BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

The Night, and The Day - END - page 111

11314161819117

Comments

  • @yuzz
    maksudnya?
    nabok?
    -_-
    @adhiyasa
    ahh nanti malem yaa
    :p
    sekolah dulu skg
    aq barusan bolos 2 hari nihh
    #lirik @yuzz
  • Caesar's View

    "Bishop, kita pergi ke Great Shrine sekarang?"
    Arsais mengangguk pelan sambil merapikan pakaiannya. Dia memasukkan beberapa barang ke dalam tasnya kemudian segera beranjak dari tempatnya.
    "Stevan!"
    Seorang lelaki dengan baju baja dan kulit datang ke arah kami
    "Aku, Caesar, dan Axel akan ke Central. Kau bertugas menjaga selama kami tidak ada!"
    Stevan adalah penjaga ruangan Arsais, dan semenjak Axel naik menjadi Colonel, Stevan juga ikut diangkat menjadi Captain menggantikan posisi Axel.
    "SIAP!"
    Pria muda itu menegakkan badannya dan segera menunduk hormat ke arah kami. Arsais langsung berlalu begitu menerima jawabannya.
    "Axel, persiapkan dirimu! Kenaikan pangkatmu menjadi Colonel, test nya berat, dan kau harus melalui semuanya di Great Shrine!"
    Axel mengangguk mantap, kemudian menengadahkan tangannya, dan sepuluh, yang dulunya delapan tongkat berpedar dan melayang di sekelilingnya.
    Arsais menatap sejenak, kemudian langsung berlalu
    "Magist ha? Semoga kau tidak terluka di dalam tesnya..."
    Arsais mendahului kami dalam perjalanan ke Teleport Room.
    "Bishop! Anda mau pergi? Apa saya bisa melayani anda?"
    Seorang gadis muda berpakaian putih mendatanginya dan segera menawarkan jasanya.
    Arsais menatap gadis itu lekat.
    "Kamu..."
    Gadis itu tampak salah tingkah menerima tatapan Arsais
    "Kamu yang salah teleport aku dulu! Gak gak gak! Jangan Kamu! Yang lain! Sini! Teleport aku!"
    Gadis itu tampak sebal karena kelakuan Bishop Arsais barusan. Tapi ya baguslah! Daripada kami di teleport entah kemana?
    Tak seberapa lama, kami sudah berjalan keluar dari ruangan yang diisi oleh beberapa cermin. Ruang ini adalah ruang teleport di Great Shrine.
    "Hmm... Lord Marty pasti sudah menunggumu."
    Axel mengangguk. Kegugupan jelas terpancar di wajahnya.
    Aku ingin rasanya memeluknya dan menenangkannya. Tapi, semenjak peristiwa di Forest of Confusion, kami jadi saling menghindar satu sama lain. Aku takut dia akan berpikir yang tidak tidak padaku.
    "Tunggu apa lagi? Cepat masuk!"
    Arsais dengan tidak sabar membukakan pintu ke dalam ruangan dengan pilar pilar kebiruan dan diterangi cahaya obor.
    Axel memandang takut ke arah Arsais
    "Sudahlah, Axel, Aku yakin kamu bisa!"
    Aku akhirnya memutuskan untuk angkat bicara
    Axel mengangguk pelan, dan menatap datar ke arahku
    "Iya..."
    aku membalas tatapannya dengan senyuman tulus, walau perasaanku mengatakan orang yang menatapku bukan Axel yang biasanya.
    Axel melangkahkan kakinya perlahan ke dalam ruangan tersebut, dan Arsais menutup pintunya.
    "Kasihan dia, tidak tahu siapa yang bakal dilawan...!"
    Aku terkekeh pelan sambil melihat ke arah Arsais.
    Benar, Orang yang akan dihadapi Axel dalam tesnya tidak lain adalah aku, dan Arsais, serta beberapa Bishop lainnya.
    "Ayo! Kita harus bersiap sekarang...!"
    Aku dan Arsais segera pergi bersiap.
    Axel, Semoga beruntung...!
    =======================================
    Axel's View

    "Selamat datang, Captain Axel..!"
    Pria muda di hadapanku tersenyum ramah. Pakaian putihnya semakin menambah kesan bijaksana darinya. Disamping kiri dan kanannya berdiri sepasang Bishop kembar.
    "Lord Marty!"
    Aku membungkukkan badanku di depannya.
    "Sudah! Hmm! Cepat juga karriermu? Sekarang sudah jadi Kolonel? Padahal waktu perang Dunan kau masih officer ya? Tampaknya kau memang berbakat.."
    Lord Marty terbahak pelan, kemudian kembali memasang wajah serius
    "Baiklah, jangan membuang waktu. Kau siap untuk ujianmu?"
    Glek! Siap ga yaaa Siap ga yaa!
    Aku harus serius!
    Aku ngangguk mantap (Walau takut)
    "Bagus, Silahkan masuk ke pintu di belakangmu..."
    Aku berjalan lurus melewati Si om Bos yang lagi sok keren menopangkan dagunya dia atas kedua tangannya, dan teruss, sampai melewati pintu kayu besar berukir malaikat di kedua daunnya.
    Aku sampai di sebuah ruangan gelap.
    "Captain Axel! tugasmu di tes pertamamu mudah! Habisi semua monster yang kau lihat disini!"
    Sebuah suara. Suara Lord Marty? Aku mengangguk pelan, dan mengangkat kedua tanganku, agar semua tongkatku melayang dan siap tempur.
    Hmm! Tugas mudah!
    Tugas pertama aku lalui dengan sangat mudah. Walau ada beberapa monster yang lumayan alot, tapi, yaa!
    Karena aku hebat, jadi dengan mudah aku bisa membereskan mereka.
    Aku menyeka peluhku pelan, sambil menatap sebuah pintu yang membuka di hadapanku.
    Aku kembali menaruh tongkatku di punggungku, dan bergegas berlari ke arah pintu yang terbuka.
    Dengan segera ruangan gelap tadi sudah berubah menjadi sebuah area luas rerumputan.
    Waduh! Dimana lagi nih.
    "Woi, Captain!"
    Aku menoleh ke belakang
    YAIKZ!
    Valerian?
    Kutatap pasukan yang ada di belakangku.
    Aku kenal? Ya jelas lah! Mereka kan pasukan Valerie.
    Tapi kok cuma dikit ya?
    :3
    "Kalian ngapain disini? Nonton ya?"
    Mereka tertawa keras
    "Kami disini untuk membantumu!"
    Hah? Bantuin aku! Jadi boleh keroyokan ya beresin tugasnya?
    Tau gitu dari tadi dehh!
    :3
    "Yeah! Membantumu, untuk menghadapi dia..."
    HE? Siapa?
    Kulayangkan pandanganku ke arah telunjuknya
    (@^@)
    Seorang pemuda berpakaian panjang dengan rambut tergulung rapi berdiri di kejauhan. Senyum halus tersirat di wajahnya
    "SIR CAESAR!"
    Sir Caesar?! Aku melawan Sir Caesar?!
    Mau pulang ajaa...
    T^T
    "Santai saja, jumlah pasukanku jauh lebih sedikit! Lagipula ini cuma test, oke! Cukup rebut benderaku!"
    Sir Caesar berteriak dari kejauhan untuk menenangkanku.
    Yosh! Aku harus bisa!
    Aku menganalisa pasukanku dan pasukannya
    Yosh! Bisa menang!
    Tapi, menghadapi si jenius ini...
    Mama...
    T_T
    gimana nihh...
    Kuhela nafas panjang.
    "Bersiap! Kita akan menyerang frontal! Barisan untuk Charge! Kita tabrak sampai ke dalam dan segera rebut bendera mereka!"
    "YOO!"
    Dengan percaya diri kami segera menyerang maju ke arah barisan Sir Caesar yang hanya berdiam diri menunggu kami.
    Aku sudah menebak strategi yang dipakainya.
    "Anti Mage! Siapkan Skill Pertahanan! Sisanya menyebar! Mereka pasti akan menghujani kita dengan panah!"
    Dugaanku tepat :3
    Sir Caesar menunggu agar jarak kami cukup dekat untuk diserang jarak dekat. Dia memberikan aba aba kepada pasukannya, dan ratusan panah segera melesat ke arah kami.
    "Berkumpul! Crusader! Pakai Guarding Stance!"
    Pasukanku segera berkumpul dan menyatu, sementara tameng dari para Crusader segera melindungi kami dari serangan panah yang menghujani kami.
    "Pertahankan! Minimalisir casuality! Priest Heal! Anti Magi! Serang Magenya!"
    Aku mengarahkan jariku ke belakang pasukan mereka
    "Silent Lake!"
    Aku membungkam barisan penyihir mereka agar tidak bisa melakukan serangan sama sekali
    "Waduh, repot juga kalau musuhnya murid sendiri..."
    Sir Caesar mengangkat kedua pedangnya, memberikan tanda ke arah langit. Sepasukan tentara lain muncul dari kiri dan kanan kami, mengepung kami dari kedua arah.
    "Sial!"
    Pasukanku tampak mulai panik.
    Sir Caesar usiiill!
    Aku menggembungkan pipiku ke arahnya, dia tertawa, dan segera mengangkat pedangnya dan maju ke arahku.
    Kutatap sekeliling. Pasukanku tampak tercerai berai.
    "Maju! Tetap maju ke arah pasukan utama! Pasukan pembantu itu cuma pengalih! Arahkan serangan ke Pasukan utama!"
    Sir Caesar menggeleng pelan melihatku.
    "Ketahuan ya? hehehe! Pasukan! Maju! Pertahankan bendera kita!"
    Sir Caesar akhirnya memulai serangan frontal ke arah kami.
    Jumlah? Menang kami dong!
    Jadi hasilnya pasti sudah bisa diketahui!
    Karena perbedaan jumlah pasukan yang jauh, Serangan frontal jelas ga mungkin bisa mengatasi pasukan kami.
    Sir Caesar sudah berlari mundur ke arah pasukan pembantunya saat kami selesai membantai pasukan utamanya.
    Sir Caesarr! Gemes AKU!!!!
    Aku berlari maju, dan mengangkat tongkatku.
    "FIRE! ANGER OF THE NATURE! METEOR DOOM!"
    Pasukanku dan pasukan musuh terkesima melihat sihir yang barusaja aku rapalkan.
    Jelas dong! Itu kan skill Lord Pixel!
    Meteor berjatuhan dan menghantam pasukan Sir Caesar.
    "MUNDUR! PERTAHANKAN BENDERA!"
    Sir Caesar memberi aba aba mundur pada pasukannya.
    "Bendera yang ini bukan Sir Caesar..?"
    Aku menghunjuk ke arahnya sambil menenteng bendera yang tadi kurebut saat mereka kelabakan menghindari serangan meteorku.
    "Err, Aeh, Iya itu!"
    Aku cuma nyengir sambil mengibas kibaskan benderaku.
    "Yahh! Curang kamu!"
    Sir Caesar segera melesat ke tengah pasukan dan menjitak kepalaku.
    "AWW!"
    Sakit banget! Dia jitak aku pake sarung tangan besi!
    Aku balas jitakannya dengan timpukan telak dari tongkatku
    "AXEL GILA! MAU BUNUH AKU YA!"
    Aku cuma memonyongkan bibirku
    Ya emang!
    Hueahahahaha
    >:)
    "Axel, kamu paham yang aku ajarkan padamu lewat perang ini...?"
    Aku mengangkat bahuku, dia tertawa melihatku.
    "Kamu sudah memahaminya. Sebenarnya pasukan bantuanku jumlahnya lebih banyak dari pasukan utama. Benar kan? Dan kamu menenangkan pasukanmu dengan bilang pasukan bantuannya tidak berbahaya?"
    Haduh! Kuliah deh nih!
    "Yeah, aku cuma mikir, kalo pasukannya tercerai berai, pasti yang ada malah kalah, makanya aku bilang begitu supaya mereka tenang."
    Sir Caesar mengangguk puas
    "Bagus, memang seperti itulah pemimpin! Kamu harus bisa menguasai pasukanmu! Ketenangan dan Percaya diri harus tetap ada di dalam genggamanmu selama peperangan.."
    Ung... Ung...
    Kuliahnya...
    Ga Pahaamm!!!
    Aku mengangguk sekenanya supaya kuliahku cepet beres.
    "Yakh, Sisanya, tinggal tes terakhir! Aku akan menonton dari bangku penonton!"
    Sir Caesar membukakan sebuah pintu(yang entah kapan ada disana) Dan mempersiahkanku masuk.
    "Bersiaplah! Aku nonton lho!"
    Dia mengerdipkan sebelah matanya, kemudian menutup pintunya.
    Aku nyengir lebar ke arahnya, sampai pintu itu ditutup, aku juga masih aja masang cengiran sambil menghadap pintu.
    "Sampai kapan kamu mau liat kesana?"
    Deg!
    Aku menolehkan kepalaku dengan takut ke arah belakang.
    DIA!
    T^T
    =======================================
    Caesar's View

    BRUAKK!
    "Berdiri...."
    Aku menutup mataku dengan kedua tanganku untuk menghadapi pemandangan seram di hadapanku.
    Axel sedang dibantai habis habisan oleh Lord Arsais.
    Dia sedang berusaha berdiri saat Arsais menendangnya tepat di perutnya
    "Lemah...."
    Arsais terus menerus menyerangnya tanpa memberikan celah sedikitpun
    Aku ga tega ngeliat yang beginian! Tapi apa boleh buat! Ini adalah bagian dari tes!
    "Kamu masih mau maju?"
    Arsais kembali melayangkan tendangannya ke arah Axel.
    Axel mencoba menangkisnya, tapi tubuhnyalah yang malahan terlempar jauh.
    "L...Lord Arsais...!"
    Arsais menatap tajam ke arahnya
    "Divine Blast!"
    Ribuan cahaya menghujam tubuh Axel. Pakaiannya tampak sobek dimana mana. Tampaknya Arsais benar benar serius dengan pertarungan ini.
    Aku menatap dengan ngeri ke arah Axel.
    Dia masih terus mencoba berdiri
    "Belum menyerah juga?"
    Arsais kembali menghujaninya dengan pukulan dan tendangan
    Aku menatap ke belakang, Para Bishop lain tampaknya sama kuatirnya denganku, Wajah mereka tampak tegang melihat ke arah arena pertarungan.
    Axel terus mencoba untuk berdiri
    "Sadari kelemahanmu..."
    Arvin melemparkan pisau lemparnya hingga menancap tepat di kaki Axel.
    Axel roboh. dari posisi lukanya, dia tampak tak mungkin berdiri lagi.
    "L.. Lord Arsais..."
    "Hmm?"
    Arsais berdiri di hadapannya dan menatap dengan dingin
    "Aku, Aku menyerah!"
    Arsais menghembuskan nafasnya lega.
    Dia menyimpan kedua bilah pedangnya dan menyembuhkan luka luka Axel.
    "Kamu lulus..."
    "HA?"
    Axel terpekik dan membatu, dia tampak tidak sadar dengan yang terjadi barusan."
    Arsais berjalan meninggalkannya.
    "Ketahuilah kekuatan musuhmu, dan pahami, kapan waktu untuk mundur, kapan waktu untuk bertarung. Maka kebodohanmu akan berkurang sedikit...! Pasukan adalah sahabatmu di medan perang. Jangan menyianyiakan nyawa seorangpun!"
    Arsais meneruskan langkahnya pergi, diikuti dengan tepuk tangan dari para penonton yang menyaksikan pertarungan (Pembantaian) dari Arsais dan Axel.
    "Terimakasih! Dengan ini! Captain Axel, dinyatakan lulus ujian Harmonia Royal Army, dan diakui Sebagai Colonel, sekaligus Commander dari Valerian Army!"
    Lord Marty bersuara dengan lantang, diikuti dengan riuh rendah dari penonton yang kebanyakan adalah pasukan Valerie.
    "Axel, selamat!"
    Aku memberikan selamat kepada Axel saat dia keluar dari arena.
    "Yeah, kalau tau bakal lulus kalo bilang menyerah kan, aku ga perlu babak belur!"
    Axel menggerutu sambil memanyunkan bibirnya. Dia tampaknya sudah lupa dengan masalah kami di Forest of Confusion.
    Tapi aku tetap harus meminta maaf!
    "Emm, Axel!"
    Dia tersenyum lembut ke arahku
    "Ya Sir Caesar?"
    "Aku... Aku mau minta maaf soal kelakuanku kemarin, dan untuk ciuman itu, aku minta maaf, aku spontan melakukannya..."
    Aku menundukkan kepalaku tanpa berani menatap ke arahnya.
    "Sir Caesar..."
    Aku menatap kearah Axel, sekarang dia yang menundukkan kepalanya dan tidak berani menatapku
    Cupp!
    Sebuah ciuman cepat mendarat di bibirku.
    "Aku suka Sir Caesar!"
    Axel segera berlari menjauh setelah selesai menciumku, meninggalkanku yang tepaku sendirian.
    =======================================
    Silver's View

    Arsais berdiri di belakang tembok tempat Axel dan Caesar barusaja berbicara, dia melepas kedua sarung tangannya, dan melipatnya.
    "Hmm...."
    Arsais pun segera beranjak pergi. Raut mukanya masih datar dan tidak terbaca. Tidak jelas apa yang sebenarnya dipikirkannya.
    Sementara itu, di dalam sebuah ruangan dengan penerangan obor, Pria itu kembali memainkan pion berbentuk tongkat yang ada di tangannya.
    "Jadi, The Sorcerrer sudah semakin menguat? Ini diluar rencanaku...."
    Pria itu meremas pion itu hingga hancur menjadi serpihan kecil
    "Aku sebaiknya bergerak cepat..."
    Dia berdiri dari kursinya, dan melangkah keluar melewati pintu raksasa dengan ukiran Harmonia yang terbagi di kedua daunnya.
  • hihihihi... so sweet..... #poor axel dibantai... #:-S
  • @yuzz dari Arsais:
    "mau dibantai juga?"#evilsmirk
    #tarikpedang
  • @yuzz @adhiyasa @princeofblacksoshi @littlebro @danielsastrawidjaya @ularuskasurius
    maaf yaa klo lama updatenya!
    soalnya disambil sama banyak bgt kegiatan
    akhirnya jd malem baru bisa update!
    T T
    ahh
    Next Story Spoiler:

    Kami bertempur dengan sangat sengit. Jerit dan teriakan dari orang orang yag bertarung terdengar di segala penjuru.
    Arsais bagaikan di atas angin, melesat dan menikam denga kecepatan luar biasa.
    Axel masih bertempur di sampingku.
    pasukan kami unggul dari mereka baik dari kekuatan dan jumlah.
    saat kupikir semuanya akan baik baik saja, tiba tiba sesosok bayangan muncul di hadapan kami.
    aku tercekat.
    Lord Arvyn!
    Lord Arvyn menembus garis pertahanan kamu dan menyerang langsung ke arah kami.
    Dia menyeringai lebar.
    "Checkmate!"
    sebuah pedang dari kilatan cahaya muncul di tangannya dan langsung ditebaskannya ke arah Axel
    Aku terpaku menatap ke arah mereka
    "Brengsek! Arvyn!"
    Arsais tiba tiba saja muncul dan menghempaskan Arvyn. Detik berikutnya mereka sudah saling berkejaran. Arvyn menyeringai lebar.
    "Bunuh Arvyn! Tangkap dia"
    lolong Arsais dalam kemarahannya
    Brugh!
    Axel yang sejak tadi berdiam terpaku mendadak terkapar.
    "Sir Caesar...."
    Sebuah luka lebar menganga di dadanya. Darah segar mengalir menutupi tubuhnya. Nafasnya tampak terengah. Dia berusaha keras menahan rasa sakit.
    Aku memeluknya
    "Bertahan! Kita hampir menang!"
    Axel tersenyum pelan
    "ya! Kita pasti menang!"
    Nafasnya mulai bertambah pelan, dia menutup matanya perlahan.
    "Axel!"
    Sosok yang kupeluk tampak diam tak bergeming, hingga akhirnya tubuhnya memudar, dan hilang dari genggamanku.
    ............
  • axeeeeeellllllllllllllll................tidaaaakkkkkkkkkkkkk.......!!!! :(( :(( :((
  • Kenny's View

    "Jadi, ikatan logam adalah bla bla bla~"
    "Hoaaaamz"
    Aku menguap lebar. Didepan kelasku, Bu Meidy tampak dengan berapi api menjelaskan tentang materi mata pelajarannya. Dia berkali kali menggebrak meja, saking kerasnya sampai beberapa cewek jadi terlunjak dari kursinya.
    Ni guru serius amat yah
    Tapi seserius apapun dia, tetap aja dia ga bisa menyadarkanku dari kantuk luarbiasa ini
    Ya apa boleh buat!
    Karena tadi malam aku nekat cium Sir Caesar, efeknya aku jadi ga bisa tidur semalaman
    Kutukan ini kayaknya
    T_T
    Aku dikutuk Sir Caesar!
    Aku semalaman gabisa merem! Setiap merem yang ada kebayang cuma adegan aku mencium Sir Caesar di Great Shrine, terus aku malah jadi guling guling sendiri!
    Efeknya?
    Sekarang mataku jadi item plus berkantung T_T
    Kulihat disampingku, Edwin sedang asik mengunyah snack yang diam diam diselundupkannya ke dalam kelas
    Huh! Coba snack manis aku pasti udah minta!
    X_X
    Ahh! Ga ada kerjaan apa ya?
    Kulayangkan pandanganku ke depan
    Hmm....
    Alvin tampak tertidur pulas dengan menyembunyikan kepalanya dalam silangan tangannya, sedangkan Kevin tampaknya lebih buruk!
    Matanya kayak Panda! Dia sedaritadi merem melek berusaha bertahan untuk membuka matanya, tapi tampaknya dorongan untuk tidur lebih kuat
    Yaa! Paling gak ada yang senasib ama aku!
    Teeet! Teet! Teeet!
    AHH! FINALLY!
    T_T
    Bu Meidy tampak sibuk merapikan buku bukunya untuk segera pergi dari dalam ruangan. Beberapa murid tampaknya tidak sabar dan sudah mendahului Bu Meidy keluar.
    Ga sopan banget sih! Kayak aku dong! Sabar menunggu!
    :3
    Segera setelah bu Meidy pergi dari dalam kelas, aku bergegas menuju ke toilet sekolah.
    Lega!!!
    Kubuang muatan berat itu segera ke dalam urinoir.
    Ahh! Untung ga bocor dikelas. Kalo bocor dikelas aku malu pasti! T_T
    Huahh! Lega Rasanya!
    Kucuci tanganku di washtafel.
    Hmm, sekalian deh basahin muka! Biar ga ngantuk!
    Ahh, Refreshing!
    Kutapakkan kakiku keluar
    Yaa! Udah lebih baik deh, daripada merem melek kayak tadi!
    Sambil bersiul berlari lari kecil ke kantin
    Makan! Makan!
    Ahh, waktunya isi perut!
    Kupesan sepiring Mie Merah dari mbak mbak yang jaga kantin, kemudian aku duduk di sebuah kursi di pojokan.
    "Kenny!"
    GROAARR! KENAPA HARUS MEREKA LAGI!
    Alvin berjalan sambil membenamkan mukanya ke dalam komik, sedangkan Kevin disampingnya melambaikan tangan ke arahku
    "Huahh..."
    Aku menghela nafas
    "Hei, kenapa kenapa? Tadi pusing ama pelajaran ya? Mukanya ampe kusut gitu? Mbak! Nasgor ama Es jeruk! Vin, kamu apa? Eh Mbak dua deh!"
    Kupandangi kedua orang di depanku.
    Yang satu autis, yang satu hyper
    ASTAGAAA
    T_T
    mereka memang sempurna!
    Tak lama kemudian Mie pesananku datang.
    Huh! Selera makanku ilang udah!
    Aku dengan sebal mengunyah mie di dalam mulutku.
    Enak sih! Tapi nyebelin! Makan ama pemandangan kayak gini!
    "Guu....."
    Alvin meringis pelan.
    Heh! Tangan kanannya luka! Kok bisa ampe begitu!
    "Luka...? Kenapa bisa luka Vin?"
    Kevin menatap kuatir ke arah Alvin
    "Mana kutau...."
    Hyaa! Ditanyain baik baik jawabannya jutek!
    Disambelin aja itu mulut biar pedes sekalian!
    Ckckckck
    "Waktu itu juga luka kan? Apa ada hubungannya dengan itu...?"
    Alvin melotot tajam ke arah Kevin, yang segera menutup mulutnya sambil melirik ke arahku.
    Apaan sih! Bikin kepo!
    Aku kembali memasukkan segulung mie ke dalam mulutku.
    Hmm! Lukanya keliatan parah!
    Alvin tampak cuek dengan lukanya, dan sibuk memakan nasi gorengnya.
    Huah! Somebody help me!
    "Hai! Kenny!"
    Eh! Kak Yujii pasti!
    "Kak Yujii!"
    Yujii nyengir pas namanya kupanggil. Dan seperti biasa, Marco selalu berada di sampingnya. Kali ini Marco tampak sibuk membuka botol air mineral
    "Yujii! Ini airnya, ayo minum obat terus kita makan!"
    Yujii menenggak sedikit air dari botol kemudian segera memasukkan beberapa obat dan menelannya.
    Wew! Banyak banget obatnya! Kayak makan kacang aja!
    "Kak Yujii sakit apa?"
    Yujii hanya meringis pelan
    "Ga! Cuma kecapekan, ini vitamin dari dokter."
    "Kecapekan apanya...? Kamu itu kok...."
    "Marco!"
    Yujii menatap tajam ke Marco. Marco langsung membisu sambil membalas tatapan Yujii. Sejenak rautnya berubah menjadi sayu. Sangat sedih
    Wew, kenapa nih!
    "Ah, Kenny! Kamu suka main game?"
    Yujii tersenyum ramah ke arahku.
    "Yeah! Lumayan suka!"
    "Wahh! Bisa main Ancient War?"
    "Bisa Bisa! Lumayan bisa!"
    "kapan kapan ayo main! Satu dua set gitu!"
    Aku mengangguk cepat.
    "Aku ikut..."
    Kami menoleh serentak ke asal suara.
    Kami menatap ke arah Kevin
    Kevin yang mulutnya lagi penuh ama nasi goreng langsung menggeleng panik sambil menunjuk ke arah Alvin
    Weh! Alvin yang ngomong? Tumben...
    "Wei, tengil! Sok amat sih! Ayo sini tanding!"
    Marco langsung tersulut emosi dan menantang Alvin
    "Wah wah! Aku juga ikut kalo gitu!"
    Kevin akhirnya berhasil menelan makanannya dan ikut nimbrung.
    Jyahh! Kok jadi tawuran gini jadinya!
    "Marco, tenanglah..."
    Yuji terkekeh pelan dan menatap ke arah duo Autis
    "Ayo! Buat fun aja! Kita tanding! Kami bertiga, kalian berdua, gimana?"
    "Oke..."
    Alvin membalas perkataan Yujii dengan sebuah kata
    Gila, kalo dia ngomong gini ke preman pasti udah jadi dodol dia sekarang!
    "Kapan kalian bisa?"
    "Jangan hari ini..."
    Yujii berpikir sejenak.
    "Sabtu pagi! Libur kan! Di Lunar Game Centre, Gimana?"
    Alvin mengangguk pelan.
    "Oke! Sampai ketemu disana!"
    Yujii dan Marco berjalan berlalu, Marco masih menatap Alvin dengan tatapan
    "I'll Kill YOU!"
    Tapi orang yang ditatap kayaknya ga nyadar deh, atau mungkin ga peduli ya?
    Ckckckck
    "Kenny, kamu bisa kenal gerombolan elite sekolah! Kenal darimana?"
    Aku mengangkat bahuku
    "Mereka gerombolan elite ya? Aku gatau! Kan Dia yang tegor duluan!"
    Kevin ternganga mendengar jawabanku
    "Gila...!"
    Pipp, Pippip. Piiiip
    Alvin mengambil hpnya. Gila! Nada deringnya jadul banget, kayak om om!
    Dia tertegun, kemudian menunjukkan layar hpnya ke arah Kevin.
    "Wah wah....?"
    Kevin menggeleng pelan sambil mengangkat bahunya
    Ikh! Lagi lagi! Aku gatau ada apa kan! Mereka sok rahasia mulu sihh!
    "Kami duluan ya!"
    Kevin dan Alvin mendadak berdiri dan meninggalkan kantin.
    "EH! Tungguuu! Kalian belum bayar makanannyaaaaa......."
    Mereka sudah agak jauh, dan kayaknya ga denger perasaanku barusan. Aduh, gimana nihh?
    "EHEM..."
    Kulongokkan kepalaku ke sampingku.
    Ibu penjaga kantinnya menatapku sambil mengacak sebelah pinggangnya.
    "Ibu! Saya gatau..."
    T_T
    "Gatau apa? Temanmu kan! AYO BAYAR!?"
    HUAAA!!!
    T_T
    =======================================

    Soundtrack : Battlefield Without Light
    Song By : Miki H.

    Caesar's View

    Arsais berdiri tegak dihadapan kami. Aku dan Axel berdiri membelakangi sepasukan orang berpakaian besi yang berbaris rapi di hadapan kami.
    Pakaianku berkelebat. Angin sore ini sangat kencang, padahal matahari masih begitu tinggi di langit.
    Aku memincingkan mataku karena silau
    Dihadapan kami, sepasukan besar orang berdiri berbaris sambil menjunjung tombaknya, pasukan khas dari Southgard Distric.
    Arsais mendecak.
    "Arvyn brengsek...."
    Dia menatap tajam ke arah depan, seorang pemuda dengan wajah persis sepertinya dengan pakaian hijau toska tampak menyeringai sambil menjilat bibirnya. Lord Arvyn menatap ke arah kami dengan pandangan sombong.
    "BERSIAP! MEREKA AKAN MENYERANG MAJU! ANTI MAGI! PERSIAPKAN SKILL PELINDUNG! PERHATIKAN ARVYN! RUNE ANGIN DAN KECEPATANNYA BISA JADI MASALAH KITA! BUNUH DIA SECEPATNYA!"
    Arsais memberikan aba aba pada pasukannya.
    "Zion! Kamu menggantikan aku untuk Support! Aku akan maju berperang!"
    Axel memberikan perintah pada seorang pemuda berjubah ungu yang segera menancapkan tongkatnya ke tanah dan merapalkan mantra.
    Tongkat itu berpedar. Berbagai cahaya muncul dari arah belakang. Tampaknya para Priest dan Anti Magi sudah mulai melancarkan mantra perlindungan ke arah kami.
    "BERSIAP! MELEE MAGIC RANGER!"
    Pasukan di belakangku segera merespon dengan merubah formasi barisan mereka.
    Para Ksatria di depan, disusul oleh para Penyihir, dan Pemanah di belakang.
    "GUARDIAN DI GARIS DEPAN! PASANG TAMENG!"
    BRUAK BRUAK BRUAK BRUAK!
    Barisan pasukan berbaju besi putih menghantamkan tameng besar mereka ke tanah, membentuk dinding dari perisai.
    Arvyn menghela nafasnya.
    "Caesar! Axel!"
    Kami segera berjalan ke arah Arsais
    "Apa saran kalian?"
    Aku mangguk mangguk pelan.
    "Mereka pasti akan maju dan menyerang kita. Pasukan mereka rata rata terdiri dari pasukan tombak, serangan mereka pasti akan sangat berbahaya bila sampai tembus ke arah kita. Perisapkan Shortbow untuk merusak pertahanan garis depan mereka, tapi tetap pastikan Guardian ada di belakangnya, agar bisa melindunginya dengan segera, karena kecepatan mereka sangat tinggi."
    Arsais menganggukan kepalanya
    Axel berpikir sejenak, kemudian mulai berbicara.
    "Riskan untuk kita melakukan serangan bergantian seperti saat monster war. Apalagi tentara mereka didukung Rune Lord Arvyn yang membuat pergerakan mereka bisa meningkat secara tiba tiba. Membiarkan lini depan tidak terproteksi mungkin bisa jadi sangat riskan.."
    "Hmm... Bagus Axel! Nah, Caesar! Apa Strategimu?"
    Kita bertahan, kurangi lini depan mereka sebisa kita saat mereka maju, sehingga mau tidak mau mereka akan mempersempit lebar pasukan mereka untuk menjaga pertahanan depan tetap rapat. Saat tabrakan, kita akan melengkungkan formasi kita tanpa mereka sadari, sehingga bisa dengan mudah menyerang bendera mereka. Bila pasukan penyihirnya bisa diatasi, Knight mereka tidak akan ada apa apanya dihadapan pasukan kita...."
    "Bagaimana dengan masalah pertahanan? Bukankah dengan menggunakan formasi itu kita akan membiarkan pasukan kita menyebar dalam formasi tipis?"
    Axel menggigit jarinya, kemudian dia menjentikkan jarinya
    "Tidak masalah, Kita hanya perlu bertahan dari lini depan mereka! Pasukan pertahanan depan kita akan menahan mereka, sementara lini belakang akan membentuk formasi melengkung. garis pertahanan nanti akan diisi oleh Guardian, sedangkan Knight dan pasukan lain dengan daya serang kuat akan bergabung dengan lini belakang. Pastikan mereka tidak menyadarinya. Garis depan nanti cuma Guardian, dengan priest untuk mendukung mereka dari belakang."
    Arsais mengangguk puas
    "Bagus, persiapkanlah..."
    Axel tampak segera memanggil para Captain pasukan dan memeberikan aba aba pada mereka.
    Aku menghunuskan pedangku, sementara Arsais lebih memilih tombak lempar pendek untuk senjatanya. Ya! Arsais memang memiliki kelebihan dalam menguasai senjata lempar! Karena itulah dia jarang terluka saat bertempur, karena targetnya pasti sudah tewas sebelum menyentuhnya.
    Barisan pasukan tampak sudah tertata. Arsais tetap diam tak bergeming, begitu pula dengan kami. Semua senjata siap di tangan kami masing masing, tetapi kami masih tetap diam tak bergeming.
    Pasukan musuh mulai berderap maju, semuanya tampak seperti yang kami perkirakan. Mereka maju dengan kecepatan tinggi.
    Arsais memberikan anggukan pada Axel, dan Axel memberikan aba aba pada pasukan pemanah, sedangkan aku memberikan aba aba pada pasukan penyihir.
    "Lancarkan pertahanan sihir! Sekarang! Mereka pasti sudah mulai merapal mantra!"
    Sebuah tameng seperti kaca terbentuk di sekitar kami, dan menutup pertahanan kami, tepat pada saat bermacam macam mantra datang. Lidah lidah api terpercik saat kilatan kilatan cahaya itu membentur perisai sihir kami. Arvyn terlihat meraung kesal, sedangkan Arsais masih tampak tenang.
    "Panah mereka! Jangan ke belakang! Hancurkan garis depannya!"
    Axel memberikan perintah dengan lantang. Sejenak pasukan pemanah tampak ragu dengan perintahnya, tapi kemudian segera menghujankan anak panah mereka pada pasukan garis depan.
    Korban mulai berjatuhan. Mereka mulai mempercepat pergerakan mereka saat hampir seperempat pasukan depan mereka mulai terkikis karena tewas terpanah.
    "Terus panah! Mage! Skill area! Tembak ke depan mereka!"
    Ribuan anak panah yang beterbangan kini bergabung dengan berbagai kilatan cahaya dengan beragam bentuk.
    Lord Arvyn tampak memberikan aba aba untuk menyembuhkan pasukan garis depan mereka, sementara kami terus mengikis pasukan mereka.
    "Bagus, mundur! Guardian! Battle Stance!"
    Pasukan Guardian segera menghujamkan perisai perisai raksasa mereka ke arah tanah, sementara para priest berdiri berjajar di hadapan mereka
    "Angel's Guidance"
    Arsais mengangkat kedua tangannya ke langit, dan simbol malaikat muncul di atas kami.
    "ANGEL'S GUIDANCE!"
    Arvyn tampak melakukan hal yang sama, dan malaikat lain tampak melayang di arena peperangan.
    Arvyn tampak menelan mentah mentah umpan kami. Ia mau tidak mau mempersempit formasinya untuk menjaga garis depan tidak tertembus, karena Knightnya banyak terkikis di peperangan sebelumnya. Mereka tampak berusaha keras menembus garis pertahanan para guardian, sementara kami perlahan melengkungkan barisan dan mulai menyelimuti pasukan Arvyn.
    "SIALAN! KITA DIKEPUNG! AWAS!"
    Pasukan belakang Arvyn mulai terkuras saat knight kami menghabisi pasukan belakang mereka satu persatu. Pasukan belakang memang memiliki pertahanan yang lemah, dengan serangan yang luarbiasa kuat, karena itulah, mereka biasanya ditaruh ditempat yang tidak tersentuh.
    Rencana kami berhasil. Pasukan mereka tampak mulai goyah dan ragu, mereka tampak kehilangan semangat bertarungnya.
    "Habisi mereka! Habisi mereka!"
    Kami berusaha keras mencapai Lord Arvyn yang berada di tengah tengah barisan mereka.
    Sudah dua jam kami berperang. Kami bertempur dengan sangat sengit. Jerit dan teriakan dari orang orang yag bertarung terdengar di segala penjuru.
    Arsais bagaikan di atas angin, melesat dan menikam dengan kecepatan luar biasa.
    Axel masih bertempur di sampingku.
    pasukan kami unggul dari mereka baik dari kekuatan dan jumlah.
    saat kupikir semuanya akan baik baik saja, tiba tiba sesosok bayangan muncul di hadapan kami.
    aku tercekat.
    Lord Arvyn!
    Lord Arvyn menembus garis pertahanan kami dan menyerang langsung ke arah kami.
    Dia menyeringai lebar.
    "Checkmate!"
    sebuah pedang dari kilatan cahaya muncul di tangannya dan langsung ditebaskannya ke arah Axel
    Aku terpaku menatap ke arah mereka. Axel berdiri diam membatu.
    "Brengsek! Arvyn!"
    Arsais tiba tiba saja muncul dan menghempaskan Arvyn. Detik berikutnya mereka sudah saling berkejaran. Arvyn menyeringai lebar.
    "Bunuh Arvyn! Tangkap dia"
    lolong Arsais dalam kemarahannya
    Brugh!
    Axel yang sejak tadi berdiam terpaku mendadak terkapar.
    "Sir Caesar...."
    Sebuah luka lebar menganga di dadanya. Darah segar mengalir menutupi tubuhnya. Nafasnya tampak terengah. Dia berusaha keras menahan rasa sakit.
    Aku memeluknya
    "Bertahan! Kita hampir menang!"
    Axel tersenyum pelan
    "ya! Kita pasti menang!"
    Nafasnya mulai bertambah pelan, dia menutup matanya perlahan.
    "Axel!"
    Sosok yang kupeluk tampak diam tak bergeming, hingga akhirnya tubuhnya memudar, dan hilang dari genggamanku. Titik titik cahaya menyebar dari pelukanku dan terbang terbawa angin.
    "CAESAR! JANGAN LENGAH!"
    Aku tersadar dari lamunanku dan segera berdiri menghunus pedangku.
    "Menang!"
    Pasukan kami masih terus bertempur dengan sengit.
    Pasukan mereka belum berkurang banyak. Masih ada separuh dari pasukan penuh mereka saat pertama kali maju. Ditambah lagi, jatuhnya Axel tampaknya meningkatkan moral mereka.
    "SIAL!"
    Arsais mengatupkan kedua lengannya. Lengan kanannya mulai bercahaya.
    "Earth, Show your fury, turn my enemies upside down! Gaia Tremor!"
    "ALVIN! JANGAN!"
    Terlambat!
    Arsais sudah melancarkan mantranya. Tanah yang dipijak pasukan Arvyn tiba tiba bergetar dan terbalik. Jeritan terdengar pilu di tengah badai batuan dan tanah yang terjadi.
    Pasukan Arvyn tampak tersapu bersih karena Rune barusan. Hanya beberapa yang masih bertahan dan segera dihabisi oleh pasukanku.
    Brugh!
    "ALVIN!"
    Alvin terjembab dan berlutut di tanah. lengan baju kanannya tampak terkoyak, menampilkan tangannya yang dipenuhi luka. Pakaiannya juga memerah, tampaknya lukanya lumayan parah.
    "Checkmate..."
    Arvyn muncul entah dari mana dan berada di belakang Arsais. Arvyn merapalkan mantranya, dan sebilah pisau kembali muncul di tangannya.
    JLEB!
    "Checkmatemu, gagal..."
    Arvyn menatap ke arahku, kemudian pandangannya beralih ke arah pedang besar yang menembus dadanya.
    "Sial..."
    Sosok Arvyn perlahan memudar, meninggalkan pedang bersimbah darah dihadapanku.
    "ITU UNTUK AXEL!"
    Aku berseru marah ke arah langit.
    "Sudahlah, jangan berlebihan..."
    Arsais terbatuk pelan, kemudian dengan susah payah berdiri.
    Pasukan kami tampak menatap ke arah kami, menunggu.
    "KITA MENANG! KITA MENANG DARI SOUTHGARD!"
    Aku mengangkat tanganku dan berteriak lantang.
    Pasukan kami membalas dengan sorakan dan teriakan.
    KAMI MENANG!
    =======================================
  • Perkenalan Tokoh Pembantu

    Aku perkenalkan tokoh tokoh pembantu dalam cerita ini dan umur mereka dalam dunia nyata!
    Untuk kali ini, Perkenalan para Bishop dulu!

    Lord Arvyn
    Job : Wind Bishop
    Rank : Major General
    Rune : True Wind Rune, Flame Rune, Thunder Rune
    Senjata : Guardian's Finger (Tongkat sihir)
    Usia : 19 tahun
    Zodiac : Aries
    Pemimpin Southgard District, dan merupakan Rival sekaligus teman lama Arsais, sebelum menjadi Bishop, dia adalah salah satu perwira guild di guild Arsais. Masuk menjadi bishop setelah mendengar Arsais menjadi bishop.
    Walaupun perangainya kasar dan sering berkelahi dengan Arsais, sebenarnya Arvyn adalah sahabat terdekat Arsais dibandingkan Bishop lainnya. Keahliannya dalam menggunakan sihir diakui di seluruh Harmonia.
    Perangai:
    - Kasar, Mudah emosi, gampang terpancing, usil.
    Quotes : "Hah! Sini kalo berani!"

    Lord Greg
    Job : Lightning Bishop
    Rank : Lieutenant General
    Rune : True Lightning Rune, Fury Rune, Damage Rune
    Senjata : Guardian's Tallons (Pedang)
    Usia : 29
    Zodiac : Taurus
    Disebut sebagai Silent Bishop, karena sangat jarang berbicara, perangainya sangat pasif, dan jarang menampakkan emosinya. Mungkin karena usianya yang sudah lumayan dewasa, dia selalu terlihat paling pendiam dari bishop lainnya. Sebelah matanya selalu ditutup, walaupun sebenarnya tidak buta. Greg adalah mantan Bishop dari Harmonia lama, dan dipercayakan memegang jabatan Elemental Bishop di Harmonia baru. Walaupun Runenya salah satu rune yang paling kuat, tapi dia lebih sering menggunakan kekuatan fisik daripada runenya.
    Perangai:
    -Pendiam, Pasif, ga banyak omong, mudah setuju, ga suka berdebat
    Quotes : "Hmm..? Ya, Oke..."

    Lord Pixel
    Job : Fire Bishop
    Rank : Major General
    Rune : True Fire Rune, Darkness Rune, Shield Rune
    Senjata : Guardian's Bone (Tongkat toya)
    Usia : 20 tahun
    Zodiac : Leo
    Sedikit informasi tentang dirinya, anak buahnya menyebutnya sebagai orang yang sangat santai dan periang. Dia sering ditemukan berjalan jalan di pasar di kota mencari berbagai keperluannya daripada memerintahkan orang untuk mencarinya. Bergabung menjadi Bishop dengan nilai tinggi, dan membuat kagum para penilai dengan keahliannya. Ikat kepala putihnya sudah dipakai sejak dia belum menjadi bishop. Setiap ditanya, dia selalu bilang kalau itu dari seseorang yang berharga untuknya. Siapa ya?
    Perangai:
    -Santai, Humble, Ramah, Mudah Ditipu
    Quotes: "Oh! Hi"

    Lord Wyatt
    Job : Water Bishop
    Rank : Lieutenant General
    Rune : True Water Rune, Sword Rune, Pale Gate Rune
    Senjata : Guardian's Cannine (Tombak)
    Usia : 27 tahun
    Zodiac: Pisces
    Wyatt terkenal karena sangat flamboyant, dan sifatnya yang tidak bisa serius. Dia sering menggoda cewek cewek yang dilihatnya. Menurut pengakuannya sih, itu cuma bercanda. Wyatt juga seringkali menggoda Arsais. Menurutnya wajah Arsais saat dikerjain itu benar benar lucu! Walaupun begitu, kemampuan bertarungnya sangat hebat. Bishop senior ini sering menjadi lawan berlatih Lord Greg di saat senggang. Dia dan Lord Greg juga seringkali berperang bersama.
    Perangai:
    - Genit, Ceria, Tidak mudah marah, mata keranjang(Katanya sih bercanda doang)
    Quotes: "Hei There~! Hehehehe"
  • @yuzz @adhiyasa
    @princeofblacksoshi @littlebro
    @danielsastrawidjaya @ularuskasurius
    udah di updateee
    hehe
    kok smua pd jadi silent reader sihh
    T T
    ah, please comment!
    thankss!
  • huhuhu..axel.... :((
    hahaha... ayo teman2.. mohon komen nya ya.. kritik, saran diharapkan... :)
  • @yuzz nihh saya comment
    wkwkwk
    ohhmm
    yezz
    Axel beres!
    tinggal kenny
    #jilatbibir
  • @yuzz nihh saya comment
    wkwkwk
    ohhmm
    yezz
    Axel beres!
    tinggal kenny
    #jilatbibir
  • @yuzz nihh saya comment
    wkwkwk
    ohhmm
    yezz
    Axel beres!
    tinggal kenny
    #jilatbibir
Sign In or Register to comment.