BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

SAHABAT IKHWAN BERBAGI

1129130132134135200

Comments

  • sayang banget kalo ga menikah..
    kan dengan menikah bisa menjaga dari hal hal yg tidak diinginkan.

    resiko tergiur dan godaan ketika sendiri lebih besar daripada saat telah menikah..

    masi pada pemikiran gamau menyakiti wanita dg berpura pura ya masse @kiki_h_n ?
  • @join84 hmmm, gt yah, kalo saya tanya kapan rencana nikah? ^^v.

    itu salah satu alasannya mba @yuzz, dan seseorang itu *termasuk saya* memiliki banyak ketakutan ketika membahas nikah. hehe.
  • @kiki_h_n hihi...
    Risiko di tanggung sendiri.
    (untuk saat ini aku juga berpikir seperti itu kok) #toss
  • kmaren2 sih ane ada kekhawatiran spt itu, meski skrg msh ada, tp skrg yg dominan malah keinginan utk bersegera.
    dan kalo ditanya kapan rencana nikah, target maks 3 thn lg, insya Allah. (aammiinm..)
    hanya saja sampe skrg ane blm mnemukan yg paling pas. syukur2 kalo ada yg mau tahun ini saya nikahi.. wkwkwk..
    *buset dah, sotoy bgt dh gw*
  • assalamualaikum teman2 :)
  • wa'alaikumussalaam @stylinson
  • wa'alaikumussalaam
    @stylinson
  • lhoh kok sama?? target nikah ane juga 3 tahun lagi lo mas @join84


    nikah itu enak loh, bisa ada yg diajak berbagi.. *sotoy ketularan mas @join84
    eh , ikhwan jg bisa sih, tp sebatas sahabat aja, kayak judul trit ini :))
  • edited February 2014
    :D
  • dikatakan bhw menikah adl setengah dari iman;

    n me myself am still on my way to it;

    jd keep on trying

    pipl changes anyway....



    Dahulu, adalah seorang yang shaleh bernama Muhammad bin Himyar. Ia bersifat wara’ dan rajin berpuasa serta sembahyang malam.

    Pada suatu hari, ketika ia sedang pergi berburu di hutan, tiba- tiba dihadang oleh seekor ular yang kemudian berkata kepadanya,

    “Hai Muhammad bin Himyar, tolonglah aku semoga Allah menolongmu”, ucap ular itu.

    Muhammad bin Himyar yang merasa heran bertanya,“Dari siapa?”

    “Dari musuh yang akan membunuhku”

    “Dimanakah musuhmu?”, tanyanya lagi.

    “Ia sedang mengejarku dari belakang”, jawab ular itu.

    “Dari ummat siapakah Anda?”

    “Dari ummat Nabi Muhammad saw”, jawabnya lagi.

    Kemudian Muhammad bin Himyar membuka sorbannya seraya berkata kepada ular tersebut, “Masuklah ke dalam sorbanku”

    “Bila aku masuk ke dalamnya, aku masih dapat terlihat oleh musuhku”, balas ular itu.

    Lalu beliau ( Muhammad bin Himyar ) membuka sabuknya seraya berkata, “Jika begitu, masuklah engkau ke dalam bajuku”

    “Bila aku masuk ke dalamnya, aku masih dapat terlihat oleh musuhku”, balas ular itu lagi.

    “Lalu, apakah yang dapat kulakukan untuk menolongmu?”, tanya beliau kemudian.

    Ular itu menjawab dengan cepat, “Jika engkau akan menolongku, maka bukalah mulutmu agar aku dapat bersembunyi di dalamnya”

    Beliau yang merasa ragu berkata, “Aku khawatir akan dibunuh olehmu”

    “Demi Allah aku tidak akan membunuhmu. Allah menjadi saksi atas semua ini, bahkan Malaikat serta Nabi- Nabi- Nya dan Hamalatul Arsy serta semua penduduk di langit jika saya membunuhmu”, jawab ular itu meyakinkan.

    Setelah mendengar janji ular tersebut, Muhammad bin Himyar tidak ragu lagi dan langsung membuka mulutnya. Setelah itu ular tersebut masuk ke dalam mulutnya untuk berlindung. Kemudian tiba- tiba datang seseorang yang membawa sebuah pedang lalu bertanya kepadanya, “Apakah Anda bertemu dengan musuhku?”

    “Siapakah musuhmu?”

    “Ular”

    Kemudian Muhammad bin Himyar menjawab, “Tidak”. Meski telah berusaha melindungi sang ular, namun beliau merasa sangat bersalah karena telah berbohong. Beliau dalam hati membaca Istighfar hingga seratus kali karena hal itu.

    Setelah orang itu pergi, ular mengeluarkan kepalanya dari mulut beliau dan bertanya, “Apakah musuhku telah pergi?”

    Muhammad bin Himyar menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu menjawab, “Sudah tidak ada, maka keluarlah dari mulutku”

    Namun tak disangka, ular itu malah berkata, “Hai Muhammad bin Himyar, kau pilih mana antara aku robek- robek hatimu dengan aku lobangi jantungmu?”

    Muhammad bin Himyar yang kaget mendengarnya berkata, “ Subhannallah, dimana janjimu dan sumpahmu barusan? Alangkah cepat Anda melupakannya.”

    Ular itu menjawab, “Hai Muhammad bin Himyar, mengapakah Anda melupakan permusuhanku dengan Adam sehingga ia aku keluarkan dari syurga? Mengapakah Anda berbuat baik pada orang yang curang dan tidak mengenal budi ( yaitu ular tersebut yang sebenarnya adalah syetan )?”

    Lalu Muhammad bin Himyar berkata, “Jika Anda harus membunuhku, maka berilah kesempatan bagiku untuk pergi ke bawah bukit dan mengatur tempat untuk kuburku.”

    “Terserah padamu”, jawab ular kemudian.

    Kemudian berjalanlah beliau menuju ke bawah bukit dengan perasaan putus harapan, lalu beliau melihat ke langit sambil berdo’ a:

    “Ya lathief, ya lathief ulthuf bi biluth fikal khafiyi ya lathief as’ aluka bil qudratil latis tawaita biha alal arsyi falam ya’ rifil arsyu aina mustaqarraka minhu illa kafaitani hadzihilhayyati ( Ya Tuhan yang Maha Halus Karunia Pertolongannya, berilah aku Karunia- Mu yang samar itu, ya Lathief aku mohon dengan kekuasaan- Mu ketika Engkau meliputi arsy sehingga arsy itupun tidak mengetahui dimanakah Engkau, hindarkan aku dari kejahatan ular ini”

    Maka tidak lama setelah itu, beliau bertemu dengan seseorang yang wangi baunya dan bersih badannya lalu memberi salam. Sesudah dijawab salamnya oleh beliau, orang itu bertanya, “Saudaraku, mengapakah muka Anda terlihat khawatir?”

    “Karena musuh yang berlaku kejam padaku”, jawab beliau dengan wajah yang penuh rasa kecemasan.

    “Di manakah musuhmu?”, tanya orang itu lagi.

    “Di dalam perutku”

    Orang itu kemudian berkata, “Bukalah mulutmu”

    Setelah Muhammad bin Himyar membuka mulutnya, orang itu memberinya serupa daun zaitun yang hijau, lalu berkata, “Kunyahlah dan telanlah agar masuk ke dalam perutmu”

    Lalu setelah memakannya, tidak lama kemudian beliau merasa sakit perut, dan tiba- tiba keluarlah ular itu berupa potongan- potongan dari duburnya”

    Melihat kejaiban itu, beliau memegang tangan orang itu dan bertanya kepadanya, “Siapakah Anda?”

    Orang itu tertawa kecil lalu bertanya balik, “Apakah Anda tidak mengenal aku?”

    “Tidak”, jawab beliau datar.

    Orang itu kemudian berkata, “Hai Muhammad bin Himyar, ketika kejadian antara Anda dengan ular tersebut hingga Anda berdo’ a, para Malaikat di langit meminta pertolongan kepada Allah untuk keselamatanmu. Maka Allah Swt berfirman: ‘Demi Kemuliaan dan Kebesaran- Ku, Aku telah melihat semua kejadian itu’, lalu Allah Swt menyuruh aku pergi ke syurga untuk mengambil daun yang hijau untukmu”, katanya, “Dan namaku adalah Alma’ ruf, tempatku di langit keempat”.

    Orang itu kemudian berpesan kepada beliau, “Hai Muhammad bin Himyar, tetaplah suka berbuat baik, karena berbuat baik itu dapat menghindarkan dari berbagai kejahatan dan kebinasaan meskipun tidak dibalas oleh orang yang diberi budi baik itu. Dan itu tetap tidak akan disia- siakan oleh Allahazza Wajalla.”

    @abi_alistik


    Kisah Pemuda Shaleh dengan Seekor Ular”

    @kiki_h_n P
  • Kisah Bakti Seorang Pemuda terhadap Ibunya”




    Dahulu dimasa Bani Isra’ il ada seorang shaleh yang mempunyai anak kecil dan pedet ( anak lembu ). Kemudian pedet itu dibawanya ke hutan sembari berdo’ a,

    “Ya Allah saya titipkan lembu ini kepada- Mu untuk putraku hingga ia besar.”

    Kemudian orang tersebut meninggal, sedangkan lembu itu hidup sendiri di dalam hutan tanpa penggembala, bahkan bila melihat orang akan segera lari seperti seakan- akan liar.

    Singkat cerita, anak dari orang shaleh itu telah dewasa. Ia sangatlah berbakti kepada ibunya, sehingga ia membagi waktu malam menjadi tiga bagian:

    1. Sepertiga untuk sembahyang

    2. Sepertiga untuk tidur

    3. Sepertiga untuk menjaga ibunya

    Dan apabila pagi telah tiba, ia akan pergi untuk mencari kayu, kemudian dibawa kepasar untuk dijual. Hasil dari penjualannya pun dibagi menjadi tiga bagian:

    1. Sepertiga untuk sedekah

    2. Sepertiga untuk makan

    3. Sepertiga untuk ibunya.

    Pada suatu hari ibunya berkata, “Ayahmu telah mewariskan untukmu seekor lembu yang dititipkan kepada Allah di hutan, maka pergilah engkau ke sana dan berdo’ alah pada Tuhannya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq dan Yaqub semoga mengembalikannya kepadamu. Tanda lembu itu adalah kulitnya berwarna kuning berkilauan bagaikan emas, terutama jika terkena oleh sinar matahari”

    Kemudian pergilah ia ke hutan, dan ketika telah melihat lembu seperti yang dimaksudkan ibunya ia berdo’ a,

    “Aku panggil engkau demi Tuhan- nya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Yaqub. Segeralah datang kemari.”

    Maka larilah lembu itu sehingga berdiri tegak di depannya. Lalu ia pegang lembu itu untuk dituntun menuju rumahnya, namun tiba- tiba lembu itu berkata,

    “Wahai pemuda yang taat kepada ibunya, naiklah ke atas punggungku untuk memudahkanmu”

    Jawab pemuda, “Ibuku tidak menyuruhku demikian, tetapi ia berpesan agar aku memegang lehermu dan menuntunmu pulang”

    Lembu itu kemudian berkata, “Demi Tuhannya Bani Isra’ il, jika engkau tidak dapat mengendaraiku maka berjalanlah. Hai Pemuda sekiranya Anda perintahkan kepada bukit untuk berpindah tempat pasti akan benar- benar berpindah semua bukit itu karena ketaatan dan baktimu terhadap ibumu.”

    Setelah sampai di rumahnya, diserahkanlah lembu itu kepada ibunya. Ibunya kemudian erkata, “Hai anakku, engkau miskin dan tidak berkecukupan. Dan tentu sangat berat bagimu mencari kayu di waktu siang dan bangun ketika malam, karena itu lebih baik kamu jual saja lembu ini”

    Ia kemudian bertanya kepada ibunya, “Harus kujual dengan harga berapakah, Ibu?”

    “Tiga dinar”, jawab ibunya, “Dan jangan dijual terlebih dahulu sebelum bermusyawarah denganku”

    Pada masa itu harga lembu memang sebesar tiga dinar. Lalu dibawalah lembu itu kepasar, dan tanpa sepengetahuannya Allah telah mengutus seorang Malaikat untuk menguji ketaatan pemuda itu terhadap ibunya. Kemudian datanglah Malaikat ( yang menjelma menjadi seorang manusia ) menemui pemuda tersebut dan bertanya kepadanya,

    “Dengan harga berapakah Anda akan menjual lembu ini?”

    “Tiga dinar dengan rela ibuku”, jawab pemuda itu.

    “Bagaimana jika saya beli dengan enam dinar dengan syarat tanpa memberitahu ibumu?”

    Jawab pemuda, “Andaikan Anda memberi padaku seberat lembu ini uang emas, maka aku tetap tidak akan menerimanya jika tanpa ridha dari ibuku”

    Kemudian ia pulang untuk memberitahu apa yang terjadi kepada ibunya. Ibunya berkata, “Kini engkau boleh menjualnya sebesar enam dinar dengar ridhaku”

    Maka kembalilah ia ke pasar dan berkata kepada Malaikat yang telah menjelma menjadi manusia itu, “Ibuku telah ridha apabila aku menjualnya dengan harga enam dinar, dan tolong jangan dikurangi dari harga itu”

    Jawab Malaikat, “Kini akan saya bayar kepadamu sebesar duabelas dinar dengan syarat tanpa memberitahu kepada ibumu”

    Maka kembali lagilah ia kepada ibunya untuk memberitahukan akan hal itu. Lalu ibunya berkata, “Yang datang kepadamu itu adalah seorang Malaikat yang akan mengujimu. Maka bila ia datang kembali tanyakanlah kepadanya ‘apakah lembu ini boleh dijual atau tidak?’”

    Kemudian ia kembali lagi ke pasar dan menanyakan hal yang sama seperti yang diperintahkan ibunya. Ketika ditanyakan hal itu, Malaikat tersebut berkata, “Pulanglah Anda dan katakan kepada ibumu agar mempertahankan dahulu lembu ini sebab Nabi Musa bin Imran a.s. yang akan datang untuk membeli lembu ini. Maka jangan dijual kecuali jika dengan harga uang emas seberat lembu ini.”

    Maka ditahanlah terlebih dahulu lembu itu sehingga terjadi perintah dari Allah kepada Bani Isra’ il untuk menyembelih lembu. Dan ketika dicari lembu yang memenuhi syarat, maka tidak ada yang lain kecuali lembu milik pemuda itu. Kemudian akhirnya dibelilah lembu itu dengan harga uang emas seberat badan lembu tersebut.

    Ini sebagai karunia dan rahmat dari Allah swt. Karena ketaatan dan baktinya pemuda itu terhadap ibunya.

    .
  • seorang shaleh bercerita, ketika sedang thawaf di Kakbah tiba- tiba saya mendengar suara wanita yang menggendong anak kecil di lehernya berdo, a:

    “Ya Tuhan yang Maha Pemurah, saya mengharap akan janji- Mu yang dahulu”

    Setelah wanita itu selesai berdo’ a, saya bertanya kepadanya, “Apakah janji antara kamu dengan Tuhan?”

    Wanita itu kemudian menceritakan kisahnya,

    Dahulu saya mengendarai sebuah perahu bersama dengan para pedagang. Tiba- tiba ketika berada di tengah laut, perahu kami dihantam oleh angin topan sehingga tenggelam semua yang ada di dalam perahu tersebut. Tidak ada seorang pun yang selamat kecuali aku dengan bayiku ini dan seorang berkulit hitam. Kami terapung di tengah laut di atas sebuah batang kayu.

    Ketika pagi hari tiba dan Si Hitam itu melihatku, tiba- tiba ia berusaha mendekat kepadaku. Setelah kami berdua telah berada di atas kayu yang sama, tiba- tiba ia mengajakku untuk berzina.

    Aku kemudian berkata kepadanya, “Hai hamba Allah, apakah Anda tidak takut kepada Allah sedang kita sekarang sedang berada dalam bahaya?”

    Namun Si Hitam itu malah menjawab, “Ah, jangan bicara begitu. Aku sudah tidak dapat menahannya lagi.”

    Aku bingung apa yang harus kuperbuat. Akhinya aku terpaksa mencoba melakukan suatu hal untuk menunda hal ini. Aku kemudian mencubit anakku hingga terbangun dan menangis, lalu aku berkata kepadanya, “Tolong beri aku waktu untuk menidurkan anakku ini terlebih dahulu dan nanti terserah padamu.”

    Akan tetapi, Si Hitam itu malah merebut anakku dan melemparkannya ke laut. Aku yang tidak kuat melihat hal itu kemudian berdo’ a, “Ya Tuhan yang dapat memisah antara seseorang dengan isi hatinya, pisahkanlah aku dengan Si Hitam ini dengan Kekuasaan dan Kekuatan- Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

    Demi Allah belum selesai do’a itu keluar dari mulutku, tiba- tiba muncul binatang laut keluar dari dalam air yang langsung membuka mulutnya dan menelan Si Hitam. Kemudian Si Hitam itu dibawanya ke dalam laut oleh binatang tersebut dan aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya dengan Si Hitam itu.

    Aku kemudian dibawa oleh gelombang hingga tiba di sebuah pulau. Disana aku memakan apa saja yang aku dapat dari tumbuh- tumbuhan dan minum minuman dari air tawar.

    Setelah lima hari berlalu, tampak sebuah perahu yang melintas. Aku segera melambaikan kainku di atas anak bukit. Lalu ketika telah melihat lambaian kainku, mereka segera mendekatkan perahunya dan membawaku bersama mereka.

    Ketika aku telah berada di atas perahu tersebut, aku melihat anakku yang sebelumnya dilempar ke laut oleh Si Hitam sedang di tangan salah seorang pelaut. Karena aku sudah tidak bisa menahan diri lagi, aku segera mengambilnya kemudian mendekapnya serta menciuminya.

    Aku kemudian berkata kepada mereka, “Ini adalah anakku dan belahan hatiku”

    Orang- orang di perahu yang melihatku merasa heran dan berkata, “Apakah kamu gila?”

    Jawabku, “Demi Allah aku tidaklah gila.”, lalu aku ceritakan kepada mereka mengenai hal yang telah kualami dari awal hingga akhir.

    Setelah mendengar semua ceritaku mereka berkata, “Hai Nyonya, karena Anda telah menceritakan kepada kami suatu hal yang ajaib, maka kami juga akan menyampaikan khabar yang ajaib pula. Ketika kami sedang dalam perjalanan, tiba- tiba kami dihadang oleh binatang laut yang besar dan membawa anak ini di atas punggungnya. Kemudian tiba- tiba ada suara yang berseru: ‘Jika kamu tidak mengambil anak ini maka kamu akan binasa’. Maka segera salah seorang dari kami turun untuk mengambil anak ini. Dan ketika telah kami ambil bayi tersebut binatang itu menyelam kembali ke dalam laut. Hal ini dan apa yang engkau ceritakan adalah hal yang sangat ajaib bagi kami, dan sejak kini kami berjanji kepada Allah untuk tidak berbuat maksiat dan mulai kini juga kami akan bertaubat.”

    Kemudian bertaubatlah semua pelaut yang ada di dalam perahu itu karena mendengar semua cerita wanita tersebut.

    .
  • @sinjai *tos. gimana kalo kita tanggung berdua? #loh

    waalaikumsalam @stylinson

    jadi calonnya @join84 itu @yuzz? kok bisa samaan 3 taun lagi yah. ^^v hihi.. untung ada trit ini yah jadi bisa berbagi. hehehe.

    ma kasih @boljugg semoga dapat diambil ibrah dari cerita2nya.
  • makasih udah dimention @boljugg
Sign In or Register to comment.