It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Hey kalian membicarakan burung garuda
Hey brader @silverrain get well soon ya, maaf kalo moodnya rusak gara-gara ogud. Gak bermaksud sama sekali.
bukan kok
karena masalah eksternall
kalo disini mau dirusuh sih silahkan ajaah attuh
wkwkwkwk
"Alvin ayo dicoba dong ahh...."
"......."
"Alvin...."
"............"
"Alviiiiin, dicoba doooong....."
Alvin tidak menghiraukan kata kataku, dia tetap saja dengan cuek menatap kearah luar jendela.
"Kenny...."
Aku menoleh ke arah Kevin, yang saat itu menggeleng geleng sambil melihat ke arahku
Hufh, kenapa sih, kok malah geleng geleng, emangnya ada ada yang lucu ya.
"Kenapa sih, kok geleng geleng gitu kamu?"
Aku menoleh ke sebelah Kevin, Arvin, si kembaran Alvin juga ikut menggeleng sambil menatapku.
"Emang Alvin gabole dikasi Fanta ya?!"
"MANA BOLEEEHH!!"
Kevin dan Arvin berseru bersamaan membuatku melompat mundur hingga ke pelukan Alvin.
"Kok, kok ga boleh sih?"
"Katanya kalo lagi minum obat itu ga baik minum yang kayak gitu~! Masa kamu ga tau sih! Lagian kamu kasi Alvin minum masih segel gitu botolnya, mana mungkin dia bisa minum."
Ups.
Aku menjulurkan lidahku sambil meringis sambil mengamati minuman yang aku sodorkan padanya.
Oia! Masih pake tutup besi! Aku lupa minta bukain!
>,<
Aku meringis sambil melihat ke arah Alvin, yang membalasku dengan tatapan kesal.
"Ma..Maaf..."
Alvin hanya mendengus dengan muka sebal, Aku segera turun dari atas tubuhnya, Alvin tampaknya tidak perduli, karena dia sudah tidak lagi memperhatikanku dan mengalihkan pandangannya kembali ke arah jendela.
Lagi lagi, selalu menatap ke arah danau itu.
Apa sebenarnya yang terjadi dengan Alvin?
Apa ada sesuatu sebelum Arsais terbunuh di Valerie?
Apa ada sesuatu ya ama danau itu?
Umm....
Gatau ahh,
Otakku udah kecil kebanyakan dipake ntar abis aku jadi tambah bodoh dehh.
X3
Alvin hanya tertegun diam menatap ke arah air danau, terkadang secarik senyuman terlintas di pipinya, membuat wajah manisnya bersemu.
"Kenny..."
EEHH!
Aku tersentak kaget, kemudian segera menoleh, Kevin menatapku dengan tatapan sebal.
"Kamu ngeliatin Alvin ampe segitunya banget sih!"
Kevin mendengus sambil berbicara pelan. Ia memajukan kedua bibirnya, memberitahukan kalau dia sedang ngambek.
"Ehh, enggak, aku cuma mikir apa yang lagi diliatin Alvin kok, bukan ngeliatin Alvinnya..."
Kevin mangguk mangguk sambil tetap memonyongkan bibirnya.
"Iiih, jangan digituin bibirnya, jadi jelek tau!"
Aku menjepit kedua bibirnya dengan jari tanganku, kemudian menarik - nariknya dengan kedua tanganku.
"Aduhh, Sakit, sakit..."
"Kalian ngapain sih..?"
Ups!
>,<
Kami lupa kalau di ruangan ini bukan cuma ada kami berdua, tapi juga ada Arvin, kakak Alvin yang gantian tugas jaga, karena Mama Alvin membawa Grace pergi les di dekat rumah mereka.
Arvin menatap kami sambil mengerutkan mukanya, menatap bingung ke arah kami.
"Kalian kok ngambek ngambekan gitu, sih, konyol banget..."
Aku dan Kevin sontak menggaruk kepala kami, karena menyadari kami baru saja mengumbar (sedikit)kemesraan di depannya.
Semoga dia ga mikir aneh aneh.
"Kalian aneh ya, ampe sedekat itu..."
(- -")
Oke, dia udah mikir aneh aneh sekarang, yang kurang tinggal curiganya doang.
"Kok kalian kayak pacaran sihh..."
(O.o")
Kayaknya aku harus jadi cenayang deh!
"Kalian kok...."
Kriekk
Arvin menghentikan pembicaraannya karena Dokter Rio membuka pintu dan celingak celinguk melihat ke sekeliling kamar lewat celah pintu.
"Permisi, saya masuk ya? Daritadi saya ketuk ga ada jawaban..."
Aku dan Kevin segera mengangguk cepat, dan segera berlari ke arah dokter.
Yahh, itung itung melarikan diri.
Dokter Rio segera meletakkan semua peralatannya di atas meja besi, kemudian tersenyum ke arah Alvin.
"Sore, Alvin, gimana kabarnya hari ini?"
Dokter muda itu tersenyum manis sambil mencari cari sesuatu dari dalam tasnya.
Hyah, Alvin lagi ditegur, siap siap dikacangin deh Dokter Rio!
"Baik dokk, dokter gimana...?"
(0.o)
Kok, dibales sihh...
Aku tadi dikacangin...
("=3=)
Alvin dengan sukarela beranjak duduk, dan membantu dokter itu memeriksa tubuhnya.
Wah, ada angin apa Alvin tiba tiba jinak begini?
"Oke, udah, terimakasihh..."
Dokter itu kembali tersenyum ke arah Alvin.
Alvin mengangguk pelan, kemudian kembali menatap ke arah yang biasa di pandangnya.
Taman.
"Kamu masih memandangi taman itu setiap hari...?"
Dokter Rio mengajak Alvin berbicara ringan sambil ia membereskan semua peralatannya, kemudian memasukkannya ke tas jinjing yang dibawanya.
Alvin hanya mengangguk pelan sambil terus memperhatikan danau tanpa teralihkan sedikitpun seakan akan danau itu adalah soal UAN yang akan mencekik kami di kelas XII nanti.
"Oke, saya selesai, terimakasih ya, saya permisi dulu."
Dokter Rio mengangguk sopan sebelum dia tersenyum manis dan menghilang bersama cengiran mautnya di balik daun pintu.
Aku kembali menoleh ke arah Alvin
Wow...
Untuk pertama kalinya Alvin menoleh ke arah lain.
Dia menoleh ke arah pintu tempat tadi Dokter Rio keluar.
"Aku mau jalan jalan keluar..."
Alvin menguap, kemudian segera meregangkan tubuhnya dan bersiap keluar dari kamarnya.
"Aku juga, mama minta dijemput, katanya mobilnya mau dipake papa..."
Arvin ikut berdiri, mengambil kunci motor di atas meja, dan segera menghilang.
Keburu buru banget sih
=_=
Hmm... Bakal sepi ini kamar yah?
Aku menarik narik lengan baju Kevin, sambil memberikan tatapan tersirat padanya.
Kevin tampaknya langsung mengerti arti pandanganku, ia segera berdiri.
"Kami juga pulang dulu deh Vin, udah lumayan malam ini..."
Kevin meminta dirinya dengan sopan, dan Alvin segera memberikan izin lewat anggukan singkat, sebelum akhirnya dia berjalan ke arah pintu.
"Kalian mau keluar bareng gak?"
Aku dan Kevin segera mengangguk, kemudian pergi keluar dari pintu yang dibukakan oleh Alvin.
"Kami duluan ya..."
Aku dan Kevin membungkuk dangkal, kemudian segera berjalan menuju parkiran mobil kami meninggalkan Alvin yang berjalan sendirian di lorong rumah sakit.
Sebenarnya agak kuatir sih, soalnya Alvin jalannya masih belum lancar, karena ada beberapa luka di kakinya yang mempersulit langkahnya, dan juga dia sudah lama ga berjalan kaki, jadi mungkin kemampuan kakinya jadi berkurang.
(padahal baru seminggu)
BLAM
Kututup pintu mobil Kevin, kemudian memasang sabuk pengamanku.
". . . . . . . . . . . ."
Kevin diam sejenak, kemudian dia segera menyalakan mesin mobilnya, dan menjalankan mobilnya keluar parkiran.
"Kita mau kemana Kev, kok kita ga ke arah rumah....?"
Kevin cuma nyengir karena aku tahu kalau dia ga ngantar aku kerumah, kemdian mencubit perutku pelan.
"Kita nge date yukk Ken? Kan kamu udah janji mau nge date ama aku? Ampe sekarang belum kesampean kann. Sekarang aja, ya ya ya?"
Kevin menatapku dengan wajah memelas penuh permohonan, membuatku menonjok lembut wajahnya tepat di hidungnya.
"Aduh. Ken, sakit kan, kok malah dipukul sihh!"
Kevin meringis sambil memegangi hidungnya yang barusan ku tonjok.
"Abis kamu sih, mukamu bikin sebal tauk! Kalo ngajak date ya bilang aja, ga usah pake minta ampe segitunya, pasti aku kasih kok...!"
Kevin segera menoleh ke arahku sambil melotot.
"Beneran? Kapan ajaaa? Makasi sayaaang!"
"GYAA! KEVIN! LIAT DEPANN! MOBIL KITA NYEBRANG JALURRR!"
"Oh, iya Hunny, maaf hunny, maaf..."
"Gausah pake madu madu an! Itu barusan lampu merah kamu terjang..."
"Madu..?"
"Hunny kan?"
". . . . . . . . . . . . . ."
"Salah ya...?"
"Urph, Bwahahahahahahaha!"
Akhirnya sepanjang perjalanan kami yang entah akan kemana diisi oleh tawa stereo Kevin yang tak henti hentinya tertawa sambil memegangi perutnya, terkadang airmata menetes dari matanya.
Ck, menyebalkan!!!!
*****
Alvin's View
"Urghh,,,"
Aku terus memaksakan kakiku yang terasa sangat nyeri untuk terus berjalan menyusuri lorong rumah sakit.
Kakiku akhir akhir ini terasa kaku, dan kupikir kalau ga segera aku latih, mungkin nanti malah kakiku jadi kaku dan tidak terbiasa untuk berjalan
"Aghh..."
Aku terpekik pelan, berusaha meredam rasa sakit yang muncul setiap kali langkah yang aku ambil menapak ke lantai lorong, begitu pula saat aku mengangkat kakiku.
Semoga tidak ada lukaku yang bakal terbuka lagi setelah jalan jalan ini, karena kalau enggak, Mama dan Arvin pasti akan ngomel ngomel kepadaku!
Ck.
Aku berbelok dari lorong, mengambil jalan menuju tangga kecil ke arah taman yang ada di belakang kamarku.
Taman yang sama dengan taman yang biasa aku pandangi dari dalam kamar.
Yeah, satu satunya tempat dimana aku bisa mengingat kembali saat saat menyenangkan dengan Jyo dulu...
Aku menapakkan kakiku perlahan, dengan sangat hati hati aku menurunkan kaki kananku ke tangga pertama.
Sukses...
Sekarang tinggal membawa kaki kiriku.
Aku mengangkat kaki kiriku, tapi mendadak rasa sakit yang menusuk segera memenuhi kaki kananku.
"Auh!"
Aku kehilangan keseimbanganku, tubuhku yang oleng segera mulai terjatuh dari tumpuanku.
"Hei!"
Sebuah suara yang tampak panik tertangkap oleh telingaku, tak lama kemudian sebuah tangan segera merangkul perutku, dan menarikku untuk mencegahku terjatuh.
Aku berhasil menjaga keseimbanganku, tapi tepat pada saat aku akan mulai menumpu, tangan itu meremas sebuah luka di perutku, membuatku melompat dengan kaget.
"WHOAA!"
Dari suaranya, tampaknya dia tidak siap dengan reaksiku.
Detik berikutnya, kami segera terjatuh ke belakang.
"Aduh..."
Aku terjatuh, dalam kondisi orang itu tertindih punggungku, sehingga aku menindihnya dalam kondisi menghadap ke atas.
"Aduhh, sakit..."
Aku menatap ke belakang, ke arah sosok pria muda yang cukup aku kenal.
"Dokter Christ? Maaf...."
Christ mengangguk sambil memegangi belakang kepalanya yang tadi tampaknya terbentur karena terjatuh, sementara sebelah tangannya masih melingkar di perutku.
"Kalian ngapain...?"
Sebuah suara lain berseru tak jauh dari dekat kami.
"Rio!"
"Dokter..."
Rio, yang tampaknya sudah selesai berganti pakaian dan bersiap pulang menatap kami dengan bingung.
"Kalian pelukan di lorong?"
Dia menaikkan sebelah alisnya, tampaknya dia baru akan pulang saat dia menemukan kami.
"Nggak, nggak, bocah ini tadi mau jatuh, jadi kutarik, taunya dia malah lompat, jadi akhirnya aku malah ikutan jatuh."
"Oh..."
Rio hanya merespon cerita panjang Christ dengan jawaban singkat dan santai, kemudian segera pergi meninggalkan kami.
"Oh, itu, perut sama kakinya berdarah lagi, lebih baik bawa dia ke kamar untuk perawatan, selagi kamu pakai baju praktek..."
Rio berbicara sambil berlalu pergi, kemudian melambaikan tangannya, dan menghilang di belokan lorong.
"Astaga! Darahnya keluar lagi! Ayo kita perbaiki perbannya, ayo..."
Christ tiba tiba langsung mengamit kaki dan punggungku, kemudian mengangkatku ke gendongannya.
"Kamarmu di ujung lorong sana kan? Ayo..."
"Ah..."
Aku belum sempat berkata apapun, saat Christ segera berlari membawaku berlari kembali ke kamarku.
Samar samar, entah benar, aku melihat Rio berdiri di belokan tempat dia tadi menghilang dan menatap ke arah kami.
***
"Yahhk! Sudah, sip, udah ga kenapa kenapa ini..."
Christ memandang dengan puas ke arah balutan perban yang barusan dilakukannya, dia mengelus pelan rambutku, kemudian tersenyum ke arahku.
"Nahh, udah, udah beres sekarang, kalo misalnya ada apa apa kamu panggil aja perawat yaa! Jangan kemana mana dulu! Nanti lukanya terbuka lagi. Bajumu aku taruh di plastik cuci ya, soalnya udah kena darah kan."
Christ bergerak dengan sangat gesit, ia membereskan segala perkakas dan baju kotor dengan cepat dan segera merapikan semuanya kembali ke tempatnya.
Dia menghela nafasnya lega.
"Waduh, udah jam segini, kemalaman pulang dehh.."
Ia menghela nafasnya, meratapi nasibnya sendiri.
Ia berdiri diam sejenak, kemudian segera berbalik kembali.
"Ah, iyah. Ada lagi yang kamu perlukan?"
Christ menopangkan kedua tangannya di bahuku, kemudian menyejajarkan kepalanya dengan kepalaku, dan memasang senyuman dengan wajah hanya terpisah beberapa kilan dari wajahku.
"Jaga kesehatan oke!"
Dia menyentil pelan hidungku, kemudian tersenyum.
Aku mengelus hidungku, sejenak aku memandangnya dengan pandangan kesal yang dibuat buat, tapi kemudian aku memberikan senyumanku padanya, karena bagiku hari ini dia sudah banyak menolongku.
"Ahh...."
Christ tampak tetegun sejenak, kemudian segera membuang pandangan dari wajahku, dan segera berdiri dan membereskan tasnya kembali.
"Aku permisi dulu deh!"
Dia membereskan tasnya, dan beranjak ke arah pintu.
"Oh, yah,.."
Katanya, saat dia dia membuka pintu perlahan, kemudian berhenti dan menoleh kembali ke arahku.
"Kamu lebih manis kalau tersenyum, jadi cobalah terus tersenyum..."
Blam.
Pintu kamarku segera ditutup olehnya, meninggalkanku yang masih bertanya tanya dengan perkataannya.
Menyuruhku terus tersenyum?
Ada ada saja....
@princeofblacksoshi @littlebro
@danielsastrawidjaya
@ularuskasurius @rulli arto
@congcong @Dhika_smg
@seventama @prince17cm
@rarasipau @catalysto1
@marvinglory @pokemon @chachan
@idhe_sama @totalfreak @rarasipau @bb3117
APDET!!!!!!
@bb3117 iyaah aku udah enakaan
makasi yaa, buat doanya!
>,<
@just_pj yaudaahh
nanti malem ditamatinn dehh
#ketawajahat
Tqtq udah di mention ya . ƪ(ˇ▼ˇ)¬ .
~(˘⌣˘~) (~˘⌣˘)~