It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kalo nggak cepet dilanjut...nanti aku suapin wasabi nih,hahha
#bekep @MybiSide biar dilanjut
aaaa ngiriiii.. > <
lanjut kakak....
"Yang, mama ada di rumah?"
"Ga tau deh. Aku BBM dulu."
Aku mengeluarkan handphoneku.
"Ma, dimana?"
"Mama lagi di Soreang. Nengok workshop."
"Euh, aku lagi otw Bandung mama ih.."
"Ada Bik Inah dirumah. Mama ga lama da.."
"Yaudah.."
"Mamaku lagi di workshop, dit. Tapi ada si bibi di rumah."
"Rumah kamu daerah mana?"
"Tengku Angkasa. Tau?"
Adit tersenyum.
"Ga tau. Hehehe"
"Yaudah ntar keluar tol pasteur aku yang nyetir."
"Emang bisa?"
"Bisa nyemplung dari Pasopati palingan."
"Ga mau ah kalo gitu."
Aku mecubit perut Adit. Ada sedikit timbunan lemak.
"Dit, perut kamu ih buncit sekarang"
"Iyalah. Kan kamu masakin aku terus.", ucap Adit sambil mengusap rambutku.
***
Honda Jazz Adit berhenti di depan sebuah rumah di Jalan Tengku Angkasa. Aku turun dari mobil dan membuka pintu gerbang. Ah, kangen. Sudah dua bulan aku tidak pulang.
"Assalamualaikum!", seruku. Bi Inah muncul dari balik pintu.
"Oalah. Mas Aji! Kok baru muncul tho? Ibu kan lagi ke Soreang."
"Iya, tadi aku udah ngabarin mama."
"Eh. Temennya Mas Aji ya? Ealah, ganteng banget tho!", bi Inah memandang Adit takjub. Adit hanya tersenyum. Dasar Bi Inah genit!
"Masuk yuk ah! Bi, warung Mang Udin buka ga? Pengen cireng."
"Buka. Ya udah bibi beli dulu ya."
Aku mengangguk. Rumah ini masih sama saja tata letaknya. Aku berjalan menuju kamar. Adit memanggilku.
"Siapa nih?", Adit menatap sebuah foto.
"Oh, itu Papa."
"Ooh, matanya sama kaya matamu ya.."
"Iya. Kalau hidung nurun mamaku. Pesek.", ujarku sambil menunjuk foto sebelahnya. Foto ketika mama masih gadis.
"Hehe iya."
"Ngamar ah.", ujarku.
"Aku?"
"Di teras aja guling guling."
Adit mengejarku dan menindihku di atas kasur.
***
Mama baru pulang sekitar jam 3. Aku dan Adit sedang duduk di meja makan dengan sepiring cireng, satu toples keripik pedes, dan satu pitcher sirup cocopandan.
"Kamu kurusan ya?", ujar mama sambil mengelus lenganku.
"Iya dong, kan kerja keras terus ma.", ucapku sekenanya. Mama menyentil hidungku.
"Pasti dia boros ya Dit?", tanya mama pada Adit yang sedang cekikikan melihat hidungku disentil.
"Banget Tante."
Aku melotot.
"Apaan?"
"Udah udah. Oiya, kalian mau makan surabi jam berapa? Keburu macet loh."
Aku melirik jam tanganku. Iya, sudah jam 4. Kalau ngga berangkat sekarang kejebak macet pasti.
"Dit, balik ke Jakarta malem ini juga?"
"Liat ntar."
"Ih, besok kan kerja!"
"Kan bisa berangkat pagi. Ada tol ini."
"Terserah kamu deh.", aku bangkit dan menuju kamar.
***
"A', surabi coklat keju satu, pisang bakar susu satu, surabi oncom special satu.", ucapku dengan lancar pada pelayan warung surabi ini.
"Wedeh, iya deh yang udah lama ga makan disini."
Aku menjulurkan lidah.
"Saya mau surabi ayam telur special sama colenak ya A'."
"A' minumnya bandrek susu!", aku memamerkan senyum manisku pada Adit yang menggelengkan kepalanya.
"Makan yang banyak deh, that's why I love you.", ucap Adit.
Aku diam. Dari sorot mata Adit dapat kulihat ketulusan dan kasih sayang.
***
Jalan Setiabudi sudah lumayan lengang. Menyusuri jalanan di malam hari memang salah satu hobiku. Aku membuka kaca. Menikmati hembusan angin kota Bandung. Mobil Adit berbelok ke arah Jalan Siliwangi. Menyusuri hutan kota dan kampus ITB. Adit memelankan laju mobilnya. Aku menoleh.
"Kenapa?"
Bibir Adit mendarat di pipi kananku.
"Aku ga mau malam ini cepat berakhir."
***
"Yang, mama ada di rumah?"
"Ga tau deh. Aku BBM dulu."
Aku mengeluarkan handphoneku.
"Ma, dimana?"
"Mama lagi di Soreang. Nengok workshop."
"Euh, aku lagi otw Bandung mama ih.."
"Ada Bik Inah dirumah. Mama ga lama da.."
"Yaudah.."
"Mamaku lagi di workshop, dit. Tapi ada si bibi di rumah."
"Rumah kamu daerah mana?"
"Tengku Angkasa. Tau?"
Adit tersenyum.
"Ga tau. Hehehe"
"Yaudah ntar keluar tol pasteur aku yang nyetir."
"Emang bisa?"
"Bisa nyemplung dari Pasopati palingan."
"Ga mau ah kalo gitu."
Aku mecubit perut Adit. Ada sedikit timbunan lemak.
"Dit, perut kamu ih buncit sekarang"
"Iyalah. Kan kamu masakin aku terus.", ucap Adit sambil mengusap rambutku.
***
Honda Jazz Adit berhenti di depan sebuah rumah di Jalan Tengku Angkasa. Aku turun dari mobil dan membuka pintu gerbang. Ah, kangen. Sudah dua bulan aku tidak pulang.
"Assalamualaikum!", seruku. Bi Inah muncul dari balik pintu.
"Oalah. Mas Aji! Kok baru muncul tho? Ibu kan lagi ke Soreang."
"Iya, tadi aku udah ngabarin mama."
"Eh. Temennya Mas Aji ya? Ealah, ganteng banget tho!", bi Inah memandang Adit takjub. Adit hanya tersenyum. Dasar Bi Inah genit!
"Masuk yuk ah! Bi, warung Mang Udin buka ga? Pengen cireng."
"Buka. Ya udah bibi beli dulu ya."
Aku mengangguk. Rumah ini masih sama saja tata letaknya. Aku berjalan menuju kamar. Adit memanggilku.
"Siapa nih?", Adit menatap sebuah foto.
"Oh, itu Papa."
"Ooh, matanya sama kaya matamu ya.."
"Iya. Kalau hidung nurun mamaku. Pesek.", ujarku sambil menunjuk foto sebelahnya. Foto ketika mama masih gadis.
"Hehe iya."
"Ngamar ah.", ujarku.
"Aku?"
"Di teras aja guling guling."
Adit mengejarku dan menindihku di atas kasur.
***
Mama baru pulang sekitar jam 3. Aku dan Adit sedang duduk di meja makan dengan sepiring cireng, satu toples keripik pedes, dan satu pitcher sirup cocopandan.
"Kamu kurusan ya?", ujar mama sambil mengelus lenganku.
"Iya dong, kan kerja keras terus ma.", ucapku sekenanya. Mama menyentil hidungku.
"Pasti dia boros ya Dit?", tanya mama pada Adit yang sedang cekikikan melihat hidungku disentil.
"Banget Tante."
Aku melotot.
"Apaan?"
"Udah udah. Oiya, kalian mau makan surabi jam berapa? Keburu macet loh."
Aku melirik jam tanganku. Iya, sudah jam 4. Kalau ngga berangkat sekarang kejebak macet pasti.
"Dit, balik ke Jakarta malem ini juga?"
"Liat ntar."
"Ih, besok kan kerja!"
"Kan bisa berangkat pagi. Ada tol ini."
"Terserah kamu deh.", aku bangkit dan menuju kamar.
***
"A', surabi coklat keju satu, pisang bakar susu satu, surabi oncom special satu.", ucapku dengan lancar pada pelayan warung surabi ini.
"Wedeh, iya deh yang udah lama ga makan disini."
Aku menjulurkan lidah.
"Saya mau surabi ayam telur special sama colenak ya A'."
"A' minumnya bandrek susu!", aku memamerkan senyum manisku pada Adit yang menggelengkan kepalanya.
"Makan yang banyak deh, that's why I love you.", ucap Adit.
Aku diam. Dari sorot mata Adit dapat kulihat ketulusan dan kasih sayang.
***
Jalan Setiabudi sudah lumayan lengang. Menyusuri jalanan di malam hari memang salah satu hobiku. Aku membuka kaca. Menikmati hembusan angin kota Bandung. Mobil Adit berbelok ke arah Jalan Siliwangi. Menyusuri hutan kota dan kampus ITB. Adit memelankan laju mobilnya. Aku menoleh.
"Kenapa?"
Bibir Adit mendarat di pipi kananku.
"Aku ga mau malam ini cepat berakhir."
***
lagi a yang buanyak
hehehe