Hi All....
Gue mau ceritain gimana gue jadian ama BF gue yang sekarang. mudah-mudahan bisa
jadi inspirasi untuk ngedapetin the love of your life. Kalau pun enggak yah...
At least gue dah sharing..
Di Pakuan Express....
Ya, awal tahun 2008. Pindah ke rumah sendiri. pisah dari orangtua, pindah kerja pula ke Jakarta.Meninggalkan kenyamanan kerja di kota hujan, membuatku terkaget-kaget dengan suasana ibu kota.
Sarana transportasi utama yang kugunakan sekarang adalah Kereta Rel Listrik (KRL) jurusan Bogor - Jakarta Kota. Sebulan pertama aku mencoba membiasakan diri menggunakan KRL ekonomi, namun kondisi badanku menjadi drop. Akhirnya di bulan ke-2 aku putuskan untuk naik express di pagi hari dan ekonomi saat pulang kerja. (kombinasi yang cukup menguntungkan). Minggu-minggu awal, aku selalu berpindah-pindah gerbong ketika naik. Sampai suatu hari aku naik di gerbong 6. Disitulah kulihat cowok ganteng yang
menarik perhatianku. Sosoknya yang menurutku adalah perpaduan antara pemain sinetron Iqbal M Pakula dan Arhinza, telah mengganggu konsentrasiku tiap pagi, dan memutuskan untuk seterusnya, hari-hari kedepan akan selalu kugunakan gerbong 6.
Rupanya individualitas yang tinggi di kelas AC menyebabkan aku sulit mencari celah untuk membuka percakapan dengan si Iqbal (panggilanku buatnya). AKu hanya cukup puas memandangnya dari jauh ketika kita berdiri berjauhan. Berdebar kencang saat dia berdiri didekatku. Salah tingkah saat duduk disebelahku. Ah... rasanya tak sabar ingin berkenalan.
Hari-hari berikutnya akhirnya kesempatan mengobrol pun tiba. Dimulai dari perasaan senasib karena kereta stuck di Pasar minggu selama lebih dari setengah jam. Obrolan pun dibuka. Si Iqbal (panggil terus saja begitu) menyapaku terlebih dahulu. Dia mengeluh karena akan terlambat sampai kantor.
Jujur, saat itu aku masih takjub dan tidak memperhatikan omongannya, karena hari itulah aku dapat memandang wajahnya sepuas-puasnya. Setelah berkenalan dan melanjutkan perjalanan, aku merasa hari-hariku ke depan akan lebih menyenangkan.
Sambil berdiri menyandar di tiang peron tengah, aku menyambutnya dengan senyuman saat dia berjalan menghampiriku. Akhirnya kami naik, dan sepanjang perjalanan kami mengobrol dengan seru mengenai segala hal. Dari obrolan hari itu aku mengetahui dia berusia 3 tahun diatasku, telah menikah dan dikaruniai anak berusia 2 tahun.
Ketika kereta telah mendekati tujuan akhir, gerbong bertambah sepi. Kami sama-sama duduk di kursi yang kini telah kosong. Dia bertanya padaku apakah aku telah memiliki calon pendamping, atau pacar dan mengapa belum menikah padahal usiaku beberapa tahun lagi menginjak kepala tiga dan telah memiliki rumah sendiri serta kerja yang mapan.
Dengan mengecilkan suaraku aku berkata nyaris berbisik: "Saya kurang tertarik dengan cewek..."
Kulihat perubahan ekspresi wajahnya menjadi bingung dan salah tingkah, begitu pula gerak-gerik badannya. Aku hanya bisa tersenyum geli melihatnya bersikap seperti itu. Dengan ekspresi ingin buru-buru pergi dia mengalihkan pembicaraan, namun ketika sampai di stasiun kota dia langsung pergi dengan hanya memberiku senyum sekilas.
Hari berikutnya aku tidak melihatnya. Hari selanjutnya aku melihatnya naik di gerbong berbeda. Aku tahu dia berusaha menghindariku.
To Be Continued... (blom sempet ngetik)
Comments
wakaka yang penting jangan kepanjangan kayak tersanjung yah LOL
Jum'at 1 Februari
Hujan besar terparah membuat Jakarta tergenang banjir, hujan juga menyebabkan kereta
tertahan di manggarai sampai 1 jam.
Aku tidak melihat si Iqbal di gerbong yang sama. Dalam hawa dingin aku duduk
memejamkan mata sambil mendengarkan lagu dari HP ku. Tiba-tiba aku terbangun
dikejutkan dengan pukulan koran di pahaku.
"Nih korannya jatuh... " ujar sebuah suara. Ternyata si Iqbal sudah duduk didekatku.
Kulepas earphone ku, menerima koran dari tangannya dan mengucapkan terimakasih dengan
senyuman.
Kami duduk berdua dalam diam. Sesekali si Iqbal melongok ke Jendela melihat derasnya
hujan di luar.
Aku tahu... dia sedang dilanda rasa ingin tahu (curiousity). Jadinya aku harus tetap
bersikap tenang.
"Ngg.. gimana rasanya...?" tanyanya pelan
Aku menoleh tak mengerti
"Rasanya jadi... yah.." lanjutnya lebih pelan
"Rasanya...? biasa aja... cuma reaksinya yang gak biasa..." jawabku
"Maksudnya?" tanyanya tak mengerti
"Reaksi orang ketika tahu biasanya menjauh." Sindirku
Iqbal terdiam
"Ane mau tanya.." ujarku
"Menurut ente cewek itu cantik ga?" tanyaku menunjuk satu gadis manis diantara tiga
penumpang di kursi Khusus.
"Cantik." jawab si Iqbal
"Ente tertarik gak sama dia?" tanyaku lagi
"Kalo belom punya istri, trus kenal lebih dekat mungkin ya.. tapi secara fisik dia
cantik yang bukan tipeku..." jawabnya sambil tidak melepaskan pandangan dari si gadis.
"Yah gitulah..." ujarku
"Kita sih sama aja, ga mungkin kan ane naksir setiap cowok yang ane temuin?" lanjutku lagi
Iqbal menatapku
Aku tertawa menenangkan.. "Sorry bro, ente cakep, tapi sayang bukan tipe ane..." (Bohong banget!!) lalu aku melanjutkan memasang earphone.
Aku tahu ucapanku bikin dia makin penasaran (Sorry say.. mudah-mudahan ente ga baca..
en ga tahu ada boyzforum) Ketika akhirnya kereta bergerak melanjutkan perjalanan
menembus hujan lebat, kami hanya duduk dalam diam
To be continued... (pegel ngetiknya...)
loe gmn seh msh sok jaim gt??
loe aja uda berani ngaku klo loe ga suka cewek..
tp giliran ada kesempatan untuk mengungkapkan perasaan loe,loe malah jaim....
STASIUN KOTA 9:30
Ketika akhirnya sampai di stasiun kota, suasana stasiun sangat ramai. Kebanyakan
karena penumpang tidak ada yang berani keluar menembus lebatnya hujan. Banjir
menggenangi jalan raya, percuma saja keluar dengan payung karena tetap akan basah
kuyup.
Aku berdiri di pintu timur memandangi hujan lebat di luar, Iqbal berdiri disebelahku
dalam diam. Hawa dingin membuat perutku lapar, hingga aku memutuskan untuk makan di
restoran cepat saji di dalam stasiun.
"Kemana?" tanya Iqbal saat melihatku pergi.
"Makan di A-W. Laper... tanggung sekalian telat masuk kantor. mau ikut?" tanyaku.
Iqbal ragu-ragu. "Um.. udah sarapan.." jawabnya.
"Ya udah... yakin nih? dingin loh.. ane traktir kopi mau?" pancingku
Sejenak Iqbal masih ragu, tetapi akhirnya dia berjalan mengikutiku.
Setelah memesan menu paket dan secangkir kopi, kami berdua duduk di dekat jendela
dengan pemandangan halte busway yang jalanannya juga tergenang.
Saat aku makan Iqbal memperhatikanku sambil tersenyum hampir tertawa.
"Kenapa? heran? makan ane sih mang kayak gini. selalu dua potong ayam..." Ujarku
"Tapi kok ga ngegendutin ya?" tanyanya heran.
"Metabolisme tinggi..." jawabku sambil meneruskan makan.
Setelah makan obrolan kami berlanjut dengan membandingkan kelakuan anaknya dengan
keponakanku yang berusia setahun lebih.
Aku tahu.. saat itu dia menganggapku sebagai mahkluk aneh, mainan baru, alien, atau
apapun yang belum pernah dia temui. Rasa penasarannya lah yang akan terus aku
manfaatkan.
Tak terasa sudah jam 11:00 dan Obrolan hari itu berakhir dengan saling memberitahukan
no. Hp dan alamat rumah masing-masing.
Kecanggungan itu kini sirna, kami berdua menjadi akrab kembali dalam setiap perjalanan
kereta.
Dan aku sekarang menjadi sahabat baik dia.. But it's ok... ini hanya permulaan...
Uh... little help over here? tangan ane keram...
TO BE CONTINUED
Ho oh, enak banged baca'y..
Untung yang ini kejadian'y udah terjadi n ending'y happy karna udah jadi BF..
Jadi, ga perlu penasaran..
Teruzin ya...
tapi asik juga kok bacanya.. terlepas based on true story pa ngga.... bisa jadi sampingan kalo guenya lagi bored..
buruan dong dilanjutin cerita..jangan kelamaan mikirnya.. ntar jadi gak seru deh kalo'kebanyakan dikasih bumbunya..
eniwae, emang bener sih kalo mau dpt co straight kudu jujur
gua aja biasana kalo bener2 di tanya dan yg nanya ganteng or cantikk
biasa bilang iye bisex ntar pada penasaran deh tanya2 gokil macem:
ciuman sama cewek/cowok apa bedanya? enakan mana di ranjang? etc
akhiran2nya minta sexperiment deh
good luck ya! 8)
Istirahat makan siang aku berjanji menemani si Iqbal membeli printer dan beberapa perangkat komputer di Mangga Dua Mal, karena aku punya kenalan di situ (Lt 5. Jangan di cari ya...) jadinya lumayan bisa dapet harga pertemanan...
Sebagai terima kasih Iqbal mentraktir aku di KFC, Lokasinya yang agak mojok di lantai 1 dan agak sepi dibanding Hokben or A-W, menjadi alasanku supaya kita bisa ngobrol santai.
Enaknya kalo temen udah tahu kondisi kita, lirik-lirik cowok di depan dia udah enggak perlu malu lagi. Nah, saat kita makan mataku "checking out" cowok keren yang lewat di sebelah meja kita. Setelah dia berlalu kulihat Iqbal menatapku heran dengan dahi berkerut.
"Kenapa?" tanyaku sambil menghirup 7up (aku selalu mengganti coca-cola dengan 7up)
"Kayaknya cowok tadi enggak terlalu cakep." protesnya nyaris berbisik
"Enggak kok, keren.." ujarku santai
"Gue penasaran, lo pikir gue ga keren? tipe cowok kayak gimana sih yang lo suka?" Cecarnya lagi semakin berbisik.
Ini dia saatnya, rupanya perilaku gue udah menyinggung ego-nya dia. Mungkin karena dia terlalu sering dianggap keren.. heheh...
Aku ga menjawab malahan bangkit dari tempat duduk, saat itu terjadi sesuatu yang tidak terduga. Iqbal dengan reflek meraih pergelangan tanganku sambil bertanya "Mau kemana?"
Aku kaget dengan reaksi Iqbal, sepertinya Iqbal pun begitu. dia buru-buru melepaskan tanganku. Aku jawab "Mau cuci tangan... ng.. sekalian cuci jam tangan. Tangan ente berminyak. Kenapa? mau nitip?" jawabku sekenanya sambil melihat arlojiku yang sedikit berlumur minyak.
Tanpa menunggu jawaban Iqbal aku menuju wastafel. Tapi terus-terang, walaupun bersikap cool... jantungku tetap aja deg-degan.
(Ada yang punya balsem?? buat jariku yang pegel...)