It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Aku duduk di batu ini. Ya, batu yang sengaja disimpan di pinggiran danau Ellysium ini memang menambah manisnya tempat ini. Danau Ellysium adalah tempat favoritku saat aku ingin sendiri. Danau yang ada di komplek perumahan Ellysium ini ada di kawasan Lippo Cikarang. Sampingnya ada sport village, semacam GOR, buat kalangan middle up tentunya. Ketika aku sedang duduk sambil melempar kerikil kecil ke tengan danau, aku dikagetkan oleh kehadiran sesorang.
“untung hari ini gak ujan ya?”
Hah, aku terperanjat. Lalu tersenyum kecut.
“kok lo kesini? “ tanyaku.
“pengen aja. lagian katanya cikarang udah disulap jadi tempat kayak gini semua...” kilahnya.
“yap, tapi..” kataku ragu.
“tapi kenapa..? kakak masih kepikiran Kang Aga?”
“ngg..nggak kok..” kataku bohong.
“udah deh..gak usah pura-pura lagi..aku tau kok gimana rasanya..” katanya lalu melempar kerikil ke tengah danau.
“maksud lo?”
“karena..kita..sama” katanya lagi tanpa melihat kearahku.
“...”
“aku juga gay..”
“...” aku menunduk.
“dan aku ada disini, jauh dari kampung halamanku karena aku...lari dari kenyataan” katanya ttersenyum kecut.
“kamu...”
“hahaha. Ya, aku mencintai orang yang salah..” katannya lagi. Ada raut sedih di wajahnya yang manis itu.
“...”
“emang gak mudah, but we cant help it. We just do the best. fyuh...tapi seenggaknya, aku salut sama kamu Kak...kakak bisa dengan tengan lapang dada memberikan yang terbaik. Aku gak yakin bisa ngelakuin apa yang kakak lakuin kemarin...” katanya sambil melihat ke arahku yang masih menunduk.
“sakit sekali rasanya Gil..” kataku mulai gemetar.
“makanya aku salut sama kakak”
“udah ah, jangan panggil kakak, berasa tua gua.”
“hehe, iya iya. ..terus kedepannya?” tanya dia lagi.
“gua juga gatau..gua bingung..”
“maaf ya kak, bukannya aku sok ngajarin ato gimana..gitu. kayaknya kakak, eh kamu mesti nyari kesibukan.”
“huft, kayaknya sih gitu...”
“sekarang kan lagi musim training management. Coba-coba aja cari consulting atau apalah namanya...”
“????” consulting? Apa itu?
“ya semacam event organizer gitu. Tapi lebih ke event kayak out bond, motivation training juga...” jelasnya.
“okelah, gua coba. Terus kuliah lo gimana?”
“biasa aja sih.” Jawabnya datar.
“trus lo masih, di Met Mall?”
Dia memang untuk membiayai kuliahnya, dia kerja di salah satu toko di Metropolitan mall Bekasi.
“ya masih lah, kalo gak gitu mana bisa ku biayai kuliah..ya kalo ngandelin itu doank sih gak bakal cukup. Aku juga nerima orderan bikin kaos juga sih, ato yang lain-lain juga. ya..gitu lah”
“lo hebat juga yah, jauh dari orang tua. Lo mandiri banget ya, gak kayak gua..” kataku sedikit merengut.
“ah kamu ni, bisa aja..eh, pindah yuk?”
“kemana? “
“ke situ, boulevard yang ada miniatur tugu kemerdekaan amerika itu. Lebih enak kayaknya..”
“Yok”
Kamipun langsung bergegas kesana.
Sesampainya disana, kami duduk di kursi beton. Boulevard itu tak terlalu besar tapi enak sekali buat sekedar nongkrong. Di depannya ada Pat Thai, restoran khas Thailand. Disini juga sudah ada beberapa muda-mudi yang juga sedang nongkrong. Mereka terlihat asik sekali.
Lalu lewatlah tukang siomay. Karena perutku agak lapar, aku lalu memesan 2 porsi, satu untukku, satu lagi untuk ragiel
“sal, udah siap propertinya?” tanya Fitri.
Aku balas dengan acungan jempol.
“gua check lagi ya. Bambu, 175 pieces, check. Balok mini 5 set, ok. Bola kecil 5 set, udah, bola pingpong 5 buah check. Galah kecil, 5 pieces ok. Properti gua complete.” Kataku dengan senyum pasti.
“sip, punya gue juga udah clear. Tapi lo udah faham kan tugas lo ngapain?” tanya dia meyakinkan.
“sip. Tadi gua udah baca agenda acaranya kok. Tugas gua kan cuman sebagai fasilitator aja..”
“oke, kalo butuh apa apa jangan sungkan ya..”
Aku balas dengan acungan jempol. Diapun langsung menuju ke reka-rekan yang lain.
Yap, aku sekarang sedang ad a di Camping Ground Cikarang yang lebih dikenal dengan sebutan Golf Cikarang. Ya, sekarang aku ikut consulting. Setelah waktu itu Ragiel ngasih saran agar aku nyari kesibukan kalo sedang libur kerja di pabrik, aku langsung hubungin bibiku. Dan ternyata, syukurlah, beliau punya teman yang kerja di consulting. Aku kebagian job sebagai fasilitator. Jadi nanti peserta training akan dibagi ke beberapa grup. Dan akan diadakan games untuk membangun kekompakan. Jadi aku hanya mengikuti salah satu grup dan memfasilitasi properti sekaligus membimbing serta mengatur untuk permainan.
Aku lumayan nervous juga. Setelah briefing, kami langsung bersiap-siap menerima peserta. Dan benar saja, baru selesai ngomong, peserta training yang berjumlah kira-kira 75 oraang datng. Kami semua berbaris dan memberikan senyum selamat datang.
Peserta lalu dibagi kedalam 5 grup. Mereka duduk berdasarkan grup masing-masing di aula.
“okeh semuanyah..selamat datang di Cikarang Camping Ground. Hari ini anda-anda semua sengaja diundang kesini utuk mengikuti motivation training. Dan nanti, akan diadakan games yang akan menguji, seberapa kompakkah anda. Tujuannya adalah agar anda-anda semua bisa bersinergi dan kami harap ini akan bisa diterapkan di dunia kerja.” Kata Bu Hilda, manager Consulting kami. Suaranya berat, seperti protokoler acara pengibaran bendera di istana negara.
“sekarang kalian akan dibawa oleh fasilitator-fasilitator kami ke ruang training untuk mendapatkan sedikit pengarahan tentang core value atau nilai-nilai inti dari perusahaan yang kalian tempati. Tapi sebelum itu, saya ingin menyapa kalian. Kalo saya bilang halo, kalian jawab, ‘hai..’dengan gaya lebay. Kalau saya bilang, ‘hai..’ halo jawab ‘halo..’ dengan tegas. Siap?”
“siap..”
“hai...” sapa bu Hilda
“haloww..” jawab semuanya serempak.
“halo...”
“hai...”jawab semua pesertanya dengan kencang.
“Oke, kalo saya minta tepuk semangat. Tangan kanan kalian kepalkan keatas 8 kali, ganti tangan kiri, kaki kanan kaki kiri masing-masing 8 kali, lalu tangan kanan lagi sampai kaki kiri masing-masing 4 kali, tangan kanan sampai kiri lagi 2 kali, terakhir tangan kanan sampai kaki kiri satu kali, langsung teriak woyyy..okeh?”
“okeh”
“kita coba, tepuk semangat”
“1,2,3,4,5,6,7,8, dst” bayangin sendiri aja deh.
Suasana riuh sekali, terutama ketika gerakan kaki. Mereka menginjak lantai keras-keras. Karena pesertanya banyak, terdengar enak sekali. Suasana menjadi hingar bingar penuh semangat.
“Baik kakak-kakak semua, silahkan di bimbing. Dibawa ke ruang training”
Aku mulai dilanda nervous. Bismillah aja, kataku dalam hati. Lalu aku berjalan ke arah grup satu dan tanpa di komando, pesertanya langsung mengekorku.
Setelah pengarahan core value selesai, masing-masing grup dipisahkan. Aku langsung masuk ke dalam lingkarang itu. Ketika mataku mengedar, aku baru sadar bahwa salah satu pesertanya aku kenal. Dia tersenyum manis ke arahku. Tuhan, apakah ini mimpi?
Aku balas dengan senyum tipisku dan langsung dilanda nervous lagi. Aku makin nervous karena ada orang yang kukenal. Ah, masih mending kalao gak ada yang dikenal, malu-maluin dikit juga, toh gak bakal ketemu lagi. Aku tersenyum pahit.
“oke rekan-rekan semua, sebentar lagi akan ada games dan outbond. Dan sekarang sebagai pemansan, kita akan main lempar bola. Jadi saya punya satu buah bola tenis, dan aturan permainannyaa, bola ini harus dilemparkan ke rekan kalian, dengan syarat satu orang jangan menerima bola dua kali dan jangan sampai terjatuh. Kalo jatuh akan langsung didiskualifikasi, dan yang jadi pemenangnya adalah grup yang menghabiskan waktu paling cepat. Ada yang kurang faham?”
Semuanya mengangguk faham. Baik sekarang untuk grup ini, namanya grup apa?”
“Hmmm...garuda..”teriak orang itu.
Aku menghela nafas. “oke, garuda, yel-yelnya gimana?”
“yang ini aja, Garuda didadaku,Garuda kebanggaanku, kuyakin PT xxx, pasti jaya, garuda..., prikitiew...”katanya lantang. Yang lain riuh tertawa
“baik, sekarang coba yel-yelnya.”
Mereka langsung menyanyikan potongan lagu garuda di dadaku yang waktu piala AFF sempat booming sekali.
“oke,sekarang saya kasih bolanya.sekarang pemansan dulu. Oke siap-siap,go..”
Yang memegang pertama langsung melempar ke rekannya. Beberapa kali jatuh, aku biarkan saja mereka mengatur strategi, dan ketika lomba sebenarnya mulai, peluit dibunyikan, stopwatch ditekan, go. Bola tenis terlempar kesana kemari. Dah hap, tangkapan terakhir berlangsung dengan cepat dan mulus. Si penerima bola terakhir tersenyum kearahku, dan kulihat dia mengedipkan sebelah matanya padaku. Aku langsung salah tingkah dan langsung buang muka. Sial, pikirku.
Game-game selanjutnya pun berjalan dengan heboh. Bola tenis yang dimasukan kedalam gelas lewat potongan bambu, lalu mengambil balok-balok mini dari balok yang sudah disusun, dan beberapa games lainnya. Acara berlangsung sampai jam lima sore. Lalu dilanjutkan oleh isoma, istirahat, sholat, makan.
17.30 wib
Ketika aku sedang duduk sambil makan snack, Fitri temanku manggil.
“Sal, ni ada yang nyariin” Katanya.
Aku menengok, huft ada apa lagi sih. Aku lalu menghampirinya. Kami berjalan ke tempat dekat flying fox.
“ada apa Bil?”tanyaku ketus
Dia hanya tersenyum. “aku mau ngambil barang aku yang kamu ambil?” katanya
“???? Apa?” aku bingung campur kesal.
Aku lupa, jaketnya belum aku balikin.
“oh...lupa, jaketnya masih di kostan. Ntar deh aku anterin ke rumah kamu” kataku malas.
“bukan”
“terus apa?”
“hati aku..”
“....” maksudnya apa sih? Gak jelas deh.
“kok diem?”
“apaan sih?”
“kamu mesti tanggung jawab?”
“buat?” tanyaku sambil memicingkan mata. Emang aku dah ngehamilin anak orang?
“karena aku sekarang jadi susah tidur sush makan...”
Mulai deh gombal, tapi kok mukaku memerah ya?
“...”
“kamu..”
Langsung kupotong.”udah ah, aku laper, bye..” kataku langsung meninggalkannya. Nggak, aku gak boleh geer. Tapi dasar mulutku pengkhianat, malah senyum-senyum sendiri.
“cie...kok senyum-senyum sendiri...lagi seneng kayaknya...” goda Fitri.
“gak kok. Biasa aja” kataku bohong. Mana mungkin aku bilang aku senyum-senyum karena habis digombalin, sama cowok lagi.
Argggt..gak boleh, gak boleh. Yang kayak gini gak boleh lagi. Bayangan senyum Aga, si item tersayangku muncul lagi. Tuhan, aku mengikuti ini agar aku bisa lupain si item, tapi kenapa justru kaw hadirkan dia? Dia yang berubah-ubah dan tak bisa ditebak buat aku jadi penasaran? Huft.
Acara dilanjutkan sholat maghrib berjamaah di aula yang dikondisikan untuk sholat. Sambil menunggu isya, motivator kami memberikan motivasi. Muncullah slide-slide yang menampilkan orang-orang cacat. Ya, orang-orang cacat secara fisik, tapi mampu mengalahkan kita secara mental. Orang-orang tersebut terlihat gigih sekali ketika mengikuti olimpiade. Melihatnya saja aku sangat merinding. Lalu digantikan oleh puing-puing bekas perang, puing-puing setelah bencana tsunami. Terdengarlah instrumental. Kitaro.
“baik, rekan-rekan semua, berdirilah. Berhadap-hadapanlah dengan teman kalian.”
Aku berada di belakang. Karena jumlah satu grup itu ada 25 orang, otomatis satu peserta tidak punya rekanan dan fasilitator pun mengisi kekurangan itu. Aku sedikit ragu. Kenapa? Karena yang belum dapat rekanan itu adalah Nabil. Dia tersenyum, manis, manis sekali.
“oke, pegang tangan rekan kalian. Jabatlah kedua tangan sahabat kalian. Lampu tolong dimatikan.”
Lampu mati, tapi samar-samar masih terlihat dia tersenyum.
“pejamkan mata kalian. Rasakan, apa yang telah kalian lakukan untuk membuat bahagia sahabat kalian. Apakah selama ini kita sudah peduli ketika sahabat kita mendapat cobaan? Apakah kita bisa menguatkan ia ketika suatu hari nanti dia harus meninggalkan kita karena telah habis masa kontraknya?”
Mulai terdengar sesenggukan. Tapi Nabil menggenggam tanganku dengan erat. Entah kenapa, aku dilanda rasa nyaman yang menenangkan. Rasa nyaman yang hanya kudapat ketika aku bersama si Item. Tanganku gemetar. Bayangan senyum si Item muncul lagi, sabrina kecil, orang tua si Item. Semua bergantian memenuhi kepalaku, berganti dengan sangat cepat sampai kepalaku pusing sekali. Tanpa sadar aku menarik tanganku. tidak, ini gak boleh terjadi lagi. Gak boleh.
Kuilihat Nabil kaget. Lalu dia memelukku.
“sekarang, peluklah sahabat kalian. Bla bla bla..” tiba-tiba motivatornya menginstruksikan seperti itu.
Aku sudah tak dapat mendengar lagi apa yang dikatakan motivator. Badanku gemetar. Nabil memelukku erat, erat sekali. Aku seperti menemukan sosok yang kurindukan. Sosok yang bisa membuatku lupa bahwa aku punya masalah. Tak terasa pipiku basah. Apakah karena mendengar kata-kata motivator itu? Bukan, bukan karena itu. Aku menangis karena ingat pernikahan aga, aku menagis karena rindu dia, dan aku menangis karena...aku sekarang merasa nyaman. Ada kehangatan yang kurasa. Aku memeluknya sangat erat. Badanku bergetar. Dia mengendurkan pelukannya dan cup. Dia mencium bibirku. Aku kaget, tapi anehnya aku biarkan dia lakukan itu. Beberapa detik kemudian dia berbisik.
“aku sayang kamu...”
Aku kembali tersadar. Kulepas pelukannya dan dalam kondisi gelap, aku berlari meninggalkan aula dengan mata basah. Tidak. Jangan tuhan, jangan. Please. Jangan lagi..
Lagii
Maaf kbnyakan protes ya..hehe
kan hilang satu tumbuh spuluh ribu 3..haha
thx brada.tadiy mw lgsg posting crita abis dr kampus.tp trnyta byk yg msti diedit.juga stlah mnimang billing warnet.haha*ketauan kere'y
asik euy akhirnya tiga critanya diupdate, hatur nuhun.
tdi bis ngurusin ssuatu gtu.mdh"an ntr bsa nrusin lg
besok lanjut lagi kan?? HARUS!!!
Lanjut @alabatan..