It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kau harus ganti rugi.. apdet sepanjang 10 page!!
muahahahaha.....
cetarrr!
tp makasih ya udah update ƪ(ˇ▼ˇ)¬
lanjutt euy ditunggu
di page awal wktu mreka berdua di restoran klo g slah. Tuker2n nama alvin -jyo
Lanjut kak lanjut
Pokoknya harus lanjut! Eim
Lanjut kak lanjut
Pokoknya harus lanjut! Eim
#gandeng silvy(?) pergi B-)
haghaghag... B-)
". . . . . . . . . . . . . . . . ."
Aku hanya bisa ternganga, rasanya, baru 2 hari kami ga datang ke rumah sakit ini karena benar benar sibuk dengan urusan masing masing, tapi kayaknya dalam 2 hari itu ada hal yang sangat penting terjadi dan merubah kedudukan kutub utara dan selatan (okay, too much!)
"Aku masih lapar...."
Whatz!
Aku nyaris melompat dari kursiku (okay too much)
Woe, autor suka suka aku dong! (.....)
Oke, kembali ke cerita.
Alvin menatap ke arah mamanya dengan senyuman manis, sementara mamanya dan Arvin yang duduk disampingku tampaknya hanya bisa menggeleng geleng sambil terheran heran.
"Ada apaan sih ama Alvin, Ar?"
Aku menarik narik lengan baju Arvin yang duduk disampingku.
"Emhh?"
"Alvin, bukannya kemarin masih murung murung gajelas ya?"
Arvin hanya mengangkat bahunya, sembali menggelengkan kepalanya.
"Entahlah, semenjak dia ngobrol dengan Dokter Rio dia jadi banyak makan, dan lebih banyak cerita juga, tapi tetap aja ga cerita soal apa yang terjadi sama dia waktu dia ga sadarkan diri di kamar."
Arvin menghela nafasnya dengan berat.
Aku memahami perasaannya.
Punya adik kayak gunung es batu dicampur batu pualam emang ribet!
"Eh, Kevin, aku tadi ada cokelat dimana ya?"
"Gatau..."
(=3=)
Udah si Alvin mendadak happy happy ga jelas, sekarang giliran si Kevin yang badmood abis abisan.
Dua hari ini kerjaannya cuma melamun melamun gajelas, trus kadang kadang bisa ngubek ubek rambutnya sendiri.
Aku jadi bawa sisir kemana mana, biar kalo dia ubek ubek rambut aku langsung sisirin rambutnya lagi.
Well, abis gitu dia marah sih.
(''=3=)
Tapi ya biarlah, daripada rambutnya berantakan.
Aku mengambil sebatang cokelat dari dalam tas ku, kemudian aku mematahkannya sedikit.
"Nih Kev, dicoba dong, biar ga badmood...."
"Gausah..."
Kevin kembali menyandarkan dagunya di atas kedua tangannya, kemudian kembali mengerutkan keningnya seakan dia sedang memikirkan sesuatu.
Humph.
Gini nih.
Ada apa apa pasti gamau kasitau aku.
Lain kali aku biarin aja puyeng sekaliann.
Hufh.
Aku mengupas bungkus cokelat berwarna biru dengan guratan pink itu, dan melepaskan kertas berwarna perak dari cokelatku.
Kupatahkan sedikit ujung cokelat itu, kemudian kucubit pelan pinggang Kevin.
"Aww Ammh.... MMH! KENNY!"
Kevin meraung kesal karena aku segera melempar sepotong cokelat ke dalam mulutnya saat dia menjerit kaget.
"Enak kann?"
Aku tersenyum manis ke arahnya.
Mama Alvin yang sedaritadi memperhatikan kami tertawa, kemudian mencubit pipiku dengan gemas.
"Aduhh, anak ini, lucu banget! Gaboleh usil ya! kalian bener bener kayak kakak adik ya. lucu...!"
Mama Alvin kembali mencubitku, kemudian menyodorkan sebuah kue kepadaku.
"Nih, ayo dimakan! Abis Alvin ga suka manis, kamu aja yang makan!"
Aku segera menerima kue itu dengan girang.
"Makasi tann!"
Mama Alvin mengangguk dengan ramah, kemudian beranjak keluar ruangan.
"Tante pergi dulu sebentar ya, kalian bisa nungguin Alvin bentar kan?"
Aku dan Kevin mengangguk berbarengan.
Alvin, apa yang perlu ditungguin dari dia.
Dia aja tiap hari cuma duduk disitu, ngeliatin...
Eh...
Enggak ya?
Alvin tampak asik menikmati acara televisi yang dipasang oleh Arvin, dia tampak menonton dengan antusias, walau wajahnya memang masih datar, tapi aku tahu kalau dia memang antusias menonton. (tau darimana emang?)
Ya taulah pokoknya, udahlah, author tuh ga dapat peran disini, jadi diem aja! (...)
"Kevin, kamu lagi mikirin apa sih?"
Arvin yang sedaritadi menonton tv akhirnya angkat bicara sambil melirik Kevin yang sedaritadi mojok sendirian di pojok kayak anak autis, bedanya yang ini versi galau.
"Yeah, aku sudah memutuskan..."
Kevin mendadak menjentikkan jarinya kemudian tersenyum lebar.
Loh?
Emang dia lagi mikir ya?
Jadi si Kevin bisa mikir.
Ehh, maksudku.
Ya, gitu deh.
Apa yang dipikirin sih?
Kok tiba tiba udah main mutusin aja!
"Arvin, aku minta pendapatmu dong!"
Kevin menarik lengan Arvin yang masih melongo kayak orang bego saking kagetnya, dan dengan cepat berhasil diseret keluar, karena tubuh Arvin jauh lebih kecil daripada Kevin yang lebih besar darinya.
"Kamu ikut juga, Kenny! Alvin, tunggu sebentar!"
Alvin mengangguk kaku, sambil terus menonton acara tv.
"Ada apaan sih...?"
Kevin menarik nafasnya, kemudian menggilir pandang kami berdua.
"Arvin, aku sudah memutuskan, sekarang aku meminta pendapatmu sebagai salah satu bishop...."
"Kamu juga bishop..."
"Diem dulu!"
"Tapi kan..."
"Kamu jangan mulai kayak author ya! Dengerin aku...!"
"Ya maksudnya kan kamu emang salah satu lima bishop sekarang kan..."
"Whatever lah, berisik, gini, ceritanya..."
Kevin dengan setengah berbisik bercerita tentang semua pembicaraan kami dengan Cardinal dalam pertemuan rahasia yang terjadi 2 hari yang lalu.
"Hmm, Aku ngerti, terus, sekarang, ada apa? Bukannya kamu udah nolak tawarannya dia?"
Arvin bertanya dengan nada setengah bingung.
"Justru itu, aku mau menerima tawarannya..."
Kevin membuat aku dan Arvin melotot kaget dengan santai.
Kevin menyandarkan punggungnya ke pintu kamar, kemudian menatap kami, menunggu respon kami.
"Sekarang, Arvin, kamu sebagai perwakilan mereka, bagaimana menurutmu dengan rencana ini...?"
Arvin menggeleng bingung.
"Aku dan Alvin dulu mati matian membangun Harmonia yang sekarang. Kupikir aku dan Alvin tidak akan mungkin setuju dengan keputusan ini. Kami susah payah mendirikan Harmonia dengan banyak pengorbanan, dan sekarang kamu mau menghancurkannya? Lagipula, Harmonia itu adalah rumah kita!"
Arvin menjelaskan ketidaksetujuannya pada Kevin, yang hanya mengangguk angguk simpati.
"Kamu ragu, ya kan Arvin?"
Arvin tersentak, Kevin menatapnya dengan yakin.
"Kamu ragu, kamu tahu sendiri kebusukan apa yang sebenarnya sedang berlangsung di Harmonia, kamu hanya takut akan mengecewakan Alvin, lagipula, Aku yakin Cardinal akan memegang omongannya, dan rumah kita tidak akan ada yang disentuh atau dirusak, hanya berpindah negara, itu saja. Lagipula, kamu ga tertarik untuk membalas dendam...?"
Arvin mengerutkan keningnya lagi.
"Membalas dendam? Membalas dendam untuk apa? Kenny, jelasin! Jangan cuma makan cokelat aja!"
Ups!
Arvin mendengus sebal padaku yang sedaritadi cuma melihat pertengkaran mereka sambil mengunyah sebatang cokelat yang daritadi ga abis abis aku makan.
"Emm... Nanya Kevin aja, biar jelas!"
Aku kembali menggigit cokelatku dengan cuek.
Bener kan? daripada salah mending aku diam aja deh.
Kalo naga ama singa ngamuk gini sih, aku duduk aja deh...
Kevin tertawa mendengar perkataanku.
"Begini, setelah aku pikir, yang sebenarnya membunuh Arsais bukan Cardinal, tapi Pontiff, atau Grand Bishop Marty..."
Arvin kembali melongo.
"Pontiff Marty melakukannya?"
Kevin mengangkat bahunya.
"Aku belum yakin benar dengan yang terjadi, tapi tampaknya memang benar Pontiff melakukan semuanya, mulai dari adu domba Harmonia dengan Aronia, sampai penyerangan di Central Distric."
Arvin mengangguk angguk.
"Begitukah? Tapi, jelas kita harus mencaritahu kebenaran yang terjadi..."
Kevin mengangguk mengiyakan perkataan Arvin.
"Kami pulang dulu yah, sudah lumayan sore sekarang, nanti kemalaman pulangnya..."
"Oh, pulang sekarang?"
Arvin melirik ke arah jam dinding yang ada di ruang pos perawat yang terletak tak jauh dari kamar Alvin.
"Udah sore ya, ga kerasa! Obrolan tadi lumayan memakan waktu juga, yah, aku juga bentar lagi pulang, kalo Mama udah balik, kasian Alvin ditinggal sendirian..."
Kami berjalan kembali masuk ke dalam ruang Alvin, Alvin masih asik memijit mijit remote control televisi, mengubah ubah saluran televisinya.
"Alvin, kami pulang dulu!"
"Alvin! Kami pulang ya..."
Aku dan Kevin berpamitan dengan Alvin, yang hanya membalas kami dengan anggukan dan tidak memindahkan fokusnya dari monitor televisi.
"Arvin, kamu pulang aja sekalian..."
Alvin menatap lurus ke arah Arvin, yang membalas tatapannya dengan raut wajah terkejut.
Aku serasa ngeliat Alvin lagi ngaca kalau mereka saling bertatapan begitu.
Ckckckc
"Loh, nanti kamu sendirian?"
"Aku ga masalah sendirian, kamu pulang aja, ga kenapa kenapa, udah sore kan? Lagipula aku paling pergi jalan jalan nanti."
"Nanti kamu jatuh kayak kemarin? Luka lagi..?"
"Ga bakal!"
Arvin menatap Alvin dengan sangat kuatir.
Enak ya punya kakak kayak Arvin.
Perhatian, Kocak, beda ama adiknya yang, well...
Alvin mendadak menatapku dengan tatapan berbahaya.
Well, pikiranku kebaca ama dia nih...
"Duh, kakak sendiri diusir, padahal dikuatirin!"
Arvin mendengus sebal.
"Yaudah, nanti malam aku datang lagi kesini ama Grace, kamu jangan macem macem!"
Arvin mengambil tas nya dan berdiri, kemudian memberikan sekotak susu kepada Alvin.
"Diminum, tuh, tadi aku juga beli snack, kalo kamu bosan telpon aja, aku nanti kesini."
Ahhh.
Arvin sweet banget siih
Mau punya kakak kayak dia.
Heran.
Sifatnya kalo di game jauh berbanding terbalik dengan Lord Arvyn yang kejam dan suka ngasi komentar pedas.
Kalo Arvin yang asli hangat banget ke orang dekatnya.
>,<
"Oke..."
Alvin membalas dengan sepotong kata dingin yang melesat dengan santainya tanpa memperhatikan apa lawan bicaranya sakit hati atau tidak.
Benar benar khas Alvin ya....
Kayaknya sifat ramah Alvin tuh habis keserap ama Arvin deh, begitu juga dengan sifat jutek Arvin.
CKLEK
"Humph..."
Arvin menghela nafasnya dengan lelah saat dia menutup pintu dan berjalan keluar bersama kami.
"Berat ya, ngurus Alvin?"
Arvin cuma tersenyum dan menggeleng.
"Gak, mana mungkin cape, tapi ya, dia terlalu tertutup, jadi aku kuatir aja, karena ga tau apa yang dipikirkannya. Dokter bilang kalo dia terus makan begini, mungkin esok lusa atau hari minggu dia bakal keluar rumah sakit."
Senyuman senang mengembang di bibirnya. Arvin meletakkan kedua tangannya di belakang kepalanya.
"Arvin ya?"
Kami mendongak ke depan, seorang lelaki yang familiar dengan wajah teduhnya, berdiri di depan kami.
"Dokter Rio...?"
Dia mengangguk.
"Maaf, abis kamu ama Alvin mirip sih, jadi mesti dipastikan dulu!"
Dia tertawa cengengesan sambil menggaruk rambutnya yang terpotong rapi.
"Alvin ada dikamar kan? Aku mau ajak dia jalan jalan ke taman.."
Kami mengangguk.
"Yeah, ada kok dokter! Alvinnya lagi nonton tivi, ada banyak snack juga kok Aww! Kevin!"
Aku melengos, memanyunkan bibirku ke arah Kevin yang menatapku dengan pandangan yang menyiratkan "Aku Cemburu" kepadaku. Aku barusan menjerit karena perutku dicubit dengan keras olehnya.
Arvin dan Dokter Rio menatap kami dengan pandangan heran.
"Ohh, oke! Aku duluan ya!"
Daripada si Kevin tambah ngambek, aku ama dia kabur aja duluan deh!
Aku tarik tangan Kevin dan segera aku bawa pergi dari hadapan Dokter Rio.
Kevin yang masih terkejut tidak memberikan perlawanan apapun, sedangkan Arvin dari kejauhan tampaknya memanggil kami dengan bingung, tapi aku terus berlari menyeret Kevin yang masih terbengong bengong ke tempat parkir.
"Kenapa kamu mendadak seret seret aku sihh?"
Kevin merapikan kerah bajunya yang barusan berantakan, kemudian merapikan kemejanya yang acak acakan karena aku tarik sampai ke tempat parkir.
"Habis, daripada kamu tambah ngambek kan, lebih baik aku bawa kabur dehh"
Aku nyengir, memamerkan deretan gigiku kepadanya.
"Haah, bisa aja kamu!"
Kevin melengos sambil menyalakan mobilnya, kemudian mulai menjalankan mobilnya keluar dari rumah sakit.
"Kita jalan ya?"
Kevin bertanya kepadaku tanpa mengalihkan matanya dari jalanan, karena sekarang keadaannya seperti medan perang.
Mungkin kalo noleh kami bakal langsung cium pantat mobil di depan deh.
Jangan sampe deh, nyium pantat kan bau.
Tapi mobil sih, ga bakal bau kan ya...
Tapi tetap aja gaboleh.
Emang mobil punya pantat ya?
Gatau deh......
=_="
"Oi, Kennyku kok melamun! Gimana? Kita jalan ya..."
Kevin mencubit pipiku lembut, menyadarkanku dari lamunan bodohku.
Mbak mbak yang ada disampingku langsung tersenyum saat melihat kami dari kaca depan.
Oh my...
Kevin emang ga pernah tepat waktu kalo lagi mesra!
"Hmm, kamu mau jalan jalan lagi Kev?"
Kevin mendengus kesal mendengar omonganku.
"Ya iya lah! Kemaren aja kita ga jadi jalan kan..."
Oh, iya yah! Kemarin ga jadi jalan.
==============flashback===================
"Abis kamu sih, mukamu bikin sebal tauk! Kalo ngajak date ya bilang aja, ga usah pake minta ampe segitunya, pasti aku kasih kok...!"
Kevin segera menoleh ke arahku sambil melotot.
"Beneran? Kapan ajaaa? Makasi sayaaang!"
"GYAA! KEVIN! LIAT DEPANN! MOBIL KITA NYEBRANG JALURRR!"
"Oh, iya Hunny, maaf hunny, maaf..."
"Gausah pake madu madu an! Itu barusan lampu merah kamu terjang..."
"Madu..?"
"Hunny kan?"
". . . . . . . . . . . . . ."
"Salah ya...?"
"Urph, Bwahahahahahahaha!"
Akhirnya sepanjang perjalanan kami yang entah akan kemana diisi oleh tawa stereo Kevin yang tak henti hentinya tertawa sambil memegangi perutnya, terkadang airmata menetes dari matanya.
Ck, menyebalkan!!!!
Kriiing Kriiing
Ringtone jadul dari hp ku mendadak memecah tawa Kevin yang tak kunjung berhenti.
"Hallo? Ma? Iya? Oh, iya, oke ma, iya, iya..."
Kevin memandangku dengan wajah penuh tanya.
"Kev, kita pulang, mamaku suruh aku pulang..."
"Kok. Hufh... Yahh, gajadi deh..."
Akhirnya Kevin memutar mobilnya dan bergerak menuju rumahku.
============end of flashback=================
Alasannya simple ya?
Kedengeran bodoh mungkin.
Tapi mamaku bukan tipe orang yang bisa ditentang semudah itu, apalagi aku udah pergi dari pagi.
Jadi menolak permintaannya mungkin sama dengan memukul singa tidur...
(==")
Gara gara itu Kevin jadi ngambek sama aku seharian, smsku ga dibalas, sampai aku nelpon dia malamnya.
Humph...
tapi cuma bercanda sihh
"Yaudah, Kev, kita pergi makan aja yukk..."
"YEY!"
Kevin bersorak dengan gembira, dia segera berbelok dan memacu mobilnya.
"Kita ke pinggir sungai aja! Kita makan di open field gitu! Tempatnya bagus, ga pake atap jadi kita bisa liat sekeliling dengan leluasa, asik kan?"
Kevin bercerita terus menerus sepanjang perjalanan, sementara aku mengisi waktuku dengan melihat sekeliling, mengacuhkan omongannya, karena kalau sudah mulai berceloteh kevin pasti susah berhenti.
=="
ZAAZZZZ~~~!!!!
Kami baru saja sampai di tempat yang ditunjuk oleh Kevin, saat mendadak hujan lebat turun, disertai kilat dan angin kencang.
"......................."
Kevin hanya bisa terdiam menatap tempat makan yang barusan dibangga banggakannya berubah menjadi medan poerang, karena orang orang yang tadinya sedang menikmati makanan sekarang saling berlarian mencari tempat berteduh dan langsung membubarkan dirinya.
"..............."
"....................."
Kevin tampaknya sangat kecewa melihat rencana besarnya hancur berkeping keping dalam sekejap.
Aku yang disampingnya cuma bisa menggaruk kepalaku sambil melihat ke sekeliling.
"Hyahh..."
Aduh...
Kalo gini aku jadi ga enak sendiri.
Kevin masih tertegun melihat ke arah orang orang yang berteriak histeris sambil menyelamatkan diri seakan akan ada godzilla datang dan mengamuk di tempat ini.
"Kevin..."
Kevin masih tidak mengacuhkanku, dia tampaknya berpikir keras.
"Kevin, kita ke rumah aja yuk, mama lagi ga ada, kita masak terus makan dirumahku gimana...?"
"Kevin..."
"Keviiinnn!!!!"
Aku mencubit dan memutar pinggangnya, membuatnya melompat dari kursinya.
"Eh, iya Kennyku?"
Haduhh
ni anak kebiasaan deh ga pernah dengerin omongan orang!
Aku menonjok bahunya, membuatnya meringis pelan.
"Makanya didengerin! Aku ajakin kamu ke rumah, mau gak Kev? Kita masak aja berdua di rumah..."
"Tapi mamamu?"
"Makanya didengeriin! Mamaku lagi keluar kota sampai hari minggu!"
Kevin mengangguk angguk memahami perkataanku.
"Trus, emang kamu bisa masak...?"
"................"
"Emm, gabisa ya?"
bener juga, aku kan ga bisa masak.
(T^T)
Kevin mendadak mengelus rambutku.
"Yaudah, nanti masak mie juga ga apa apa! Yang penting bisa makan berdua..."
Ujarnya sambil nyengir lebar memamerkan semua koleksi gigi yang dimilikinya.
"Yaudah, ayo ke rumahmu! Nanti singgah mini market, kita liat apa yang bisa kita masak!"
Kevin tertawa riang dan segera memutar mobilnya ke arah rumahku.
Yahh, biar deh gagal makan di pinggir sungai, Nge date berdua di rumah juga ga masalah.
Ya kan?
Hmm...
Aku bisa nyalain kompor gak sih?
Ah, gampang nanti nyari caranya di internet!
XD
=======================================