It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
ngok..! ntar gw digebukin sama fans lo..haha *sambil guyur locky pake air sumur*
@AoiSora
hm... let's see...
nyahaha... napa cuma ngaku2...XD
udah jadiin aja... panggil @AkselEE ah~
@AwanSiwon
Silahkan...hehe
Isi buku absen dl ah
Pada suka japan toh.. Jangan" pd jd cosplayers pas japan matsuri di monas kemarin :O
obrolannya brasa bandung pisan ih.. hahhaha.. keukeuh pengen lokasi di bdg..
lol
kutunggu sampe masuk konflik n klimaks
lanjuut . . . . .
wah... jgn nampak kali ga minat hargaiin donk.. kak... sesama penulis kok gt.. @solitude, @bibay007, @arcclay, @akselEE, adalah contoh penulis yg ceritanya w suka... ceritanya ga cm isinya sex melulu, ada kisah romantisme nya.. jadi.. AYOO.. berkarya terus..!! biar bisa gw nikmatin..(maap cuma bisa baca, ga jago buat cerita)..hahha!
heuheu...maaf. dimentionin.. tdnya mw ngasih tahu kalo ini yg waktu itu gw tanyain...
@johnacme
haha.. gpp nyantai aja kok... lagian saya yg mention Oom bibay duluan..
@masAngga @dimasera
ditunggu ya
Aku terbangun saat udara dingin menerpaku. Kuingat kalau tadi Dimas berpamitan sebelum akhirnya aku tertidur pulas. Namun, aku sudah tidak dalam kondisi sebelum aku tertidur. Pakaianku sudah tertanggalkan dari tubuhku tanpa sehelai benangpun. Selimutku telah tersingkap dari tubuhku. Siapa yang melakukannya saat aku tertidur tadi? dan bagaimana aku tidak merasakannya? Aku menyadari kalau seseorang telah terbaring di sebelahku.
“Kamu sudah bangun Dir?” Kata orang itu. Dimas. “Aku sudah menunggumu bangun dari tadi” Katanya.
“Apa yang…” Belum selesai aku berbicara, Dimas mendaratkan ciuman pada bibirku. Berbeda dengan sebelumnya, ciuman kali ini terasa lebih hangat lagi. Terasa lebih romantis, walaupun aku masih merasa malu untuk melakukan ini dengan Dimas. Kali ini kubalas ciumannya padaku. Kedua lidah kamipun beradu dan menari-nari disela-sela ciuman. Tangan Dimas memainkan putingku yang mengeras. Dia beralih ke leher kemudian ke dada. Dijilatinya putingku dengan penuh gairah. Desahan keluar dari mulutku karena tidak mampu menahan rasa nikmat yang diberikan Dimas pada kedua putingku. Aku telah lupa daratan. Aku tidak menghiraukan siapa yang melakukan ini padaku, yang jelas Dimas yang sudah aku anggap sebagai teman paling dekat denganku ini, saat ini memberikan apa yang sudah lama tidak aku rasakan.
Tangannya sekarang bergerak ke arah selangkanganku. Dipegangnya batang lelakiku yang sudah menegang dari tadi. Gerakan naik turun yang dilakukan tangannya dan gerakan memutar lidahnya di putingku membuatku melayang. Aku elus-elus punggung dan rambut Dimas. Aku berusaha mengggapai miliknya di selangkangannya sebagai balasan atas apa yang dia lakukan padaku. Dimas mengerti apa yang akan aku lakukan. Diapun membetulkan posisinya agar tanganku bisa meraih apa yang ada di selangkangannya. Dia mengalihkan sasarannya dari puting turun ke arah bawah yang dari tadi dia pegang. Desahanku seirama dengan kuluman dan jilatan pada kemaluanku.
Kuarahkan kemaluannya yang berada dekat dengan wajahku ke mulutku. Aku perlahan menjilatinya. Kudengar Dimas mendesah dari arah selangkanganku. Ini adalah kali pertama aku melihat dan melakukan hal ini pada Dimas. Cukup lama kami dalam posisi ini dengan suara desahan-desahan yang keluar dari mulut kami.
Kemudian Dimas menarik tanganku untuk bangun. Dia memposisikanku sehingga kami bertukar posisi. Ya, aku berada di atasnya, menindih badannya yang proporsional. Mulut kami berpagutan, tubuh kami menyatu, dan senjata kami saling bertemu di bawah sana. Gesekan demi gesekan pada yang terjadi hanya menambah gairah kami.
“Dir, sekarang giliran kamu…” Kata Dimas. Diarahkannya kemaluanku ke lubang kenikmatannya.
“Kamu yakin, Mas?” Tanyaku kepadanya. Kutatap dalam dalam matanya untuk menemukan keyakinan pada dirinya. Dia menganggukkan kepalanya. Aku menciumnya.
Kutarik nafas dalam-dalam dan kupejamkan mataku bersiap-siap atas apa yang aku lakukan. Aku bertanya pada diriku apakah ini akan tidak apa-apa.
Kubuka mataku. Aku berpakaian lengkap dan selimut membalut rapat tubuhku. Keringatku mengucur deras dari keningku. Dimas sudah tidak ada di kamarku. Kurasakan badanku kuyup. Sebuah lap yang basah dengan air dingin terjatuh dari keningku. Nafasku terengal-sengal. Apakah aku bermimpi?
“Panas lo naik lagi, Dir” Regi sudah duduk di tepi kasurku. “Lo belum minum obat sejak semalam kan? Gua anter ke dokter ya” Katanya sambil menidurkanku lagi dan membetulkan kain lap yang terjatuh tadi.
Kulihat jam menunjukkan pukul tiga sore. Ternyata aku tidur cukup lama. Parahnya, aku bermimpi yang tidak-tidak di siang bolong. Bagaimana kalau aku mengigau yang tidak-tidak juga? Aku tidak berani bertanya pada Regi apakah aku melakukannya atau tidak. Tapi berkat Dimas muncul dalam mimpiku, aku berkeringat banyak sehingga badanku menjadi lebih enteng dibandingkan tadi pagi.
Pukul empat sore, Regi mengantarku ke dokter yang tidak jauh dari area kostanku. Dokter bilang aku hanya kecapekkan dan demam biasa. Hujan sebelumnya memperparah kondisiku. Setelah selesai diperiksa dan menukar resep di apotek, Regi mengajakku untuk makan malam di sebuah cafe yang terkenal dengan kopinya.
“Gimana? Udah baekan malem ini?” Tanya Regi sambil menyuap makanan yang dia pesan. Nasi goreng seafood kesukaannya.
“Iya. Makasih ya udah nemenin gua ke dokter” Jawabku singkat. Aku menyeruput coklat panas yang Regi pesankan untukku.
“Oh iya, kok lo bisa kenal dengan Dimas, Gi?” Tanyaku penasaran.
“Oh, Kita sempat satu SMP dan SMA di Surabaya” Katanya. Regi meneguk kopinya sebelum melanjutkan perkataannya “Kita sempat berteman. Tapi, Dimas pindah sekolah pas kelas dua SMA. Sejak saat itu kita tidak pernah saling kontak lagi sampai… Aku kuliah di sini dan ternyata kita satu jurusan” Senyum ringan menghiasi wajah Regi.
“Terus?” Kataku masih ingin mendengar ceritanya.
“Yah, jarak dan waktu membuat kita tidak dekat seperti dulu. Dimas menjadi orang yang lebih rajin dan aktif, dia menjadi salah satu mahasiswa favorit jurusan kita. Dia sudah mempunyai teman-teman baru, termasuk lo, Dir” Regi melanjutkan ceritanya.
“Gua baru menyadari kalau dia adalah Dimas yang gua kenal pas lihat dia ngisi buku tamu di perpustakaan tepat di dekat gua. Gua pastinya masih hafal tulisan dan tahu namanya. Gua beranikan untuk berkenalan dan ternyata benar kalau dia adalah teman gua dulu. Dia juga baru tahu kalau gua di kuliah di sini juga. Dia beda banget sama dulu. Sekarang lebih ganteng Hahaha…” Dia menyuap makanannya lagi. Aku tunggu dia melanjutkan ceritanya.
“Dia masih baik kayak dulu. Tapi kita harus mulai pertemanan kita dari awal lagi. Dari masa canggung seperti baru pertama ketemu untuk yang terakhir kalinya. Gua gak maksain juga. Toh hidup dia dan gua berbeda. Masing-masing punya aktivitas kan? Cuma kadang, gua menyayangkan hubungan pertemanan kita yang merenggang terebut” Aku mengangguk-anggukan kepala tanda memperhatikan dan membayangkan apa yang telah terjadi diantara keduanya.
“Lagian, gua nyaman kok dengan kesendirian gua selama ini di kampus. Gua bisa lakuin apa aja tanpa diganggu orang lain” Tambanya.
“Oh gitu… Gua sempet kaget aja sih pas lo ada di rumahnya Dimas kemaren. Gak nyangka aja kalo ternyata kalian udah saling kenal sebelumnya” Kataku.
“Hahaha.. Lo perhatiin kamar gua kan? Banyak souvenir dari Jepang di kamar gua kan? Itu dari Dimas sejak gua dan dia sering ngobrol lagi di kampus dan mencoba buat membangun kembali persahabatan kita yang karatan hahaha... Yah… Setidaknya dia gak lupa sama temen lama” Katanya sambil nyengir.
“Oh.. pantes… Lo liat kamar gua juga kan? Kalo lo perhatiin, banyak souvenir yang sama di kamar kita kan?” Mataku berbinar. Ternyata bukan Cuma aku yang menyadari kalau barang di kamarnya sama dengan yang ada di kamarku.
“Gua kira lo sempet nyolong dari kamar gua. hahaha” Regi tertawa atas perkataannya sendiri. Akupun ikut tertawa mendengarnya. “Sial lo!” kataku.
“Soal kostan lo, sebenarnya gua pernah anter Dimas ke kostan lo. Makanya gua bilang kalo kostan gua lebih deket dari kostan lo pas ujan-ujanan waktu itu” Tambahnya. Akhirnya, aku baru mengetahui rahasia si cenayang ini.
Setelah selesai dengan makanan kami dan puas mengobrol, kamipun memutuskan untuk pulang. Regi mengantarku pulang terlebih dahulu dengan sebelumnya memaksa aku untuk mau dibelikan buah-buahan dan cemilan lainnya (“Udah… gak apa-apa. Ngerepotin nih gua”).
Hari ini, sungguh hari yang membingungkan. Namun, cukup menyenangkan bisa menghabiskan waktu bersama Regi. Teman paling baruku ini sikapnya tidak tampak baru bagiku. Semuanya berjalan seperti kami sudah lama mengenalnya. Tidak ada rasa canggung seperti teman yang baru kenal beberapa hari. Malah kami menjadi sangat akrab seperti akrabnya aku dengan teman lainnya. Tanpa aku sadari, aku memberikan nilai +1 untuk pertemananku dengannya.
Malam harinya, kuputuskan untuk tidak akan kemana-mana selama beberapa waktu. Aku masih ingin beristirahat memulihkan kondisi badanku. Aku sms Rere, temen satu dosen pembimbingku kalau aku tidak akan bimbingan besok dan menyuruhnya untuk bimbingan duluan. Keselimutkan badanku rapat-rapat dan tanpa sadar, aku telah berada di alam mimpi. Sedikit berharap bertemu Dimas di dalam mimpi untuk melanjutkan yang tadi siang, namun kali ini hanya mimpi biasa, yaitu mengulang pertemuan pertamaku dengan Regi.
Selamat pagi semuanya...
@AkselEE @LockerA @gr3yboy @bibay007 @AwanSiwon @dimasera @Touch @CoffeeBean @kiki_h_n @AoiSora @Aji_dharma @mybiside @Adam08 @johnacme @masAngga