It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Reva, sebentar lagi pa Efendi akan datang" ucapnya
"Apa.... Pa Efendi bukankah telah meninggal, Paman" ucap Reva tak percaya.
akupun mendekai mereka
"sudah kuduga ia tak mungkin mati begitu saja" ucapku sinis
tak berapa lama pa Efendipun datang menghampiri kami
"apa yang terjadi?"
REVA
Setelah ka Rein pulang, aku merasakan ada sesuatu yang akan dilakukannya, tiba-tiba Hpku berdering setelah kuangkat terdengar suara ka Rein yang sedang kesakitan, dengan panik tanpa pikir panjang akupun segera keluar dari Apartemen menuju tempat ka Rein, jalan cukup macet disiang hari seperti ini, sesampainya dipintu Apartemen ka Rein, ku ketuk pintu berulang kali namun tak ada jawaban sama sekali, aku semakin panik bagaimana kalau penyakitnya kambuh dan sekarang dia pingsan didalam akupun
dalam kebingunganku aku dikejutkan dengan telpon dari paman Rhui, bahwa kini Revian sedang diculik oleh seseorang, akupun segera berlari menaiki taxi dan menuju lokasi yang disebutkan paman Rhui,
"sudah kuduga ia tak mungkin mati begitu saja" ucap ka Rein sinis masih tersirat kebencian disuaranya,
baru saja ucapan itu dikeluarkan ka Rein kulihat pa Efendi telah berdiri di depan kami
"apa yang terjadi" ucap pa Efendi suaranya terdengar nada marah dan sedih
"Revian sedang ditangani oleh dokter, sebaiknya kita tunggu saja Tuan" ucap Paman Rhui sopan,
mata pa Efendi menatap tajam ka Rein
"Apa yang telah kau lakukan pada anaku,"
"memangnya apa yang telah ku lakukan pada Ayahmu" tanya pa Efendi sepertinya ia juga tak tahu,
"kau telah membakar rumah Ayah untuk menutupi kejahatan yang kau lakukan, kau menyangka kami tak akan mengetahuinya, tanpa kau sadari aku mendengarmu berbicara dengan seseorang dan mengatakan kami tak akan jadi masalah bagimu sehingga aku dan paman Shie menyelidikinya dan kami menemukan satu alasan kau melakukannya tidak lain
"ehmm.... memang ku akui aku melakukan berbagai tindakan ilegal namun aku tak pernah membunuh siapapun untuk menutupi keburukanku, aku telah mengenal ayahmu sejak lama, bahkan kami sudah mengangkat saudara mana mungkin aku tega melakukannya, peristiwa kebakaran itu memang murni kecelakaan, maafkan aku yang telah membuatmu salah paham dengan kata-kata 'kalian tak akan jadi masalah' maksudku walupun kalian telah kehilangan orang tua dan
"tidak apa-apa, sebenarnya aku yang salah semua ini karena keserakahanku, kini aku sadari bahwa harta tak selamanya bisa membuat bahagia, sekarang aku rela kehilangan apapun asalkan Revian bersamaku kembali, Reva kembalilah pada Rein kalian berdua jadilah saudara yang saling menyayangi, karena setelah Revian sembuh aku akan membawanya ke tempat yang jauh dan aku juga akan meninggalkan semua kegiatan ilegalku,
"Paman bolehkan kami ikut bersama paman" Ucap ka Rein matanya berkedip kepadaku
"apa maksudnya itu"gumamku
"bukankah kau benci pada Revian" ucap pa Efendi
"aku tak membencinya, yang kubenci itu paman, tapi sekarang aku sudah melupakannya dan ingin membangun kehidupan yang baru dengan paman serta Revian, lagipula mana mungkin Reva bisa jauh dari Revian" ucap ka Rein sambil tersenyum jail padaku,
Ruang ICU terbuka dan Revian dibawa ke ruangan perawatan, untunglah walaupun sempat kekurangan darah namun tidak berbahaya karena tusukan yang ka Rein lakukan tidak terlalu dalam sehingga tidak melukai organ penting, kami menunggunya hingga tersadar.....
REVIAN
Ku terbangun dari mimpiku yang terasa lama, aku ingat kemarin aku pingsan setelah melihat gundukan tanah yang menutupi permukaan peti mati ayahku, aku tak kuasa menangis, air mata ini kembali mengalir, awh..sakit... Kenapa dadaku terasa sakit,
Pintu kemudian terbuka kulihat Ayahku berlari ke hadapanku di sisinya ada ka Rein dan Reva serta paman Rhui dibelakang, ayahku duduk di samping tempat tidurku menghapus air mata dipipiku tangannya yang sedikit kasar terasa nyata dipipiku,
Cahaya menyilaukan mataku aku terbangun berharap mimpi semalam dapat menjadi kenyataan, kulihat Reva tersenyum
aku hanya tersenyum membalasnya aku sungguh lemah
"aku haus Reva"ringekku
revapun langsung memberiku minum dengan menempelkan sedotan dimulutku, aku meminumnya menghilangkan kering ditenggorokanku,
"kaka pasti lapar,"Reva membawa mangkuk bubur rumah sakit dan menyuapiku, baru suapan pertama
"Reva, ini gak enak aku gak mau"aku menutup mulutku berharap suapan kedua tak akan menyentuh lidahku,
"tapi kaka belum makan?"Reva tetap memaksaku,