku ke telinganya.
    "Umm, kan kita sudah selesai rapat, masih lumayan sore juga kan..."
    Aku mengernyitkan dahiku.
    "Jadi...?"
    Axel terlihat malu malu sejenak.
    "Kita jalan yuk Kev...."
    Ujarnya dengan manja sambil merangkul pinggangku.
    Aku melebarkan mataku.
    "Kenny ajak aku nge date...?"
    Wajahnya segera memerah, kemudian ia menunduk, dan mengangguk pelan.
    "Ayo! Kalo gitu aku kesana seakarang ya!"
    Dia terlihat panik.
    "Jangan!"
    "Ha? Kenapa memangnya Kennyku?"
    "Aku mandi dulu, Kevin jemputnya agak telatan dikit ya?"
    Aku tertawa mendengar perkataannya.
    "Aduh sayaang, ya aku juga mandi dulu kok! Masa mau pacaran ga mandi, nanti bau!"
    Ujarku sambil tertawa.
    Kenny mencubit perutku lagi.
    "AWW! Sakit tau!"
    =======================================
    Kenny's View

    "Sayang, kamu beneran ga mau ikut mama sayang?"
    Aku menggeleng dengan mantap, mamaku hanya menghela nafasnya dengan sedih.
    Ya jelas aku ga mau ikut!
    Mana mau aku ikut mama jalan arisan
    Isinya pasti cuma ibu ibu doang!
    Mamaku pasti mengajakku karena permintaan teman teman sepergosipannya.
    Cukup sekali aku ikut arisan begitu! Ga perlu aku ikut lagi!
    ==============flashback===================
    "Ihh, ini anaknya Ses Rika ya? Aduh, lucu ya!"
    Ujar seorang ibu ibu berambut keriting tinggi dengan kacamata berkilauan, yang membuatnya terlihat mirip mercusuar sambil mencubit pipiku gemas.
    Aku hampir menumpahkan sirup jeruk yang sedang kuminum.
    "Ah, Ses Rita bisa deh, cari suami bule jadi cakep deh anaknya!"
    Ujar seorang ibu lagi yang tubuhnya kutilang dengan cincin berkilau kilau kayak lampu disko, dia mencolek daguku, aku mendesah dengan jengah.
    "Ahahaha, bisa aja deh ses ses ini, ga cakep kok anak saya..."
    Ujar mamaku sambil tertawa bahagia, tampaknya begitu senang dengan yang sedang terjadi.
    "Ah, memang ses! Imut banget anaknya, gini udah SMA ya? Awet muda banget, sayang sini ayo ikut tante!"
    Ujar seorang wanita segemuk sapi dengan kacamata ala Kanjeng Mami dan setelan kebaya lengkap, kalung emas berlapis lapis yang membuatnya bagai cleopatra versi bengkak berbalut kebaya memelukku pelan.
    Egh..
    X.x
    Mama, aku ga bisa nafas...
    Mamaku tertawa semakin menjadi jadi, sesekali dia memakan nastar yang tersaji di meja, tanpa perduli aku jadi sasaran para ibu ibu yang menjadi teman arisan mamaku.
    Ampuuunnn
    ============end of flashback=================
    Brrr!
    Aku langsung bergidig ngeri saat mengingat kejadian itu.
    Cukup sekali terjadi padaku, dan tidak lagi!
    Aku mengatupkan mataku sekuatku, mencegahku melanjutkan mengingat kejadian itu.
    "Yaudah, mama pergi dulu, mama pulang malam ya sayang, kalau mau makan kamu buka kulkas aja ya! Atau minta bibik masakin sesuatu, oke sayang!"
    Mamaku dengan dandanan bak wanita karir salah alamat melirik ke arahku dari balik kacamata hitamnya yang membuatku ragu dia bisa melihat jalan dengan benar.
    Aku mengangguk lemas, dan mama segera pergi meninggalkanku.
    BLAM!
    Aku menutup pintu kamarku, kurebahkan tubuhku di pembaringanku.
    Ahh, nyaman rasanya berbaring setelah seharian berada di Suikoworld.
    Rupanya kegiatan di dalam game juga lumayan menguras tenaga ya!
    Aku meregangkan tubuhku, dan menatap jam dinding dengan malas.
    Jam 7 malam, tapi kok Kevin belum datang juga ya?
    Kok lama, padahal biasanya hanya sepuluh lima belas menit dia sudah sampai ke rumahku.
    Aku menguap lebar.
    Hmm, nanti mau kemana ya ama Kevin?
    Udah malam gini.
    Apa aku pergi ke pasar malam ya?
    Trus beli gulali, beli lolipop gede, terus makan berdua sambil jalan berdua menikmati keadaan.
    Umm
    Awwwhh~~~!!!
    Aku menutup mukaku dengan tanganku sambil berguling liar di kasurku.
    Ahh! Pikiranku jadi dewasa banget nihh!
    >.<
    Ampe mikir nge date segala
    Aww Aww!
    Aku berguling sampai kelelahan di kasurku.
    Hm...
    Nanti bakal asik nihh!
    ***
    "Kenn...."
    "Kenn....."
    Samar terdengar sebisik suara menggelitik telingaku
    Aku mengerjap.
    Ehh?
    Aku membuka mataku.
    Aku tadi ketiduran ya?
    "Huaaahhmm~~~"
    Kuregangkan tubuhku, sambil menguap lebar.
    Ahh, aku ketiduran lama ya?
    kulirik jam dinding yang berdetak perlahan mengisi kekosongan kamar.
    Jam setegah delapan?
    Aduh
    =_="
    Aku ketiduran!
    Jangan jangan Kevin nungguin di depan
    atau mungkin dia udah pulang!
    T^T
    "Kenny!"
    Ahh!
    Aku membuka pintuku, menarik nafasku.
    "Iya bang bokir! Ada apa?"
    Bang Bokir, panggilan sayangku untuk sopirku, tampaknya dia sudah pulang dari mengantar mama pergi.
    "Kenny! Itu Temannya Sinyo datang! Dia kecelakaan tuh!"
    APA?!
    Aku langsung menegang mendengar kata Bang Bokir
    Ehh, siapa sih nama aslinya
    =_=
    Jadi lupa...
    AHHH!
    Ga penting!
    Aku segera berlari ke pintu keluar.
    "KEVIIINNN!!"
    Aku berteriak histeris saat melihat motornya.
    Tapi tak ada orang di atasnya
    Eh.
    :3
    ga ada orang
    trus aku teriak tadi ngapain...
    "Hei, hei, aku disini..."
    Terdengar suara lemah Kevin dari belakangku.
    Ah, pantas ga ada!
    Rupanya dia sudah ada di dalam rumah toh!
    Dengan segera aku berlari ke ruang tamu.
    Aku mendapati sosoknya tersandar lemas di sofa, Bang Bokir juga sudah berada di sana.
    Bang Bokir ga ajak ajak nih
    =_=
    Aku menatap Kevin dengan takut.
    Darah tampak jelas membasahi separuh baju putihnya, dan jins hitamnya tampak terkoyak, darah turut mengalir dari dalamnya, membasahi kakinya.
    "Ahh....."
  • edited December 2012
    wkwkwkkk...kenny terjebak ditengah arisan ses ses..
    *btw itu nastar kebawa juga ya jeung..wkwk =)) *
    #lupakan kevin yg berdarah2
  • Hobi apdet tengah malem nih -_-

    Aku nyimak dulu ka :)
  • kenny kevin... ecieee...
    makin lengket aja

    #ngelirik.lirik @silverrain bharap.disapa
  • Sil kalo update jangan dikit dikit dunnnn...
  • @yuzz kasian kevin
    yaudah abis gini kenny dibunuh aja biar ga ganggu ketenaran karakter lainn
    :D
    @littlebro kamu kan apdettt
    @idhe_sama
    #liriksini
    hah....
    #sibakdebu
    @marvinglory aihh
    itu d blg kurang panjaaang?
  • brani mati ya kau..?
    #kokangsenapanclive
  • test.. 1.. 2.. 3..
Sign In or Register to comment.