BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

The Night, and The Day - END - page 111

16869717374117

Comments

  • Muahhhhaa . dah brimbang . Pasukan siiiaaappp ..!!! MAJJJUUUU !!!
  • edited December 2012
    @nero_dante1 berani2nya peluk2 my silver..(hoekk)
    kalo masi peluk2 lagi goceng dulu sini! #eh? :D

    si @idhe_sama gamau jd bot mu ay? ya jelas lah.. ntar pantat2an lagi..wkwkwk =))

    ah @totalfreak mau tau lebih banyak ya? sini ane jelasin, privat aja ya.. #gandeng.bawa.masuk.kamar B-)
  • @yuzz goceng??
    *ngubek2 kantong*
    nih,, ^_^
    #lol
  • cukup 3 detik pelukannya
    1..2..3..
    yak waktu abis..!
    kalo mau perpanjang waktu bayar lagi lo @nero_dante1
  • aih?kok cpt bgt sih @yuzz ywdah, kamu aja deh yg saya peluk.. gratis kan?? XD
  • colek-colek
    sundul-sundul
    @silverrain

    silver ganteng, silver unyu, silver handsome
    jangan ngambek donk
    bilang, apa yang musti aku lakukan biar gak ngambek lagi...
  • Arsais's View

    "Kalian semua sudah siap?"
    "OOO!"
    Kututup telingaku
    Gila.
    Mereka bisa berteriak sekeras itu tepat di belakangku.
    Kalau ini bukan game, mungkin aku sudah tumbang dan pingsan karena suara mereka.
    "Oke, kita ada di sesi latihan, jadi jangan takut untuk mengayunkan senjata kalian, semua yang mati tidak akan kehilangan karakternya. Kalian tahu misinya? Bunuh Axel. Cukup jelas?"
    "OOO!"
    Aku kembali mengerjapkan mataku
    Apa mereka bodoh? sampai mereka hanya bisa menjawab O atas semua pertanyaanku.
    Sudahlah, ga penting juga.
    Kutatap sekelilingku, sekarang aku sudah memimpin tiga puluh lima ribu orang lebih, jumlah yang persis sama dengan pasukan musuh kami yang dipimpin oleh Axel.
    Kami sedang melakukan simulasi perang untuk melatih pasukan bertarung.
    "Oke! Maju!!!"
    Aku mengangkat senjataku ke arah pasukan Axel, semua orang segera berteriak dan berlari maju.
    Hmph, mereka sedikit teledor karena tahu perang ini adalah perang simulasi.
    Paling tidak mereka bisa sedikit perduli kalau ini menyangkut nyawa mereka di medan perang kan, mereka seharusnya bisa lebih hati hati dan menganggap ini perang betulan.
    Aku menghela nafasku
    Ya sudahlah, ga ada gunanya juga aku ngomel ngomel disini.
    "Assist, cast magic! Priests! Jaga nyawa setiap orang! Garis depan! Jaga barisan jangan sampai ada celah! Habisi mereka!"
    Aku melihat ke depanku, barisan Axel tampak lebih tenang dari barisanku. Wajar saja, karena pada pertarungan ini, Aku menjadi tim penyerang dan Axel menjadi tim yang bertahan.
    Berbagai mantra perlindungan berpedar dari barisan mereka.
    Axel masih menutup matanya, dan berdiri tegap di depan pasukannya.
    Mantel hijau yang dipakainya semenjak berubah menjadi Arch Mage berkelebat tertiup angin dataran Saqqara.
    "Kurangi kecepatan, kita sudah hampir sampai, bersiap untuk counter magic mereka!"
    Tepat dugaanku, Axel segera membuka matanya, dan menunjuk ke arah kami dengan kesepuluh tongkatnya melayang di udara.
    Berbagai serangan magic segera beterbangan ke arah kami.
    "Berhenti! Semua pasang anti magic!"
    Cahaya sihir itu segera berlompatan saat mereka menghantam dinding tak terlihat yang diciptakan oleh para anti mage di belakang barisan. Benturan benturan itu menciptakan suara yang memekakkan telinga.
    Aku melihat ke arah Axel, kesepuluh tongkatnya masih melayang di sekitarnya, sedangkan dia sendiri sudah melayang di udara bersama kesepuluh tongkatnya.
    Hmm, tampaknya Axel memilih untuk menyerang daripada menggunakan tongkatnya sebagai pillar pertahanan.
    Baguslah.
    "Elemental Wards!"
    Ternyata dugaanku salah.
    Kesepuluh tongkat itu segera membentur tanah, dan berpedar pelan.
    Skill khusus Axel, siapapun yang mendekati tongkat itu pasti akan menerima damage serangan dari sihir yang dilontarkan tongkat itu.
    Axel memang sulit ditebak.
    Tapi paling tidak dia tidak akan menyerang kalau begini.
    Baru aku selesai berpikir, dan memberikan aba aba untuk maju, mendadak Axel melesat maju, membuat kami kalang kabut.
    Dia mengangkat kedua tangannya ke udara.
    "Thunder that cross the divine sky! Assemble and devastate everyone! TWIN BOLT!"
    Dua buah bola kilat raksasa muncul, dan segera dilemparkan oleh Axel kearah kami.
    Bola kilat itu segera menghantam pasukanku dan tanah tempat mereka berdiri, meledak dan mengangkat tanah di sekitarnya.
    Semua orang terpana melihat hasil karya Axel.
    "Barusan dia menggunakan True Lightning Rune?"
    Semua orang berbisik bisik.
    "Kalian jangan terkejut! Itu memang keahliannya untuk meniru sihir orang! Magician! Serang dia!"
    Penyihir kami segera melemparkan mantra mereka ke arah Axel.
    "Warmth of Earth Guidance! Give me unbeatable defense! Guardian Earth!"
    cahaya kehijauan muncul dari dalam tanah, dan membentuk kubah di sekitarnya, membuat semua sihir kami terpental tanpa berhasil menyentuhnya.
    "Sial! Garis depan! Habisi dia!"
    Sial!
    Ternyata selagi kami terpana memandang Axel, pasukan mereka sudah lebih dulu maju dan menyerang kami, sehingga garis depanku sekarang sedang sengit bertarung dengan pasukan Axel, tanpa bisa menghiraukan perintahku.
    "Kalian fokus ke pasukannya, biar aku yang melawan Lord Axel! Ambil alih komando!"
    Aku segera melesat dan menghunus pisauku ke arah Axel.
    Dia tampak terkejut, tapi dalam sekejap dia segera menciptakan sebuah pedang dari sebentuk cahaya.
    "Ha, Wind Blade milik Lord Luc? Kamu tambah hebat ya Ax!"
    Aku bercanda dengannya sambil terus mengayunkan pisauku, menghindari dan mencari celah pertarungannya.
    "Ah, Bishop juga semakin hebat!"
    Axel tersenyum singkat sambil terus mengimbangi seranganku.
    "Earth that bring life, Earth that take your flesh! Earthquake!"
    Aku melafalkan mantraku, dan sejenak kemudian tanah segera mengamuk, membuka dan menelan banyak orang ke dalam lubang, kemudian menggencet mereka.
    Tidak sekuat Alvin dulu, yang berhasil membunuh semua orang dalam sekali serangan, Seranganku tampaknya hanya cukup untuk membuat luka serius di tubuh mereka.
    "Heh..."
    Axel tersenyum, kemudian mengatupkan kedua tangannya.
    "Rage of earth that Explode through everything! Bring the deadly parade upon the land! Dancing Flame!"
    Langit menghitam, sementara sebuah meteor melesat turun secara vertikal dari tengah pusaran awan dilangit.
    Meteor itu menghantam tanah, membentuk kubah api hingga melingkupi setengah garis depanku.
    Orang orang mulai berteriak panik karena efek ledakan.
    Sial, True Fire Rune! Sebanyak apa rune yang sudah di copy olehnya?!
    Pasukan kami sudah mulai berkurang, banyak korban berjatuhan di kedua sisi, tapi masih terlalu awal bagiku untuk menentukan pemenangnya.
    "Warm Nature, Mother of Earth, show us Thou mercy! Canopy Defense!"
    Cahaya kehijauan muncul di antara pasukanku, menciptakan perlindungan sihir bagi mereka.
    "Shield that protect the enemy, I order you to eliminate yourself! Broken Shield!"
    Astaga!
    Anak itu bahkan meniru Beginning Rune! Dia benar benar mengerikan!
    Perlahan aku melihat cahaya kehijauan yang sudah kuciptakan meleleh ke tanah dan menghilang meninggalkan sedikit kilatan kecil di sekitar kami.
    Ya, paling tidak sihirnya tidak menghilangkan perlindunganku sepenuhnya seperti Beginning Rune Cardinal.
    "Jangan takut! Terus maju! Walaupun mirip itu bukan true rune! Dia hanya menirunya!"
    Pasukanku terus berusaha bertarung.
    "Creature of Darkness, I open the gate for you! Come and Assist me! Aria!"
    Sesosok peri wanita raksasa muncul dari dalam sebuah gerbang keperakan, dia memainkan harpa di tangannya.
    Aku pernah melihat makhluk itu.
    Itu adalah summon Gate Rune untuk meningkatkan kekuatan pasukan kami secara terus menerus.
    Axel tampaknya benar benar serius di dalam perang ini.
    Berbagai dentingan pedang, suara kelebat panah, serta percikan sihir mewarnai medan peperangan, bercakan darah sudah tertumpah di sekeliling kami.
    Keadaan memang masih berimbang, dan semua orang tampaknya berusaha begitu keras.
    "Ayhh, humm, oke! Aku akan coba Rune yang baru kutiru! Semoga aku bisa melakukan!"
    Ujar Axel sambil tertawa, kemudian menutup kedua matanya.
    Apa?
    Rune baru?
    Rune apa?
    Jangan Jangan...
    GAWAT!
    "Kalian! Panah Axel! Segera!"
    Pasukan Axel dengan sigap melindunginya, saat aku menghujani Axel dengan panah.
    "Judge of Life! Punisher of Dead, Unleash your enraging power towards my Enemy! Judgement!"
    Terlambat.
    Aku hanya bisa melongo, saat Empat malaikat berjubah muncul di atasku, dan hujan cahaya berjatuhan di sekeliling kami.
    Aku hanya bisa berdiri diam, tanpa bisa bergerak. Tampaknya mantra yang muncul di lantai mencegahku untuk berlari.
    Perih, dan sakit, seakan tulangku tercabut dari tubuhku.
    "HEAL!"
    Seorang Priest menyembuhkanku, saat serangan Axel mereda dan aku tertunduk lemas di tanah.
    Untunglah bukan serangan asli, dan untunglah rune Earthku melindungiku, bila tidak aku pasti sudah mati sekarang!
    "CUKUP!"
    Semua orang segera berhenti bertarung, dan kubah keunguan yang sedari tadi berada di sekitar kami segera menghilang.
    "Selesai! Semua sudah bertarung dengan hebat! Hari ini cukup untuk pasukan Axel dan Arsais! Kalian boleh beristirahat..."
    "Terima kasih Lady Kanna..."
    Aku membungkuk hormat pada wanita berambut merah yang menatap kami dari jendela atas tempat berlatih.
    Wanita itu membalas kami dengan anggukan, kemudian segera beralih dari jendela tempatnya menonton pertandingan.
    Aku melepas sarung tanganku dan menyimpan kembali pisauku, begitu juga dengan Axel yang segera menyimpan senjatanya dan berlari ke arahku.
    "Hebat Axel! kamu membuatku kelabakan!"
    Aku mengacak acak rambutnya dengan gemas, kemudian mencubit pipinya lembut.
    Axel hanya tersenyum salah tingkah sambil menggaruk kepalanya.
    "Ah, ga juga, kalau bishop tadi serius aku pasti mati deh, kok tadi ga serius?"
    Aku meringis mendengar perkataannya, rupanya dia tadi menyadari kalau aku sedikit lebih santai saat bertarung menghadapinya.
    "Yahh, kok ketahuan sih...?"
    "Iya lah! Gerakannya aja udah ketahuan, sok sokan ga bisa pakai pisau kembar lagi, malah cuma pakai sebelah, padahal Bishop kan ahli kalau senjata jarak dekat. Walau ga sehebat Rex..."
    Aku meringis sambil menggaruk kepalaku.
    "Iya, aku ga tega nih, kalau menyerang pacarku sendiri, nanti kalau kamu sakit gimana..."
    Ujarku sambil mencubit pipinya.
    Axel hanya mendengus gusar dan menggembungkan pipinya.
    "Keahlianmu meningkat pesat Axel, seranganmu juga semakin hebat, ngomong ngomong, kapan kamu mencuri semua jurus itu?"
    Axel kembali salah tingkah dan menundukkan kepalanya
    "Umm, aku ga mencuri kok, kan aku pelajari waktu mereka bertarung di medan perang, aku cuma perlu mempelajarinya."
    "Apa?"
    Aku serasa tak percaya mendengarnya.
    "Kamu mempelajarinya? Padahal mereka kadang menggunakannya hanya sekali, tapi kamu bisa menconteknya secepat itu?"
    Axel mengangguk cepat, kemudian mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
    "Iya, aku ingat semua yang sudah pernah mereka keluarkan. Kalau aku mau, aku tinggal memutar kembali ingatanku..."
    Ujarnya, sambil menyerahkan sebuah snack jelly berbentuk kadal.
    Aku hanya memandanginya.
    Akhirnya kuputuskan untuk tidak memakannya untuk alasan kejiwaan.
    "Hebat dong! Coba kamu pakai daya ingatmu buat belajar..."
    Aku tertawa sambil menepuk nepuk bahunya.
    Axel hanya mendengus dan menggembungkan pipinya.
    "Eh, iya, aku cuma bercanda jangan marah dong!"
    Kami berjalan hingga mencapai beranda utama, dimana Rex, Cardinal Yue, dan Lady Kanna tampak berdiri sambil melihat ke arah taman.
    "Ada apa ini...?"
    Kanna hanya melirik ke arahku, kemudian mengembalikan pandangannya ke arah semula.
    "Aku hanya bingung dengan mereka..."
    Kanna melirik ke arah taman, tampaknya Cardinal Yue dan Rex pun sedang memikirkan hal yang sama.
    Aku dan Axel segera berjalan mendekat, melirik ke bawah.
    Tepat di bawah kami, beberapa warga Sindar tampak berkumpul di sebuah area lebar di taman.
    Aneh sekali.
    Tidak ada tenda, tidak ada peristirahatan, mereka hanya berdiri, beberapa duduk, dan tampaknya hilir mudik tak tentu arah, Cyrdan tampak berdiri di tengah tengan mereka seakan seorang raja di tengah pasukannya.
    "Kamu tidak merasa aneh dengan mereka?"
    Yue bertanya kepadaku, seulas senyum yang selalu menghiasi bibirnya tampak terkembang, walaupun dia sekarang sedang berpikir keras mencoba mengenali kelompok orang di bawahnya.
    "Yeah, mereka tidak terlihat.... hidup..."
    Ujarku dengan ragu.
    Semua orang mengangguk berbarengan.
    Axel yang mendengarnya segera begidig, dan mencengkram lengan pakaianku dengan erat.
    "Maksudku bukan hantu, Ax..."
    Axel melepaskan pegangannya, dan nyengir lebar ke arahku.
    Anak ini memang benar benar konyol!
    Rex masih menatap mereka dalam diam.
    Kanna menghela nafasnya.
    "Dibandingkan karakter karakter lain, mereka terlihat lebih individual, dan tidak pernah berbicara, selain itu, mereka juga lebih suka menyendiri dan berkumpul di taman seperti ini. Lihat, pakaian mereka, semuanya tampak sama, tidakkah itu aneh..?"
    Aku mengangguk.
    Benar juga! Mereka semua terlihat sama, mereka baru terlihat berbeda jika memiliki job yang berbeda.
    Aneh.
    "Apakah mereka bukan karakter pemain?"
    Aku bertanya tanpa memandang siapapun, Kanna dan Yue hanya mengankat bahunya.
    "Tidak salah kata katamu, Bishop..."
    Kami segera menoleh, dari bulatan cahaya di belakang kami, Leknaat menyeruak muncul.
    "Lady Leknaat..."
    Leknaat hanya mengangguk saat kami membungkuk ke arahnya.
    "Sebenarnya aku terkejut saat mereka muncul disini, aku tidak menyangka akan bertemu mereka di sini, awalnya, aku tidak berniat memberitahukan kenyataannya pada kalian, tapi tampaknya nasib memaksaku untuk berbicara labih jelas pada kalian..."
    Ujarnya lagi dengan nada bicaranya yang perlahan dan lembut.
    "Jadi? Apa sebenarnya mereka?"
    Leknaat menerawang.
    "True Rune tersebar di seluruh dataran, menempel pada berbagai macam orang, dan menciptakan cerita mereka sendiri. Beberapa dari mereka memilih untuk menjadi senjata, beberapa lagi memilih tetap bebas sebagai seekor monster, tapi ada juga yang memasangkan diri mereka pada tubuh lain."
    "Seperti kita maksudmu...?"
    Ujar Cardinal Yue, yang segera disambut anggukan pelan dari Leknaat.
    "Benar, tapi mereka tidak hanya memilih karakter pemain sebagai tempat mereka bersemayam..."
    Ujar Leknaat lagi penuh misteri.
    "Jadi apa maksudmu?
    "Tidakkah kalian mengalami banyak kejadian aneh di game saat kalian mulai menguasai rune itu...?"
    Leknaat membalik pertanyaan kami.
    "Yeah, aku merasa aku jadi lebih bijaksana di dalam game..."
    Ujar Cardinal
    "Dan aku selalu merasa ada banyak suara di kepalaku, salah satunya selalu sok kenal ngajak aku bicara..."
    Ujar Rex lagi.
    Aku mengangguk paham.
    Aku pun merasakan diriku jadi lebih keras kepala dan idealis saat aku memegang Earth Rune.
    "Itu adalah sifat bawaan yang di desain pada saat ke 27 true rune di desain di game ini, mereka membawa banyak sifat dan keunikan, yang harus bisa kalian kuasai, sebelum mereka yang menguasai kalian. Tapi tenang, karena mereka tidak memiliki efek apapun di dunia nyata..."
    Ujar Leknaat lagi.
    "Semua memiliki sifat, mereka membawa berbagai kekuatan unik, beberapa diantara mereka, yang memiliki kekuatan besar, juga membawa kutukan, seperti Punishment Rune, yang menggerogoti tubuh pemiliknya dan Life and Death Rune mu, Rex. Dia membuatmu selalu haus darah dan ingin membunuh..."
    Ujar Leknaat.
    "Yeah, aku tahu."
    Ujar Rex santai, seakan tidak terpengaruh apapun dari Rune nya.
    "Dan satu rune lagi, Change Rune, yang melambangkan perpindahan dan perubahan, membawa kutukan besar. Mereka memaksa pemiliknya dan seluruh anak buahnya untuk selalu berpindah, tidak berada di satu tempat untuk waktu yang lama. Singkat kata, membuat mereka menjadi nomaden dan tak memiliki tempat tinggal."
    Aku mengangguk angguk paham.
    "Lalu apa hubungannya dengan pertanyaan kami?"
    Leknaat kembali mengusap rambut panjangnya.
    "Karena itulah, Kami, Game master beranggapan Rune ini tidak mungkin dipasangkan pada manusia, dan memutuskan untuk menciptakan Clan Sindar, sebagai tempat Rune ini bersemayam. Menjadikan mereka sebagai tempat bagi kutukan Change Rune..."
    Aku melebarkan mataku, begitu juga dengan orang orang di sekitarku.
    "Jadi maksudmu mereka adalah monster? Seperti kebanyakan monster di luar itu? Dan mereka memegang Change Rune?"
    Leknaat mengangguk.
    "Benar, Mereka adalah Monster, bukan monster biasa, sebenarnya mereka diciptakan memiliki kekuatan besar, dan dijadikan sebagai sekawanan monster di Suikoden Online yang tak terkalahkan, serta dipaksa untuk terus bergerak mengelilingi Suikoworld tanpa tentu arah. Cyrdan pemimpin mereka, adalah Monster dengan kesadaran buatan, memiliki kehendaknya sendiri. Dia adalah Pit Boss terkuat di Suikoworld, serta memegang satu dari 27 True Runes..."
    Ujar Leknaat mengakhiri ceritanya.
    Jelaslah sudah sekarang, kenapa mereka begitu pasif dan tidak bersahabat.
    Bukannya mereka tidak mau berbicara, tapi mereka memang tidak memiliki perasaan, berbeda dengan Cyrdan yang memiliki kesadaran sehingga bisa berbicara, Para Sindar yang lain hanyalah sekawanan monster yang menuruti perintah Cyrdan.
    "Aku mengerti, jadi kenapa mereka bisa berada di sini sekarang?"
    Leknaat menggeleng perlahan.
    "Aku tidak tahu, apa yang membuat mereka datang kesini, sungguh mengagumkan untuk melihatnya tertarik sampai berpartisipasi dalam perang, mengingat dia adalah pribadi yang diciptakan tertutup..."
    Ujar Leknaat lagi.
    "Apa mungkin..."
    Aku baru akan berbicara, saat seorang penjaga dengan tergesa mendatangi kami.
    "Ada apa?"
    Penjaga itu menarik nafasnya yang tersengal.
    "Pasukan..."
    "Pasukan?"
    Tanya Rex dengan wajah bingung.
    "P..Pasukan! Pasukan besar datang dari arah Utara!"
    Semua orang segera berdiri.
    "A..Apa?!"
    Kanna tampak luarbiasa terkejut.
    "Pasukan besar?! Mereka melewati muntain pass? Pasukan besar melewati mountain pass?! Mereka memutari Aronia untuk menyerang kita dari belakang?!"
    Ujar Kanna lagi seakan tak percaya.
    Penjaga muda itu hanya menggeleng sambil terus mengatur nafasnya.
    "Aku tidak menyangka! Mereka menyerang dari belakang! Seberapa dekat mereka? Apa sempat memanggil pasukan kita di North Wall?"
    Penjaga itu kembali menggeleng.
    "Aku kuatir aku harus berkata tidak. Mereka sudah sangat dekat, hanya satu kilo meter lebih di belakang kita...."
    "APA?!"
    Semua orang segera berseru kaget.
    "Gawat! Arvyn, Greg, Viktor, dan lainnya selain kita saat ini tidak online, sedangkan Wyatt dan Lazlo terlalu jauh untuk dipanggil kembali..."
    Semua orang bertatapan dengan bingung.
    "Apa yang harus kita lakukan..."
    "Aku akan pergi ke North Wall sekarang, aku akan segera datang kemari dengan pasukan secepat yang kubisa."
    Leknaat segera menghilang di balik pusaran cahaya, meninggalkan kami yang masih berpandangan.
    "Tidak ada cara lain, kita harus bertahan dengan orang yang ada..."
    Ujar Kanna lagi.
    "Berapa yang kita punya?"
    Tanya Rex kepadaku dan Axel.
    "Kuperhitungkan kita punya sekitar delapan ribu, bahkan kurang, mungkin hanya ada sekitar lima ribu orang disini, karena setelah latihan tadi, semua orang segera offline dan beristirahat."
    Rex meremas kepalanya.
    "Lagi lagi, kecolongan..."
    Ujarnya geram.
    "Siapkan pasukan kita, kita maju berperang sekarang!"
    Ujar Rex lagi, sambil menarik keluar sabit raksasa dari punggungnya.
    Sabit bergagang hitam keperakan dengan ukiran tengkorak di sekujur tongkatnya. Sebuah tengkorak besar tercetak jelas di ujung yang tehubung dengan sebuah sabit bermata dua berwarna hitam.
    "Kita hanya perlu bertahan sampai mereka datang..."
    Ujar Rex lagi sambil memimpin kami berjalan ke arah luar.
    Aku hanya mengangguk, dan mengenakan sarung tanganku, dan berjalan mengikutinya meninggalkan beranda.
    ***
    Saqqara Plains, Ex-Aronia Domain

    "Siapkan skill pertahanan! Semua cast Skill Support berlapis! Naikkan pertahanan semua orang berlapis lapis! Pakai semua skill yang memiliki efek stackable! Kita akan bertarung sengit!"
    Kanna memberikan aba aba dari belakang pasukan.
    Kanna berperan sebagai kepala strategi, sekaligus merangkap Captain untuk Ranger unit.
    Dia terus menyerukan berbagai perintah.
    Aku bersama Rex dan Cardinal berdiri di garis depan. Sedari tadi aku dan Cardinal juga sibuk memberikan berbagai macam skill support untuk pasukan kami, sedangkan Rex tidak memberikan apapun, karena kalau dia mengarahkan skill nya pada pasukan kami, alih alih memberikan bantuan, Rune nya justru akan mencabut nyawa pasukan kami dengan instant.
    Rex berkali kali menarik dan membuang nafasnya.
    Aku tahu dia juga grogi karena tidak yakin dengan peperangan ini.
    Aku benci berada di keadaan ini.
    Sudah berkali kali kami berada di keadaan seperti ini, dan sampai sekarang belum sekalipun pertahanan kami yang seperti ini berhasil.
    Apalagi sekarang kami bertahan tanpa benteng, dan jumlah pasukan kami sedikit.
    Jika kami bersembunyi di dalam kastil, maka kami hanya akan jadi burung yang pasrah di dalam sangkar.
    Walaupun berada di luar juga sama berbahayanya, tapi kami sepakat kalau berada di luar akan lebih mempermudah pergerakan pasukan, dan memungkinkan kami untuk lari.
    Aku menggenggam erat senjataku, rapalan rapalan mantra sudah berhenti terdengar di belakangku, sekarang hanya detakan jantungku sendiri yang bisa kudengar, berlomba dengan desiran angin yang menerjang tubuhku.
    Rex memutar mutar tongkatnya, begitu juga dengan Cardinal yang memainkan Glaive dan tamengnya dengan gugup.
    Semua orang tampaknya dilanda ketakutan dan kegugupan yang luarbiasa.
    Kutatap sekelilingku, ketegangan jelas ada di wajah mereka.
    "Tenanglah, kita pasti menang!"
    Axel mendadak menyahut dari tengah barisan, membuatku tersenyum lega.
    Benar juga, aku harus optimis!
    Aku tersenyum, dan kembali menatap ke depanku.
    Samar terdengar derapan langkah kaki.
    Sekumpulan barisan tampak jelas ada di depanku.
    Jumlahnya mungkin sekitar lima hingga sepuluh kali lipat kami, dan mereka berjalan dengan yakin ke arah kami.
    "Mereka datang..."
    Ujar Rex tenang, ketenangannya nyaris membuatku yakin kalau kita akan menang.
    "Hmmm, apa itu. Bukankah itu..."
    Cardinal mengernyitkan dahinya menatap ke arah pasukan musuh.
    Rex segera memicingkan matanya, tak lama kemudian matanya segera melebar, tapi dia tetap tidak mengeluarkan sepatah katapun.
    Apa yang membuat mereka terkejut?
    Aku menatap lurus ke depan.
    Itu...
    Bukankah?
    "Mu...Mustahil!"
    Ujarku sambil mengerjapkan mataku berkali kali.
    =======================================
  • edited December 2012
    apa ituuuu......???
    hamsyong ni ah! bencinya kalo cerita perang digantungnya mesti pas bagian kek gini...huahhhh....

    Btw axel pinter deh perangnya.. #hugg.axel >:D<
  • Aaaaaaa . Apaaan ituu . Reseee ihh si @Silverrain :/
  • wew...si kenny makin hebat aja!! jangan2 nanti ke 27 rune bisa dia copy!! moga2 dia bisa niru rune...(apa namanya yg srigala perak kepala dua) ??

    pake sihir almighty level 7 donk biar smua status meningkat.. trz barisan depan taro avanger dr bgsa human n dragon sage dari bangsa dekan!! priest jaga2 di belakang n templar ada di barisan tengah!!
    *dikira game rohan kali ya?*
    wkwkwk
  • wew...si kenny makin hebat aja!! jangan2 nanti ke 27 rune bisa dia copy!! moga2 dia bisa niru rune...(apa namanya yg srigala perak kepala dua) ??

    pake sihir almighty level 7 donk biar smua status meningkat.. trz barisan depan taro avanger dr bgsa human n dragon sage dari bangsa dekan!!! priest jaga2 di belakang n templar ada di barisan tengah!!
    *dikira game rohan kali ya?*
    wkwkwk
  • wew...si kenny makin hebat aja!! jangan2 nanti ke 27 rune bisa dia copy!! moga2 dia bisa niru rune...(apa namanya yg srigala perak kepala dua) ??

    pake sihir almighty level 7 donk biar smua status meningkat.. trz barisan depan taro avanger dr bgsa human n dragon sage dari bangsa dekan!!! priest jaga2 di belakang n templar ada di barisan tengah!!
    *dikira game rohan kali ya?*
    wkwkwk
  • wew...si kenny makin hebat aja!! jangan2 nanti ke 27 rune bisa dia copy!! moga2 dia bisa niru rune...(apa namanya yg srigala perak kepala dua) ??

    pake sihir almighty level 7 donk biar smua status meningkat.. trz barisan depan taro avanger dr bgsa human n dragon sage dari bangsa dekan!!! priest jaga2 di belakang n templar ada di barisan tengah!!
    *dikira game rohan kali ya?*
    wkwkwk
  • apa... apa sih...?
    #berusaha menyerobot tubuh rex, cardinal, kevin n axel yang berdiri tegang...

    haa... i... ituu... kan.....
    #bersambung
Sign In or Register to comment.