BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Hati untuk Sahabatku (Part 19 Ending Hati untuk Sahabatku Updated 14 Mei 2012)

Halo semua salam kenal, ni cerita pertamaku di forum ini. Tadinya aku adalah silent reader tapi lama-lama tertarik juga untuk buat cerita. Cerita ini diilhami dari pengalamanku tapi gak semuanya kisah nyata. Yah semoga bisa dinikmati dan jangan lupa dikomen ya.

Hati untuk Sahabatku

Tag 1: Pertemuan pertama

Namaku FX Jonathan Adiaro, tapi biasanya sih aku dipanggil Jo. Kebanyakan orang pasti bertanya-tanya apa maksud “FX” di depan namaku. Yups itu adalah nama baptis kepanjangan dari Fransiskus Xaverius yang menandakan bahwa aku ini seorang penganut agama Khatolik. Panjang kan, makanya orang tuaku dengan bijaknya menyingkat nama ini jadi FX di akta kelahiranku. Jadi aku ga perlu susah-susah berlama-lama ngisi kolom nama di setiap lembar ujian nasional dan ujian-ujian lainnya. Aku cowo berumur 18 tahun saat ini, berasal dari salah satu kota kecil di Jogjakarta. Yah Jogjakarta, daerah istimewa yang selalu bikin aku kangen untuk balik setiap kali bepergian jauh. Aku tau betul gimana rasa kangen ini karena beberapa kali aku sempat harus tinggal berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain. Yah maklum lah ayahku seorang kontraktor di perusahaan swasta yang bisa dibilang cukup berprestasi. Kenapa begitu karena kami berpindah-pindah bukan karena ayahku dipindahtugaskan, melainkan karena beliau harus memimpin langsung beberapa proyek yang harus ditangani. Jadi biasanya kita hanya berpindah untuk waktu yang singkat antara setengah sampai satu tahun. Dari segi penampilan bisa dibilang aku cukup ganteng. Kata orang-orang aku mirip sama Irwansyah, yah mungkin karena perpaduan darah Cina dan Belanda yang mengalir di tubuhku.

Cukup sekian dulu tentang aku, yang jelas sekarang aku senang banget karena aku diterima di salah satu universitas yang kata orang Institut Terbaik Bangsa. Walaupun aku emang bisa dibilang siswa berprestasi (langganan 5 besar di masa SMA) tapi tetep aja bisa diterima di universitas ini merupakan kebanggaan bagiku, dan nampaknya juga bagi keluargakau. Terutama ibuku yang suda sibuk mengabarkan ke tetangga-tetangga sejak awal bahwa anak bungsunya ini diterima di Institut Terbaik Bangsa ini. Agak lebay memang tapi itulah ibuku yang selalu aku sayangi.

.................................................

Hari ini adalah hari pertamaku menginjakkan kaki di universitas ku yang ada di Bandung itu. Yah setelah semalaman melewati perjalanan melelahkan dengan kereta kelas bisnis Lodaya sekarang aku bisa sedikit meregangkan tubuh di salah satu penginapan di kota Kembang ini. Penginapan ini sebenarnya bukan penginapan untuk umum, melainkan buat penginapan dinas para guru. Tapi dengan sedikit bantuan teman ibuku yang adalah seorang guru SMA di kota asalku dan sedikit uang sewa tambahan sekarang aku berhasil mendarat di salah satu kamar di penginapan ini. Kamarku berukuran 4x5 m dan sebenarnya diperuntukkan untuk 2 orang, itu bisa aku liat dari 2 bed yang terpajang di kamar ini.

Eh jangan salah hari ini memang hari pertamaku di Bandung dan di kampusku tapi bukan berarti hari pertama kuliahku. Kampusku ini memang bisa dibilang kampus yang tersohor, mungkin karena itu aku harus melewati serentetan prosedur sebelum akhirnya aku benar-benar resmi diterima. Seperti hari ini aku hanya berencana di Bandung untuk dua hari hanya untuk melakukan prosedur pendaftaran awal. Hmmm prosedur ini semacam pendaftaran ulang mahasiswa baru yang dinyatakan diterima di kampus ini. Acara pendaftaran dimulai pukul 9 dan sekarang sudah pukul 8 pagi. Jadi tanpa berpikir untuk mandi aku langsung melaju ke tempat pelaksanaan pendaftaran awal kampusku setelah sempat merebahkan badanku selama 1 jam. Letaknya di sebelah kampusku dan nampaknya tempat ini sangat terkenal di Bandung. Buktinya aku Cuma perlu bilang nama tempat ini sekali saja ke tukang angkot dengan tujuan cicaheum-ledeng yang menjadi angkot pertamaku di Bandung. Yah karena sebelumnya aku harus menggunakan taksi dengan ongkos yang cukup mahal untuk bergerak dari Stasiun ke penginapanku.

Setelah 15 menit perjalanan yang singkat aku sampai di depan gedung pendaftaran awal ini. Wah kok sepi ya, langsung aku berinisiatif tanya ke satpam di sekitar situ,

“Maaf Pak, kalau mau mendaftar ulang di sini ya pak?”

“Oh bukan cep, kalo mau ngantri di sebelah sana.” Kata Pak satpam yang sepertinya sadar kalo aku bukan orang sini, sambil menunjuk ke arah samping gedung di depanku ini.

“Oh gitu, terimakasih ya Pak!”

“Sama-sama cep, nanti jalan lurus aja kesana, trus ikutin turunan di pojokan.”

“Iya pak, makasih.” Kataku sambil bergerak ke arah yang ditunjuk si bapak satpam tadi. Sepintas aku lihat bapak satpam tadi senyum sambil manggut-manggut ke aku. Wah ternyata orang di Bandung ramah-ramah, haha semoga aku betah lah 4 tahun ke depan tinggal disini. Yah ini penting aku pikirkan mengingat aku adalah anak bungsu di keluargaku yang selalu dimanjakan dan belum pernah tinggal sendiri jauh-jauh dari keluarga.

Aku jalan ke arah pojok area ini, sebenernya lebih tepat dibilang jalan mentok. Jadi area ini dihuni oleh sebuah gedung yang luas yang berbentuk setengah lingkaran. Nah kalo kita telusuri sepanjang jalan melingkar sisi gedungnya kita akan menemukan jalan mentok alias jalan buntu. Sesuai kata bapak satpam tadi ada turunan yang ga tau menuju kemana di pojokan ini. Tanpa pikir panjang aku langsung aja turun karena percaya ama Pak satpam tadi. Selain itu aku juga melihat beberapa orang turun ke arah yang sama membawa map, jadi aku rasa emang benar arahnya. Sambil menuruni jalan aku celingak celinguk kanan kiri memandangi luasnya gedung ini. “Hmm gede juga ya gedungnya, pasti kampusku gedungnya lebih gede dan keren, hehe” Pikirku dalam hati. Harap maklum kalo aku terlihat agak kampungan karena memang aku berasal dari kampung yang ga banyak gedung besar seperti di kampusku ini.

Lamunanku mendadak berhenti ketika aku melihat antrian yang super panjang. “Waduh ni orang pada mau daftar sekolah apa Indonesian Idol sih!” Pikirku dalam hati. Soalnya belum pernah dalam hidupku ngeliat orang antri sepanjang ini untuk daftar sekolah huh! Gak mau berlama-lama akhirnya aku segera mencari letak mengambil nomor antrian. Dimana ya? Banyaknya orang disini bener-bener membuat ku bingung. Spontan aku langsung bertanya ke salah seorang cowo yang ada di antrian paling belakang.
“Mas, kalo mau antri ngambil nomor antriannya dimana ya?”

“Nomor antrian? Maksudnya nyerahin berkas ya?”

Sedikit bingung tapi aku rasa maksud mas-mas ini untuk antri harus nyerahin berkas dulu, “Oh iya mas, dimana ya?”
“Itu mas di ujung kanan ada meja tulisannya pengumpulan berkas, kumpulin aja berkas mas disana trus nanti langsung antri kesini tapi ga usah pake nomor antrian mas.” Mas itu ngomong beberapa kalimat terakhir sambil tersenyum kecil. Mungkin dia pikir nomor antrian emang di Bank pake nomor antrian. Huh dasar si mas ini. “Oh iya mas makasi!” katakau sambil lari kearah meja yang disebutkan mas tadi karena buru-buru

................................................

Ah setelah antri hampir 1 jam akhirnya masuk juga aku ke dalam gedung. Gedung ini begitu besar dan megah di mataku. Wah keren bukan main emang kampusku ini. Memang dari luar sudah terlihat besar tapi ga kebayang kalo dalamnya semegah ini. Sambil berdesak-desakan aku mulai mencari tempat duduk antrian untuk fakultasku. Jadi antrian kami dipisahkan berdasarkan fakultas mungkin biar gampang dan ga terlalu panjang antriannya. Ah ketemu juga, antrian fakultasku ada di baris ke empat dari pintu masuk jadi gak telalu susah buat aku nemuin antriannya. Langsung aku duduk di baris ke 4 paling pinggir. Soalnya biar nanti gampang keluar kalo dipanggil, terus juga posisinya di tengah jadi enak ga terlalu depan ataupun belakang.

Sambil menunggu aku mulai mengeluarkan beberapa form yang dikasi di depan pintu masuk, ada 4 form yang harus aku isi. Belum sempat aku menulis tiba-tiba seseorang menyapaku.
“Mas boleh geser? “ Aku noleh ke sumber suara yang ada di sebelah kiriku. Ternyata mas-mas yang aku temuin di antrian depan tadi. Oh iya mas-mas ini aku nggak tau namanya siapa. Tapi dia kulitnya item , tinggi sekitar 175 cm dengan rambut ikal dan tampang yang agak serem kaya preman.
“Eh ga usah deh, aku lewat aja”

“Oh iya” kataku sambil sedikit memiringkan kakiku sehingga ada ruang yang cukup untuk mas-mas ini lewat. Setelah mas tadi lewat ternyata dia duduk di sebelahku.

“Namanya siapa mas?”

“Oh saya Jonathan, mas siapa namanya?”

“Gw Marko!”

“Gw” mendengar kata ini aku langsung tau ni orang kayanya dari Jakarta deh. Iseng aku tanya aja sekalian biar akrab “Dari mana mas?”

“Dari rumah” ya iyalah gw tau lo dari rumah “ Hehe becanda denk, dari Jakarta mas, mas dari Jawa ya?”

“Oh iya saya dari Jogja”

“Masuk fakultas apa mas?” Ya dia bertanya seperti ini karena memang di antrian fakultasku digabung dengan antrian dua fakultas lain. Alasannya adalah karena jumlah mahasiswa di ketiga fakultas ini ngga terlalu banyak. Yah mungkin karena jarang peminatnya.

“Fakultas Ilmu Hayati mas”

“Ohhh sama donk, aku juga. Berarti nanti kita jadi temen sekelas donk ya!”

“Oh iya kebetulan ya”

“Lagi ngisi form ya mas, dilanjutin aja gw udah isi soalnya udah sempet download kemaren dari website.” Wah enaknya di Jakarta internet mudah jadi ga repot deh sekarang. Berhubung sudah dipersilakan aku langsung melanjutkan aktivitas mengisi form ku. Baru sebentar mengisi form ada dua orang cewe yang tiba-tiba dateng.

“Mas boleh geseran ga?” Ya resiko duduk di pinggir sih. Tapi susah mau geser soalnya di pangkuanku lagi penuh dengan form.

“Lewat aja mbak, masnya baru ngisi form susah gesernya” Kata si Marko yang tiba-tiba ikut dalam pembicaraan. Tanpa basa-basi kedua cewe tadi langsung lewat, mungkin takut dengan tampang serem si Marko, yang kalo lagi diem bener-bener bisa membuat bayi nangis dan cewe-cewe ngibrit ketakutan.

“Ngga tau diri dia udah tau lagi ngisi form masa disuruh-suruh geser.”

“Oh iya ga apa lah” kataku sambil senyum. Dalam hati aku mulai mikir wah si Marko serem-serem baik juga ya ternyata. Mungkin penilaianku salah, muka boleh serem tapi hatinya kayanya baik. Hehehe.
Setelah selesai mengisi form aku mulai membuka obrolan lagi sama si Marko. Kesian juga dia aku anggurin selama aku ngisi form tadi, padahal dia udah baik juga tadi ke aku.

“Udah dapet kos mas?”

“ Oh udah di depan kampus mas. Deket banget, tinggal jalan keluar kosan langsung keliatan kampusnya. Jadi enak kalo ntar mau bolak-balik ke kampus gampang.”

“Wah enak ya, di sebelah mana sih?”

“Pokoknya di daerah pintu gerbang depan kampus ada kosan, tepat di depannya kok. Gak terlalu mahal kok mas cuma 3 juta setahun.” Dan obrolan kami pun berlanjut mulai dari pengalaman ngerjain ujian masuk sampe kenapa milih jurusan ini dan lain-lain. Si Marko ini orangnya rame dan asik diajak ngobrol, cocoklah untuk mengimbangi akau soalnya aku bisa dibilang agak pendiam. Tapi kalo udah ketemu orang yang cocok kaya si Marko ini jadi bawel juga deh akhirnya. Obrolan kami tiba-tiba berhenti dan pandangan Marko teralih ke arah meja pendaftaran awal.

“Eh itu gw kenal tuh ama dia!” Ternyata si Marko ngeliat salah seorang kenalan yang mungkin temennya.

“Boyo!” kata si Marko manggil temennya itu. Boyo dalam bahasa Jawa artinya buaya. Wah jadi penasaran kenapa dia manggil temennya buaya. Langsung aku mengalihkan pandanganku ke arah pandangan si Marko. Di situ aku ngeliat ada seorang cowo yang nampaknya baru saja selesai melakukan pendaftaran awal dan sedang membereskan barangnya. Cowo ini kulitnya putih, rambut agak ikal dan tingginya sekitar 170 an sama seperti aku, badannya cukup berisi walopun gak kekar banget. Tapi yang menarik perhatianku adalah tampangnya yang perpaduan oriental dengan sedikit spanyol style super imut membuat aku gak bisa berhenti mandangin dia. Uppps! Hampir lupa, ya aku adalah seorang cowo yang tertarik dengan sesama jenis, alias gay. Tapi saat ini cuma aku dan Tuhan yang tau dengan keadaanku ini. Yah karena aku benar-benar rapat menutup rahasia ini dan belum berani terbuka ke siapapun. Bisa dibilang aku menyadari keadaanku ini sejak sangat awal ketika aku duduk di kelas 6 SD. Saat itu aku sadar bahwa aku lebih tertarik melihat muka-muka ganteng temen cowoku dibanding temen ceweku. Tapi sejauh ini aku belum berani menjalin hubungan sama cowo, dan bahkan sempat berpacaran dengan beberapa cewe untuk menutupi identitasku.

“Temen nya ya mas?”

“Iya temen satu SMA, sekelas lagi. Boy, Boyo!” Si Marko terus memanggil temennya tapi kayanya si cowo itu gak denger dan malah berlalu pergi.

“Tadi temen gw namanya Daniel.”

“Loh kok tadi dipanggilnya Boyo?”

“Oh itu soalnya dia pacarnya banyak pas SMA, sebenernya bukan pacar tapi temen deket cewe kata dia.”

“Ooooh” Pantas ajalah orang mukanya seganteng itu. Tapi kalo emang dia ada di antrian ku berarti kemungkinan besar dia bakal sefakultas donk ama aku. Waaaah asiiik bisa memandangi wajah si ganteng Daniel tiap hari donk. :D

“Eh ko dia daftar fakultas biologi juga?”

“Oh iya kayanya, soalnya pilihan pertama dia informatika terus kedua biologi. Jadi berhubung dia di antrian sini kayanya Biologi.” Ya informatika adalah fakultas paling keren di kampusku dengan grade masuk yang amat tinggi, katanya sekitar 95/100. Tapi itu gak penting, yang penting adalah antrian Informatika ada di sisi lain gedung ini jadi berhubung si Daniel ngantri di sini dapat dipastikan dia masuk ke fakultas Biologi. Hahahaha senangnya hatiku. Kayanya 4 tahunku di Bandung bakal menyenangkan bersama Daniel. Jadi ngga sabar nyelesain pendaftaran dan masuk kuliah trus ketemu deh ama Daniel. Ya walopun aku gak tau harus ngapain pas ketemu nanti pokoknya sekarang aku dengan senang hati mengantri dan menyelesaikan pendaftaranku yang kurang lebih selesai 1 jam kemudian.
Lanjut tag2
«13456724

Comments

  • Lanjuuuuuuutttt..
  • Tampaknya ceritanya bakalan menyenangkan nih. Cerita dari kampus ganesha gak ada matinya ya. Lanjut!
  • Yuk kangmas dilanjut ceritanya :)
  • 2 steven dengan cerita I.T.B. Unik ya.
  • edited December 2011
    .
  • kayaknya ceritanya seru...
    Cerita anak kuliahan emang top markotop...!
    Monggo maz stephen dilanjuuut...!!
  • LANJUTTTTTT
  • Another ganesha10 story... Banyak juga ternyata ya anak g10 disini...
  • Sabar ya kangmas2 sedang diproses ceritanya. Btw nama gw sebenernya bukan Steven kok jadi cuma satu steven ITB di BF hehehe.
  • edited December 2011
    Tag2 : Teman sekelas

    Hah setelah menjalani serentetan pendaftaran, administratif yang sangat rumit (biasa birokrasi Indonesia) dan seminggu masa MOS yang membosankan, sekarang tibalah aku di hari ini hari pertama kuliahku. Sekarang aku sedang tepat berada di depan pintu gerbang utama kampusku. Oh iya sekarang aku sudah punya kamar kos di kota kembang ini. Kosanku ada di daerah Tubagus. Kawasan ini ga terlalu jauh lah dari kampusku, kalo ditempuh dengan angkot plus sedikit berjalan kurang lebih sampai dalam waktu 15 menit. Itu sudah mempertimbangkan waktu sekitar 5 menit yang harus aku habiskan di kawasan macet Simpang Dago. Kalau ditempuh dengan angkot berwarna hijau jurusan Kalapa-Dago plus sedikit berjalan aku akan tiba di pintu gerbang tempat sekarang aku berada.

    Perasaanku campur aduk sekarang, antara senang karena aku resmi memulai kuliahku di kampus ini dan gelisah plus penasaran tentang teman-teman macam apa yang akan aku temui disini. Soalnya aku yakin banget temen-temen ku disini pastinya berbeda dengan temen-temen di Jogja, secara mereka dateng dari daerah dan latar belakang yang pastinya beragam. Ditambah, perlu digaris bawahi bahwa aku ini orang yang agak susah memulai hubungan pertemanan di tahap awal. Sebenernya aku sudah sempat bertemu dengan beberapa diantara temanku ketika MOS, tapi ya sekedar ‘say halo’ tanpa sempet mengobrol lebih lanjut mengingat sewaktu MOS kami tidak dibagi berdasarkan fakultas.

    Aku mulai berjalan masuk ke dalam kampus, di bagian depan kampus masih terpampang tulisan “Selamat datang putra putri terbaik bangsa”. Tulisan yang telah dipajang sejak minggu lalu dan menjadi ciri khas penyambutan mahasiswa baru di kampusku ini. Aku lihat di sekitarku banyak mahasiswa yang terlihat kebingungan. Sebagian diantara mereka pasti adalah mahasiswa baru yang bingung menemukan kelas mereka karena belum terlalu kenal alias masih awam dengan gedung-gedung di kampusku. “Makanya prepare donk kaya aku” kataku membanggakan diri dalam hati. Ya aku sudah terlebih dahulu mengecek dimana letak kelas pertamaku di hari ini kemarin. Jadi dengan langkah yang percaya diri aku langsung melaju ke kelas pertamaku, kelas Fisika Dasar IB.

    ..........................................................

    Huh lelah juga menaiki tangga gedung kuliah pertamaku ini, ditambah lagi kelasku ada di lantai 3. Yah ga apa lah, sekalian olahraga pagi. 9136 yah inilah ruang kelasku yang bisa aku ketahui dari tulisan 9136 yang ada di pintu dan sesuai dengan jadwalku. Hah?? Begitu sampai di depan pintu aku agak heran karena ada lebih dari 70 orang yang sudah berada di dalam kelas. Ternyata banyak juga jumlah mahasiswa dalam satu kelas ini. Ya memang dari total mahasiswa di kelas ini setengahnya berasal dari fakultas Farmasi, karena banyak matakuliah dasar yang sama makanya kami digabung.

    “Jonathan!” tiba-tiba aku mendengar teriakan memanggilku. Aku langsung mengarahkan pandanganku ke sumber suara yang sepertinya berasal dari deretan bangku paling depan. Oh ternyata si Marko yang sekarang sedang terlihat melambai-lambaikan tangan ke arahku. Aku mebalas lambaiannya dan berjalan ke arahnya. Namun aku sempat terhenti sejenak ketika aku melihat siapa yang ada di sebelah Marko. Ya Tuhan itu si Daniel, cowo super imut yang aku liat di pendaftaran awal kemaren. Dalam hati aku berkata Ya Tuhan terimakasih karena kebetulan yang luar biasa ini. Ya kebetulan, kenapa? Karena sebenarnya dari total 120 mahasiswa di jurusanku, kami dibagi ke dalam 3 kelas. Jadi kalo dihitung kemungkinan aku ketemu Marko si teman yang asik adalah 1/3 dan kemungkinan aku ketemu Daniel my idol juga 1/3, sehingga kemungkinan aku ketemu mereka berdua sekaligus adalah 1/9. Haha udah deh main berhitungnya yang penting sekarang aku senang.

    “Wah kebetulan banget kita sekelas ya Jo!”

    “Iya Ko, kok bisa kebetulan gini ya?” (sekarang aku dah merasa gak enak untuk manggil mas ke si Marko soalnya dia juga manggil nama ke aku, yah biar lebih akrab)

    “Eh kenalin nih temen gw yang kemarin sempet gw bilang ke lo.”
    “Oh yang kemarin ya” Jawabku seadanya karena sedang diterpa rasa deg-degan yang luar biasa karena untuk pertama kalinya aku ngobrol sama si Daniel.

    “Hai gw Daniel!”

    “Hai, nama saya Jonathan. Tapi biasanya dipanggil Jo. Temen satu SMA nya Marko kan ya?”

    “Iya kita temen SMA.”

    “Wah enak juga ya ada temen satu SMA yang masuk ke sini, kelasnya sama lagi.”

    “Haha, ada juga bosen tau liat muka dia mulu” celetuk si Marko

    “Hahaha, ya biar bosen paling gak kan enak ada yang udah dikenal.”

    “Iya sih”

    “Eh lo jadinya ngekos dimana, Jo?” tanya si Marko yang mungkin merasa aneh karena setelah aku bertanya panjang lebar tentang kosan dia waktu pendaftaran awal ternyata akhirnya aku tidak muncul di sana sebagai anggota kos baru.

    “Oh, udah. Saya dapetnya di Tubagus. Soalnya waktu itu saya nyari kosan yang kamu bilang tapi gak ketemu.” Kataku coba menjelaskan. “Malah di depan kampus cuma ada taman sama kantor aja gak ada tempat kosan.”
    “Iya kayanya gw kemarin mendeskripsikannya agak salah deh. Maksud aku depan kampus kemarin itu ternyata pintu gerbang samping kampus. Jadi ga langsung di depannya. Daerahnya namanya Tamansari. Sorry ya maklum lah masih baru disini.”

    “Iya gak apa kok, lagian kan saya juga dah dapet kosan ini”

    “Loh kalian sempet ketemu kemarin, pas daftar?” tanya si Daniel yang mungkin mendengar potongan obrolan kami.

    “Iya Dan, aku sama Marko kemarin sempet ketemu di pendaftaran awal”

    “Iya itu lo yang gw bilang ke lo, gw manggil lo tapi lonya kaga denger.”

    “ Oh jadi yang lo maksud mas-mas dari Jogja tuh si Jo ya” Weitss ternyata si Marko sempet ngomongin soal aku ke Daniel.

    “Iya, ya ini si mas Jonathan. Hahaha.”

    “Loh jadi pada ngomongin saya ya kemarin.”

    “Eh ngomongnya jangan pake saya lah soalnya kedengerannya gimana gitu. Pake aku atau gw lo aja.” Yah aku maklum sih untuk orang Jakarta kaya Marko pasti memang “saya” terdengar terlalu formal.

    “Ya udah saya coba pake gw lo aja deh biar sama.” Dan inilah titik dimana bahasa Indonesiaku terkontaminasi dengan kata gw dan lo. Tapi gak apa juga sih karena walaupun aku orang Jogja tapi aku gak medhog sama sekali. Mungkin karena di keluarga aku selalu menggunakan bahasa Indonesia, cuma saat bertemu teman di daerahku saja aku menggunakan bahasa Jawa. Jadi nggak kagok lah untuk pake “gw lo”.

    .......................................................................

    “Eh gimana nih kita sekelompok aja ya biar gampang?” tanya si Marko ke aku dan Daniel. Di akhir kelas pertamaku ini, dosenku meminta kami membentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang yang bertugas untuk bekerjasama selama satu semester di mata kuliah ini.

    “Iya boleh-boleh” Asiiik si Daniel mau, rejeki memang gak kemana.

    “Iya lah sip-sip. Tapi terus tiga lagi siapa donk?”

    “Oh gw ada kenalan kemarin anak fakultas kita. Ketemunya pas MOS. Mana ya?” Marko mulai celingak celinguk cari kenalan dia itu untuk beberapa detik.

    “Nah tu dia, April!”

    “Eh Marko” Balas seorang cewe yang tadi disapa si Marko.

    “Udah dapet kelompok belom, pril?

    “Belum lengkap, baru tiga nih”

    “Wah kebetulan nih aku juga betiga sama temenku”

    “Oh ya, hai aku April” kata si April menyapa aku dan Daniel. April ini kalo aku lihat keliatannya baik dan ramah. Dia memiliki darah Chinese yang sangat nampak di wajahnya, aku rasa murni Chinese.

    “Halo gw Jonathan”

    “Gw Daniel”

    “Eh nih kenalin juga temen-temen aku”

    “Ini Karin terus yang ini Nadia” setelah April memperkenalkan mereke berdua , kemudian mereka melambaikan tangannya ke aku dan Daniel, dan kamipun membalasnya.

    “Wah siip jadi pas ya kelompok kita 6 orang”

    “Iya, siip lah”

    Pembicaraan kami pun berlanjut untuk menuntaskan perkenalan kami. Ternyata Karin itu juga orang Chinese dan berasal dari Bandung. Keliatan sih dari logatnya kalo sedang ngobrol ke kami, selalu menggunakan imbuhan “mah” yang sangat terkenal di tanah Sunda ini. Dari segi wajah, wajah Karin memang oriental banget, bahkan lebih oriental dari wajah April. Kalo Nadia ternyata adalah orang Batak, aku gak bisa membedakan apakah dia memiliki wajah umum orang Batak atau tidak saat ini, sebab Nadia ini temen pertamaku dari Batak. Tapi yang jelas wajahnya cantik menurutku. Kalau disepadankan dengan artis mungkin mirip Dina Lorenza. Oh ya satu lagi informasi tambahan adalah April yang ternyata berasal dari Jakarta. Senang rasanya kelas pertamaku dipenuhi dengan teman-teman baru yang beranekaragam latarbelakangnya. Tapi tetep dari itu semua yang paling membuat hati ini melayang adalah si Daniel. Sebelum berpisah karena kami harus berlanjut ke kelas yang berbeda Daniel sempat melempar senyum ke arahku sambil melambaikan tangan. Ya Tuhan senyumnya itu benar-benar tidak bisa dilupakan. Manis sekali!!!!

  • ceritanya kok banyak deskripsinya ya...??
    Ayo.....,bro dilanjuuutt...!!
    Dialognya kasi banyak lagi ya...!
  • bagus ceritanya, dilanjut ya bro :)
  • bagus ceritanya, dilanjut ya bro :)
  • bagus ceritanya, dilanjut ya bro :)
Sign In or Register to comment.