Baru beberapa minggu gabung sama forum ini dan baca story..
Gilaaaaaaaaa..
Cerbungnya bagus2 banget..
Gua jd tertarik untuk ikutan nulis..
Hehehe..
Awal cerita perkenalkan nama gua nanang hamdani. Keluarga, kerabat, sahabat dan orang orang yang mengenal gua biasa manggil gua dengan sebutan dani. Gua lahir dan tinggal di sebuah kota kecil di jawa barat yaitu KARAWANG. Gua anak bungsu dari 5 bersaudara. Kakak kakak gua semuanya perempuan. gua adalah anak laki laki satu satunya dalam keluarga. Umur gua sekarang 25 tahun. Tapi kisah yang akan gua ceritakan terjadi sekitar 10 tahun yang lalu tepatnya ketika gua berumur sekitar 15 tahun..
Hari ini adalah hari kelulusan sekolah yang gua tempati yaitu di SMPN 7 karawang. Tak terasa sudah 3 tahun gua bersekolah disini. Rasanya memang agak berat berpisah dengan teman teman yang sangat gua cintai. Susah dan senang kita lewati bersama. Banyak sekali kenangan yang sulit gua lupakan selama disini. Termasuk kenangan yang selama ini hanya gua yang tahu.
Semua orang bilang saat SMP adalah saat puber pertama dimana semua orang mulai merasakan arti cinta.
Begitu juga sama hal yang terjadi di sekolah yang gua tempati itu. Bahkan teman teman banyak yang bilang arti dari SMP = sekolah mencari pacar. Banyak murid murid yan mulai tahu arti perkenalan, pendekatan bahkan mulai tahu arti putus cinta. Ini juga terjadi sama gua, mulanya gua sedikit agak tidak tertarik sama hal itu tapi karena teman teman yang mojokin gua akhirnya gua sempat jalan sama seorang cewek yang duduk di bawah satu tahun atau tepatnya adik kelas.
Disinilah yang mungkin mereka tidak tahu apa yang sebenarnya ada dalam diri gua. Entah kenapa selama ini gua kurang begitu tertarik sama yang namanya cewek. Malah sebaliknya selama ini gua mengagumi dan tertarik sama cowok. Mungkin ini juga pengaruh dari kakak kakak gua yang semuanya perempuan sehingga setiap hari, mau tidak mau bersama dan melihat keseharian seorang perempuan mulai dari memasak mencuci berbelanja bahkan berdandan.
Di rumah juga perlakuan dari kedua orang tua gua kadang kadang suka berlebihan. Mungkin saking sayang dan takut kehilangan karena gua anak lelaki satu satunya. Keluar rumah sebentar atau pulang telat sedikit saja mereka langsung mencari kemana gua pergi. Kalo teman teman cowok ngadain acara misalnya camping atau kegiatan yang bersifat cowok jarang sekali gua di kasih izin untuk ikut. Maka dari itu sehari hari gua ngabisin waktu maen sama kakak kakak perempuan di rumah.
Tapi gua tidak pernah sekalipun menyalahkan asuhan yang mereka berikan berpengaruh sama perilaku gua selama ini. Mungkin ini sudah jalan tuhan yang dia kasih untuk gua. Apalagi umur gua saat itu baru menginjak 15 tahun yang belum mengerti arti kata GAY atau cinta sesama jenis. Pada waktu itu gua cuma berpikir mungkin hanya sekedar mengangumi cowok saja. Itulah yang ada di pikiran gua saat itu.
Gua sempat jadian sama cewek adik kelas itu sekitar 1 tahun yang lalu ketika gua baru menginjak kelas 3. Cewek itu bernama PUTRI OKTAVIANI dan biasa di panggil putri. Orangnya manis dan bisa di bilang cantik karena banyak juga cowok yang mencoba mendekati tapi putri lebih memilih gua untuk menjadi pacarnya. Mungkin hanya dia saja yang tahu alasan mengapa memilih gua. Sebenarnya gua sedikit bangga juga memiliki pacar seperti dia. Selain baik dia juga sangat perhatian dan menyanyangi gua. Sebaliknya gua juga sayang sama dia walaupun gua mengakui tidak memilik perasaan selain hanya sekedar sayang.
Hari itu setelah menerima hasil kelulusan dan gua dinyatakan lulus dengan hasil yang cukup memuaskan dan bisa bikin bangga kedua orang tua gua. Gua berhasil meraih nilai NEM kedua tertingi di sekolah. Gua bangga dan bahagia sekali dengan hasilnyam Mungkin hal ini juga karena selama ini gua jarang sekali maen keluar rumah karena susahnya izin dari orang tua. Gua jadi lebih banyak belajar dan membaca buat ngisi waktu di rumah.
Gua pulang dengan perasaan senang dan ingin rasanya segera ngasih kabar bagus ini. Sampai di rumah gua buka pintu dan mengucap salam.
"Asalamualaikum" kata gua
Tapi tidak ada yang menjawab lalu ku ulangi agak sedikit teriak. Baru ibu gua keluar dari dapur dan menjawabnya.
"Udah pulang sayang, mandi terus makan dulu tadi ibu masak telur rendang kesukaan kamu. Habis itu ibu mau bicara sama kamu” ujar ibuku.
Tadinya gua mau langsung ngasih kabar tentang hasil kelulusan tapi gua ikutin dulu perintah ibu. Masuk kamar lepas semua seragam sekolah langsung bergegas ke kamar mandi dengan handuk di lilit ke badan. Abis mandi segar terasa terus pake baju sama kolor hawai yang biasa di pakai sehari hari.
Setelah itu gua beranjak ke meja makan. Gua makan dengan lahap sekali sampai nambah 2 piring. Emang ibu gua jago banget manja'in anak kesayangannya ini. Habis makan gua samperin ibu di dapur yang masih sibuk motong motong sayur mungkin buat makan malam.
"Buuuu,, dani udah mandi sama makan, ibu udah kelar belum masaknya, sekalian dani juga punya kabar bagus buat ibu” ujarku.
”Owh udah selesai sayang, bentar ya kamu tunggu aja di ruang tamu ibu tanggung nih sayurnya mau d cuci dulu" balas ibu
Gua pergi ke ruang tamu nunggu ibu selesai dulu sambil buka majalah di meja daripada bosen nunggu. Tidak lama ibu datang sambil bawa sirup di tangannya.
"Minum dulu sayang biar seger" kata ibu
"Kenyang ah bu simpan aja di meja, tadi ibu mau ngomong apa" jawabku sambil nanya mau ngomong apa sebenernya ibuku.
”Begini sayang kamu kan udah mau lulus, semalam ibu sama ayah ngobrol tentang ke sekolah mana kamu harus melanjutkan menuntut ilmu" ibuku berhenti sebentar minum dulu sirup yang di bawa tadi.
"Jadi begini.." Ibuku kembali berhenti sambil menarik nafas panjang.
"Apa bu" jawabku penasaran
"Sebenarnya ibu agak berat dengan ini tapi ini adalah pesan dari mendiang kakek kamu bahwa setelah lulus SMP kamu sebaiknya di masukkan pesantren" ibuku agak berat mengatakannya.
"Awalnya ibu juga tidak mau berpisah sama kamu tapi setelah di pikir pikir emang ini juga baik buat kamu. Selain bisa belajar pendidikan formal juga bisa belajar pendidikan agama, ini sangat baik untuk masa depan kamu" ujar ibuku lagi..
"Haaah PESANTREN" gua kaget sampai setengah teriak.
Comments
"Aaaaaaaach" teriak batin gua.
Gua akui selama di rumah untuk hal hal yang berbau agama memang sedikit pengetahuan yang gua ketahui. Bahkan gua sudah berhenti belajar mengaji sejak kelas 1 SD. Makanya tidak heran kalau nilai agama gua di sekolah selalu jeblok. Sering juga kalau setiap ulangan umum gua memberi uang sama guru agama setiap nilai jelek yang gua dapat. Hal ini memang wajar terjadi di sekolah tempat gua belajar apabila ulangan nilainya di bawah enam maka harus ngulang ikut ulangan lagi. Tapi ada beberapa guru yang bisa di sogok dengan uang dan murid tidak usah ikut ulangan ulang. Sepeti halnya gua yang sering membayar setiap ulangan pelajaran agama. Walaupun setelah membayar tetap aja nilai yang di kasih adalah enam. Memang begitu aturannya walaupun sudah membayar tapi nilai yang di dapat tidak akan melebihi murid yang murni nilainya bagus.
Tapi gua coba berpikir secara dewasa mungkin yang di lakukan kedua orang tua adalah yang terbaik buat anaknya. Kalau gua berpikir mereka tidak sayang lagi sama anaknya, itu hal yang mustahil kerena selama ini kasih sayang yang mereka berikan lebih dari cukup. Bahkan mungkin mereka yang berat mengambil keputusan ini. Tapi mau gimana lagi ini adalah pesan dari kakek ayah, dan pasti ayah akan mengikuti apa yang di minta kakek. Maka dari itu gua harus bercermin sama ayah, beliau saja sangat patuh sama kakek dan gua juga harus bisa seperti itu.
Gua terus melamun di kamar tiba tiba kakak ke empat gua memanggil.
"Daniiiiiiiii... " Ujarnya sambil teriak.
"Apaa kak, gak usah teriak segala gua kan gak budeg" balasku sambil sewot.
Emang untuk kakak gua yang satu ini kerjanya cuma bikin gua emosi saja. Namanya DIAN umurnya 1 tahun di atas gua. Jadi tidak heran kalo gua tidak pernah manggil sebutan kakak kepadanya. Dia itu karakter orangnya tomboy tidak pernah mau mengalah tampilan sama seperti anak laki laki bahkan hampir mirip preman pasar. Rambutnya di potong pendek bahkan sama rambut gua aja malah panjangan punya gua. Dan juga entah mengapa tidak pernah mau memakai yang namanya rok, cuma hanya sekolah saja dia mau memakai rok, itu pun memakainya sangat asal asalan sekali. Emang gua tidak terlalu dekat sama dia kalau di hitung malah banyak berantem daripada akurnya.
Dari tadi rasanya gua belum ngenalin anggota keluarga yang ada di rumah ini. Gua punya ayah namanya UJANG memang sangat lumrah sekali nama itu di daerah karawang yang notabene masih daerah sunda. Beliau kerja sebagai foreman buruh pabrik di salah satu pabrik otomotif Karawang. Untuk penghasilan cukuplah untuk menghidupi keluaraga kami.
Sedangkan ibu gua cuma sebagai ibu rumah tangga yang baik. Yang selalu setia melayani anak anaknya. Gua punya 4 kakak yang semuanya berjenis kelamin perempuan. Yang pertama bernama IRMA, dia sudah menikah dan punya anak perempuan yang umurnya 3 tahun di bawah gua. Kakak gua yang satu ini sudah tinggal bersama suaminya. Selanjutnya kakak yang kedua bernama DEA, kini dia sdang kuliah di bandung baru semester 3 di salah satu universitas bandung. Dia pulang kerumah paling seminggu sekali itu pun kalau sempat. Terus terang dia kakak yang paling baik dan cantik. Gaya dan busananya sangat anggun dan terlihat elegan. Dialah yang paling dekat dengan gua. Dia juga yang sering ngajarin hidup bersih dari mulai gunting kuku, pakai pembersih muka, pakai masker sebelum tidur bahkan kadang kadang kalo gua mau pergi maen suka di kasih bedak sama dia. Katanya biar tidak kelihatan kusam walaupun cuma mau maen ke rumah sebelah.
Selanjutnya kakak gua ketiga namanya BELLA dia masih duduk di kelas dua SMA. Sekarang mau naik kelas tiga. Dia juga sangat cantik walaupun lebih cantik kak dea. Dia sukanya pergi ke salon dan pelihara tanaman bunga di halaman rumah. setiap pagi sebelum berangkat sekolah pasti dia akan menyiram atau menata bunga itu kalo terlihat kurang rapih. Dia juga sering ngajarin gua menata dan menghias bunga. Bahkan pergi ke salon pun gua sering ikut. Kalo ke salon gua di ajak luluran, facial dan sebagainya. Memang seperti itulah kehidupan gua.
Gua masih ingat ketika masih umur 5 tahun setiap hari yang gua mainin cuma congklak, terus gambar bongkar pasang, lompat tali dan yang lebih gila lagi main boneka barbie bersama mereka berdua. Dan kakak gua yang terakhir yang sedang manggil ini. Dia bersifat cowok sekali karena awalnya ayah sama ibu pengen punya anak cowok setelah punya 3 anak cewek. Ayahlah yang paling dekat sama dia bahkan dari kecil suka diajak ayah ngambil kelapa di pohon. makanya sejak SD kak dian pintar sekali dalam hal memanjat. kalau ayah libur kerja pergi mancing pasti kak dian di ajak. Makanya gaya dan sifatnya sama seperti ayah sekali.
"Daniiiiiiiii..." Panggil kak dian sekali lagi sambil teriak karena gua belum keluar kamar.
"Apa sih lo manggil gua berisik tau" kata gua sambil keluar kamar.
"Lo mau ikut gak..??" Tanya dia.
"Ikut kemana." Balas gua.
"Gua tadi di sekolah abis berantem sama anak cowok rese, dan sekarang dia ngajak ribut lagi karena tadi belum puas keburu ada guru" kata kak dian.
"Busyyyyeettt.. Gak ah lo aja yang berangkat sendiri" balas gua sambil kaget mendengarnya.
"Ah lo, masa kakak lo perlu bantuan di biarin, soalnya tadi dia bilang mau ngajak teman teman dia, masa gua sendiri" ujar dia sambil mukul lengan gua.
"Gua kan gak pernah berantem, lagian juga itu kan urusan lo" kata gua
"Makanya ikut sekali kali berantem, jangan ke salon doang kerja'an lo. Masa cowok bisanya ke salon sama nyiram bunga doang. Mau jadi banci lo" kata kak dian sambil nyolot.
"BANCI,, jangan asal ngomong lo, gua bukan banci, jaga omongan lo" balas gua sambil emosi.
"Kalo gitu buktiin dong, ayo ikut gua" kata dia gak mau kalah.
"Ayo gua ikut tapi ingat jangan pernahh sebut itu lagi sama gua" bls gua.
Rasanya hati ini tidak terima dan meledak amarah apabila ada yang bicara seperti itu. Walaupun tak jarang teman teman ngatain gua seperti itu. Mungkin karena gua sering ke salon dan bersifat agak feminim dan cenderung niru sifat kak dea sama kak bella. Pasti gua akan marah kalau ada yang bilang kata itu. Tapi gua tidak pernah melawan mereka paling hanya bisa nangis di kamar.
Ya gua sangat benci kalau kata itu di tujukan buat gua. Yaitu kata:
" B A N C I "
Hal ini juga yang gua rasakan ketika berada di lapangan bola tengah sawah bersama kakak gua yang menyebalkan yaitu kak dian. Keringat membasahi sekujur tubuh ini tapi untungnya gua membawa payung sehingga panasnya bisa agak terhalang tidak langsung menyentuh tubuh ini. Walaupun begitu tetap aja panasnya kerasa sampai ubun ubun.
Karawang memang kota yang panas tak jauh beda dengan kota bekasi dan jakarta.
"Lo ngapain pake payung segala, kita itu mau berantem bukannya mau jadi gadis gadis pengantar para pembalap" ujar kak dian heran dengan tingkah gua.
"Umbrella girls maksud lo, Biarin aja daripada kulit gua item dekil kaya elo" bls gua agak sewot.
"Gua gak habis pikir sama elo, pernah liat orang tawuaran di TV gak, yang mereka bawa tuh pedang sama golok bukan payung" kak dian komentar lagi.
"Lo berisik amat, segini juga gua mau nemenin, gak tau terima kasih banget sih lo" timpal gua gak mau kalah.
"Nah terus gimana mau melawan mereka kalo lo pegang payung seperti itu" sahut kak dian.
"Kan payungnya bisa buat mukul mereka bodoh" kata gua.
"Oh iya, bener juga kata lo" kata kak dian sambil ngacungin jempolnya.
"Pokoknya tenang aja kalau mereka datang biar gua yang hadapin" bls gua..
"Siap deh, emana lo bisa di andelin kagak percuma gua punya adek cowok" kata kak dian..
Tak lama setelah itu dari jauh kelihatan segerombol orang datang mungkin jumlahnya sekitar 15 nyampe 17 orang dengan membawa ranting pohon yang gedenya seukuran tangan orang dewasa mungkin. Ada juga yang membawa bambu sama karung kayanya.
"Orang orang itu mau pada ngapain kesini, mau nyari burung sawah kali ya" tanya gua ke kak dian.
"Itu mereka dodol, gua tahu itu c roni anak cowok yang tadi berantam sama gua di sekolah" bls kak dian.
"HAAAAH jadi itu mereka" kata gua kaget.
"Iya" bls kak dian sambil mengepalkan tangan dengan geram..
Lama kelamaan jarak mereka semakin dekat, kini terlihat jelas kalau ukuran badan mereka jauh lebih besar daripada gua yang baru kelas 3 SMP. Nyali gua jadi semakin ciut dan mulai di hinggapi rasa takut. Semakin dekat semakin dekat hingga tinggal kira kira 10 meter jarak mereka. Kaki gua semakin gemeteran dan tanpa panjang lebar lagi gua lari sekencang kencangnya dari lapangan itu. Gua gak mikirin lagi terserah kak dian mau berantem kek atau mau gimana juga sebodo amat. Yang penting diri gua selamat.
"Heh mau kemana lo, jangan lari lo" teriak salah satu anggota dari mereka.
Gua gak hiraukan itu yang ada di pikiran lari dan lari sejauh mungkin dari situ.
"Banci lo" kata mereka lagi
Sebenarnya agak nyesek waktu mereka bilang begitu. Tapi dalam hati berkata bodo amat mending di bilang banci daripada harus kena pentungan ranting pohon sama bambu yang mereka bawa.. Hahahaha..
Gua lari dan terus berlari ke dalam gang rumah penduduk selepas dari lapangan sawah tadi. Sengaja gua lari melewati gang yang sempit supaya mempersulit mereka buat mengejar. Akhirnya setelah lari sekuat tenaga terlihat sebentar lagi gua sampai rumah. Gua nengok ke belakang tidak ada orang orang itu yang ada cuma anak kecil lagi bersepeda. Lega rasanya keringat membasahi sekujur tubuh ini. Gua mulai memperlambat lari kini hanya berjalan saja.
Setelah itu gua baru nyadar kehilangan 2 benda yang tadi ada. Pertama payung yang gua bawa tadi. Aduh tadi gua lempar dimana yah. Itu adalah payung kesukaan gua dengan warna ungu dan motif bunga kertas di tengahnya. Gua suka bunga kertas karena kak bella juga suka bunga itu dan kami tanam di depan rumah. Dan yang kedua adalah kak dian yang gak tau nasibnya sekarang. Dalam hati gua berkata gimana kalau terjadi apa apa sama dia. Apakah dia di pukulin sama mereka dan dimasukin ke dalam karung yang mereka bawa. Apakah dia yang menang melawan mereka tapi itu adalah hal yang gak mungkin terjadi. Walaupun kak dian tangguh tetap saja dia adalah seorang perempuan dan lawan yang di hadapi tidaklah seimbang.
Pikiran gua benar benar kacau mikirin nasib kak dian. Kalau terjadi apa apa gimana gua ngasih tahu ayah sama ibu, mereka pasti akan kaget dengan hal itu. Akhirnya gua sampai di depan rumah dengan pikiran kacau balau. Dengan tangan yang masih gemeteran gua buka gerbang pintu rumah. Perlahan gua masuk ke ruang tamu sepi tidak ada orang. Dalam hati berkata bilang gak yah sama ibu..
Terus masuk ke ruang satunya lagi yaitu ruang keluarga. Dan gua sangat kaget begitu melihat seorang gadis sedang duduk sambil minum dengan tergesa gesa seperti orang yang tidak minum selama seminggu..
Anjriiiit ternyata KAK DIAN sudah nyampe rumah duluan..
Hahahahaha..
Ternyata udah jam 5 sore pas gua lirik ke arah jam dinding. Sebenarnya masih malas buat bangun setelah tadi siang lari sekuat tenaga buat menghindari komplotan musuhnya kak dian. Badan ini rasanya linu semua yang gua rasakan.
Tenggorokan ini rasanya kering sekali jadi gua putuskan pergi minum dan menuju dapur tempat kulkas berada. Pas di ruang keluarga agak sedikit kaget karena kak dian masih duduk disitu sambil nonton Tv acara sport. Begitu melihat gua dia langsung melotot sambil mau marah kelihatannya.
"Dani sini lo" ujar kak dian dengan berlagak kayak mandor ke bawahannya.
"Apa lagi sich lo" sedikit malas akhirnya gua dekati.
"Kenapa tadi lo lari gak ngasih tau gua dulu, maen cabut gitu aja. Gimana kalo gua di bunuh sama mereka coba" kak dian nyerocos lagi.
"Sorry deh bukannya gua ninggalin lo tapi keadaan yang tidak memungkinkan" jwb gua
"Lo kayanya emang gak bisa gua andelin sebagai cowok. Gua kecewa sama lo. Ke depannya gua gak akan pernah minta bantuan sama lo lagi kalau ada masalah" kilahnya..
Gua cuma diam tidak menjawab, walaupun gua jawab pasti kak dian tidak mau ngalah dan selalu merasa benar.
Tanpa sepengetahuan kami, kak bella baru saja pulang sekolah dan sempet mendengar obrolan kami berdua.
"Masalah apa sih dian, kamu tuh cewek jangan bikin masalah mulu" kata kak bella mengagetkan kami berdua.
"Gak ada apa apa bell, cuma masalah sepele" jwb kak dian.
"Bohong kak bella ini masalah besar" timpal gua setelah kak dian ngomong..
"Ada apa sebenarnya ini, tolong jelaskan sama kak bella dani" tanya kak bella.
Walaupun gua sempat di larang ngomong sama kak dian tapi tetap gua bicara juga karena gak tahan sama semua ini. Yang gua khawatirkan masalah ini akan terus berlanjut. Lalu gua menjelaskan kejadian tadi dari awal sampai akhir. Kak bella hanya menggelengkan kepala sambil menatap kak dian.
"Kalian tenang aja kak bella akan membereskan semua ini, c roni musuhnya dian adalah adik teman kakak nanti kakak akan bicara supaya masalahnya sampai sini saja" ujar kak bella.
Akhirnya gua bisa tenang juga setelah mendengar jawaban kak bella. Beda halnya sama kak dian selesai mendengar itu dia membanting majalah ke lantai dan langung pergi ke luar rumah entah kemana. Mungkin di pikiran kak dian harusnya gua tidak usah bilang sama kak bella tentang ini. Karena mengadu memang gua akui sama sekali bukan sifat kak dian. Tapi bodo amatlah yang penting masalahnya bisa segera beres..
Malam pun tiba,
Ayah sudah pulang kerja dan kami sekeluarga kumpul di ruang keluarga sambil nonton TV. Ada kak bella, kak dian, ibu ,ayah dan gua disitu. Coba kalu kak dea dan kak irma ada pasti akan terasa sangat lengkap keluarga ini.
"Dani gimana keputusan ayah apakah kamu setuju untuk melanjutkan belajar di pesantren" ayah nanya sama gua.
"Kalo dani sih terserah ayah sama ibu saja kalo itu yang terbaik pasti akan dani turutin. Jwb gua.
"Huh makin sepi dong rumah ini, nanti kak bella gak ada teman buat ngerawat bunga sama ke salon dong" kata kak bella.
"Tuh sama kak dian aja ke salonnya" bls gua agak sinis.
"Sembarangan nyuruh gua ke salon, mending gua main layangan di lapang, lagian mau elo tinggal di pesantren kek, mau di hutan kek, terserah deh percuma ada elo juga gak berguna" timpal kak dian sewot
"Sudah sudah kalian jangan kaya anak kecil" ibu menimpali.
"Buat kamu dian gak ada salahnya kan kalo sekali kali kamu ke salon urus diri kamu jangan terlalu berantakan kaya gitu, kamu kan cewek lebih cantik sedikit kan lebih baik" ibu menambahkan.
"Ya bu nanti dian ke salon biar bisa jadi banci kaya c dani" jwb kak dian.
Mendengar itu darahku langsung naik ingin rasanya gua cabik cabik mulut kak dian agar berhenti ngomong seperti itu tapi berusaha gua tahan karena percuma melayani orang seperti kak dian. Kini hanya sesak di hati yang ku rasakan mendengar itu lalu ku putuskan masuk ke kamar saja.
Tak begitu lama kak bella menyusul ke dalam kamar mungkin dia mengerti apa yang gua rasakan.
"Adek knp jangan sedih begitu omongan kak dian gak usah di dengerin" ucap kak bella
"TidAk kak bukan itu, dani cuma sedih aja harus berpisah sama semuanya dan dani harus tinggal di pesantren" kata gua berbohong.
"Adek jalani aja dulu kalau gak betah cerita aja sama kakak nanti kakak akan coba bantu ngomong sama ayah dan ibu" kata kak bella sambil memeluk dan mengusap punggung gua.
"Makasih ya kak" jawab gua sambil balas memeluk dia. Kak bella memang kakak yang baik dan selalu memberi perhatian sama gua.
Hari selanjutnya..
Hari ini gua bangun pagi sekali karena acara perpisahan sekolah di gelar hari ini. Semua sudah ku siapkan mulai dari baju yang harus gua pakai di acara ini. Seluruh siswa dan siswi di wajibkan memakai baju adat sunda supaya lebih menonjolkan sisi budaya bangsa ini. Gua di bantu berdandan sama kak bella dan kak dea yang kebetulan hari ini kak dea sedang ada di karawang katanya jadwal kuliahnya tidak terlalu padat sehingga bisa pulang dahulu.
Sebenarnya bajunya tidak terlalu ribet langsung pakai saja tapi yang lama itu make up yang di kasih kak bella dan kak dea. Semuanya di polesin ke muka entah apa nama teknik make up yang di pakai karena gua tidak mengerti sama sekali. katanya biar jadi paling ganteng. ( Bukannya ganteng mungkin kaya pengantin jawa jatohnya.. Hahahaha ).
Setelah selesai semua gua di anter kak dea ke sekolah sekalian mewakili wali murid menggantikan ayah yang tidak bisa hadir karena kerja. Ibu juga milih di rumah karena ada kak dea yang bisa ngurusin.
Acara perpisahannya berlangsung khidmat. Banyak siswa siswi yang menangis karena harus meninggalkan kenangan yang indah selama disini. Gua pun hampir ikutan menangis terharu mengenang masa masa di sekolah ini.
Setelah acara selesai semuanya menyempatkan berfoto ria untuk kenang kenangan. Saat itu gua pun sedang asyik foto bareng pacar gua yang bernama putri. Gua sudah 1 tahun berpacaran dengannya. Putri pun sudah tahu bahwa gua akan melanjutkan ke pesantren setelah lulus ini dan putri cuma bilang jika itu yang terbaik dia mendukung saja walaupun gua tahu putri agak berat untuk merelakan ini. Dan dia pun berjanji akan selalu menjenguk gua ke pesantren bila ada waktu senggang. Makin sayang aja gua sama putri.
Setelah semuanya beres gua sama kak dea pulang ke rumah. Capek sekali rasanya hari ini. Masa SMP sudah selesai..
Disinilah petualangan liarku mulai terjadi..
See you..
Begitu pun sama halnya dengan gua yang sebenarnya malas untuk keluar rumah. Tapi keadaan yang memaksa harus bergegas. Ya hari ini tepat dimana gua harus memulai hidup baru memulai sebagai anak pesantren. Tak terasa waktu sudah berjalan 2 minggu sejak gua lulus SMP. Libur sudah selesai kini saatnya harus melanjutkan pendidikan walaupun agak sedikit keraguan yang menjalar di hati untuk mengikutinya tapi mau gimana lagi gua tidak mau dan tidak bisa menolak keinginan orang tua. Dalam hati bertekad gua harus bisa ngebanggain dan tidak membuat kecewa mereka.
Untuk masalah pendaftaran gua serahkan semuanya kepada ayah. Kata ayah semuanya berjalan lancar dan tak ada masalah karena di dukung pula oleh hasil NEM yang cukup bangus. Mereka pun bangga dan puas dengan apa yang gua dapat itu. Apalagi ibu sampai mencium pipi dan kening gua berkali kali setelah tahu hasil nilai ujian. Padahal dalam hati berkata itu terlalu berlebihan karena gua adalah anak cowok yang sudah beranjak dewasa. Untuk semua perlengkapan serta perbekalan buat nanti disana semuanya diurus sama kak dea dan kak bella. Mulai dari baju, alat alat mandi sampai alat alat tulis sudah lengkap semuanya.
"Dek persiapannya sudah kelar kita tinggal berangkat" kata kak dea sambil masuk ke kamar.
"Iya kak, dani tinggal masukin beberapa benda kesayangan untuk nemenin nanti disana." Bls ku.
"Udah sekarang kami tunggu di meja makan kita sarapan dulu, cepat ya ini sudah siang" ujar kak dea
Setelah di rasa beres gua pun beranjak ke meja makan disana sudah kumpul semua.
"Wah kayanya nanti disana dani akan kangen sama masakan ibu" ujarku sedih.
"Jangan sedih gitu sayang, nanti ibu akan sering sering bawa makanan kesukaan kamu ke sana. Ibu juga pasti bakal kangen sekali sama kamu." Jawab ibu.
"Inget pesan ayah disana ya dani, kamu harus menjadi anak yang berprestasi dan bikin ayah bangga" pesan ayah menimpali.
"Kamu juga jangan berbuat yang aneh aneh selama disana. Ikuti semua peraturan yang ada disana jaga sikap, tingkah dan perilaku selama disana" ayah kembali menasehati.
"Iya ayah" jawab gua sambil terus melanjutkan makan.
"Kalo ada santri yang ganteng tolong bilangin dapat salam dari kak bella yang cantik jelita" ujar kak bella memotong.
"Ada noh pak kyai yang sudah kakek kakek mau elo" kak dian yang menjawab.
"Gua kan ngomong sama dani bukan sama loe dian" kak bella sewot.
"Habis lo aneh aneh mulu, di sekolah aja punya cowok nyampe 3 masih kurang juga" bls kak dian
Mereka memang satu sekolahan kak dian sekarang naik ke kelas 2 dan kak bella sekarang naik ke kelas 3.
"Enak saja punya pacar 3, mereka itu yang ngejar gua, di antara mereka gak ada yang jadi pacar gua. Gua masih free." Timpal kak bella.
"Bilanganya bukan pacar tapi kalo ngobrol sering di pojok sekolahan" bls kak dian
"Sudah semuanya jangan berantem, kasian dani jadi keganggu makannya" kini kak dea yang ngomong.
"Iya nih kalian ini, tapi yang di katakan dian bener gak bella" kini ibu yang nanya kak bella.
"Bohong bu, bella itu emang deket sama 3 cowok tapi sebatas teman aja, mereka yang suka sama bella bu" jwb kak bella.
"Kamu jangan melayani semuanya dong, nanti kalau mereka salah paham terus berantem gimana coba" kak dea ikut ngomong.
"Kan bella sudah bilang just friend. Kan lumayan dapat makan gratis dari mereka" jwb kak bella sambil ketawa..
"Tapi itu namanya cewek centil" kak dian menimpali.
"Sembarangan kalo ngomong, bilang aja lo sirik dian. Gua kan lebih terkenal daripada loe. Makanya benerin tuh muka sama dandanan, biar di taksir cowok" jawab kak bella.
"Gua gak tertarik mending gua ngurusin maen bola daripada harus dandan" bls kak dian.
"sekarang ayah mau ngomong, kalian itu anak gadis ayah, buat kamu bella tolong jaga sikap kamu jangan terlalu terkesan murahan di depan cowok. Gak baik juga melayani 3 cowok langsung" kata ayah.
"Mampus lo" kata kak dian
"Kamu juga dian, kamu memang gadis kesayangan ayah tapi sekarang kamu udah beranjak dewasa bertingkahlah layaknya seorang perempuan, kalo seperti ini tak baik juga kedepannya" kata ayah lagi.
"Iya ayah" kata kak dian di ikuti kak bella dengan sedikit senyum kepuasaan.
Semua sudah selesai sekarang tiba saatnya berangkat. Mobil sewaan sudah disiapkan sama ayah di luar. Barang barang semua sudah di masukkan.
"Yuk berangkat" kata ayah.
Ketika semua sudah masuk mobil tiba tiba datang seorang gadis membawa motor berhenti di depan rumah. Dan gua tau bahwa itu adalah putri pacar gua. Dengan sedikit rasa ragu dan malu gua keluar lagi buat nyamperin putri. Ada rasa malu menerpa karena selama ini belum ada yang tahu kalo gua punya pacar.
"Ma'af aku datang agak telat, dan aku gak bisa nganter kesana." Ujar putri ketika aku samperin.
"Iya Gpp , aku juga gak mau ngeropotin kamu" bls gua
"Hati hati disana ya jaga diri kamu aku disini pasti kangen sekali" ujar putri.
"Aku juga sama pasti akan kangen sama kamu" bls gua agak lirih takut kedengaran yang di dalam mobil.
"Aku cuma bisa ngasih ini sama kamu, supaya kamu bisa ingat terus selama kita jauh" kata putri sambil memberi sebuah kotak benda
"Apa ini" tanya gua
"Buka aja disana" kata putri dengan mata sembab mau menitikkan air mata.
"Makasih ya put. Kayanya udah siang aku berangkat dulu." Kataku.
"Iya hati hati disana" bls putri yang tiba tiba memeluk gua sambil menangis.
Dengan perasaan malu gua balas pelukan putri sambil melirik ke dalam mobil. Bakalan rame nih di dalam mobil gua berkata dalam hati. Setalah cukup lama putri pun melepaskan pelukannya sambil tetap menangis dan mengusap air matanya.
"Aku pergi ya" kata gua sambil masuk ke dalam mobil.
Mobil pun berangkat perlahan dan putri melambaikan tangan sambil tetap menangis ketika mobil melewatinya. Gua jadi semakin berat untuk meninggalkannya. Tapi keputusan gua sudah bulat dan tidak bisa di ganggu lagi..
Setelah mobil meninggalkan rumah di dalam mobil kak bella dan kak dea teriak bersama.
"Dek itu calon adik ipar kami"
Gua cuma diam malu, semua yang berada di dalam mobil ketawa melihat tingkah gua.